Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun oleh :
Kelompok 4 / Offering A
1. Adek Larasati S (160341606007)
2. Agrintya Indah M (160341606041)
3. Mamik Rizkiatul L (160341606051)
4. Novela Memiasih (160341606093)
5. Racy Rizki A (160341606056)
Faktor tumbuh ialah komponen seluler esensial yang tidak dapat disintesis
sendiri oleh suatu organisme dari sumber dasar karbon dan nitrogennya.
Komponen sel yang dimaksud dapat berupa asam amino atau vitamin. Bagi
banyak heterotrof, kebutuhan akan faktor tumbuh sudah dapat dipenuhi oleh
ekstrak daging atau kaldu nutrien. Namun pada beberapa patogen (fastidious)
diperlukan medium yang lebih rumit seperti agar darah untuk penyediaan fakror
tumbuh yang diperlukan.Keasaman (pH) medium juga dibutuhkan bagi
pertumbuhan organisme terutama kerja enzim. Sebagian besar bakteri tumbuh
paling baik pada sekitar pH 7 (Hadioetomo, 1990).
Bakteri memiliki bentuk dan struktur yang berbeda. Bentuk dan struktur
ini yang disebut dengan morfologi bakteri. Setiap bakteri memiliki bentuk yang
berbeda. Ini juga dipengaruhi oleh kondisi tempat hidupnya. Bakteri dapat hidup
di setiap tempat misalnya ; udara, diantara rambut, di sela-sela gigi , didalam
tanah dan sebagainya (Hastuti, 2012).
Pada umumnya ada tiga bentuk bakteri yang berbeda yaitu, bentuk kokus
atau bulat, basil atau silinder (batang), dan spiral atau melengkung melingkar
(Volk & Wheeler, 1988).
1. Kokus bentuknya seperti buah beri kecil.bakteri ini terdapat dalam beberapa
pola atau pengelompokan yang berbeda dan oleh karen itu dapat dijadikan ciri
setiap marga yang berbeda. Beberapa kokus secara khas hidup sendiri-sendiri,
sedangkan yang lainnya dapat dijumpai berpasangn, kubus atau rantai
panjang, bergantung caranya membelah diri dan berlekatan satu sama yang
lain.
a. Kokus yang senantiasa membelah dalam satu bidang namun tidak
memisahkan diri, sering membentuk rantai kokus, ini merupakan bentuk
khas Strepcoccus.
b. Kokus yang membelah dalam tiga bidang tegak lurus satu sama lain
membentuk paket kubus, cara ini dijumpai pada merga Sarcina.
c. Kokus yang membelah dalam dua bidang untuk membentuk gugusan yang
tidak teratur diklasifikasikan dalam marga Staphylococcus atau marga
Micrococcus.
2. Basil adalah bakteri yang bentuknya menyerupai batang atau silinder. Basil
memiliki ukuran yang beraneka ragam, beberapa diantaranya menyerupai
rokok sigaret. Bentuk lainnya adalah basil berebantuk gelendong dengan
ujung-ujung yang meruncing lebih menyerupai cerutu. Beberapa basil panjang
dan lebarnya sama dan bentuknya lonjong, basil-bail ini menyerupai kokus
sehingga disebut koko-basil.
3. Bentuk Spiral
a. Vibrio adalah batang yang melengkung menyerupai koma. Kadang-
kadang vibrio tumbuh sebagai benang-benang membelit atau membentuk
S.
b. Spiril adalah spiral atau lilitan yang sebenarnya, seperti kotrek (pembuka
gabus). Tubuh selnya kokoh.
c. Spirochaeta berbentuk spiral tetapi bedanya dengan spiril dalam hal
kemampuannya melenturkan dan melekuk-lekukkan tubuhnya sambil
bergerak.
Untuk mengidentifikasi suatu bakteri dapat diamati dari bentuk koloni, warna
koloni, tepi koloni, elevasi koloni, serta tipe pertumbuhannya pada medium
miring.
1. Bentuk Koloni
Bentuk koloni yang umunya ditemukan yaitu bundar, bundar dengan tepian
kerang, bundar dengan tepian timbul, keriput, konsentris, tak beraturan dan
menyebar, berbenang-benang, bentuk L, bundar dengan tepian menyebar,
filiform, rizoid, atau kompleks.
2. Bentuk Tepi Koloni
Bentuk tepian koloni bakteri umunya yaitu licin, berombak, berlekuk,
takberaturan, siliat, bercabang, seperti wol, seperti benang, atau seperti ikal
rambut.
3. Elevasi Koloni
Selain dapat diamati dan diidentifikasi dari bentuk, warna, dan tepian
koloninya, pengamatan koloni juga dapat di lakukan pada elevasi koloninya.
Beberapa elevasi dari koloni bakteri yaitu, datar, timbul, cembung, seperti
tetesan, seperti tombol, berbukit-bukit, tumbuh kedalam medium, atau seperti
kawah.
4. Tipe Pertumbuhan pada Medium Agar Miring
Tipe pertumbuhan koloni bakteri pada medium agar miring juga dapat
digunakan untuk mengidentifikasi jenis bakteri. Menurut Fardiaz dalam
Hatuti (2012) ada beberapa tipe koloni bakteri pada medium agar miring yaitu
bentuk serupa pedang, bentuk berduri, bentuk serupa tasbih, bentuk titik-titik,
bentuk berupa batang, dan bentuk serupa akar.
Medium agar padat miring merupakan medium nutrien cair yang ditambah
agar sebagai pemadatnya dan dibirakan mengeras pada posisi miring. Pada
medium agar padat miring, bakteri Eschercia coli, bentuknya spreadling dengan
elevasi low convex, tidak berbau, berwarna krem dan pertumbuhannya sedikit
saja namun membentuk koloni. Pada Bacillus subtilis pertumbuhannya tipis dan
merata tanpa koloni dengan elevasi low convex berbentuk echinulate, tidak
berbau dan berwarna krem (Anitamuina, 2013).
a. Inkubator
b. Lup/Colony Counter
Morfologi
Putih susu Putih Bening
a. Warna Koloni
b. Bentuk Koloni Bundar Bundar dengan tepian
timbul
f. Diameter Koloni 1 mm 2 mm
h. Jumlah Koloni 1 1
Ciri Lainnya - -
Jumlah Koloni
Kelompok
1 97 208 41 -
2 97 15 7 -
3 127 97 32 -
5 377 81 4 -
6 10 15 30 -
F. ANALISIS DATA
Pada praktikum pengamatan morfologi koloni mikroba ini dilakukan dua cara
pengambilan sampel yaitu sebagai berikut.
1. Penangkapan Bakteri pada Berbagai Tempat
Pada penangkapan mikroba udara bebas ini, cawan petri berisi media agar
lempeng dibiarkan terbuka selama 15 menit. Kemudian diinkubasi selama 1x24 jam
pada inkubator. Mikroba ditangkap pada 5 tempat yang berbeda yaitu, di tempat
sampah lt 3 05 FMIPA UM, Sekretariat BDM UM, Hp, toilet lantai 3 05 FMIPA UM,
rak sepatu lantai 3 05 FMIPA UM, dan balkon lt 2 05 FMIPA UM dengan jumlah
koloni yang dihasilkan secara berturut-turut yaitu 113, 265, 17, 131, 264 dan 84.
Jumlah koloni tertinggi ialah 265 yaitu pada sekretariat BDM FMIPA UM. Tingkat
tertinggi kedua ialah 264 yaitu terdapat pada rak sepatu lt 3 05 FMIPA UM. Jumlah
koloni terendah ialah 17 yaitu terdapat pada sampel mikroba di Hp (handphone).
Terlihat pada Grafik 1.
Grafik 1. Perbandingan Jumlah Koloni berdasarkan Tempat Pengambilan.
Setelah jumlah koloni dihitung dengan colony counter, dua koloni dipilih untuk
diidentifikasi morfologinya. Koloni 1 mempunyai ciri morfologi berwarna putih susu,
berbentuk bundar, bertepi licin, berelevasi datar, keadaan mengkilat, berdiameter 1
mm, dan mempunyai kepekatan (+++). Koloni 2 mempunyai ciri morfologi berwarna
putih bening, berbentuk bundar dengan tepi timbul, bertepi ombak, berelevasi seperti
tombol, keadaan suram, berdiameter 2 mm, dan mempunyai kepekatan (+).
Selanjutnya, koloni 1 dan 2 pada media agar lempeng dipindahkan pada
medium agar miring untuk dilakukan pemurnian. Medium tersebut juga dimasukkan
pada inkubator selama 1x24 jam dan kemudian menghasilkan bentukan koloni yang
tidak mengalami kontaminasi. Koloni 1 berbentuk pedang dan koloni 2 berbentuk
duri.
Dari analisis di atas, didapatkan bahwa sebagian besar koloni berbentuk bulat
dengan warna putih. Jumlah koloni yang beranekaragaman pada berbagai tempat
pengambilan disebabkan adanya faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri.
350
300
250
200
150
100
50
0
KUADRAN 1 KUADRAN 2 KUADRAN 3 KUADRAN 4
Keterangan:
Kuadran I : usapan ibu jari tanpa mencuci tangan.
Kuadran II : usapan jari telunjuk setelah mencuci tangan menggunakan air.
Kuadran III : usapan jari tengah setelah mencuci tangan dengan sabun dan
disemprot alkohol.
Kuadran IV : tanpa usapan jari dan digunakan sebagai kontrol.
Pada grafik 2 diatas terlihat bahwa terjadi penurunan jumlah koloni bakteri
dari kuadran I hingga kuadran 4. Pada kuadran 1 yang mana bakteri didapatkan
dengan mengusapkan ibu jari tanpa mencuci tangan dan jumlah bakteri mencapai
431 koloni. Pada kuadran 2 jumlah koloni bakteri semakin sedikit yaitu 268 koloni,
hal ini mungkin disebabkan pada kuadran 2 diberi usapan jari telunjuk setelah
mencuci tangan menggunakan sabun. Pada kuadran 3 juga terjadi penurunan jumlah
koloni bakteri menjadi 239 koloni karena pada kuadran ini, koloni bakteri didapatkan
dengan mengusapkan jari tengah setelah mencuci tangan dengan sabun dan disemprot
alkohol. Pada kuadran 4 tidak terdapat koloni bakteri karena pada kuadran ini tidak
diberi perlakuan dan digunakan sebagi kontrol.
450
400
JUMLAH KOLONI BAKTERI (KOLONI)
350 KEL 1
300 KEL 2
250 KEL 3
KEL 4
200
KEL 5
150
KEL 6
100
50
0
KUADRAN 1 KUADRAN 2 KUADRAN 3 KUADRAN 4
Pada grafik 3 diatas dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan jumlah koloni
pada setiap kuadran dari masing-masing kelompok. Pada kelompok satu, jumlah
koloni pada kuadran 1 sebanyak 97 koloni, kuadran 2 sebanyak 208 koloni, kuadran 3
sebanyak 41 koloni dan di kuadran 4 tidak terdapat koloni. Dikelompok satu, jumlah
koloni paling banyak terdapat pada kuadran 2. Untuk kelompok dua, jumlah koloni di
kuadran 1 sebanyak 97 koloni, kuadran 2 sebanyak 15 koloni, kuadran 3 sebanyak 7
koloni dan di kuadran 4 tidak terdapat koloni, jumlah koloni paling bayak terdapat
pada kuadran 1 dan terus mengalami penurunan hingga kuadran 4. Pada kelompok
tiga, jumlah koloni di kuadran 1 sebanyak 127 koloni, kuadran 2 sebanyak 97 koloni,
kuadran 3 sebanyak 32 koloni, dan di kuadran 4 sebanyak 2 koloni, jumlah koloni
tertinggi ada pada kuadran 1 dan terus mengalami penurunan jumlah koloni hingga
kuadran 4, tetapi pada kelompok 3 ini terdapat perbedaan dengan kelompok lain yaitu
pada kuadran 4 tumbuh 2 koloni bakteri. Pada kelompok empat, jumlah koloni di
kuadran 1 sebanyak 431, kuadran 2 sebanyak 268, kuadran 3 sebanyak 239, dan pada
kuadran 4 tidak terdapat koloni bakteri, jumlah koloni tertinggi ada pada kuadran 1
dan terus mengalami penurunan jumlah koloni. Jumlah koloni pada kelompok 4
merupakan koloni bakteri terbanyak dibandingkan dengan jumlah koloni bakteri
kelompok lain. Pada kelompok lima, jumlah koloni di kuadran 1 sebanyak 377
koloni, kuadran 2 sebanyak 81 koloni, kuadran 3 sebanyak 4 koloni dan pada kuadran
4 tidak terdapat koloni bakteri. Pada kelompok enam, jumlah koloni di kuadran 1
sebanyak 20 koloni, kuadran 2 sebanyak 15 koloni, kuadran 3 sebanyak 30 koloni
dan pada kuadran 4 tidak terdapat koloni bakteri, jumlah koloni tertinggi ada pada
kuadran 3 dan sangat berbeda dengan kelompok lain.
800
700
600
500
400
300
200
100
0
KEL. 1 KEL. 2 KEL. 3 KEL. 4 KEL. 5 KEL. 6
Penangkapan mikroba di tangan yang didapat dengan cara cawan petri yang
dibagi menjadi empat kuadran yang pada setiap kuadrannya diberi perlakuan berbeda
yaitu kuadran I merupakan hasil usapan ibu jari tanpa mencuci tangan, kuadran II
hasil usapan jari telunjuk setelah mencuci tangan menggunakan air, kuadran III hasil
usapan jari tengah setelah mencuci tangan dengan sabun dan disemprot alkohol,
kuadran IV tanpa usapan jari dan digunakan sebagai kontrol. Kemudian diinkubasi
selama 1x24 jam pada inkubator. Bakteri yang diperoleh tiap kelompok menunjukkan
jumlah yang berdeba-beda. Pada kelompok 1, jumlah total koloni bakteri sebanyak
346 koloni. Pada kelompok 2, jumlah total koloni bakteri sebanyak 119 koloni. Pada
kelompok 3, jumlah total koloni bakteri sebanyak 256 koloni. Pada kelompok 4,
jumlah total koloni bakteri sebanyak 938 koloni. Pada kelompok 5, jumlah total
koloni bakteri sebanyak 462 koloni. Pada kelompok 6, jumlah total koloni bakteri
sebanyak 65 koloni. Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa kelompok yang
mendapatkan jumlah bakteri terbanyak yaitu kelompok 4 dengan 938 koloni,
sedangkan kelompok yang memperoleh jumlah koloni paling sedikit adalah
kelompok 6 dengan 65 koloni.
G. PEMBAHASAN
Bakteri dapat ditumbuhkan dalam suatu medium agar lempeng dan akan
membentuk penampakan berupa koloni. Koloni sel bakteri merupakan sekelompok
masa sel yangdapat dilihat dengan mata langsung. Morfologi koloni yang berbeda
merupakan jenis bakteri yang berbeda yang tumbuh pada medium yang sama (plate
count agar) (Eko dkk, 2015). Semua sel dalam koloni itu sama dan dianggap semua
sel itu merupakan keturunan satu mikroorganisme dan karena itu mewakili sebagai
biakan murni. Penampakan koloni bakteri dalam media lempeng agar menunjukkan
bentuk dan ukuran koloni yang khas, dapat dilihat dari bentuk keseluruhan
penampakan koloni, tepi dan permukaan koloni. Pada praktikum pengamatan struktur
morfologi koloni ini, didapatkan hasil yang cukup signifikan pada kedua perlakuan
yaitu sebagai berikut.
1. Penangkapan Bakteri pada Berbagai Tempat
Kualitas udara dalam ruang selain dipengaruhi oleh keberadaan agen abiotik
juga dipengaruhi oleh agen biotik seperti partikel debu, dan mikroorganisme
termasuk di dalamnya bakteri, jamur, virus dan lain-lain (Lisyatusti, 2010).
Mikroorganisme yang tersebar di dalam ruangan dikenal sebagai bioaerosol (Iswadi,
2014). Menurut Yusup dkk(2014), meskipun belum dimasukkan ke dalam kriteria
polutan, bioaerosol merupakan parameter kualitas udara yang penting di dalam
ruangan karena menyebabkan resiko kontaminasi di antara manusia. Isolat bakteri
dibuat untuk mengetahui mikroorganisme pada udara bebas. Menurut Dewi (2008),
isolasi bakteri merupakan pengambilan atau memindahkan mikroba dari
lingkungannya di alam dan menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam medium
buatan.
Identifikasi makroskopik koloni dilakukan dengan pengamatan secara langsung
menggunakan colony counter dengan cara memperhatikan bentuk morfologi koloni,
dan mengitung jumlah koloni yang tumbuh (Stryjakowska-Sekulska, 2007). Jumlah
koloni menunjukkan perbedaan signifikan pada setiap tempat dengan jumlah koloni
tertinggi ialah 265 yaitu pada sekretariat BDM FMIPA UM. Tingkat tertinggi kedua
ialah 264 yaitu terdapat pada rak sepatu lt 3 05 FMIPA UM. Jumlah koloni terendah
ialah 17 yaitu terdapat pada sampel mikroba di Hp (handphone). Perbedaan tersebut
dikarenakan adanya faktor pendukung pertumbuhan bakteri.
Setelah dilakukan penghitungan menggunakan colony counter, dua koloni
bakteri dipilih untuk diamati morfologinya. Koloni 1 mempunyai ciri morfologi
berwarna putih susu, berbentuk bundar, bertepi licin, berelevasi datar, keadaan
mengkilat, berdiameter 1 mm, dan mempunyai kepekatan (+++). Koloni 2
mempunyai ciri morfologi berwarna putih bening, berbentuk bundar dengan tepi
timbul, bertepi ombak, berelevasi seperti tombol, keadaan suram, berdiameter 2 mm,
dan mempunyai kepekatan (+). Kemudian dilakukan pemurnian isolat. Menurut Fitri
dan Yasmin (2011), pemurnian isolat bertujuan untuk mendapatkan biakan murni.
Dari hasil pemurnian, didapatkan adanya bentukan koloni bakteri murni berbentuk
pedang (koloni 1) dan duri (koloni 2) pada media agar miring. Sebagian besar koloni
berbentuk bulat dengan warna putih. Hal ini sesuai dengan penelitian Suryanto dkk
(2006) yang menyatakan bahwa lebih banyak didapat bentuk koloni bakteri yang
bulat dan warna koloni putih susu. Dari hasil penelitin Fitri dan Yasmin (2011) juga
menyatakan bahwa sebagian besar isolat berwarna putih susu dan bersifat gram
negatif.
Faktor yang mempengaruhi konsentrasi bakteri dan jamur di udara adalah suhu,
kelembaban udara dan intensitas cahaya di dalam ruangan. Intensitas cahaya yang
rendah ini merupakan faktor yang menyebabkan tingginya konsentrasi bakteri dan
jamur di udara. Lebih tingginya konsentrasi mikroorganisme disebabkan oleh kondisi
dinding dan lantai yang lebih kotor dan lembab, serta pencemaran dari luar ruangan
yang terbawa oleh kendaraan dan manusia karena exhaust fan yang tidak memadai
(Eko dkk, 2015). Ditambahkan oleh Naddafi dkk (2011) yang menyebutkan bahwa
ruangan dengan suhu 25-38°C memiliki konsentrasi bakteri patogen lebih tinggi
dibandingkan dengan ruangan dengan suhu <25°C, karena mendekati suhu tubuh
manusia. Oleh karena itu, diperlukan sistem ventilasi dan pengatur suhu udara yang
baik. Menurut Iswadi dkk (2014), mikroba dalam ruangan dipengaruhi oleh laju
ventilasi,padatnya orang, sifat dan taraf kegiatan orang yang menempati ruangan
tersebut.
Menurut Hamdayati (2011), ada beberapa cara untuk mengendalikan jumlah
populasi bakteri, diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Cleaning (kebersihan) dan Sanitasi
Cleaning dan Sanitasi sangat penting di dalam mengurangi jumlah populasi
bakteri pada suatu ruang/tempat. Prinsip cleaning dan sanitasi adalah
menciptakan lingkungan yang tidak dapat menyediakan sumber nutrisi bagi
pertumbuhan mikroba sekaligus membunuh sebagian besar populasi mikroba.
b. Desinfeksi
Adalah proses pengaplikasian bahan kimia (desinfektans) terhadap peralatan,
lantai, dinding atau lainnya untuk membunuh sel vegetatif mikrobial.
Desinfeksi diaplikasikan pada benda dan hanya berguna untuk membunuh sel
vegetatif saja, tidak mampu membunuh spora.
c. Antiseptis
Merupakan aplikasi senyawa kimia yang bersifat antiseptis terhadap tubuh
untuk melawan infeksi atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan
cara menghancurkan atau menghambat aktivitas mikroba.
b. Sterilisasi
Proses menghancurkan semua jenis kehidupan sehingga menjadi steril.
Sterilisasi seringkali dilakukan dengan pengaplikasian udara panas.
a. Pengendalian Mikroba dengan Suhu Panas lainnya.
b. Pengendalian Mikroba dengan Radiasi.
c. Pengendalian Mikroba dengan Filtrasi.
H. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpilkan bahwa:
Dalam praktikum ini menggunakan dua media tumbuh yaitu media lempeng
dan media murni miring. Koloni bakteri memiliki morfologi seperti bentuk lendir,
tetesan mentega, tetesan sari buah. Dari hasil pengamatan kelompok kami (toilet lt.3
O5 FMIPA UM) diperoleh koloni bakteri dengan morfologi berwarna putih, bentuk
bundar, licin dan berombak, mengkilat dan suram, elevasi koloni datar dan seperti
tombol, diameter 1-2mm, dan memiliki kepekatan. Ketika dibiakan pada media
miring diperoleh koloni bakteri berbentuk padang dan jarum (duri) yang memiliki
warna putih dan berbentuk bulat. Faktor yang mempengaruhi konsentrasi bakteri dan
jamur di udara adalah suhu, kelembaban udara dan intensitas cahaya di dalam
ruangan. Sedangkan pada percobaan kuadran (media lempeng) diperoleh dari
berbagai kelompok yang menunjukkan bahwa sebagian besar jumlah koloni bakteri
terbanyak ada pada kuadran 1, dimana kuadran 1 ini berasal dari jari tangan sebelum
dibersihakan baik dengan sabun maupun dengan alkohol. Hal ini disebabkan karena
zat-zat yang terkandung di dalam sabun dapat menghambat dan membunuh bakteri
sedangkan alkohol dapat mendenaturasi protein bakteri sehingga bakteri dapat mati.
Namun, pada beberapa kasus sabun tidak dapat membunuh bakteri tetapi malah
menambah keberadaan bakteri hal ini disebabkan karena sabun tersebut merupakan
sabun hasil pengenceran, dimana tingkat pengenceran berbanding lurus dengan
peningkatan jumlah bakteri.
I. DAFTAR RUJUKAN
Agustina, Hesty. 2015. Pengaruh Berbagai Macam Antiseptik Dalam
Menghambat Pertumbuhan Bakteri Dari Swap Telapak Tangan. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh Jakarta.
Bahar, Elizabeth. Fazlisia, A. Yulistini. 2015. Uji Daya Hambat Sabun Cair Cuci
Tangan pada Restoran Waralaba di Kota Padang Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus
Secara In Vitro. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol. 3. No. 3.
Burton, Maxine, Cobb, Emma, Donachie, Petter, Judah, Gaby, Curtis, Schmidt,
Wolf. 2011. The effect of handwashing with water or soap on
bacterial contamination of hands. Int. J. Environ. Res. Public Health.
Vol. 8. Page 97-104.
Dewi, I. M. 2008. Isolasi Bakteri dan Uji Aktifitas Kitinase Termofilik Kasar dari
Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun, Sumatera Utara. Tesis. Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Fatmasari, Diyah. 2015. Effektifitas Larutan Alkohol yang Berulang Kali Dipakai
dalam Daya Hambat Bakteri Streptococcus mutans. Semarang:
Poltekes Kemenkes Semarang.
Naddafi, K., Jabbari, H., Hoseini, M., Nabizadeh, R., Rahbar, M., & Younesian,
M. 2011. Investigation of Indoor and Outdoor Air Bactrial Density in Tehran
Subway System. Iranian Journal of Environmental Health Science &
Engineering 8(4).