You are on page 1of 3

KASUS SLOAN STYLES HISTORY

Sloan style berada di New England yang dibangun oleh Chet Sloan pada tahun 1975,
merupakan perusahaan keluarga dan menjadi supplier pakaian wanita. Bisnis Sloan
berkembang dengan pesat, tercatat bahwa pada tahun 1993, keuntungan perusahaan mencapai
$46 juta. Kemudian pada tahun 1994, salah satu dari dari pemegang saham perusahaan terbesar
memutuskan untuk keluar dari produk pakaian wanita tersebut untuk berpindah berkonsentrasi
pada pakaian pria. Usaha untuk membangun kembali pendapatan perusahaan dilakukan dengan
pengembangan tenaga penjual, meningkatkan iklan penjualan, dan menggunakan designer
tambahan. Tahun 1997, Ada peningkatan pendapatan mencapai hampir $50 juta, tetapi
keuntungan masih dibawah level puncak pada tahun 1993 dan pada tahun ini perusahaan
memutuskan untuk memperkenalkan serangkaian pakaian merk terkenal. Sloan style menyewa
sales excecutive untuk mempromosikan ’Sloan Specialities’ serangkaian produk untuk
pembeli dari sektor penjual dan pengecer khusus
Pada akhirnya tahun 1998 pendapatan Sloan Style menurun menjadi $62. Untuk dapat
bertahan pada tahun 1998 ’house brand’ adalah pilihan yang besar untuk menangani
perusahaan. Semua penjualan dalam Sloan Style ditangani oleh accountant excecutive yang
gajinya dibayar tanpa insentif. Perusahaan ini tidak memiliki fasilitas mesin jahit. Semua
pabrikasi garmen berasal dari outsources untuk 25 pabrik jahitan berlokasi di seberang New
England. Sloan Style mengirimkan lebih dari 1,2 juta garmen pada tahun 1998 dalam 5
kategori produk, yaitu celana panjang, rok, baju tanpa lengan, jaket, dan gaun. Dan Semuanya
produknya dijual kepada 182 konsumen. Perusahaan ini berada dalam 250.000 kaki dari bagian
kota Danbury yang ramai, dimiliki dengan kepercayaan untuk para pelanggan.

Analisis masalah
 Kesediaan untuk menerima pesanan kecil merupakan bagian dari stratergi persaingan
Sloan Style, teyapi tambahan pelayana dalam sistem delivery tidak signifikan.
 Gary bertemu dengan Chief Accountant untuk mendiskusikan kemerosotan keuntungan
 Gary merasa tidak yakin tentang fleksibilitas harga pada lingkungan persaingan
sekarang ini
 Dia merasa bahwa kerangka kerja ‘target cost’ yang dilakukan oleh ayahnya cukup
berhasil, sehingga perlu digunakan lagi sebagai kerangka kerja manajemen yang formal
dalam perusahaan untuk mengembalikan keuntungan yang semestinya.
 Sebelumnya, Chef memperkirakan harga perdagangan besarnya sekitar 50% dari
ekspektasi harga retail untuk garmen, karena konsumennya menginginkan mendapat
50% laba kotor.
 Kemudian dia mengelola biaya-biaya untuk mendapatkan 30% dari laba kontribusi
THE QUESTION

1. Kalkulasikan ABC Profitability by Product, by Customer dan by Order Size. Apa


hasilnya?
2. Untuk 2 spesifik produk (Jackets and Tops) dan 2 spesifik konsumen (Nordstorm dan
Dillards) kalkulasikan ABC Profitability by Order Size. Apa hasilnya? Ini
mempertimbangkan 2-ways interaksi antara produk/konsumen dan order size.
3. Apa saran untuk Gary dan Chief Sloan ?

PENJELASAN JAWABAN
1. A. Untuk ABC profitability by product menunjukan semua product menghasilkan
keuntungan, hanya saja untuk produk dresses menghasilkan income yang paling
kecil, sedangkan produk jacket menghasilkan income yang paling besar.

B. Dari ABC profitability by customers dapat dilihat bahwa Ross store dan
Marshall’s tidak menghasilkan keuntungan untuk perusahaan, tetapi justru
menimbulkan kerugian sebesar $846,202 untuk Ross store dan $136,222 untuk
Marshall’s.
C. Untuk ABC profitability by Order size, menunjukan bahwa order yang dibawah
100 unit mengalami kerugian sebesar $902,956, sedangkan sisanya masih
mendapatkan keuntungan.
2. A. Dari ABC profitability by order size by customer tetap menunjukan
bahwa order dibawah 100 unit mengalami kerugian, baik pada Nordstorm
maupun Dillard’s.

B Sedangkan pada ABC profitability by order size by product untuk produk jacket
dibawah 100 unit masih mengalami kerugian, sedangkan produk tops seluruh
order size mengalami kerugian. Hal itu disebabkan karena biayanya besar tetapi
hasil penjualannya hanya sedikit sehingga pendapatan tidak menutupi biaya
walaupun order dalam jumlah yang besar.
3. Usulan untuk Chet dan Sloan apabila dilihat dari :

 Hasil ABC profitabilitas diatas hal kerugian yang didapat untuk order size dibawah
100, maka ada 2 hal yang disarankan, yaitu:
a. Perusahaan bisa menaikkan harga jual produk dengan order size dibawah 100
unit, karena harga rata-ratanya dibawah harga rata-rata order lain, padahal
dalam hal penerimaan order dibawah 100 unit hanya SS yang mau
menerimanya. Jadi, apabila SS akan menaikkan harga khusus untuk order
dibawah 100 unit maka pelanggan masih bisa menerimanya.
b. Jika konsumen sensitif dengan harga, dalam arti jika harga dinaikkan dan
konsumen tidak menerimanya, maka sebaiknya SS tidak lagi memproduksi
order size dibawah 100 unit karena hanya akan menimbulkan kerugian yang
lebih besar.
Jadi Selama ini Sloan Style tidak menerapkan system insentif untuk para
karyawannya walaupun produksi yang dihasilkan dalam jumlah besar, usulan dari
saya adalah Sloan Style menerapkan system insentif pada karyawan, karena sistem
insentif bisa mendorong karyawan untuk bekerja lebih baik.
Langkah Sloan Style dalam ”house brand” harus lebih terencana, karena dengan
membawa label pribadi, setiap perusahaan harus benar-benar menjaga kualitas dari
produk yang dihasilkan. konsumen akan melihat label tersebut sebagai refleksi
perusahaan secara keseluruhan dan Sloan Style harus meningkatkan penjualannya
dengan cara-cara diatas. Tetapi jika cara tersebut tidak juga berhasil menaikkan
angka penjualan maka sebaiknya perusahaan tidak menerima order Tops karena dari
data yang didapat, perusahaan akan mengalami kerugian apabila memproduksi Tops
walaupun dijual diatas 1000 unit. Selain itu juga karena sangat sulit meningkatkan
kuantiti yang terjual padahal Sloan Style sudah meningkatkan tenaga penjual, iklan
penjualan dan menggunakan designer tambahan.

You might also like