You are on page 1of 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TUMOR PANKREAS

A. KONSEP MEDIS
1. PENGERTIAN
Tumor pancreas dapat berupa tumor jinak ataupun ganas. Menurut asal jaringan,
dikelompokkan tumor eksokrin dan tumor endokrin. Tumor Pankreas dapat berasal
dari jaringan eksokrin dan jaringan endokrin pankreas, serta jaringan penyangganya.
Tumor pancreas terdapat tumor eksokrin dan tumor endokrin.
Tumor eksokrin pankreas adalah tumor ganas dari jaringan eksokrın pankreas, yaıtu
adenokarsinoma duktus pancreas, dan adenoma untuk yang jinak. Tumor eksokrin
pankreas pada umumnya berasal dari sel duktus dan sel asiner. Sekitar 90%
merupakan tumor ganas jenis adenokarsinoma duktus pankreas (disingkat kanker
pankreas).
Yang termasuk tumor endokrin pancreas ialah insulinoma, glukagonoma,
somastatinoma, dan gastrinoma. Gastrinoma adalah tumor pankreas yang
mneghasilkan hormon gastrin dalam jumlah yang sangat besar yang akan merangsang
lambung untuk mengeluarkan asam dan ensim”nya sehingga terjadi ulkus peptikum.
(www.medicastore.com) Tumor Pankreas merupakan tumor ganas yang berasal dari
sel-sel yang melapisi saluran pankreas.
(http://medicastore.com/penyakit/481/Adenokarsinoma_Pankreas.html )
Kanker Pankreas merupakan tumor ganas yang berasal dari sel-sel Yang melapisi
saluran pankreas. Sekitar 95% tumor ganas pankreas merupakan adenokarsinoma.
Tumor-tumor ini lebih sering terjadi pada laki-laki dan agak lebih sering menyerang
orang kulit hitam. Tumor ini jarang terjadi sebelum usia 50 tahun dan rata-rata
penyakit ini terdiagnosis pada penderita yang berumur 55 tahun. (Brunner &
Suddarth, 2001).

2. KLASIFIKASI
Tumor Eksokrin Pankreas
Klasifikasi menurut WHO, dibagi menjadi 3 bagian
1) Jinak.
a. Serous cystadenoma,
b. Mucinous cystadenoma,
c. Intraductal papillary-mucinous adenoma,

1
d. Mature cystic teratoma
2) Perbatasan (borderline)
a. Mucinous cystic tumor with moderate dysplasia
b. Intraductal papillary-mucinous tumor with moderate dysplasia
c. Solid pseudopapillary tumor
3) Ganas
a. Ductal adenocarcinoma
b. Serous/mucinous cystadenocarcinoma
c. Intraductal papillary-mucinous tumor

Tumor eksokrin pancreas umumnya berasal dari sel duktus dan sel asiner. Sekitar
90% merupakan tumor ganas sejenis adenokarsinoma duktus pancreas (kanker
pankreas)

Tumor pankreas di klasifikasikan menjadi 4 yaitu:


1) Insulinoma
Tumor pankreas yang berasal dari sel beta dan mengeluarkan insulin. Sel
beta mengeluarkan insulin sebagai respons terhadap peningkatan glukosa
darah. Peningkatan hasil tindakan insulin untuk menurunkan glukosa darah
kembali normal pada titik mana lebih sekresi insulin dihentikan.
2) Glukagonoma
Merupakan tumor yang menghasilkan hormon glukagon, yang akan
menaikkan kadar gula dalam darah dan menyebabkan ruam kulit yang
khas. Sebuah glucagonoma adalah tumor langka dari sel-sel alfa pankreas
yang menyebabkan hingga 1000 kali lipat produksi berlebih dari hormon
glukagon. Alpha sel tumor yang umumnya terkait dengan sindrom
glucagonoma.
3) Somastatinoma
Somatostatinoma adalah tumor dari sel-sel delta pankreas endokrin yang
menghasilkan somatostatin.
4) Gastrinoma
Gastrinoma adalah tumor pankreas yang menghasilkan hormon gastrin
dalam jumlah yang sangat besar, yang akan merangsang lambung untuk
mengeluarkan asam dan enzim-enzimnya, sehingga terjadi ulkus peptikum

2
Pentahapan Kanker Pankreas. Umumnya menggunakan klasifikasi TNM (Tumor,
Nodul, Metastase)

1) T₁: terbatas di pankreas <2 cm. T₂: terbatas di pankreas >2 cm. T₃: meluas
ke duodenum atau saluran empedu. T₄: meluas ke v. porta, v. mesenterika
anterior, a. mesenterika superior, lambung, limpa dan kolon.
2) N₀: tidak ada metastasis ke kelenjar limfe regional. N₁: metastasis ke
kelenjar limfe regional
3) M₀: tidak ada metastasis jauh. M₁: metastasis jauh (hati, paru)

3. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Pankreas adalah sebuah kelenjar saluran cerna yang berbentuk memanjang dan
terletak melintang pada dinding abdomen dorsal, dorsal terhadap gaster. Pankreas
menghasilkan sekret eksokrin dan sekret endokrin.
Caput pankreas terletak didalam lengkungan duodenum. Caput pankreas
memiliki bagian yang menonjol ke arah kranial kiri, dorsal dari pembuluh mesentrica
superior. Ke arah dorsal caput pankreas berbatas langsung pada vena cavainferior,
arteri renalis dextra vena renalis dextra et sinistra. Ductus choledochusyang melintas
ke duodenum teretak dalam alur pada permukaan dorsokranialcaput pankreas. Collum
pankreas meluas ke kiri dengan melintasi aorta dan vertebra L2, dorsal dari bursa
omentalis.

3
Cauda pankreas terletak antara kedualembar ligamentum splenorenale bersama
pembuluh splenica. Arteri – arteri pankreas berasal dari arteri pancreaticoduodenalis.
Sampai 10 cabang arterisplenica mengantar darah pada corpus dan cauda
pancreatis.Vena – vena pancreas menyalurkan darah ke vena porta hepatica vena
splenica dan vena mesentrica superior. Pembuluh limfe pankreas mengikuti pembuluh
darah. Terbanyak pembuluh ini berakhir pada nodi lymphoidei
pancreaticoduodenales sepanjang arteri splenica.Secara histologis, bagian eksokrin
pankreas adalah kelenjar asinar kompleks yangserupa dengan struktur kelenjar
parotis. Asinus eksokrin pankreas teriri atas beberapa sel serosa yang mengelilingi
lumen. Sel – sel ini sangat terpolarisasi .Jumlah granul zimogen yang terdapat dalam
sel bervariasi sesuai dengan fase pencernaan. Pankreas ditutupi suatu simpai jaringan
ikat tipis yang menjulurkansepta ke dalamnya, dan memisahkan lobulus pankreas.
Asinus dikelilingi suatu lamina basal yang ditunjang selubung serat – serat retikulin
halus. Pankreas juga memiliki jaringan kapiler luas yang berguna untuk proses
sekresi.

4. ETIOLOGI
Penyebab sebenarnya kanker pankreas masih belum jelas. Penelitian epidemiologic
menunjukkan adanya hubungan kanker pankreas dengan beberapa factor eksogen
(lingkungan) dan faktor endogen pasien. Etıologi kanker pankreas merupakan
interaksi kompleks antara faktor endogen pasien dan factor lingkungan dan faktor
genetika.
1) Faktor Eksogen (Lingkungan)
Telah diteliti beberapa faktor resiko eksogen yang dihubungkan dengan
kanker pankreas, antara lain : kebiasaan merokok, diet tinggi lemak, alcohol,
kopi, dan zat karsinogen industry. Factor resiko yang paling konsisten adalah
merokok.
2) Factor Endogen (Pasien)
Ada 3 hal penting sebagai faktor resiko endogen yaitu : usia, penyakit pancreas
(pankreastitis kronik dan diabetes militus) dan mutasi genetik. Faktor
Genetik Pada masa kini peran faktor genetik pada kanker pancreas makin
banyak diketahui. Sekitar 10% pasien kanker pancreas mempunyai predisposisi
genitik yang diturunkan. Proses karsinogenesis kanker pankreas diduga
merupakan akumulasi dari banyak kejadian mutasi genetik.

4
5. EPIDEMIOLOGI
Karsinoma pankreas sekarang menjadi penyebab tersering kelima kematian
diAmerika Serikat. Insidensinya tidak berubah selama 50 tahun terakhir. Saat ini,
setiap tahun teridentifikasi 28.000 kasus baru. Insidensi kanker pankreas makin
meningkat dengan bertambahnya usia. Insidensi puncak terjadi pada usia antara 60 –
80 tahun dan jarang ditemui pada usia kurangdari 50 tahun. Pasien pria lebih bayak
daripada pasien wanita dengan pebandingan 1,5 : 1. Di RSUP Dr Sardjito Jogjakarta
pada tahun 1990 – 1993 terdapat 15kasus. Data terbaru dari RSUP Dr Kariadi
Semarang pada tahun 1997 – 2004 terdapat 53 kasus. Angka kematian akibat
karsinoma pankreas sangat tinggi. Sebagian besar pasien meninggal dalam waktu 1
tahun setelah diagnosis penyakit. Secara keseluruhan,angka kelestarian hidup 1 tahun
(one year survival rate) yaitu sekitar 12% danangka kelestarian hidup 5 tahun ( five
years survival rate) sekitar 0.4 – 4 %.

6. PATOFISIOLOGI
Kanker pancreas hampir 90% berasal dari duktus, dimana 75% bentuk klasik
adenokarsinoma sel duktal yang memproduksi musin. Sebagian besar kasus (70%),
lokasi kanker pada kaput pancreas, 15-20% pada badan dan 10% pada ekor. Pada
waktu di diagnosis, ternyata tumor pancreas relative sudah besar. Tumor yang dapat
direseksi biasanya besarnya 2,5-3,5cm. Pada sebagian besar kasus tumor sudah besar
(5-6cm), dan atau telah terjadi infiltrasi dan melekat pada jaringan sekitar, sehingga
tidak dapat direkseksi. Pada umumnya tumor meluas ke retroperitoneal ke belakang
pankreas, melapisi dan melekat pada pembuluh darah, secara mikroskopik terdapat
infiltrasi di jaringan lemak peripankreas, saluran limfe, dan perineural. Pada stadium
lanjut, kanker kaput pancreas sering bermetastasis ke duodenum, lambung,
peritoneum, hati dan kandung empedu. Kanker pancreas pada bagian dan ekor
pancreas dapat metastasis ke hati, peritoneum, limpa, lambung dan kelenjar adrenal
kiri. Karsinoma di kaput pancreas sering menimbulkan sumbatan pada saluran
empedu sehingga terjadi kolestasis ekstra-hepatal. Disamping itu akan mendesak dan
menginfiltrasi duodenum, yang dapat menimbulkan peradangan di duodenum.
Karsinoma yang letaknya di korpus dan kauda, lebih sering mengalami metastasis ke
hati dan ke limpa.

5
Faktor endogen
Faktor eksogen
· Usia
· Perokok
· Penyakit
· Diet tinggi lemak
pankreas(pankreatitis,
· Alkohol, kopi
diabetes)
· Paparan kimiawi
· Mutasi genetik

Tumor pankreas

Produksi insulin, glukagon Obstruksi duktus Obstruksi di Obstruksi di


dan somastostatin bilier duodenum saluran empedu
terganggu

Kolestasis di ekstra
Ikterus Mual dan muntah
hepar
· Hipoglikemia
· Kompresi sekresi
epineprine
Tinja berwarna pucat
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
· Kelemahan
· Palpitasi
· Nadi dan TD
· Pandangan kabur

Invasi tumor ke
Kekurangan volume
daerah
cairan
retroperitoneal
Cemas Kurang pengetahuan

Infiltrasi pleksus
saraf splanikus

Nyeri

6
7. TANDA DAN GEJALA
1) Rasa penuh, kembung di ulu hati, anoreksia, mual, muntah, diare (steatore), dan
badan lesu. Keluhan tersebut tidak khas karena dijumpai pada pancreatitis dan
tumor intraabdominal. Keluhan awal biasanya berlangsung >2 bulan sebelum
diagnosis kanker. Keluhan utama yang sering adalah sakit perut, berat badan turun
(>75 % kasus) dan ikterus (terutama pada kanker kaput pankreas).
2) Lokasi sakit perut biasanya di ulu hati, awalnya difus, selanjutnya terlokalisir.
Sakit perut biasanya disebabkan invasi tumor pada pleksus coeliac dan pleksus
mesenterikus superior. Dapat menjalar ke punggung, disebabkan invasi tumor ke
daerah retroperitoneal dan terjadi infiltrasi pada pleksus saraf splanknikus.
3) Penurunan berat badan awalnya melambat, kemudian menjadi progresif,
disebabkan berbagai faktor: asupan makanan kurang, malabsorbsi lemak dan
protein, dan peningkatan kadar sitokin pro-inflamasi (tumor necrosis factor-a dan
interleukin-6).
4) Ikterus obstruktivus, dijumpai pada 80-90 % kanker kaput pankreas berupa tinja
berwarna pucat (feses akolik). Kanker kaput pancreas biasanya disertai sakit perut,
tapi bukan kolik.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan :
1) Teraba tumor massa padat pada abdomen regio epigastrium, sulit digerakkan
karena letak tumor retroperitoneum.
2) Ikterus, pembesaran kandung empedu (Courvoisier’s sign), hepatomegali,
splenomegali (karena kompresi atau trombosis pada v. porta atau v. lienalis, atau
akibat metastasis hati yang difus), asites (karena infiltrasi kanker ke peritoneum),
nodul periumbilikus (Sister Mary Joseph’s nodule), trombosis vena dan migratory
thrombophlebitis (Trousseau’s syndrome), perdarahan gastrointestinal, dan edema
tungkai (karena obstruksi VCI) serta limfadenopati supraklavikula sinistra
(Virchow’s node)

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Petanda tumor CEA (Carcino Embryonic Antigen) dan CA 19-9 (Carbohydrate
Antigenic determinant 19-9), Radiografi (gastroduodenografi, duodenografi
hipotonis), USG (Ultrasonografi), CT (Computed Tomography), skintigrafi pancreas,
MRI (Magnetic Resonance Imaging), ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangio

7
Pancreatography), EUS (ultrasonografi endoskopik), angiografi, PET (Positron
Emission Tomograhpy), bedah laparoskopi dan biopsy.
Pada pemeriksaan akan ditemukan hasil :
1) Kenaikan CEA dijumpai pada 85 % pasien kanker kaput pankreas. CA19-9 lebih
berperan penting untuk mengetahui prognosis dan respon terapi, karena
mempunyai sensitifitas dan spesifisitas tinggi (80 % dan 60-70 %).
2) Radiografi untuk mendeteksi kelainan lengkung duodenum akibat kanker
pancreas.
3) USG. Pemeriksaan penunjang pertama pada pasien dengan sakit perut/ulu hati
yang menetap atau berulang dan ikterus. Dengan USG dapat diketahui besar, letak
dan karakter tumor, diameter saluran empedu dan duktus pankreatikus, dan letak
obstruksi serta mengetahui ada-tidaknya metastasis ke limfonodi sekitar dan hati,
jarak tumor dengan pembuluh darah.
4) CT. Gambaran pankreas lebih rinci dan lebih baik daripada USG, terutama pada
korpus dan kauda pankreas.
5) MRI. Banyak digunakan untuk evaluasi kanker pancreas.
6) ERCP. Dapat mengetahui atau menyingkirkan adanya kelainan gastroduodenum
dan ampula vater, pencitraan saluran empedu dan pancreas.
7) EUS. Metode relative baru, sensitivitas dan spesivitas tinggi dalam evaluasi tumor
terutama diameter <3 cm.

9. PENATALAKSANAAN
1) Bedah reseksi ‘kuratif’. Mengangkat/mereseksi komplit tumor massanya. Yang
paling sering dilakukan adalah prosedur Whipple.
2) Bedah paliatif. Untuk membebaskan obstruksi bilier, pemasangan stent perkutan
dan stent per-endoskopik.
3) Kemoterapi. Bisa kemoterapi tunggal maupun kombinasi. Kemoterapi tunggal
seperti 5-FU, mitomisin-C, Gemsitabin. Kemoterapi kombinasi yang masih dalam
tahap eksperimental adalah obat kemoterapi dengan kombinasi epidermal growth
factor receptor atau vascular endothelial growth factor receptor.
4) Radioterapi. Biasanya dikombinasi dengan kemoterapi tunggal —> 5-FU (5-
Fluorouracil).

8
5) Terapi simtomatik. Lebih ditujukan untuk meredakan rasa nyeri (obat analgetika)
dari: golongan aspirin, penghambat COX-1 maupun COX-2, obat golongan
opioid.

10. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi adalah :
1) Masalah dengan metabolisme glukosa Tumor dapat mempengaruhi kemampuan
pankreas untuk memproduksi insulin sehingga dapat mendorong permasalahan di
metabolisme glukosa, termasuk diabetes.
2) Jaundice terkadang diikuti dengan rasa gatal yang hebat. Menguningnya kulit dan
bagian putih mata dapat terjadi jika tumor pankreas menyumbat saluran
empedu,yaitu semacam pipa tipis yang membawa empedu dari liver ke usus dua
belas jari. Warna kuning berasal dari kelebihan bilirubin. Asam empedu dapat
menyebabkan rasa gatal jika kelebihan bilirubin tersebut mengendap di kulit.
3) Nyeri.
Tumor pankreas yang besar akan menekan lingkungan sekitar saraf, menimbulkan
rasa sakit di punggung atau perut yang terkadang bisa menjadi hebat.
4) Metastasis.
Ini adalah komplikasi paling serius dari kanker atau tumor ganas pankreas.
Pankreas Anda dikelilingi oleh sejumlah organ vital, termasuk juga perut Anda,
limpa kecil, liver, paru-paru dan usus. Karena kanker pankreas jarang terdeteksi
pada stadium awal, kanker ini seringkali menyebar ke organ-organ tersebut atau
ke dekat ujung limpa.
5) Selain itu dapat pula mengakibatkan gangguan pada sistem pencernaan lainnya
seperti: kanker pancreas, DM type 2, kolelitiasis, kolesistitis.

11. PROGNOSA
Pada penderita tumor pankreas biasanya ditemukan pada saaat terdignosis stadium
lanjut dan tidak dapat direseksi ketika tumor tesebut ditemukan pertama kali
kenyataannya karsinoma pankreas memiliki keberhasilan angka hidup kurang dari 5
tahun paling rendah bila dibandingkan pada 60 lokasi kanker lainnya.

9
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1) PENGKAJIAN PERPOLA KESEHATAN
· Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
 Sebelum sakit:
Bagaimana klien menjaga kesehatan?
Bagaimana cara menjaga kesehatan?
 Saat sakit:
Apakah klien tahu tentang penyakitnya?
Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?
Apa yang dilakukan jika rasa sakitnya timbul?
Apakah pasien tahu penyebab dari rasa sakitnya?
Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?
· Nutrisi metabolik
 Sebelum sakit:
Makan/minum; frekuensi, jenis, waktu ,volume, porsi,rasa?
Apakah ada mengkonsumsi obat-obatn seperti vitamin?
 Saat sakit:
Apakah klien merasa mual/muntah/sulit menelan?
Apakah klien mengalami anoreksia?
Makan/minum; frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi?
· Eliminasi
 Sebelum sakit:
Apakah BAB/BAK teratur; frekuensi, warna, konsistensi, keluhan
nyeri?

Apakah mengejan saat BAB/BAK sehingga berpengaruh pada


pernapasan?
 Saat sakit:
Apakah BAB/BAK teratur; frekuensi, waktu, warna, konsistensi,
keluhan nyeri?

10
· Aktivitas dan latihan
 Sebelum sakit:
Apakah bisa melakukan aktivitas sehari-hari dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari?
Apakah mengalami kelelahan saat aktifvitas?
Apakah mengalami sesak nafas saat beraktivitas?
Apakah olahraga secara teratur?
 Saat sakit:
Apakah memerlukan bantuan saat beraktivitas (penkes, sebagian,
tatal)?
Apakah ada keluhan saat beraktivitas (sesak, batuk)?
· Tidur dan istirahat
 Sebelum sakit:
Apakah tidur klien terganggu?
Berapa lama, kualitas tidur (siang siang dan/malam ?
Kebiasaan sebelum tidur?
 Saat sakit:
Apakah tidur klien terganggu, penyebab?
Berapa lama,kualitas tidur (siang dan/malam) ?
Kebiasaan sebelum tidur?
· Kognitif dan persepsi sensori
 Sebelum sakit:
Bagaimana menghindari rasa sakit?
Apakah mengalami penurunan fugsi pancaindera, apa saja?
Apakah menggunakan alat bantu (kacamata)?
 Saat sakit:
Bagaimana menghindari rasa sakit?
Apakah mengalami nyeri (PQRST)?
Apakah mengalami penurunan fugsi pancaindera, apa saja?
Apakah merasa pusing?
· Persepsi dan konsep diri
 Sebelum sakit:

11
Bagaimana persepsi klien terhadap dirinya?
 Saat sakit:
Bagaimana pandangan pasien dengan dirinya terkait dengan
penyakitnya?
Bagaimana harapan klien terkait dengan penyakitnya?
· Peran dan hubungan dengan sesama
 Sebelum sakit:
Bagaimana hubungan klien dengan sesama?
 Saat sakit:
Bagaimana hubungan dengan orang lain(teman, keluarga, perawat,
dan dokter)?
Apakah peran/pekerjaan terganggu, siapa yang menggantikan?
· Reproduksi dan seksualitas
 Sebelum sakit:
Apakah ada gangguan hubungan seksual klien?
 Saat sakit:
Apakah ada gangguan hubungan seksual klien?
· Mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
 Sebelum sakit:
Bagaimana menghadapi masalah?
Apakah klien stres dengan penyakitnya?
Bagaimana klien mengatasinya?
Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi?
 Saat sakit:
Bagaimana menghadapi masalah?
Apakah klien stres dengan penyakitnya?
Bagaimana klien mengatasinya?
Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi?
· Nilai dan kepercayaan
 Sebelum sakit:
Bagaimana kebiasaan dalam menjalankan ajaran Agama?
 Saat sakit:
Apakah ada tindakan medis yang bertentangan kepercayaan?

12
Apakah penyakit yang dialami mengganggu dalam menjalankan
ajaran Agama yang dianut?
Bagaimana persepsi terkait dengan penyakit yang dialami dilihat
dari sudut pandang nilai dan kepercayaan?

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) DX 1 : Nyeri akut berhubungan dengan penekanan obstruksi pankreas.
2) DX 2 : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, muntah.
3) DX 3 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran yang
berlebih.
4) DX 4 : Intoleransi aktifitas b/d kelemahan
5) DX 5 : Kurang pengetahuan b/d status kesehatan, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Dx Tujuan Intervensi Rasional


1 Nyeri akut b/d Setelah Kaji tanda-tanda adanya Bermanfaat dalam
penekanan diberikan nyeri baik verbal mengevaluasi nyeri,
obstruksi tindakan maupun nonverbal, catat menentukan pilihan
pankreas keperawata lokasi, intensitas(skala 0- intervensi,
ditandai selama 3x24jam 10) dan lamanya. menentukan
dengan diharapkan efektivitas terapi.
distensi pada nyeri berkurang
abdomen. / terkontrol
dengan KH: Letakkan pasien dalam Mencegah hyper
-TTV normal posisi supinasi. ekstensi .
-pasien
melaporkan pertahankan bel Membatasi
nyeru hilang pemanggil dan barang ketegangan, nyeri
atau terkontrol. yang sering digunakan pada daerah
dalam jangkauan yang abdomen.

13
mudah

ajarkan teknik relaksasi Teknik relakasai


(nafas dalam), dan dapat mengalihkan
pengalihan nyeri perhatian pasien
(menonton tv, mengajak terhadap nyeri.
mengobrol)

2 Ketidakseimba Setelah Berikan makanan dalam Untuk meningkatkan


ngan nutrisi diberikan porsi kecil tapi sering selera makan pasien
kurang dari tindakan
kebutuhan keperawatan
tubuh selama 3x24jam Anjurkan oral higine 2 Untuk mengurangi
berhubungan diharapkan kali sehari mual muntah
dengan mual, nutrisi cairan
muntah. pasien terpenuhi Obs. Berat badan & Indikator fisiologi
dengan KH: turgor kulit pasien lanjut dari dehidrasi
-mual muntah – dan kurangnya nutrisi
diare –
-BB dapat di
pertahankan

14
3 Kekurangan Setelah Kaji TTV TTV bermanfaat
volume cairan diberikan untuk mengetahui
berhubungan asuhan keadaan umum pasien
dengan keperawatan Berikan intake cairan
pengeluaran selama 3 x 24 sesuai kebutuhan Memenuhi kebutuhan
yang berlebih jam diharapkan cairan lebih cepat
pemenuhan
cairan dan Observasi berat badan Indikator pisiologi
elektrolit dan torgor kulit pasien lanjut dari dehidrasi
terpenuhi dan kurannya nutrisi
dengan KE:
-pasien tidak
mengalami
dehidrasi.

4 Intoleransi Setelah Evaluasi respon pasien Menetapkan


aktivitas b/d diberikan terhadap aktivitas, catat kemampuan pasien
kelemahan asuhan peningkatan kelelahan & beraktivitas
ditandai keperawatan perubahan TTV
dengan selama 3x24
distensi diharapkan Berikan lingkunag Menurunan stres &
abdomen pasien dapat tenang & batasi rangsangan
beraktivitas pengunjung. Dorong berlebihan,
dengan normal penggunaan manajement meningkatkan
dengan KH: stres istirahat
Pasien tidak
mengeluhkan Pasien mungkin
adanya Bantu pasien memilih nyaman dengan
intolerasi posisi yang nyaman kepala ditinggikan
aktifitas untuk istirahat

5 Kurang Setelah Berikan informasi Agar pasien


pengetahuan diberikan askep tentang penyakit yang mengetahui informasi
b/d perubahan selama 3x24 diderita tentang penyakitnya

15
status jam diharapkan
kesehatan,prog pasien mengerti Evaluasi tingkat Agar kita mengetahui
nosis penyakit tentang pengetahuan pasien seberapa pengatahuan
dan cara penyakit yang tentang penyakitnya pasien tentang
pegobatan dideritanya penyakitnya
ditandai dengan kriteria
dengan cemas hasil pasien
tdak cemas

16
C. SAP

Pokok bahasan : Tumor Pankreas

Sasaran : pasien dan keluaraga.

Sub tema : tehnik relaksasi napas dalam.

Waktu :

I. Tujuan instruksional umum.


Setelah diberikan penyuluhan peserta dapat memahami tentang pengertian, tujuan,
prosedur dan faktor-faktor yang mempengaruhi napas dalam.
II. Tujuan instruksional khusus.
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta mampu :
1. Menjelaskan pengertian tehnik napas dalam.
2. Menjelaskan tujuan tehnik napas dalam.
3. Menjelaskan prosedur relaksasi napas dalam.
4. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi tehnik napas dalam.
III. Media: leaflet
IV. Metode : ceramah dan tanya jawab.
V. kegiatan penyuluhan.

No Kegiatan Respon Waktu


1 Pembukaan - menjawab salam. 5 menit
1.penyampaian salam. - memperhatikan.
2. menjelaskan tujuan
2 Penyampaian materi - mendengarkan. 20 menit
1.menjelaskan pengertian tehnik napas -memperhatikan.
dalam.
2.menjelaskan tujuan tehnik napas
dalam.
3.menjelaskan prosedur tehnik napas
dalam.
4.menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi tehnik napas dalam.

17
3 Penutup - mendengarkan. 5 menit
1.tanya jawab. - menjawab pertanya
2.menyimpulkan materi. an
3.mengakhiri kegiatan
4 Evaluasi 5 menit
Peserta mampu menjelaskan kembali
1.pengertian tehnik napas dalam.
2.menjelaskan tujuan tehnik napas
dalam.
3.menjelaskan prosedur tehnik napas
dalam.
4.menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi Tehnik napas dalam.

VI. Lampiran
Tehnik napas dalam

A. Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang
dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas
dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan napas secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri,
teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2002).
B. Tujuan

Smeltzer & Bare (2002) menyatakan bahwa tujuan teknik relaksasi napas dalam
adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah
atelektasi paru, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baik stress fisik
maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.

C. Prosedur tehnik relaksasi napas dalam (2003)

Bentuk pernapasan yang digunakan pada prosedur ini adalah pernapasan diafragma
yang mengacu pada pendataran kubah diagfragma selama inspirasi yang

18
mengakibatkan pembesaran abdomen bagian atas sejalan dengan desakan udara
masuk selama inspirasi. Adapun langkah-langkah teknik relaksasi napas dalam adalah
sebagai berikut :

1) Ciptakan lingkungan yang tenang


2) Usahakan tetap rileks dan tenang
3) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui
hitungan 1,2,3
4) Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstrimitas
atas dan bawah rileks
5) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
6) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara
perlahan-lahan
7) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
8) Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam
9) Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri
10) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
11) Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.
12) Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara dangkal dan cepat.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan


nyeri

Teknik relaksasi napas dalam dipercaya dapat menurunkan intensitas nyeri melalui
mekanisme yaitu :

1) Dengan merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang disebabkan


oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan
akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami spasme dan iskemik
2) Teknik relaksasi napas dalam dipercayai mampu merangsang tubuh untuk
melepaskan opoiod endogen yaitu endorphin dan enkefalin (Smeltzer & Bare,
2002)
3) Mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat Relaksasi melibatkan sistem otot dan
respirasi dan tidak membutuhkan alat lain sehingga mudah dilakukan kapan saja
atau sewaktu-waktu.

19
Prinsip yang mendasari penurunan nyeri oleh teknik relaksasi terletak pada fisiologi
sistem syaraf otonom yang merupakan bagian dari sistem syaraf perifer yang
mempertahankan homeostatis lingkungan internal individu. Pada saat terjadi
pelepasan mediator kimia seperti bradikinin, prostaglandin dan substansi, akan
merangsang syaraf simpatis sehingga menyebabkan vasokostriksi yang akhirnya
meningkatkan tonus otot yang menimbulkan berbagai efek seperti spasme otot yang
akhirnya menekan pembuluh darah, mengurangi aliran darah dan meningkatkan
kecepatan metabolisme otot yang menimbulkan pengiriman impuls nyeri dari medulla
spinalis ke otak dan dipersepsikan sebagai nyeri.

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan medikal bedah. Edisi 8 Vol.1. Alih Bahasa :
Agung waluyo. Jakarta. EGC.

Priharjo, R. (2003). Perawatan nyeri. Jakarta. EGC.

20
D. JURNAL

· © 2006 American Society for Clinical Nutrition

Consumption of sugar and sugar-sweetened foods and the risk of pancreatic cancer in a
prospective study1,2,3

1. Susanna C Larsson,
2. Leif Bergkvist, and
3. Alicja Wolk

+ Author Affiliations

1
1. From the Division of Nutritional Epidemiology, National Institute of Environmental
Medicine, Karolinska Institute, Stockholm, Sweden (SCL and AW), and the
Department of Surgery and the Centre for Clinical Research, Central Hospital,
Västerås, Sweden (LB)

Abstract

Background: Emerging evidence indicates that hyperglycemia and hyperinsulinemia may be


implicated in the development of pancreatic cancer. Frequent consumption of sugar and high-
sugar foods may increase the risk of pancreatic cancer by inducing frequent postprandial
hyperglycemia, increasing insulin demand, and decreasing insulin sensitivity.

Objective: The objective of the study was to examine prospectively the association of the
consumption of added sugar (ie, sugar added to coffee, tea, cereals, etc) and of high-sugar
foods with the risk of pancreatic cancer in a population-based cohort study of Swedish
women and men.

Design: A food-frequency questionnaire was completed in 1997 by 77 797 women and men
aged 45–83 y who had no previous diagnosis of cancer or history of diabetes. The
participants were followed through June 2005.

Results: During a mean follow-up of 7.2 y, we identified 131 incident cases of pancreatic
cancer. The consumption of added sugar, soft drinks, and sweetened fruit soups or stewed

21
fruit was positively associated with the risk of pancreatic cancer. The multivariate hazard
ratios for the highest compared with the lowest consumption categories were 1.69 (95% CI:
0.99, 2.89; P for trend = 0.06) for sugar, 1.93 (1.18, 3.14; P for trend = 0.02) for soft drinks,
and 1.51 (0.97, 2.36; P for trend = 0.05) for sweetened fruit soups or stewed fruit.

Conclusion: High consumption of sugar and high-sugar foods may be associated with a
greater risk of pancreatic cancer.

http://ajcn.nutrition.org/content/84/5/1171.short tanggal 11 September 2012

22
DAFTAR PUSTAKA
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta : EGC
Doenges,ME and moorhouse,MF. 1999. Rencana asuhan keperawatan Edisi 3.
Jakarta:EGC
Price,SA and wilson,LM. 2005 Patofisiologi: konsp klinis proses-proses penyakit Vol 2.
Jakarta:EGC
Suddarh & Brunner. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta

23

You might also like