You are on page 1of 20

asisiverry

Blog tentang mata kuliah akuntansi, peminatan audit.


Minggu, 26 Februari 2012

Bab 4 Skripsi
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Gambaran Umum Penelitian
Penelitian ini menguji bagaimana pengaruh arus kas, ukuran perusahaan dan laba
akuntansi terhadap harga saham. Objek perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perusahaan go public yang termasuk dalam kategori manufakturdan data diperoleh pada Pusat
Referensi Pasar Modal (PRPM) yang terletak di gedung Bursa Efek Indonesia, jalan Jenderal Sudirman
Kav.52-53 Jakarta 12910. Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) adalah tempat tersedianya data atau
informasi mengenai Pasar Modal Indonesia yang meliputi informasi mengenai berbagai laporan
keuangan perusahaan-perusahaan go public di Indonesia baik laporan bulanan, triwulan, semesteran
maupun laporan tahunan, prospectus, data mengenai frekuensi transaksi perdagangan saham, nilai
transaksi penjualan saham, harga saham, dan juga hasil RUPS perusahaan yang telah go public serta
tersedianya buku-buku mengenai pasar modal, manajemen investasi, manajemen keuangan, buku-
buku umum dan lain sebagainya.
Tehnik pengambilan adalah purposive random sampling dimana pengambilan sampel
dalam hal ini terbatas pada subjek tertentu yang dapat memberikan informasi yang diinginkan.
Perusahaan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Perusahaan masih terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode pengamatan (2007-2010).
3. Perusahaan manufaktur yang termasuk bergerak di bidang konsumsi (makanan dan minuman).
4. Periode laporan keuangan lengkap yang berakhir 31 Desember dan dipublikasikan berturut-turut
selama tahun pengamatan.
5. Mendapat opini unqualified (wajar tanpa persyaratan) dari auditor independen
Tabel 4.1a
Prosedur Pemilihan Sampel

No. KRITERIA SAMPLE PENELITIAN JUMLAH

a Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 222


b Perusahaan yang tidak terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada (19)
periode pengamatan.
c Perusahaan manufaktur yang tidak termasuk bergerak di bidang (180)
konsumsi (makanan dan minuman).
d Perusahaan yang tidak memiliki laporan keuangan memenuhi (8)
syarat selama tahun pengamatan
e Perusahaan yang tidak mendapat opini unqualified (wajar tanpa (0)
persyaratan) dari auditor independen
Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria sampel 15
Sumber : IDX statistik yang diolah penulis

Dari kriteria di atas dan pembatasan masalah penulis hanya mengambil 15 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2007-2010. Perusahaan yang
menjadi objek penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1b
Perusahaan yang memenuhi kriteria sampel

No. Kode Emiten Nama Perusahaan

1 ADES PT Akasha Wira International Tbk


2 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
3 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk
4 DLTA PT Delta Djakarta Tbk
5 FAST PT Fast Food Indonesia Tbk
6 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk
7 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk
8 MYOR PT Mayora Indah Tbk
9 PSDN PT Prasidha Aneka Niaga Tbk
10 PTSP PT Pioneerindo Gourmet International Tbk
11 SKLT PT Sekar Laut Tbk
12 SMAR PT SMART Tbk
13 STTP PT Siantar Top Tbk
14 TBLA PT Tunas Baru Lampung Tbk
15 ULTJ PT Ultra Jaya Milk Tbk
Sumber: Bursa Efek Indonesia yang telah diolah

4.1.2 Hasil Penelitian atas Variabel Arus Kas


Laporan arus kas adalah penyampaian informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas
entitas selama periode tertentu. Laporan kas juga menyediakan informasi tentang aktivitas operasi,
investasi, dan pembiayaan entitas atas dasar kas yang ada. (Mohamad Nasir dan Mariana Ulfah,
2008). Melalui analisa arus kas, maka dapat diketahui bagaimana perusahaan mengelola dana yang
dimilikinya. Tujuan laporan arus kas adalah menyediakan informasi Arus Kas masuk dan Arus
Kas keluar untuk satu periode bagi investor atau calon investor dalam pengambilan keputusan untuk
membeli saham.
Tabel 4.1.2
Arus Kas

arus kas (dalam rupiah)


No. Kode
2007 2008 2009 2010
1 ADES 4,025,000,000 5,446,471,402 15,670,000,000 38,471,000,000
2 AISA 15,968,713,539 20,278,782,484 21,522,727,933 15,427,089,579
3 CEKA 12,868,794,487 6,156,893,578 7,828,871,343 5,776,091,850
4 DLTA 164,549,503,000 289,951,365,000 248,781,847,000 386,104,973,000
5 FAST 174,835,763,000 211,495,305,000 374,432,253,000 374,207,101,000
6 INDF 4,538,051,000,000 4,271,208,000,000 4,474,830,000,000 10,439,353,000,000
7 MLBI 44,207,000,000 276,849,000,000 337,162,000,000 206,585,000,000
8 MYOR 120,002,105,073 316,330,699,463 321,582,619,407 472,105,631,514
9 PSDN 42,963,756,671 5,446,471,402 56,335,929,299 37,925,852,649
10 PTSP 7,866,531,602 5,446,471,402 7,244,688,092 10,323,103,804
11 SKLT 7,094,730,077 12,851,579,724 10,024,556,977 5,216,964,071
12 SMAR 329,623,024,370 480,277,284,158 497,577,000,000 292,971,000,000
13 STTP 7,296,332,520 5,138,189,074 7,678,078,340 8,309,035,550
14 TBLA 220,400,373,000 357,901,685,000 127,332,177,000 242,981,146,000
15 ULTJ 39,992,003,196 162,869,889,775 214,879,968,612 383,120,307,358
Rata-rata: 381,982,975,369 428,509,872,497 448,192,181,134 861,258,486,425
Sumber : Laporan Keuangan yang sudah diolah

Dari tabl 4.1.2 di atas dapat diketahui bagaimana perusahaan mengelola arus kas pada
periode 2007-2010. Hasil analisa arus kas perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang makanan
dan minuman pada tahun 2007 arus kas terbesar adalah Rp 4,538,051,000,000 sedangkan arus kas
terkecil adalah Rp 4,025,000,000. Sedangkan rata-rata arus kas pada tahun tersebut adalah R Rp
381,982,975,369. Pada tahun 2008, arus kas terbesar adalah Rp 4,271,208,000,000, sedangkan arus
kas terkecil adalah Rp 5,138,189,074 dan rata-rata arus kas pada tahun tersebut adalah Rp
428,509,872,497. Pada tahun 2009, arus kas terbesar adalah Rp 4,474,830,000,000 dan arus kas
terkecil adalah Rp 7,244,688,092. Sedangkan rata-rata arus kas pada tahun tersebut adalah Rp
448,192,181,134. Pada tahun 2010, arus kas terbesar adalah Rp 10,439,353,000,000 dan arus kas
terkecil adalah Rp 5,216,964,071, sdangkan rata-rata arus kas pada tahun tersebut adalah
861,258,486,425.

4.1.3 Hasil Penelitian atas Variabel Ukuran Perusahaan


Ukuran (size) perusahaan bisa diukur dengan menggunakan total aktiva, penjualan, atau
modal dari perusahaan tersebut. Salah satu tolok ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan
adalah ukuran aktiva dari perusahaan. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan
bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas
perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif
lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu
menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total asset yang kecil (Indriani, 2005).
Tabel 4.1.3
Total Aktiva

Total Aktiva (dalam rupiah)


No. Kode
2007 2008 2009 2010
1 ADES 178,761,000,000 185,287,000,000 178,287,000,000 324,493,000,000
2 AISA 792,690,000,000 1,061,957,000,000 1,568,829,000,000 1,963,949,000,000
3 CEKA 613,680,000,000 604,642,000,000 568,603,000,000 850,470,000,000
4 DLTA 592,359,000,000 698,297,000,000 760,426,000,000 708,584,000,000
5 FAST 629,491,106,000 784,758,815,000 1,041,408,834,000 1,236,043,044,000
6 INDF 29,706,895,000,000 39,594,264,000,000 40,382,953,000,000 47,275,955,000,000
7 MLBI 621,835,000,000 941,389,000,000 993,465,000,000 1,137,082,000,000
8 MYOR 1,893,175,000,000 2,922,998,000,000 3,246,498,000,000 4,399,191,000,000
9 PSDN 291,723,000,000 286,965,000,000 353,628,000,000 414,611,000,000
10 PTSP 74,008,876,918 81,755,257,118 91,141,822,221 109,008,910,124
11 SKLT 182,697,462,917 201,003,449,401 196,186,028,659 199,375,442,469
12 SMAR 8,063,168,750,738 10,025,915,920,087 10,210,595,000,000 12,475,642,000,000
13 STTP 517,448,000,000 626,750,000,000 548,720,000,000 649,274,000,000
14 TBLA 2,457,120,118,000 2,802,497,072,000 2,786,340,214,000 3,651,105,169,000
15 ULTJ 1,362,829,538,011 1,740,646,379,006 1,732,701,994,634 2,006,595,762,260
Rata-rata: 3,198,525,456,839 4,170,608,392,841 4,310,652,192,901 5,160,091,955,190
Sumber : Laporan Keuangan yang sudah diolah

Dari tabel 4.1.3 di atas, terlihat seberapa besar ukuran perusahaan dinilai dari total aktiva
yang dimiliki. Hasil analisa ukuran perusahaan yang diproxy dari total aktiva adalah: pada tahun
2007, perusahaan yang mempunyai total aktiva tertinggi adalah Indofood dengan nilai
Rp 29,706,895,000,000 dan yang terendah adalah sebesar Rp74,008,876,918, sedangkan rata-rata nilai
total aktiva 15 perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada tahun 2007
adalah sebesar Rp 3,198,525,456,839. Pada tahun 2008, total aktiva tertinggi adalah
Rp 39,594,264,000,000 dan total aktiva terendah adalah Rp 81,755,257,118, sedangkan rata-rata total
aktiva pada tahun tersebut adalah Rp 4,170,608,392,841. Pada tahun 2008, total aktiva tertinggi
adalah Rp 39,594,264,000,000 dan total aktiva terendah adalah Rp 81,755,257,118, sedangkan rata-rata
total aktiva pada tahun tersebut adalah Rp 4,170,608,392,841.Pada tahun 2009, Indofood masih
mendominasi total aktiva tertinggi perusahaan manufaktur konsumsi di bursa efek Indonesia dengan
total aktiva sebesar Rp40,382,953,000,000, dan total aktiva terendah adalah senilai Rp 91,141,822,221,
sedangkan rata-rata total aktiva pada tahun tersebut adalah Rp 4,310,652,192,901. Dan pada tahun
2010, total aktiva tertinggi senilai Rp 47,275,955,000,000 dan total aktiva terendah adalah
Rp 109,008,910,124, sedangkan rata-rata total aktiva pada tahun tersebut adalah Rp
5,160,091,955,190.

4.1.4 Hasil Penelitian atas Variabel Laba Akuntansi


Robert Ang (1997) menyatakan bahwa informasi keuangan yang disajikan dalam laporan
laba rugi yang bermanfaat bagi para pengambil keputusan (terutama investor) adalah laba bersih
setelah pajak atau net income after tax (NIAT). Atas dasar teori tersebut, maka peneliti mengambil
informasi laba bersih masing-masing perusahaan dalam periiode pengamatan yang dimuat di dalam
laporan keuangan perusahaan manufaktur di bidang makanan dan minuman yang terdaftar di bursa
efek Indonesia pada tahun 2007-2010.
Tabel 4.1.4
Laba Akuntansi

Laba Bersih
No. Kode
2007 2008 2009 2010
1 ADES -154,851,000,000 -15,208,000,000 16,321,000,000 31,659,000,000
2 AISA 37,455,922,334 32,521,380,928 34,763,203,817 75,234,571,191
3 CEKA 24,676,361,894 27,867,555,443 49,493,129,474 29,562,060,490
4 DLTA 47,330,712,000 83,754,358,000 126,504,062,000 139,566,900,000
5 FAST 102,537,329,000 125,267,988,000 181,996,584,000 199,597,177,000
6 INDF 980,357,000,000 1,034,389,000,000 2,075,861,000,000 2,952,858,000,000
7 MLBI 84,385,000,000 222,307,000,000 340,458,000,000 442,916,000,000
8 MYOR 141,589,137,703 196,230,049,693 372,157,912,334 484,086,202,515
9 PSDN -8,645,694,849 9,448,209,908 32,449,818,159 12,919,024,633
10 PTSP 163,410,623 4,287,122,917 10,948,539,057 15,766,633,385
11 SKLT 5,741,580,571 4,271,023,656 12,802,527,979 4,833,531,934
12 SMAR 988,943,863,116 1,046,389,267,147 748,495,000,000 1,260,513,000,000
13 STTP 15,594,767,180 4,816,495,973 41,072,367,353 42,630,759,100
14 TBLA 97,277,232,000 63,336,773,000 250,954,778,000 248,663,187,000
15 ULTJ 30,316,644,576 303,711,501,204 61,152,852,190 107,123,243,835
Rata-rata: 159,524,817,743 209,559,315,058 290,362,051,624 403,195,286,072
Sumber : Laporan Keuangan yang sudah diolah

dari tabel 4.1.4, terlihat bagaimana perusahaan dalam menjalankan usahanya dapat
memperoleh laba atau bahkan mengalami kerugian. Hasil analisa laba akuntansi yang diambil dari
total laba bersih setelah pajak adalah: Tahun 2007, laba bersih tertinggi sebesar Rp 988,943,863,116
dan laba terendah atau kerugian tertinggi sebesar Rp 154,851,000,000, sedangkan rata-rata laba
pada tahun tersebut adalah Rp 159,524,817,743. Pada tahun 2008, laba bersih tertinggi sebesar Rp
1,046,389,267,147, dan rugi terbesar adalah Rp 15,208,000,000, sedangkan rata-rata laba pada
tahun tersebut adalah senilai Rp 209,59,315,058. Pada tahun 2009, laba bersih tertinggi adalah Rp
2,075,861,000,000 dan laba bersih terendah adalah Rp 10,948,539,057, sedangkan rata-rata laba
bersih pada tahun tersebut adalah Rp 290,362,051,624. Pada tahun 2010, laba bersih tertinggi
adalah sebesar Rp 2,952,858,000,000 dan laba bersih terendah adalah Rp 4,833,531,934, sedangkan
rata-rata nilai laba bersih adalah sebesar Rp 403,195,286,072.

4.1.5 Hasil Penelitian atas Variabel Harga Saham


Saham dapat didefinisikan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam
suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan
bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut.
Harga Saham mencerminkan nilai suatu saham. Harga Saham yang terjadi di pasar modal
berfluktuasi, hal ini disebabkan oleh perubahan penilaian masyarakat terhadap nilai saham
perusahaan yang bersangkutan. Tetapi banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan Harga
Saham di pasar modal diantaranya kondisi perekonomian suatu negara, situasi politik, kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah, dan kondisi perekonomian atau performance perusahaan yang
menerbitkan surat berharga itu sendiri. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi naik-turunnya Harga
Saham.
Tabel 4.1.5
Harga Saham

Harga saham
No. Kode Nama Perusahaan
2007 2008 2009 2010
1 ADES PT Akasha Wira International Tbk 730 225 640 1,620
2 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 709 425 360 780
3 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk 800 700 1,490 1,100
4 DLTA PT Delta Djakarta Tbk 16,000 20,000 62,000 120,000
5 FAST PT Fast Food Indonesia Tbk 2,450 3,000 4,550 7,600
6 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 2,575 930 3,550 4,875
7 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk 55,000 49,500 177,000 274,950
8 MYOR PT Mayora Indah Tbk 1,750 1,140 4,500 10,750
9 PSDN PT Prasidha Aneka Niaga Tbk 51 100 110 80
PT Pioneerindo Gourmet International
10 PTSP Tbk 400 360 280 235
11 SKLT PT Sekar Laut Tbk 61 90 150 140
12 SMAR PT SMART Tbk 6,000 1,700 2,550 5,000
13 STTP PT Siantar Top Tbk 370 150 250 385
14 TBLA PT Tunas Baru Lampung Tbk 630 193 340 410
15 ULTJ PT Ultra Jaya Milk Tbk 650 800 580 1,210
Rata-rata: 5,878 5,288 17,223 28,609
Sumber : Laporan Keuangan yang sudah diolah

Dari tabel 4.1.5, dapat diketahui bagaimana perubahan harga saham dari tahun ke tahun
oleh masing-masing perusahaan manufaktur selama periode pengamatan yaitu 2007-2010. Pada
tahun 2007, harga saham tertinggi mencapai Rp 55,000 dan harga terendah adalah Rp 51,
sedangkan rata-rata harga saham pada tahun tersebut adalah Rp 5,878. Pada tahun 2008, harga
saham tertinggi adalah Rp 49,500 dan harga saham terendah adalah Rp 90, sedangkan harga rata-
rata saham adalah Rp 5,288. Pada tahun 2009, harga saham tertinggi adalah Rp 177,000 dan harga
saham terendah adalah Rp 110, serta rata-rata harga saham pada tahun tersebut adalah Rp 17,223.
Pada tahun 2010, harga saham tertinggi mencapai angka Rp 274,950dan harga terendah adalah Rp
80, sedangkan rata-rata harga saham pada tahun tersebut adalah Rp 28,609.

4.2 Analisis Data


4.2.1 Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas,
uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui
apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala
heteroskedastisitas, gejala multikolinearitas, dan gejala autokorelasi. Model regresi akan dapat
dijadikan parameter yang memang dapat dipertanggungjawabkan atau akurat. Jika terdapat
heteroskedastisitas, maka varian tidak konstan sehingga dapat menyebabkan biasnya standar error.
Jika terdapat multikolinearitas, maka akan sulit untuk mengisolasi pengaruh-pengaruh individual dari
variabel, sehingga tingkat signifikansi koefisien regresi menjadi rendah. Dengan adanya autokorelasi
mengakibatkan penaksir masih tetap bias dan masih tetap konsisten hanya saja menjadi tidak efisien.
Mengingat Laba Akuntansi, Arus Kas, dan Harga Saham memiliki nilai nominal dengan satuan rupiah
maka dalam perhitungannya dikonversikan dulu ke dalam bentuk logaritma natural (Ln) sebelum
nilainya digunakan dalam permodelan regresi.

4.2.1.1 Uji Normalitas


Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Penggunaan uji
normalitas karena pada analisis statistik parametik, asumsi yang harus dimiliki oleh data adalah
bahwa data tersebut harus terdistribusi secara normal. Maksud data terdistribusi secara normal
adalah bahwa data akan mengikuti bentuk distribusi normal (Santosa&Ashari, 2005:231). Uji
normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan
variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.Jika data menyebar
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi
Normalitas. Dan Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal,
maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Untuk mengetahui data berdistribusi secara normal dilakukan uji normality P-P Plot, jika
data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka data dapat dikatakan
normal.
Hipotesis :
Ho = Data berasal dari populasi berdistribusi normal
Ha = Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Berikut gambar normalitas pada model.
Gambar 4.1
Uji Normalitas

Dari tabel di atas, hasil pengolahan data diperoleh bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi
secara normal, dimana data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.
Maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa data berasal dari populasi
berdistribusi normal.
Selain menggunakan grafik P-Plot, pengujian normalitas data menggunakan nilaiAsymp. Sig (2-
tailed), menurut Sudarmanto (2005:108), apabila menggunakan ukuran ini maka harus dibandingkan
dengan tingkat alpha yang kita tetapkan sebelumnya apakah 10%, 5% atau 1%. Kriteria yang
digunakan yaitu Ho diterima apabila nilaiAsymp. Sig (2-tailed) > dari tingkat alpha yang ditetapkan
(5%), karenanya dapat dinyatakan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Hipotesis :
Ho = Data berasal dari populasi berdistribusi normal
Ha = Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Tabel 4.2
Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


arus_kas total_aktiva laba_akuntansi harga_saham
N 52 52 52 52
Normal Parametersa,,b Mean 25.1802 27.8818 25.1381 7.3978
Std. Deviation 2.04833 1.54035 1.88059 2.00112
Most Extreme Absolute .160 .124 .070 .120
Differences Positive .141 .098 .037 .120
Negative -.160 -.124 -.070 -.071
Kolmogorov-Smirnov Z 1.156 .891 .505 .865
Asymp. Sig. (2-tailed) .138 .405 .961 .442
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Dari tabel di atas, hasil pengolahan data diperoleh bahwa data dalam penelitian ini
terdistribusi secara normal, dimana keempat variabel memiliki nilai asymp sig yang lebih besar dari
0,05 yaitu arus kas sebesar 0.138 dimana 0.138>0.05, total aktiva sebesar 0.405 dimana
0.405>0.05, laba akuntansi sebesar 0.961 dimana 0.961>0.05, dan harga saham sebesar 0.442
dimana 0.442>0.05. Sehingga hasil uji normalitas menerima Ho dan menolak Ha, yaitu data berasal
dari populasi berdistribusi normal.

4.2.1.2 Uji Multikolinearitas


Uji multikolinearitas bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara
variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear berganda. Jika ada korelasi yang tinggi di
antara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel
terikatnya menjadi terganggu. Uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui korelasi antar
variabel independen dalam suatu model regresi. Selain itu deteksi terhadap multikolinearitas juga
bertujuan untuk menghindari kebiasan dalam proses pengambilan kesimpulan mengenai pengaruh
pada uji t-parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.
Menurut singgih santoso (2000:206) suatu model regresi yang bebas dari multikolinieritas
apabila mempunyai Nilai VIF lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 . Menurut
Imam ghozali (2001:57) untuk mendeteksi adanya multikolinearitas adalah jika nilai tolerance kurang
dari 10% yang berarti tidak ada korelasi antara variabel yang tinggi diantara dua atau lebih variable
independen dalam model regresi berganda.
Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas perlu dikemukakan hipotesis dalam bentuk
sebagai berikut:
Ho : Tidak terjadi adanya multikolinearitas diantara data pengamatan.
Ha : Terjadi adanya multikolinearitas diantara data pengamatan.
Dalam penelitian ini multikolinearitas dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 4.3
Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 5.667 3.558 1.593 .118
arus_kas .564 .183 .578 3.090 .003 .253 3.954
total_aktiva 1.405 .261 1.082 5.391 .000 .219 4.557
laba_akuntansi 1.062 .231 .998 4.597 .000 .187 5.338
a. Dependent Variable: harga_saham

Dari hasil di atas dapat diketahui nilai variance inflation factor (VIF) masing – masing
variabel yaitu arus kas sebesar 3.954, total aktiva 4.557, dan laba akuntansi sebesar 5.338, ketiganya
lebih kecil dari 10, dan nilai tolerance ketiga variabel tidak kurang dari 0,1, maka menerima Ho dan
menolak Ha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antar variabel independen tidak terjadi persoalan
multikolinearitas.

4.2.1.3 Uji Autokorelasi


Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara data dalam
variable pengamatan. Apabila terjadi korelasi akan dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi
muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Autokorelasi
sering terjadi pada sampel dengan data bersifat time series. Uji Durbin Watson adalah cara untuk
mendeteksi autokorelasi, dimana model regresi linear berganda terbebas dari autokorelasi jika nilai
Durbin Watson hitung terletak di daerah “Tidak Ada Autokorelasi Positif dan Negatif” atau mendekati
angka 2 (Rietveld dan Sunaryanto,1994). Pengujian autokorelasi penelitian ini menggunakan uji
Durbin-watson (DW test), kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut :
a. apabila nilai DW terletak diantara batas bawah dan batas atas (dL<DW<dU) atau DW terletak
diantara 4-dU dan 4-dL (4-dU<DW<4-dL), hasilnya tidak dapat disimpulkan karena berada pada
daerah yang tidak meyakinkan (inconclusive).
b. apabila nilai DW melampaui 4-dL (DW>4-dL) berarti ada autokorelasi negatif.
c. apabila nilai DW terletak antara antara batas atas dan 4-dU (du<DW<4-dU), berarti tidak
terdapat autokorelasi.
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi
klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada suatu pengamatan dengan
pengamatan lain pada model regresi. Persyaratan yang harus dipenuhi adalah tidak adanya
autokorelasi dalam model regresi. Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan
Uji Durbin-Watson (Uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut:
Hipotesis :
Ho = Tidak terjadi autokorelasi
Ha = Terjadi autokorelasi
Masalah autokorelasi diuji melalui tabel Durbin Watson dengan menggunakan tabel batas
bawah (dL) dan batas atas (dU) untuk mengetahui daerah autokorelasi dari nilai durbin watson,
dalam penelitian ini autokorelasi dapat dilihat dari tabel di bawah ini :
Tabel 4.4
Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Std. Error of the


Model R R Square Adjusted R Square Estimate Durbin-Watson
1 .759a .576 .549 1.34348 1.875

a. Predictors: (Constant), laba_akuntansi, arus_kas, total_aktiva


b. Dependent Variable: harga_saham

Dari data di atas didapat nilai DW dari model regresi adalah 1.875, sedangkan dari tabel
DW dengan signifikansi 0.05 dan n= 52 serta k=3 diperoleh nilai dL sebesar 1.3929 dan dU sebesar
1.7223. Karena nilai DW (1.875) berada pada daerah di antara dU (1.7223) dan 4-dU (2.2777), atau
dU<DW<4-dU (1.7223<1.875<2.2777), maka menerima Ho dan menolak, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada data dalam pengamatan.

4.2.1.4 Uji Heteroskedastisitas


Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.Model regresi yang
baik yaitu homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Menurut Imam ghozali (2001:70) salah satu cara untuk mendeteksi heterokesdastistas
adalah dengan melihat scatter plot antara standardized residual (*SRESID) terhadap standardized
predicted value (*ZPRED). Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada pola tertentu teratur
(bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi
heterokedastistas. Jika tidak ada pola yang jelas serta tidak ada titik-titik menyebar diatas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heterokedastistas. Hipotesis yang akan diuji
dinyatakan sebagai berikut:
Ho : Tidak ada hubungan yang sistematik antara variabel yang menjelaskan dan nilai mutlak dari
residualnya.
Ha : Ada hubungan yang sistematik antara variabel yang menjelaskan dan nilai mutlak dari residualnya.

Gambar 4.5
Uji Heteroskedastisitas

Dari grafik scatterplot di atas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak, tidak
membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0
pada sumbu Y, maka Ho diterima dan menolak Ha. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastistas pada model regresi ini, sehingga model regresi layak dipergunakan.

4.2.2 Uji Korelasi


Menurut Singgih Santoso (2010:141), Analisis koefisien korelasi bertujuan untuk
mempelajari apakah ada hubungan antara dua variabel atau lebih, sedang analisis regresi
memprediksi seberapa jauh pengaruh tersebut Secara spesifik, tujuan analisis korelasi adalah ingin
mengetahui apakah di anara dua variabel terdapat hubungan, dan jika terdapat hubungan,
bagaimana arah hubungan dan seberapa besar hubungan tersebut. Secara teoretis, dua variabel
dapat sama sekali tidak berhubungan (r=0), berhubungan secara sempurna (r=1), atau antara kedua
angka tersebut. Arah korelasi juga dapat positif (berhubungan searah) atau negatif (berhubungan
berlainan arah).
Nilai koefisien korelasi merupakan nilai yang digunakan untuk mengukur kekuatan
(keeratan) suatu hubungan antar variabel, (Nugroho, 2005:35-36). Koefisien korelasi memiliki nilai
antara -1 hingga +1. Sifat nilai koefisien korelasi adalah plus (+) atau minus (-). Hal ini menunjukkan
ini arah korelasi. Makna sifat korelasi:
1. Korelasi positif (+) berarti jika variabel x1 mengalami kenaikan maka variabel x2 juga mengalami
kenaikan atau jika variabel x2 mengalami kenaikan maka variabel x1 juga akan mengalami kenaikan.
2. Korelasi negatif (-) berarti jika variabel x1 mengalami kenaikan maka variabel x 2 juga mengalami
penurunan atau jika variabel x2 mengalami kenaikan maka variabel x 1 juga akan mengalami
penurunan.
Menurut Nugroho (2005:36) sifat korelasi akan menentukan arah dari korelasi. Keeratan korelasi
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
0,00 sampai dengan 0,20 berarti korelasi memiliki keeratan sangat lemah.
0,21 sampai dengan 0,40 berarti korelasi memiliki keeratan lemah.
0,41 sampai dengan 0,70 berarti korelasi memiliki keeratan kuat.
0,71 sampai dengan 0,90 berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat.
0,91 sampai dengan 0,99 berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat sekali.
1 berarti korelasi sempurna
Tabel 4.5

Uji Korelasi
Correlations
arus_kas total_aktiva laba_akuntansi harga_saham
arus_kas Pearson Correlation 1 .820** .848** .538**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 52 52 52 52
total_aktiva Pearson Correlation .820** 1 .870** .260
Sig. (2-tailed) .000 .000 .062
N 52 52 52 52
laba_akuntansi Pearson Correlation .848** .870** 1 .547**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 52 52 52 52
harga_saham Pearson Correlation .538** .260 .547** 1
Sig. (2-tailed) .000 .062 .000
N 52 52 52 52
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat korelasi masing-masing variabel independen


terhadap variabel dependen adalah sebagai berikut :
a. Hubungan antara Arus Kas (X1) dengan harga saham (Y)
Hubungan antara arus kas dengan harga saham adalah 0.538 atau 53,8% korelasi tergolong kuat
dengan arah hubungan positif. Artinya jika arus kas mengalami kenaikan maka harga saham juga
akan mengalami kenaikan, dan apabila arus kas mengalami penurunan maka harga saham juga akan
menurun. Pada kolom sig (2-tailed) terdapat probabilitas 0,000 (0,000<0,05) artinya ada hubungan
yang signifikan antara arus kas dengan Harga Saham.

b. Hubungan antara total aktiva yang menggambarkan ukuran perusahaan (x2) dengan harga saham
(Y)
Hubungan antara total aktiva dengan harga saham adalah 0.260 atau 26% korelasi tergolong lemah
dengan arah hubungan positif. Artinya jika total aktiva mengalami kenaikan maka harga saham juga
akan mengalami kenaikan, dan apabila total aktiva mengalami penurunan maka harga saham juga
akan menurun. Pada kolom sig (2-tailed) terdapat probabilitas 0.062 (0.062>0,05) artinya hubungan
yang tidak signifikan antara arus kas dengan Harga Saham.

c. hubungan antara Laba Akuntansi (X3) dengan Harga Saham (Y)


Hubungan antara Laba akuntansi dengan harga saham adalah 0.547 atau 54,7%. Korelasi tergolong
kuat dengan arah hubungan positif. Artinya jika laba akuntansi mengalami kenaikan maka harga
saham juga akan mengalami kenaikan, dan apabila laba akuntansi mengalami penurunan maka harga
saham juga akan menurun. Pada kolom sig (2-tailed) terdapat probabilitas 0,000 (0,000<0,05)
artinya ada hubungan yang signifikan antara arus kas dengan Harga Saham.

4.2.3 Uji Regresi Linier Berganda


Uji regresi linier berganda dimaksudkan untuk mengetahui besarnya pengaruh secara
kuantitatif dari perubahan X terhadap perubahan Y apakah positif atau negatif, dan memperkirakan
atau meramalkan nilai Y bila variabel X yang berkorelasi dengan Y mengalami kenaikan atau
penurunan.

Tabel 4.6

Variables Entered/Removed

Model Variables Entered Variables Removed Method


1 laba_akuntansi, arus_kas, . Enter
total_aktivaa

a. All requested variables entered.

Hasil tabel di atas menunjukan bahwa motode yang digunakan untuk mengolah regresi ini
adalah motode enter. Dan tidak ada variabel yang dikeluarkan (removed) atau dengan kata lain
ketiga variabel bebas yaitu arus kas, total aktiva, dan laba akuntansi dimasukan ke dalam
perhitungan regresi linear berganda dengan menggunakan metode enter.
Tabel 4.7

Model Summaryb

Std. Error of the


Model R R Square Adjusted R Square Estimate Durbin-Watson
1 .759a .576 .549 1.34348 1.875
a. Predictors: (Constant), laba_akuntansi, arus_kas, total_aktiva
b. Dependent Variable: harga_saham

Berdasarkan tabel di atas diperoleh angka R sebesar 0.759 terletak diantara interval 0,71
s/d 0,90. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sangat kuat antara arus kas, ukuran
perusahaan, dan laba akuntansi terhadap Harga Saham.
Menurut Santoso dalam Priyatno (2008:81), Adjusted R square adalah Rsquare yang telah
disesuaikan nilai ini selalu lebih kecil dari R square dari angka ini bisa memiliki harga negatif, bahwa
untuk regresi dengan lebih dari dua variabel bebas digunakan Adjusted R2 sebagai koefisien
determinasi. Koefisien determinasi (regresi) untuk mengetahui seberapa besar kontribusi X terhadap
naik turunnya Y. Dari Tabel di atas Adjusted R Square sebesar 0.549 atau 54,9% hal ini berarti
bahwa prosentase kontribusi variabel arus kas, ukuran perusahaan, dan laba
akuntansi terhadap Harga Saham sebesar 54,9% sedangkan sisanya sebesar 45,1% dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

4.2.3.1 Persamaan Regresi Linier Berganda


Tabel 4.9
Garis Regresi

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 5.667 3.558 1.593 .118
arus_kas .564 .183 .578 3.090 .003 .253 3.954
total_aktiva 1.405 .261 1.082 5.391 .000 .219 4.557
laba_akuntansi 1.062 .231 .998 4.597 .000 .187 5.338
a. Dependent Variable: harga_saham

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui persamaan regresinya yaitu :


Ý = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Ý = 5.667 + 0.564 X1 + 1.405 X2 + 1.062 X3 + e
Keterangan :
Ý = Harga Saham
a = konstanta
X1 = arus kas
X2 = ukuran perusahaan
X3 = laba akuntansi
e = error
Persamaan regresi tersebut di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut :
1. Konstanta sebesar 5.667 berarti jika nilai arus kas (X1), ukuran perusahaan (X2), dan laba akuntansi
(X3) bernilai tetap atau 0, maka nilai harga saham adalah 5.667.
2. Koefisien regresi variabel arus kas (X1) sebesar 0.564 berarti jika variabel independen lain nilainya
tetap dan arus kas mengalami kenaikan 1 rupiah, maka Harga Saham (Y) akan mengalami kenaikan
sebesar 0.564 rupiah. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara variabel
independen dengan variabel dependen, semakin naik Laba Akuntansisemakin naik Harga Saham,
begitupun sebaliknya.
3. Koefisien regresi variabel ukuran perusahaan (X2) sebesar 1.405. Koefisien bernilai positif artinya
terjadi hubungan yang searah atau berbanding lurus antara variabel independen dengan variabel
dependen, semakin naik ukuran perusahaan maka akan menaikkan harga saham dan semakin turun
ukuran perusahaan maka akan menurunkan harga saham. Hal ini bisa diartikan jika variabel
independen lain nilainya tetap dan ukuran perusahaan mengalami kenaikan 1 rupiah, maka Harga
Saham (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 0.564 rupiah.
4. Koefisien regresi variabel laba akuntansi (X3) sebesar 1.062 berarti jika variabel independen lain
nilainya tetap dan Laba Akuntansi mengalami kenaikan 1 rupiah, maka Harga Saham (Y) akan
mengalami kenaikan sebesar 1.062 rupiah. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif
antara variabel independen dengan variabel dependen, semakin naik Laba Akuntansi semakin naik
Harga Saham, begitupun sebaliknya.

4.2.4 Analisis Hasil Pengujian Hipotesis


4.2.4.1 Pengujian Secara Parsial (Uji t)
Uji t atau uji parsial dilakukan untuk menggambarkan seberapa jauh pengaruh masing-
masing variabel independen (arus kas, ukuran perusahaan, dan laba akuntansi) secara parsial atau
sendiri-sendiri dalam menerangkan variabel dependen (Harga Saham).
Cara pengambilan keputusan adalah :
Jika signifikan penelitian > 0,05 , Ho diterima, Ha ditolak
Jika signifikan penelitian < 0,05 , Ha diterima, Ho ditolak
Atau dengan cara melihat tabel t :
Jika - t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima
Jika - t hitung < - t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak

Tabel 4.9
Uji t (Parsial)

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 5.667 3.558 1.593 .118

arus_kas .564 .183 .578 3.090 .003 .253 3.954


total_aktiva 1.405 .261 1.082 5.391 .000 .219 4.557
laba_akuntansi 1.062 .231 .998 4.597 .000 .187 5.338
a. Dependent Variable: harga_saham

1. Pengujiaan Koefisien Regresi Variabel Arus Kas.


Hipotesis :
Ho1 : arus kas tidak perpengaruh terhadap Harga Saham.
Ha1 : arus kas berpengaruh terhadap Harga Saham.
Pada tabel 4.2.4.1 memperlihatkan hasil pengujian secara parsial antara variabel arus kas
terhadap harga saham. Dari tabel tersebut diketahui nilai sig.t sebesar 0.003 < 0.05, selain itu dapat
dilihat nilai t-hitung (3.090) > t-tabel (1.6747), dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Maka
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara arus kas dengan harga saham.

2. Pengujiaan Koefisien Regresi Variabel Ukuran Perusahaan.


Hipotesis :
Ho2 : ukuran perusahaan tidak perpengaruh terhadap Harga Saham.
Ha2 : ukuran perusahaan berpengaruh terhadap Harga Saham.
Pada tabel 4.2.4.1 memperlihatkan hasil pengujian secara parsial antara variabel ukuran
perusahaan terhadap harga saham. Dari tabel tersebut diketahui nilai sig.t sebesar 0.000 < 0.05,
selain itu dapat dilihat nilai t-hitung (5.391) > t-tabel (1.6747), dengan demikian Ho ditolak dan Ha
diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan
dengan harga saham.

3. Pengujiaan Koefisien Regresi Variabel Laba Akuntansi.


Hipotesis :
Ho3 : laba akuntansi tidak perpengaruh terhadap Harga Saham.
Ha3 : laba akuntansi berpengaruh terhadap Harga Saham.
Pada tabel 4.2.4.1 memperlihatkan hasil pengujian secara parsial antara variabel laba
akuntansi terhadap harga saham. Dari tabel tersebut diketahui nilai sig.t sebesar 0.000 < 0.05, selain
itu dapat dilihat nilai t-hitung (4.597) > t-tabel (1.6747), dengan demikian Ho ditolak dan Ha
diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara laba akuntansi dengan
harga saham.

4.2.4.2 Pengujian Secara Simultan (Uji F)


Uji simultan (Uji F) ini dilakukan untuk menggambarkan seberapa jauh pengaruh variabel
bebas/independen (arus kas, ukuran perusahaan, dan laba akuntasi) secara bersama-sama dalam
menerangkan variabel terikat / dependen (Harga Saham).
Kriteria uji hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :
Jika signifikan penelitian < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
Jika signifikan penelitian > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak
Atau dengan cara melihat F hitung dengan F Tabel:
Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima
Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak

Tabel 4.10
Uji F (Uji Simultan)

ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 117.591 3 39.197 21.717 .000a
Residual 86.637 48 1.805
Total 204.228 51
a. Predictors: (Constant), laba_akuntansi, arus_kas, total_aktiva
b. Dependent Variable: harga_saham

Hipotesis :
Ho4: arus kas, ukuran perusahaan, dan laba akuntansi secara simultan atau bersama-sama tidak
berpengaruh terhadap Dividen Kas.
Ha4: arus kas, ukuran perusahaan, dan laba akuntansi secara simultan atau bersama-sama berpengaruh
terhadap Dividen Kas.
Dari uji ANOVA atau uji F test tersebut, Fhitung sebesar 21.717 sedangkan Ftabel dengan tingkat
signifikansi 5% diperoleh Ftabel sebesar 2,55 Dalam hal ini maka Fhitung (21.717) > Ftabel (2,55), selain
itu dari tabel ANOVA, dapat dilihat besar probabilitas yaitu 0,000. Karena signifikan penelitian kurang
dari 0,05 (0,000 < 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada pengaruh secara signifikan
antara arus kas, ukuran perusahaan, dan laba akuntansi secara simultan (bersama-sama)
terhadapharga saham.

4.2.5 Interpretasi Hasil Penelitian

4.2.5.1 Tingkat Pengaruh Variabel Arus Kas (X1), Ukuran Perusahaan (X2), dan Laba
Akuntansi (X3) terhadap Harga Saham (Y) secara Parsial
a. Pengujian Koefisien Regresi Arus Kas terhadap Harga Saham
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa total arus kas berpengaruh terhadap harga saham.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Vicky Oktavia (2008) dan Muhammad Hamzah
(2010) dimana pada peneltian tersebut menunjukkan hasil arus kas yang berpengaruh secara
signifikan terhadap harga saham. Karena pengaruh hubungan ini menunjukkan nilai positif sehingga
apabila arus kas mengalami kenaikan maka harga saham juga akan mengalami kenaikan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai arus kas sangat layak diperhitungkan dalam
memprediksi harga saham. Adanya pengaruh arus kas terhadap harga saham menunjukkan apabila
terjadi perubahan arus kas maka harga saham juga akan mengalami perubahan. Hal ini dapat
dimanfaatkan oleh para investor dalam memprediksi harga saham sebeelum menanamkan dananya.
Tingkat kenaikan arus kas perusahaan menunjukkan bagaimana perusahaan mengelola kas dalam
menjalankan kegiatan usahanya, apabila kegiatan usaha bisa terlaksana dengan optimal maka
akan mendorong naiknya harga saham.

b. Pengujian Koefisien Regresi Ukuran Perusahaan terhadap Harga Saham


Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh tershadap harga
saham. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Elenora Sofilda dan Edi Subaedi
(2006). Karena pengaruh hubungan ini menunjukkan nilai positif sehingga apabila ukuran perusahaan
mengalami kenaikan maka harga saham juga akan mengalami kenaikan.
Ukuran perusahaan menggambarkan tingkat kedewasaan perusahaan dalam
mempertahankan diri dan terus meningkatkan kegiatan usaha di tengah persaingan. Dari hasil
penelitian ini, ukuran perusahaan mampu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap harga
saham. Hal ini berarti dalam memprediksi harga saham, para investor hendaknya memperhitungkan
ukuran perusahaan dimana akan menanamkan dananya. Jika ukuran perusahaan berubah maka
harga saham juga akan berubah. Hal ini mengindikasikan bahwa kematangan dan jumlah aset di
suatu perusahaan mampu menentukan harga saham perusahaan tersebut.

c. Pengujian Koefisien Regresi Laba Akuntansi terhadap Harga Saham


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laba akuntansi berpengaruh terhadap harga saham.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Vicky Oktavia (2008) dan Muhammad Hamzah
(2010) dimana pada peneltian tersebut menunjukkan hasil laba akuntansi yang berpengaruh secara
signifikan terhadap harga saham.Namun, hasil penetian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Keni (2008) dimana penelitian tersebut menunjukkan hasil laba akuntansi tidak
berpengaruh terhadap harga saham. Karena pengaruh hubungan ini menunjukkan nilai positif
sehingga apabila laba akuntansi mengalami kenaikan maka harga saham juga akan mengalami
kenaikan.
Hasil penelitian ini menunujukkan bahwa jika ada perubahan laba akuntansi maka akan
terjadi perubahan laba akuntansi. Laba akuntansi sebagai tolok ukur bagaimana kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba ternyata juga dipakai untuk memprediksi harga saham.

4.2.5.2 Tingkat Pengaruh Variabel Arus Kas (X1), Ukuran Perusahaan (X2), dan Laba
Akuntansi (X3) terhadap Harga Saham (Y) secara Simultan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa total arus kas, ukuran perusahaan, dan laba
akuntansi secara bersama-sama berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Vicky Oktavia (2008) dan Muhammad Hamzah (2010). Karena
pengaruh hubungan ini menunjukkan nilai positif sehingga apabila arus kas, laba akuntansi, dan
ukuran perusahaan secara bersama-sama mengalami kenaikan maka harga saham juga akan
mengalami kenaikan.
Keberadaan tiga variabel ini tidak bisa dipungkiri oleh investor dalam memprediksi harga
saham. Adanya hubungan simultan (bersama-sama) diantara variabel total arus kas, ukuran
perusahaan, dan laba akuntansi terhadap harga saham akan membuat kemungkinan adanya
kenaikan harga saham saat ketiga variabel ini naik secara bersama, sehingga apabila investor jeli
melihat ini akan mendapatkan hasil investasi yang diharapkan dan kemungkinan terhindar dari risiko
investasi.

4.2.5 Konsistensi Hasil Penelitian Dengan Penelitian Sebelumnya


Tabel 4.11
Konsistensi hasil penelitian

No Nama Peneliti Hasil Penelitian Fransiskus Asisi Verry Kristannto


(tahun (07 3252 0564)
penelitian)

1 Vicky Oktavia secara parsial, total arus Konsisten, karena secara parsial
(2008) kas dan laba akuntansi variabel arus kas dan laba
mempunyai pengaruh akuntansi mempunyai pengaruh
yang signifikan. Secara yang signifikan terhadap harga
simultan (bersama-sama), saham dan secara simultan ada
total arus kas dan laba pengaruh yang signifikan antara
akuntansi mempunyai variabel arus kas bersama-sama
pengaruh yang signifikan. dengan variabel laba akuntansi
terhadap harga saham.
2 Muhammad secara parsial, arus kas Konsisten, karena secara parsial
Hamzah dan laba akuntansi variabel arus kas dan laba
(2010) mempunyai pengaruh yang akuntansi mempunyai pengaruh
signifikan. Secara simultan yang signifikan terhadap harga
(bersama-sama), total arus saham dan secara simultan ada
kas dan laba akuntansi pengaruh yang signifikan antara
mempunyai pengaruh yang variabel arus kas bersama-sama
signifikan. dengan variabel laba akuntansi
terhadap harga saham.

3 Keni secara parsial, hanya Tidak konsisten, karena secara


(2008) variabel laba akuntansi parsial variabel arus kas dan laba
yang berpengaruh akuntansi mempunyai pengaruh
signifikan terhadap harga yang signifikan terhadap harga
saham, sedangkan arus saham dan secara simultan ada
kas tidak berpengaruh. pengaruh yang signifikan antara
Secara simultan (bersama- variabel arus kas bersama-sama
sama), total arus kas dan dengan variabel laba akuntansi
laba akuntansi mempunyai terhadap harga saham.
pengaruh yang signifikan.

4 Elenora Sofilda Secara parsial, ukuran Tidak konsisten, karena secara


dan Edi Subaedi perusahaan tidak parsial variabel ukuran
(2006) berpengaruh signifikan perusahaan mempunyai
terhadap harga saham, pengaruh yang signifikan terhadap
sedangkan karakteristik harga saham dan secara simultan
perusahaan berpengaruh ada pengaruh yang signifikan
signifikan. secara simultan antara variabel ukuran
(bersama-sama), ukuran perusahaan bersama-sama
perusahaan dan dengan variabel arus kas dan
karakteristik perusahaan variabel laba akuntansi terhadap
berpengaruh signifikan. harga saham.
Sumber data: diolah sendiri

Diposting oleh Fransiskus Asisi Verry Kristanto di 15.48


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Posting Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)


Total Tayangan Halaman

277,790
Mengenai Saya
Fransiskus Asisi Verry Kristanto
Lihat profil lengkapku

Arsip Blog

 ► 2016 (1)
 ► 2014 (42)
 ► 2013 (20)
 ▼ 2012 (23)
o ► Oktober (5)
o ► Juli (1)
o ► Maret (1)
o ▼ Februari (15)
 contoh soal Rekonsiliasi Bank
 Matbis (tentang matriks)
 Matematika Bisnis (menghitung variabel surplus kon...
 Matematika Bisnis
 PENGENDALIAN MUTU KANTOR AKUNTAN PUBLIK
 tentang virus, trojan horse, DOS, Firewall, dll..
 Bab 5 Skripsi
 Bab 4 Skripsi
 BAB 3 Skripsi
 Bab 2 Skripsi
 Bab 1 Skripsi Pengaruh Arus Kas, Ukuran Perusahaan...
 Contoh daftar pustaka
 BAB III KKP BAB III PERLAKUAN AKUNTANSI DAN PENGEN...
 BAB II KKP Perlakuan akuntansi dan pengenaan pajak...
 BAB I KKP Perlakuan akuntansi dan pengenaan pajak ...
o ► Januari (1)
Tema Sederhana. Diberdayakan oleh Blogger.

You might also like