Professional Documents
Culture Documents
A. KONSEP MEDIS
1. PENGERTIAN
Tumor pancreas dapat berupa tumor jinak ataupun ganas. Menurut asal jaringan,
dikelompokkan tumor eksokrin dan tumor endokrin. Tumor Pankreas dapat berasal
dari jaringan eksokrin dan jaringan endokrin pankreas, serta jaringan penyangganya.
Tumor pancreas terdapat tumor eksokrin dan tumor endokrin.
Tumor eksokrin pankreas adalah tumor ganas dari jaringan eksokrın pankreas, yaıtu
adenokarsinoma duktus pancreas, dan adenoma untuk yang jinak. Tumor eksokrin
pankreas pada umumnya berasal dari sel duktus dan sel asiner. Sekitar 90%
merupakan tumor ganas jenis adenokarsinoma duktus pankreas (disingkat kanker
pankreas).
Yang termasuk tumor endokrin pancreas ialah insulinoma, glukagonoma,
somastatinoma, dan gastrinoma. Gastrinoma adalah tumor pankreas yang
mneghasilkan hormon gastrin dalam jumlah yang sangat besar yang akan merangsang
lambung untuk mengeluarkan asam dan ensim”nya sehingga terjadi ulkus peptikum.
(www.medicastore.com) Tumor Pankreas merupakan tumor ganas yang berasal dari
sel-sel yang melapisi saluran pankreas.
(http://medicastore.com/penyakit/481/Adenokarsinoma_Pankreas.html )
Kanker Pankreas merupakan tumor ganas yang berasal dari sel-sel Yang melapisi
saluran pankreas. Sekitar 95% tumor ganas pankreas merupakan adenokarsinoma.
Tumor-tumor ini lebih sering terjadi pada laki-laki dan agak lebih sering menyerang
orang kulit hitam. Tumor ini jarang terjadi sebelum usia 50 tahun dan rata-rata
penyakit ini terdiagnosis pada penderita yang berumur 55 tahun. (Brunner &
Suddarth, 2001).
2. KLASIFIKASI
Tumor Eksokrin Pankreas
Klasifikasi menurut WHO, dibagi menjadi 3 bagian
1) Jinak.
a. Serous cystadenoma,
b. Mucinous cystadenoma,
c. Intraductal papillary-mucinous adenoma,
1
d. Mature cystic teratoma
2) Perbatasan (borderline)
a. Mucinous cystic tumor with moderate dysplasia
b. Intraductal papillary-mucinous tumor with moderate dysplasia
c. Solid pseudopapillary tumor
3) Ganas
a. Ductal adenocarcinoma
b. Serous/mucinous cystadenocarcinoma
c. Intraductal papillary-mucinous tumor
Tumor eksokrin pancreas umumnya berasal dari sel duktus dan sel asiner. Sekitar
90% merupakan tumor ganas sejenis adenokarsinoma duktus pancreas (kanker
pankreas)
2
Pentahapan Kanker Pankreas. Umumnya menggunakan klasifikasi TNM (Tumor,
Nodul, Metastase)
1) T₁: terbatas di pankreas <2 cm. T₂: terbatas di pankreas >2 cm. T₃: meluas
ke duodenum atau saluran empedu. T₄: meluas ke v. porta, v. mesenterika
anterior, a. mesenterika superior, lambung, limpa dan kolon.
2) N₀: tidak ada metastasis ke kelenjar limfe regional. N₁: metastasis ke
kelenjar limfe regional
3) M₀: tidak ada metastasis jauh. M₁: metastasis jauh (hati, paru)
3
Cauda pankreas terletak antara kedualembar ligamentum splenorenale bersama
pembuluh splenica. Arteri – arteri pankreas berasal dari arteri pancreaticoduodenalis.
Sampai 10 cabang arterisplenica mengantar darah pada corpus dan cauda
pancreatis.Vena – vena pancreas menyalurkan darah ke vena porta hepatica vena
splenica dan vena mesentrica superior. Pembuluh limfe pankreas mengikuti pembuluh
darah. Terbanyak pembuluh ini berakhir pada nodi lymphoidei
pancreaticoduodenales sepanjang arteri splenica.Secara histologis, bagian eksokrin
pankreas adalah kelenjar asinar kompleks yangserupa dengan struktur kelenjar
parotis. Asinus eksokrin pankreas teriri atas beberapa sel serosa yang mengelilingi
lumen. Sel – sel ini sangat terpolarisasi .Jumlah granul zimogen yang terdapat dalam
sel bervariasi sesuai dengan fase pencernaan. Pankreas ditutupi suatu simpai jaringan
ikat tipis yang menjulurkansepta ke dalamnya, dan memisahkan lobulus pankreas.
Asinus dikelilingi suatu lamina basal yang ditunjang selubung serat – serat retikulin
halus. Pankreas juga memiliki jaringan kapiler luas yang berguna untuk proses
sekresi.
4. ETIOLOGI
Penyebab sebenarnya kanker pankreas masih belum jelas. Penelitian epidemiologic
menunjukkan adanya hubungan kanker pankreas dengan beberapa factor eksogen
(lingkungan) dan faktor endogen pasien. Etıologi kanker pankreas merupakan
interaksi kompleks antara faktor endogen pasien dan factor lingkungan dan faktor
genetika.
1) Faktor Eksogen (Lingkungan)
Telah diteliti beberapa faktor resiko eksogen yang dihubungkan dengan
kanker pankreas, antara lain : kebiasaan merokok, diet tinggi lemak, alcohol,
kopi, dan zat karsinogen industry. Factor resiko yang paling konsisten adalah
merokok.
2) Factor Endogen (Pasien)
Ada 3 hal penting sebagai faktor resiko endogen yaitu : usia, penyakit pancreas
(pankreastitis kronik dan diabetes militus) dan mutasi genetik. Faktor
Genetik Pada masa kini peran faktor genetik pada kanker pancreas makin
banyak diketahui. Sekitar 10% pasien kanker pancreas mempunyai predisposisi
genitik yang diturunkan. Proses karsinogenesis kanker pankreas diduga
merupakan akumulasi dari banyak kejadian mutasi genetik.
4
5. EPIDEMIOLOGI
Karsinoma pankreas sekarang menjadi penyebab tersering kelima kematian
diAmerika Serikat. Insidensinya tidak berubah selama 50 tahun terakhir. Saat ini,
setiap tahun teridentifikasi 28.000 kasus baru. Insidensi kanker pankreas makin
meningkat dengan bertambahnya usia. Insidensi puncak terjadi pada usia antara 60 –
80 tahun dan jarang ditemui pada usia kurangdari 50 tahun. Pasien pria lebih bayak
daripada pasien wanita dengan pebandingan 1,5 : 1. Di RSUP Dr Sardjito Jogjakarta
pada tahun 1990 – 1993 terdapat 15kasus. Data terbaru dari RSUP Dr Kariadi
Semarang pada tahun 1997 – 2004 terdapat 53 kasus. Angka kematian akibat
karsinoma pankreas sangat tinggi. Sebagian besar pasien meninggal dalam waktu 1
tahun setelah diagnosis penyakit. Secara keseluruhan,angka kelestarian hidup 1 tahun
(one year survival rate) yaitu sekitar 12% danangka kelestarian hidup 5 tahun ( five
years survival rate) sekitar 0.4 – 4 %.
6. PATOFISIOLOGI
Kanker pancreas hampir 90% berasal dari duktus, dimana 75% bentuk klasik
adenokarsinoma sel duktal yang memproduksi musin. Sebagian besar kasus (70%),
lokasi kanker pada kaput pancreas, 15-20% pada badan dan 10% pada ekor. Pada
waktu di diagnosis, ternyata tumor pancreas relative sudah besar. Tumor yang dapat
direseksi biasanya besarnya 2,5-3,5cm. Pada sebagian besar kasus tumor sudah besar
(5-6cm), dan atau telah terjadi infiltrasi dan melekat pada jaringan sekitar, sehingga
tidak dapat direkseksi. Pada umumnya tumor meluas ke retroperitoneal ke belakang
pankreas, melapisi dan melekat pada pembuluh darah, secara mikroskopik terdapat
infiltrasi di jaringan lemak peripankreas, saluran limfe, dan perineural. Pada stadium
lanjut, kanker kaput pancreas sering bermetastasis ke duodenum, lambung,
peritoneum, hati dan kandung empedu. Kanker pancreas pada bagian dan ekor
pancreas dapat metastasis ke hati, peritoneum, limpa, lambung dan kelenjar adrenal
kiri. Karsinoma di kaput pancreas sering menimbulkan sumbatan pada saluran
empedu sehingga terjadi kolestasis ekstra-hepatal. Disamping itu akan mendesak dan
menginfiltrasi duodenum, yang dapat menimbulkan peradangan di duodenum.
Karsinoma yang letaknya di korpus dan kauda, lebih sering mengalami metastasis ke
hati dan ke limpa.
5
Faktor endogen
Faktor eksogen
· Usia
· Perokok
· Penyakit
· Diet tinggi lemak
pankreas(pankreatitis,
· Alkohol, kopi
diabetes)
· Paparan kimiawi
· Mutasi genetik
Tumor pankreas
Kolestasis di ekstra
Ikterus Mual dan muntah
hepar
· Hipoglikemia
· Kompresi sekresi
epineprine
Tinja berwarna pucat
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
· Kelemahan
· Palpitasi
· Nadi dan TD
· Pandangan kabur
Invasi tumor ke
Kekurangan volume
daerah
cairan
retroperitoneal
Cemas Kurang pengetahuan
Infiltrasi pleksus
saraf splanikus
Nyeri
6
7. TANDA DAN GEJALA
1) Rasa penuh, kembung di ulu hati, anoreksia, mual, muntah, diare (steatore), dan
badan lesu. Keluhan tersebut tidak khas karena dijumpai pada pancreatitis dan
tumor intraabdominal. Keluhan awal biasanya berlangsung >2 bulan sebelum
diagnosis kanker. Keluhan utama yang sering adalah sakit perut, berat badan turun
(>75 % kasus) dan ikterus (terutama pada kanker kaput pankreas).
2) Lokasi sakit perut biasanya di ulu hati, awalnya difus, selanjutnya terlokalisir.
Sakit perut biasanya disebabkan invasi tumor pada pleksus coeliac dan pleksus
mesenterikus superior. Dapat menjalar ke punggung, disebabkan invasi tumor ke
daerah retroperitoneal dan terjadi infiltrasi pada pleksus saraf splanknikus.
3) Penurunan berat badan awalnya melambat, kemudian menjadi progresif,
disebabkan berbagai faktor: asupan makanan kurang, malabsorbsi lemak dan
protein, dan peningkatan kadar sitokin pro-inflamasi (tumor necrosis factor-a dan
interleukin-6).
4) Ikterus obstruktivus, dijumpai pada 80-90 % kanker kaput pankreas berupa tinja
berwarna pucat (feses akolik). Kanker kaput pancreas biasanya disertai sakit perut,
tapi bukan kolik.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan :
1) Teraba tumor massa padat pada abdomen regio epigastrium, sulit digerakkan
karena letak tumor retroperitoneum.
2) Ikterus, pembesaran kandung empedu (Courvoisier’s sign), hepatomegali,
splenomegali (karena kompresi atau trombosis pada v. porta atau v. lienalis, atau
akibat metastasis hati yang difus), asites (karena infiltrasi kanker ke peritoneum),
nodul periumbilikus (Sister Mary Joseph’s nodule), trombosis vena dan migratory
thrombophlebitis (Trousseau’s syndrome), perdarahan gastrointestinal, dan edema
tungkai (karena obstruksi VCI) serta limfadenopati supraklavikula sinistra
(Virchow’s node)
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Petanda tumor CEA (Carcino Embryonic Antigen) dan CA 19-9 (Carbohydrate
Antigenic determinant 19-9), Radiografi (gastroduodenografi, duodenografi
hipotonis), USG (Ultrasonografi), CT (Computed Tomography), skintigrafi pancreas,
MRI (Magnetic Resonance Imaging), ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangio
7
Pancreatography), EUS (ultrasonografi endoskopik), angiografi, PET (Positron
Emission Tomograhpy), bedah laparoskopi dan biopsy.
Pada pemeriksaan akan ditemukan hasil :
1) Kenaikan CEA dijumpai pada 85 % pasien kanker kaput pankreas. CA19-9 lebih
berperan penting untuk mengetahui prognosis dan respon terapi, karena
mempunyai sensitifitas dan spesifisitas tinggi (80 % dan 60-70 %).
2) Radiografi untuk mendeteksi kelainan lengkung duodenum akibat kanker
pancreas.
3) USG. Pemeriksaan penunjang pertama pada pasien dengan sakit perut/ulu hati
yang menetap atau berulang dan ikterus. Dengan USG dapat diketahui besar, letak
dan karakter tumor, diameter saluran empedu dan duktus pankreatikus, dan letak
obstruksi serta mengetahui ada-tidaknya metastasis ke limfonodi sekitar dan hati,
jarak tumor dengan pembuluh darah.
4) CT. Gambaran pankreas lebih rinci dan lebih baik daripada USG, terutama pada
korpus dan kauda pankreas.
5) MRI. Banyak digunakan untuk evaluasi kanker pancreas.
6) ERCP. Dapat mengetahui atau menyingkirkan adanya kelainan gastroduodenum
dan ampula vater, pencitraan saluran empedu dan pancreas.
7) EUS. Metode relative baru, sensitivitas dan spesivitas tinggi dalam evaluasi tumor
terutama diameter <3 cm.
9. PENATALAKSANAAN
1) Bedah reseksi ‘kuratif’. Mengangkat/mereseksi komplit tumor massanya. Yang
paling sering dilakukan adalah prosedur Whipple.
2) Bedah paliatif. Untuk membebaskan obstruksi bilier, pemasangan stent perkutan
dan stent per-endoskopik.
3) Kemoterapi. Bisa kemoterapi tunggal maupun kombinasi. Kemoterapi tunggal
seperti 5-FU, mitomisin-C, Gemsitabin. Kemoterapi kombinasi yang masih dalam
tahap eksperimental adalah obat kemoterapi dengan kombinasi epidermal growth
factor receptor atau vascular endothelial growth factor receptor.
4) Radioterapi. Biasanya dikombinasi dengan kemoterapi tunggal —> 5-FU (5-
Fluorouracil).
8
5) Terapi simtomatik. Lebih ditujukan untuk meredakan rasa nyeri (obat analgetika)
dari: golongan aspirin, penghambat COX-1 maupun COX-2, obat golongan
opioid.
10. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi adalah :
1) Masalah dengan metabolisme glukosa Tumor dapat mempengaruhi kemampuan
pankreas untuk memproduksi insulin sehingga dapat mendorong permasalahan di
metabolisme glukosa, termasuk diabetes.
2) Jaundice terkadang diikuti dengan rasa gatal yang hebat. Menguningnya kulit dan
bagian putih mata dapat terjadi jika tumor pankreas menyumbat saluran
empedu,yaitu semacam pipa tipis yang membawa empedu dari liver ke usus dua
belas jari. Warna kuning berasal dari kelebihan bilirubin. Asam empedu dapat
menyebabkan rasa gatal jika kelebihan bilirubin tersebut mengendap di kulit.
3) Nyeri.
Tumor pankreas yang besar akan menekan lingkungan sekitar saraf, menimbulkan
rasa sakit di punggung atau perut yang terkadang bisa menjadi hebat.
4) Metastasis.
Ini adalah komplikasi paling serius dari kanker atau tumor ganas pankreas.
Pankreas Anda dikelilingi oleh sejumlah organ vital, termasuk juga perut Anda,
limpa kecil, liver, paru-paru dan usus. Karena kanker pankreas jarang terdeteksi
pada stadium awal, kanker ini seringkali menyebar ke organ-organ tersebut atau
ke dekat ujung limpa.
5) Selain itu dapat pula mengakibatkan gangguan pada sistem pencernaan lainnya
seperti: kanker pancreas, DM type 2, kolelitiasis, kolesistitis.
11. PROGNOSA
Pada penderita tumor pankreas biasanya ditemukan pada saaat terdignosis stadium
lanjut dan tidak dapat direseksi ketika tumor tesebut ditemukan pertama kali
kenyataannya karsinoma pankreas memiliki keberhasilan angka hidup kurang dari 5
tahun paling rendah bila dibandingkan pada 60 lokasi kanker lainnya.
9
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1) PENGKAJIAN PERPOLA KESEHATAN
· Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Sebelum sakit:
Bagaimana klien menjaga kesehatan?
Bagaimana cara menjaga kesehatan?
Saat sakit:
Apakah klien tahu tentang penyakitnya?
Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?
Apa yang dilakukan jika rasa sakitnya timbul?
Apakah pasien tahu penyebab dari rasa sakitnya?
Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?
· Nutrisi metabolik
Sebelum sakit:
Makan/minum; frekuensi, jenis, waktu ,volume, porsi,rasa?
Apakah ada mengkonsumsi obat-obatn seperti vitamin?
Saat sakit:
Apakah klien merasa mual/muntah/sulit menelan?
Apakah klien mengalami anoreksia?
Makan/minum; frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi?
· Eliminasi
Sebelum sakit:
Apakah BAB/BAK teratur; frekuensi, warna, konsistensi, keluhan
nyeri?
10
· Aktivitas dan latihan
Sebelum sakit:
Apakah bisa melakukan aktivitas sehari-hari dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari?
Apakah mengalami kelelahan saat aktifvitas?
Apakah mengalami sesak nafas saat beraktivitas?
Apakah olahraga secara teratur?
Saat sakit:
Apakah memerlukan bantuan saat beraktivitas (penkes, sebagian,
tatal)?
Apakah ada keluhan saat beraktivitas (sesak, batuk)?
· Tidur dan istirahat
Sebelum sakit:
Apakah tidur klien terganggu?
Berapa lama, kualitas tidur (siang siang dan/malam ?
Kebiasaan sebelum tidur?
Saat sakit:
Apakah tidur klien terganggu, penyebab?
Berapa lama,kualitas tidur (siang dan/malam) ?
Kebiasaan sebelum tidur?
· Kognitif dan persepsi sensori
Sebelum sakit:
Bagaimana menghindari rasa sakit?
Apakah mengalami penurunan fugsi pancaindera, apa saja?
Apakah menggunakan alat bantu (kacamata)?
Saat sakit:
Bagaimana menghindari rasa sakit?
Apakah mengalami nyeri (PQRST)?
Apakah mengalami penurunan fugsi pancaindera, apa saja?
Apakah merasa pusing?
· Persepsi dan konsep diri
Sebelum sakit:
11
Bagaimana persepsi klien terhadap dirinya?
Saat sakit:
Bagaimana pandangan pasien dengan dirinya terkait dengan
penyakitnya?
Bagaimana harapan klien terkait dengan penyakitnya?
· Peran dan hubungan dengan sesama
Sebelum sakit:
Bagaimana hubungan klien dengan sesama?
Saat sakit:
Bagaimana hubungan dengan orang lain(teman, keluarga, perawat,
dan dokter)?
Apakah peran/pekerjaan terganggu, siapa yang menggantikan?
· Reproduksi dan seksualitas
Sebelum sakit:
Apakah ada gangguan hubungan seksual klien?
Saat sakit:
Apakah ada gangguan hubungan seksual klien?
· Mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
Sebelum sakit:
Bagaimana menghadapi masalah?
Apakah klien stres dengan penyakitnya?
Bagaimana klien mengatasinya?
Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi?
Saat sakit:
Bagaimana menghadapi masalah?
Apakah klien stres dengan penyakitnya?
Bagaimana klien mengatasinya?
Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi?
· Nilai dan kepercayaan
Sebelum sakit:
Bagaimana kebiasaan dalam menjalankan ajaran Agama?
Saat sakit:
Apakah ada tindakan medis yang bertentangan kepercayaan?
12
Apakah penyakit yang dialami mengganggu dalam menjalankan
ajaran Agama yang dianut?
Bagaimana persepsi terkait dengan penyakit yang dialami dilihat
dari sudut pandang nilai dan kepercayaan?
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) DX 1 : Nyeri akut berhubungan dengan penekanan obstruksi pankreas.
2) DX 2 : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, muntah.
3) DX 3 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran yang
berlebih.
4) DX 4 : Intoleransi aktifitas b/d kelemahan
5) DX 5 : Kurang pengetahuan b/d status kesehatan, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
13
mudah
14
3 Kekurangan Setelah Kaji TTV TTV bermanfaat
volume cairan diberikan untuk mengetahui
berhubungan asuhan keadaan umum pasien
dengan keperawatan Berikan intake cairan
pengeluaran selama 3 x 24 sesuai kebutuhan Memenuhi kebutuhan
yang berlebih jam diharapkan cairan lebih cepat
pemenuhan
cairan dan Observasi berat badan Indikator pisiologi
elektrolit dan torgor kulit pasien lanjut dari dehidrasi
terpenuhi dan kurannya nutrisi
dengan KE:
-pasien tidak
mengalami
dehidrasi.
15
status jam diharapkan
kesehatan,prog pasien mengerti Evaluasi tingkat Agar kita mengetahui
nosis penyakit tentang pengetahuan pasien seberapa pengatahuan
dan cara penyakit yang tentang penyakitnya pasien tentang
pegobatan dideritanya penyakitnya
ditandai dengan kriteria
dengan cemas hasil pasien
tdak cemas
16
C. SAP
Waktu :
17
3 Penutup - mendengarkan. 5 menit
1.tanya jawab. - menjawab pertanya
2.menyimpulkan materi. an
3.mengakhiri kegiatan
4 Evaluasi 5 menit
Peserta mampu menjelaskan kembali
1.pengertian tehnik napas dalam.
2.menjelaskan tujuan tehnik napas
dalam.
3.menjelaskan prosedur tehnik napas
dalam.
4.menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi Tehnik napas dalam.
VI. Lampiran
Tehnik napas dalam
A. Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang
dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas
dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan napas secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri,
teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2002).
B. Tujuan
Smeltzer & Bare (2002) menyatakan bahwa tujuan teknik relaksasi napas dalam
adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah
atelektasi paru, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baik stress fisik
maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.
Bentuk pernapasan yang digunakan pada prosedur ini adalah pernapasan diafragma
yang mengacu pada pendataran kubah diagfragma selama inspirasi yang
18
mengakibatkan pembesaran abdomen bagian atas sejalan dengan desakan udara
masuk selama inspirasi. Adapun langkah-langkah teknik relaksasi napas dalam adalah
sebagai berikut :
Teknik relaksasi napas dalam dipercaya dapat menurunkan intensitas nyeri melalui
mekanisme yaitu :
19
Prinsip yang mendasari penurunan nyeri oleh teknik relaksasi terletak pada fisiologi
sistem syaraf otonom yang merupakan bagian dari sistem syaraf perifer yang
mempertahankan homeostatis lingkungan internal individu. Pada saat terjadi
pelepasan mediator kimia seperti bradikinin, prostaglandin dan substansi, akan
merangsang syaraf simpatis sehingga menyebabkan vasokostriksi yang akhirnya
meningkatkan tonus otot yang menimbulkan berbagai efek seperti spasme otot yang
akhirnya menekan pembuluh darah, mengurangi aliran darah dan meningkatkan
kecepatan metabolisme otot yang menimbulkan pengiriman impuls nyeri dari medulla
spinalis ke otak dan dipersepsikan sebagai nyeri.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan medikal bedah. Edisi 8 Vol.1. Alih Bahasa :
Agung waluyo. Jakarta. EGC.
20
D. JURNAL
Consumption of sugar and sugar-sweetened foods and the risk of pancreatic cancer in a
prospective study1,2,3
1. Susanna C Larsson,
2. Leif Bergkvist, and
3. Alicja Wolk
+ Author Affiliations
1
1. From the Division of Nutritional Epidemiology, National Institute of Environmental
Medicine, Karolinska Institute, Stockholm, Sweden (SCL and AW), and the
Department of Surgery and the Centre for Clinical Research, Central Hospital,
Västerås, Sweden (LB)
Abstract
Objective: The objective of the study was to examine prospectively the association of the
consumption of added sugar (ie, sugar added to coffee, tea, cereals, etc) and of high-sugar
foods with the risk of pancreatic cancer in a population-based cohort study of Swedish
women and men.
Design: A food-frequency questionnaire was completed in 1997 by 77 797 women and men
aged 45–83 y who had no previous diagnosis of cancer or history of diabetes. The
participants were followed through June 2005.
Results: During a mean follow-up of 7.2 y, we identified 131 incident cases of pancreatic
cancer. The consumption of added sugar, soft drinks, and sweetened fruit soups or stewed
21
fruit was positively associated with the risk of pancreatic cancer. The multivariate hazard
ratios for the highest compared with the lowest consumption categories were 1.69 (95% CI:
0.99, 2.89; P for trend = 0.06) for sugar, 1.93 (1.18, 3.14; P for trend = 0.02) for soft drinks,
and 1.51 (0.97, 2.36; P for trend = 0.05) for sweetened fruit soups or stewed fruit.
Conclusion: High consumption of sugar and high-sugar foods may be associated with a
greater risk of pancreatic cancer.
22
DAFTAR PUSTAKA
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta : EGC
Doenges,ME and moorhouse,MF. 1999. Rencana asuhan keperawatan Edisi 3.
Jakarta:EGC
Price,SA and wilson,LM. 2005 Patofisiologi: konsp klinis proses-proses penyakit Vol 2.
Jakarta:EGC
Suddarh & Brunner. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta
23