You are on page 1of 2

Nama : Restu Iksan Maulana Ruangan : RK. CCR 2.

10
NIM : C14170005 Prakrikum ke : 2

Miskin Di Negeri Kaya (refleksi atas realitas sosial di tanah Papua)


Asisten Praktikum
Nama : Fiki Zeh Mahmud
NIM : I34140016

Ikhtisar :
Tanah Papua mengandung kekayaan alam yang luar biasa. Perut bumi
Papua mengandung emas, tembaga, nikel, minyak bumi. Lautnya bernaung ribuan
jenis ikan dan satwa laut lainnya. Di atas tanah Papua berdiri aneka jenis kayu dan
hewan buruan. Orang Papua biasa mengambil secukupnya untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.

Seiring kemajuan zaman, arus imigrasi membanjiri tanah Papua. Tempo


doeloe bahwasanya melalui program transmigrasi, namun kini modusnya berubah,
mulai dari perusahaan-perusahaan yang memobilisasi ribuan karyawan untuk
bekerja di perusahaan-perusahaan yang ada di tanah Papua, para perantau yang
ingin mengadu nasib, dan lain sebagainya. Apa pun model dan bentuknya,
kehadiran kaum imigran telah mengubah wajah orang Papua yang natural menjadi
wajah-wajah yang kini terserak-serak, bentuk dan rupanya sudah tidak jelas.

Mengapa demikian? Arus globalisasi dan modernisasi mengepung orang


Papua, yang adalah masyarakat peramu dan petani ladang. Proses peralihan dari
situasi hidup peramu dan petani ladang ke masyarakat industrial tanpa melalui
tahapan yang jelas membuat orang Papua bingung menentukan pilihan. Integritas
dan jati diri orang Papua sedang diperhadapkan bahkan dipertaruhkan dengan
perubahan zaman yang kian merambah ke tanah Papua.

Kini, harapan satu-satunya adalah budaya. Semoga budaya yang dimiliki


oleh orang Papua mampu membendung aneka tawaran yang datang dari luar.
Kiranya budaya orang Papua menjadi filter untuk menentukan manakah yang perlu
diterima dan manakah yang harus ditolak.

Kenyataan saat ini, sesungguhnya budaya pun mulai luntur. Secara faktual,
budaya sebagai suatu kreativitas seni masih ada, tetapi roh, semangat hakiki dari
budaya tersebut sedang berada di ujung tanduk.

Lihat saja, para pemangku kepentingan sekarang hampir seluruhnya adalah


para anak adat dari tanah Papua, tetapi kinerja dan pelayanannya masih jauh dari
harapan. Para pejabat lebih sering ke luar daerah. Alasan keberangkatan juga
macam-macam, mulai dari urusan dinas, studi banding, dan lain-lain. Padahal kalau
dilihat untuk urusan publik dengan pihak luar yang tidak terlalu penting bisa
dilakukan melalui telepon, email, fax, dan lain-lain. Tetapi kenyataannya, para
pejabat suka ke luar daerah berhari-hari.

Rakyat jelata yang dipimpin, yang tinggal di lereng gunung, tepi sungai dan
laut, tidak pernah merasakan sentuhan pembangunan. Sementara para pejabat ke
sana ke mari menghabiskan uang rakyat. Andai saja biaya perjalanan itu bisa
dipangkas dan digunakan untuk kepentingan rakyat, misalnya untuk pengadaan
buku pelajaran bagi anak-anak atau untuk menunjang kesejahteraan para guru jauh
lebih berguna ketimbang dipakai untuk jalan-jalan.

Kemiskinan yang dialami dan diderita oleh orang Papua terjadi bukan
karena orang Papua malas bekerja, melainkan struktur sosial masyarakat
dikondisikan kebijakan pemerintah yang tidak memihak pada rakyat. Coba
perhatikan APBD di kabupaten-kabupaten di Papua, berapakah yang diperuntukkan
untuk kepentingan rakyat? Bukankah sebagian besar dipakai untuk kepentingan
pemerintah sendiri?

Kekayaan alam Papua dan bergulirnya otsus sejak 2001 silam, yang
mengalirkan triliunan rupiah tidak mampu mengangkat kesejahteraan hidup orang
Papua. Kekayaan itu hanya dinikmati segelintir orang yang memerintah di negeri
ini. Mereka menikmati kekayaan di atas penderitaan dan jeritan rakyat Papua.
Apa pun alasannya, kemiskinan dan pembodohan struktural yang
berlangsung sejak lama di tanah Papua harus segera dihapuskan. Pendidikan harus
dibenahi, pelayanan kesehatan harus ditingkatkan dan pemberdayaan ekonomi
orang Papua harus digalakkan. Rakyat jelata Papua harus bangkit mengurus dirnya.
Jangan pernah berharap pada para pejabat yang memperkaya diri sendiri.

Mulailah suatu perubahan dari dalam dirimu sendiri dengan STOP:


MABUK, ROKOK, KORUPSI. Hidup bersih demi perubahan untuk tanah air
Papua tercinta. Jangan nodai tanah ini dengan sikap serakah.

Sumber : https://www.kompasiana.com/petruspitsupardijilung/miskin-di-negeri-kaya-
refleksi-atas-realitas-sosial-di-tanah-papua_5518fe84a33311cf13b65921

You might also like