Professional Documents
Culture Documents
Bab 4 Skripsi
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
Dari kriteria di atas dan pembatasan masalah penulis hanya mengambil 15 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2007-2010. Perusahaan yang
menjadi objek penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1b
Perusahaan yang memenuhi kriteria sampel
Dari tabl 4.1.2 di atas dapat diketahui bagaimana perusahaan mengelola arus kas pada
periode 2007-2010. Hasil analisa arus kas perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang makanan
dan minuman pada tahun 2007 arus kas terbesar adalah Rp 4,538,051,000,000 sedangkan arus kas
terkecil adalah Rp 4,025,000,000. Sedangkan rata-rata arus kas pada tahun tersebut adalah R Rp
381,982,975,369. Pada tahun 2008, arus kas terbesar adalah Rp 4,271,208,000,000, sedangkan arus
kas terkecil adalah Rp 5,138,189,074 dan rata-rata arus kas pada tahun tersebut adalah Rp
428,509,872,497. Pada tahun 2009, arus kas terbesar adalah Rp 4,474,830,000,000 dan arus kas
terkecil adalah Rp 7,244,688,092. Sedangkan rata-rata arus kas pada tahun tersebut adalah Rp
448,192,181,134. Pada tahun 2010, arus kas terbesar adalah Rp 10,439,353,000,000 dan arus kas
terkecil adalah Rp 5,216,964,071, sdangkan rata-rata arus kas pada tahun tersebut adalah
861,258,486,425.
Dari tabel 4.1.3 di atas, terlihat seberapa besar ukuran perusahaan dinilai dari total aktiva
yang dimiliki. Hasil analisa ukuran perusahaan yang diproxy dari total aktiva adalah: pada tahun
2007, perusahaan yang mempunyai total aktiva tertinggi adalah Indofood dengan nilai
Rp 29,706,895,000,000 dan yang terendah adalah sebesar Rp74,008,876,918, sedangkan rata-rata nilai
total aktiva 15 perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada tahun 2007
adalah sebesar Rp 3,198,525,456,839. Pada tahun 2008, total aktiva tertinggi adalah
Rp 39,594,264,000,000 dan total aktiva terendah adalah Rp 81,755,257,118, sedangkan rata-rata total
aktiva pada tahun tersebut adalah Rp 4,170,608,392,841. Pada tahun 2008, total aktiva tertinggi
adalah Rp 39,594,264,000,000 dan total aktiva terendah adalah Rp 81,755,257,118, sedangkan rata-rata
total aktiva pada tahun tersebut adalah Rp 4,170,608,392,841.Pada tahun 2009, Indofood masih
mendominasi total aktiva tertinggi perusahaan manufaktur konsumsi di bursa efek Indonesia dengan
total aktiva sebesar Rp40,382,953,000,000, dan total aktiva terendah adalah senilai Rp 91,141,822,221,
sedangkan rata-rata total aktiva pada tahun tersebut adalah Rp 4,310,652,192,901. Dan pada tahun
2010, total aktiva tertinggi senilai Rp 47,275,955,000,000 dan total aktiva terendah adalah
Rp 109,008,910,124, sedangkan rata-rata total aktiva pada tahun tersebut adalah Rp
5,160,091,955,190.
Laba Bersih
No. Kode
2007 2008 2009 2010
1 ADES -154,851,000,000 -15,208,000,000 16,321,000,000 31,659,000,000
2 AISA 37,455,922,334 32,521,380,928 34,763,203,817 75,234,571,191
3 CEKA 24,676,361,894 27,867,555,443 49,493,129,474 29,562,060,490
4 DLTA 47,330,712,000 83,754,358,000 126,504,062,000 139,566,900,000
5 FAST 102,537,329,000 125,267,988,000 181,996,584,000 199,597,177,000
6 INDF 980,357,000,000 1,034,389,000,000 2,075,861,000,000 2,952,858,000,000
7 MLBI 84,385,000,000 222,307,000,000 340,458,000,000 442,916,000,000
8 MYOR 141,589,137,703 196,230,049,693 372,157,912,334 484,086,202,515
9 PSDN -8,645,694,849 9,448,209,908 32,449,818,159 12,919,024,633
10 PTSP 163,410,623 4,287,122,917 10,948,539,057 15,766,633,385
11 SKLT 5,741,580,571 4,271,023,656 12,802,527,979 4,833,531,934
12 SMAR 988,943,863,116 1,046,389,267,147 748,495,000,000 1,260,513,000,000
13 STTP 15,594,767,180 4,816,495,973 41,072,367,353 42,630,759,100
14 TBLA 97,277,232,000 63,336,773,000 250,954,778,000 248,663,187,000
15 ULTJ 30,316,644,576 303,711,501,204 61,152,852,190 107,123,243,835
Rata-rata: 159,524,817,743 209,559,315,058 290,362,051,624 403,195,286,072
Sumber : Laporan Keuangan yang sudah diolah
dari tabel 4.1.4, terlihat bagaimana perusahaan dalam menjalankan usahanya dapat
memperoleh laba atau bahkan mengalami kerugian. Hasil analisa laba akuntansi yang diambil dari
total laba bersih setelah pajak adalah: Tahun 2007, laba bersih tertinggi sebesar Rp 988,943,863,116
dan laba terendah atau kerugian tertinggi sebesar Rp 154,851,000,000, sedangkan rata-rata laba
pada tahun tersebut adalah Rp 159,524,817,743. Pada tahun 2008, laba bersih tertinggi sebesar Rp
1,046,389,267,147, dan rugi terbesar adalah Rp 15,208,000,000, sedangkan rata-rata laba pada
tahun tersebut adalah senilai Rp 209,59,315,058. Pada tahun 2009, laba bersih tertinggi adalah Rp
2,075,861,000,000 dan laba bersih terendah adalah Rp 10,948,539,057, sedangkan rata-rata laba
bersih pada tahun tersebut adalah Rp 290,362,051,624. Pada tahun 2010, laba bersih tertinggi
adalah sebesar Rp 2,952,858,000,000 dan laba bersih terendah adalah Rp 4,833,531,934, sedangkan
rata-rata nilai laba bersih adalah sebesar Rp 403,195,286,072.
Harga saham
No. Kode Nama Perusahaan
2007 2008 2009 2010
1 ADES PT Akasha Wira International Tbk 730 225 640 1,620
2 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 709 425 360 780
3 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk 800 700 1,490 1,100
4 DLTA PT Delta Djakarta Tbk 16,000 20,000 62,000 120,000
5 FAST PT Fast Food Indonesia Tbk 2,450 3,000 4,550 7,600
6 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 2,575 930 3,550 4,875
7 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk 55,000 49,500 177,000 274,950
8 MYOR PT Mayora Indah Tbk 1,750 1,140 4,500 10,750
9 PSDN PT Prasidha Aneka Niaga Tbk 51 100 110 80
PT Pioneerindo Gourmet International
10 PTSP Tbk 400 360 280 235
11 SKLT PT Sekar Laut Tbk 61 90 150 140
12 SMAR PT SMART Tbk 6,000 1,700 2,550 5,000
13 STTP PT Siantar Top Tbk 370 150 250 385
14 TBLA PT Tunas Baru Lampung Tbk 630 193 340 410
15 ULTJ PT Ultra Jaya Milk Tbk 650 800 580 1,210
Rata-rata: 5,878 5,288 17,223 28,609
Sumber : Laporan Keuangan yang sudah diolah
Dari tabel 4.1.5, dapat diketahui bagaimana perubahan harga saham dari tahun ke tahun
oleh masing-masing perusahaan manufaktur selama periode pengamatan yaitu 2007-2010. Pada
tahun 2007, harga saham tertinggi mencapai Rp 55,000 dan harga terendah adalah Rp 51,
sedangkan rata-rata harga saham pada tahun tersebut adalah Rp 5,878. Pada tahun 2008, harga
saham tertinggi adalah Rp 49,500 dan harga saham terendah adalah Rp 90, sedangkan harga rata-
rata saham adalah Rp 5,288. Pada tahun 2009, harga saham tertinggi adalah Rp 177,000 dan harga
saham terendah adalah Rp 110, serta rata-rata harga saham pada tahun tersebut adalah Rp 17,223.
Pada tahun 2010, harga saham tertinggi mencapai angka Rp 274,950dan harga terendah adalah Rp
80, sedangkan rata-rata harga saham pada tahun tersebut adalah Rp 28,609.
Dari tabel di atas, hasil pengolahan data diperoleh bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi
secara normal, dimana data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.
Maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa data berasal dari populasi
berdistribusi normal.
Selain menggunakan grafik P-Plot, pengujian normalitas data menggunakan nilaiAsymp. Sig (2-
tailed), menurut Sudarmanto (2005:108), apabila menggunakan ukuran ini maka harus dibandingkan
dengan tingkat alpha yang kita tetapkan sebelumnya apakah 10%, 5% atau 1%. Kriteria yang
digunakan yaitu Ho diterima apabila nilaiAsymp. Sig (2-tailed) > dari tingkat alpha yang ditetapkan
(5%), karenanya dapat dinyatakan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Hipotesis :
Ho = Data berasal dari populasi berdistribusi normal
Ha = Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Tabel 4.2
Uji Normalitas
Dari tabel di atas, hasil pengolahan data diperoleh bahwa data dalam penelitian ini
terdistribusi secara normal, dimana keempat variabel memiliki nilai asymp sig yang lebih besar dari
0,05 yaitu arus kas sebesar 0.138 dimana 0.138>0.05, total aktiva sebesar 0.405 dimana
0.405>0.05, laba akuntansi sebesar 0.961 dimana 0.961>0.05, dan harga saham sebesar 0.442
dimana 0.442>0.05. Sehingga hasil uji normalitas menerima Ho dan menolak Ha, yaitu data berasal
dari populasi berdistribusi normal.
Tabel 4.3
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 5.667 3.558 1.593 .118
arus_kas .564 .183 .578 3.090 .003 .253 3.954
total_aktiva 1.405 .261 1.082 5.391 .000 .219 4.557
laba_akuntansi 1.062 .231 .998 4.597 .000 .187 5.338
a. Dependent Variable: harga_saham
Dari hasil di atas dapat diketahui nilai variance inflation factor (VIF) masing – masing
variabel yaitu arus kas sebesar 3.954, total aktiva 4.557, dan laba akuntansi sebesar 5.338, ketiganya
lebih kecil dari 10, dan nilai tolerance ketiga variabel tidak kurang dari 0,1, maka menerima Ho dan
menolak Ha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antar variabel independen tidak terjadi persoalan
multikolinearitas.
Model Summaryb
Dari data di atas didapat nilai DW dari model regresi adalah 1.875, sedangkan dari tabel
DW dengan signifikansi 0.05 dan n= 52 serta k=3 diperoleh nilai dL sebesar 1.3929 dan dU sebesar
1.7223. Karena nilai DW (1.875) berada pada daerah di antara dU (1.7223) dan 4-dU (2.2777), atau
dU<DW<4-dU (1.7223<1.875<2.2777), maka menerima Ho dan menolak, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada data dalam pengamatan.
Gambar 4.5
Uji Heteroskedastisitas
Dari grafik scatterplot di atas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak, tidak
membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0
pada sumbu Y, maka Ho diterima dan menolak Ha. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastistas pada model regresi ini, sehingga model regresi layak dipergunakan.
Uji Korelasi
Correlations
arus_kas total_aktiva laba_akuntansi harga_saham
arus_kas Pearson Correlation 1 .820** .848** .538**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 52 52 52 52
total_aktiva Pearson Correlation .820** 1 .870** .260
Sig. (2-tailed) .000 .000 .062
N 52 52 52 52
laba_akuntansi Pearson Correlation .848** .870** 1 .547**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 52 52 52 52
harga_saham Pearson Correlation .538** .260 .547** 1
Sig. (2-tailed) .000 .062 .000
N 52 52 52 52
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
b. Hubungan antara total aktiva yang menggambarkan ukuran perusahaan (x2) dengan harga saham
(Y)
Hubungan antara total aktiva dengan harga saham adalah 0.260 atau 26% korelasi tergolong lemah
dengan arah hubungan positif. Artinya jika total aktiva mengalami kenaikan maka harga saham juga
akan mengalami kenaikan, dan apabila total aktiva mengalami penurunan maka harga saham juga
akan menurun. Pada kolom sig (2-tailed) terdapat probabilitas 0.062 (0.062>0,05) artinya hubungan
yang tidak signifikan antara arus kas dengan Harga Saham.
Tabel 4.6
Variables Entered/Removed
Hasil tabel di atas menunjukan bahwa motode yang digunakan untuk mengolah regresi ini
adalah motode enter. Dan tidak ada variabel yang dikeluarkan (removed) atau dengan kata lain
ketiga variabel bebas yaitu arus kas, total aktiva, dan laba akuntansi dimasukan ke dalam
perhitungan regresi linear berganda dengan menggunakan metode enter.
Tabel 4.7
Model Summaryb
Berdasarkan tabel di atas diperoleh angka R sebesar 0.759 terletak diantara interval 0,71
s/d 0,90. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sangat kuat antara arus kas, ukuran
perusahaan, dan laba akuntansi terhadap Harga Saham.
Menurut Santoso dalam Priyatno (2008:81), Adjusted R square adalah Rsquare yang telah
disesuaikan nilai ini selalu lebih kecil dari R square dari angka ini bisa memiliki harga negatif, bahwa
untuk regresi dengan lebih dari dua variabel bebas digunakan Adjusted R2 sebagai koefisien
determinasi. Koefisien determinasi (regresi) untuk mengetahui seberapa besar kontribusi X terhadap
naik turunnya Y. Dari Tabel di atas Adjusted R Square sebesar 0.549 atau 54,9% hal ini berarti
bahwa prosentase kontribusi variabel arus kas, ukuran perusahaan, dan laba
akuntansi terhadap Harga Saham sebesar 54,9% sedangkan sisanya sebesar 45,1% dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 5.667 3.558 1.593 .118
arus_kas .564 .183 .578 3.090 .003 .253 3.954
total_aktiva 1.405 .261 1.082 5.391 .000 .219 4.557
laba_akuntansi 1.062 .231 .998 4.597 .000 .187 5.338
a. Dependent Variable: harga_saham
Tabel 4.9
Uji t (Parsial)
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 5.667 3.558 1.593 .118
Tabel 4.10
Uji F (Uji Simultan)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 117.591 3 39.197 21.717 .000a
Residual 86.637 48 1.805
Total 204.228 51
a. Predictors: (Constant), laba_akuntansi, arus_kas, total_aktiva
b. Dependent Variable: harga_saham
Hipotesis :
Ho4: arus kas, ukuran perusahaan, dan laba akuntansi secara simultan atau bersama-sama tidak
berpengaruh terhadap Dividen Kas.
Ha4: arus kas, ukuran perusahaan, dan laba akuntansi secara simultan atau bersama-sama berpengaruh
terhadap Dividen Kas.
Dari uji ANOVA atau uji F test tersebut, Fhitung sebesar 21.717 sedangkan Ftabel dengan tingkat
signifikansi 5% diperoleh Ftabel sebesar 2,55 Dalam hal ini maka Fhitung (21.717) > Ftabel (2,55), selain
itu dari tabel ANOVA, dapat dilihat besar probabilitas yaitu 0,000. Karena signifikan penelitian kurang
dari 0,05 (0,000 < 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada pengaruh secara signifikan
antara arus kas, ukuran perusahaan, dan laba akuntansi secara simultan (bersama-sama)
terhadapharga saham.
4.2.5.1 Tingkat Pengaruh Variabel Arus Kas (X1), Ukuran Perusahaan (X2), dan Laba
Akuntansi (X3) terhadap Harga Saham (Y) secara Parsial
a. Pengujian Koefisien Regresi Arus Kas terhadap Harga Saham
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa total arus kas berpengaruh terhadap harga saham.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Vicky Oktavia (2008) dan Muhammad Hamzah
(2010) dimana pada peneltian tersebut menunjukkan hasil arus kas yang berpengaruh secara
signifikan terhadap harga saham. Karena pengaruh hubungan ini menunjukkan nilai positif sehingga
apabila arus kas mengalami kenaikan maka harga saham juga akan mengalami kenaikan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai arus kas sangat layak diperhitungkan dalam
memprediksi harga saham. Adanya pengaruh arus kas terhadap harga saham menunjukkan apabila
terjadi perubahan arus kas maka harga saham juga akan mengalami perubahan. Hal ini dapat
dimanfaatkan oleh para investor dalam memprediksi harga saham sebeelum menanamkan dananya.
Tingkat kenaikan arus kas perusahaan menunjukkan bagaimana perusahaan mengelola kas dalam
menjalankan kegiatan usahanya, apabila kegiatan usaha bisa terlaksana dengan optimal maka
akan mendorong naiknya harga saham.
4.2.5.2 Tingkat Pengaruh Variabel Arus Kas (X1), Ukuran Perusahaan (X2), dan Laba
Akuntansi (X3) terhadap Harga Saham (Y) secara Simultan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa total arus kas, ukuran perusahaan, dan laba
akuntansi secara bersama-sama berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Vicky Oktavia (2008) dan Muhammad Hamzah (2010). Karena
pengaruh hubungan ini menunjukkan nilai positif sehingga apabila arus kas, laba akuntansi, dan
ukuran perusahaan secara bersama-sama mengalami kenaikan maka harga saham juga akan
mengalami kenaikan.
Keberadaan tiga variabel ini tidak bisa dipungkiri oleh investor dalam memprediksi harga
saham. Adanya hubungan simultan (bersama-sama) diantara variabel total arus kas, ukuran
perusahaan, dan laba akuntansi terhadap harga saham akan membuat kemungkinan adanya
kenaikan harga saham saat ketiga variabel ini naik secara bersama, sehingga apabila investor jeli
melihat ini akan mendapatkan hasil investasi yang diharapkan dan kemungkinan terhindar dari risiko
investasi.
1 Vicky Oktavia secara parsial, total arus Konsisten, karena secara parsial
(2008) kas dan laba akuntansi variabel arus kas dan laba
mempunyai pengaruh akuntansi mempunyai pengaruh
yang signifikan. Secara yang signifikan terhadap harga
simultan (bersama-sama), saham dan secara simultan ada
total arus kas dan laba pengaruh yang signifikan antara
akuntansi mempunyai variabel arus kas bersama-sama
pengaruh yang signifikan. dengan variabel laba akuntansi
terhadap harga saham.
2 Muhammad secara parsial, arus kas Konsisten, karena secara parsial
Hamzah dan laba akuntansi variabel arus kas dan laba
(2010) mempunyai pengaruh yang akuntansi mempunyai pengaruh
signifikan. Secara simultan yang signifikan terhadap harga
(bersama-sama), total arus saham dan secara simultan ada
kas dan laba akuntansi pengaruh yang signifikan antara
mempunyai pengaruh yang variabel arus kas bersama-sama
signifikan. dengan variabel laba akuntansi
terhadap harga saham.
277,790
Mengenai Saya
Fransiskus Asisi Verry Kristanto
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
► 2016 (1)
► 2014 (42)
► 2013 (20)
▼ 2012 (23)
o ► Oktober (5)
o ► Juli (1)
o ► Maret (1)
o ▼ Februari (15)
contoh soal Rekonsiliasi Bank
Matbis (tentang matriks)
Matematika Bisnis (menghitung variabel surplus kon...
Matematika Bisnis
PENGENDALIAN MUTU KANTOR AKUNTAN PUBLIK
tentang virus, trojan horse, DOS, Firewall, dll..
Bab 5 Skripsi
Bab 4 Skripsi
BAB 3 Skripsi
Bab 2 Skripsi
Bab 1 Skripsi Pengaruh Arus Kas, Ukuran Perusahaan...
Contoh daftar pustaka
BAB III KKP BAB III PERLAKUAN AKUNTANSI DAN PENGEN...
BAB II KKP Perlakuan akuntansi dan pengenaan pajak...
BAB I KKP Perlakuan akuntansi dan pengenaan pajak ...
o ► Januari (1)
Tema Sederhana. Diberdayakan oleh Blogger.