You are on page 1of 22

ANOMALI GIGI

Anomali gigi merupakan kelainan atau penyimpangan dari bentuk normal gigi akibat
gangguan pada stadium pertumbuhan dan perkembangan gigi yang sering disebut dengan
abnormalitas pada gigi. Umumnya di pengaruhi oleh hereditas atau keturunan dan juga
disebabkan oleh perkembangan. Anomali gigi dapat di identifikasi pada molar gigi secara
rinci, baik berdasarkan jumlah dan posisi gigi. Pada abnormal gigi juga terdapat kelainan
pada bagian akar gigi.

Abnormalitas jumlah gigi

Kelainan jumlah gigi terbagi atas dua bagian, pertama anodonsia merupakan absennya
gigi, kedua supernumerary merupakan gigi ekstra. Kedua abnormalitas jumlah gigi ini, terjadi
penambahan atau pengurangan pada julah gigi. Anodonsia terdiri dari anodonsia total dan
anodonsia sebagian. Anodonsia total merupakan absennya satu set gigi csecara congenital.
Anodonsia sebagian hanya melibatkan satu atau dua gigi dalam gigi geligi, untuk memastikan
bahwa yang terjadi adalah absennya gigi bukan gigi tidak erupsi diperlukan radiograf. Gigi
yang mengalami supernumerary terjadi penambahan pada jumlah formula normal pada setiap
kuadran.

Abnormalitas morfologi gigi

Kelainan pada morfologi akar dapat terjadi pada mahkota, akar, dan posisi gigi.
Malformasi mahkota mungkin terlihat secara klinis melalui inspeksi pada rongga mulut.
Kemudian, malformasi akar normal hanya terlihat pada radiograf, walaupun pemeriksaan
yang teliti pada gigi yang di ekstraksi mengungkap banyak variasi. Malformasi gigi
berhubungan keturunan atau cedera selama pembentukan dan oleh karna itu, bisa mengenai
banyak gigi dari pada satu atau dua gigi tertentu. Reaksi terhadap cedera sebenarnya bukan
anomaly tetapi perubahan yang unik dalam morfologi gigi terkait penyebab khusus. Kondisi
ini harus di kenali sehingga etiologinya dapat di identifikasi dan di modofikasi, jika
memungkinkan untuk menghindari faktor penyebab yang bisa memperburuk keadaan,
seperti, abrasi, erosi, dan gigi-gigi yang tidak biasa.

Faktor penyebab anomali gigi

1. Faktor hereditas
2. Gangguan waktu pertumbuhan dan perkembangan gigi
3. Gangguan metabolism

Anomali gigi umumnya biasa terjadi pada

1. Pada gigi tetep lebih banyak dari gigi susu


2. Pada gigi geligi atas lebih banyak dari gigi geligi bawah
3. Anodontia yang tidak ada benih gigi dalam rahang
4. Kelebihan gigi atau supernumerary (extra) tooth
5. Perubahan bentuk / bentuk yang abnormal, jarang sekali terjadi
6. Gigi kembar / fused anterior tooth

Kelainan Pada Struktur Gigi


1. Amelogenesis Imperfekta
Amelogenesis imperfekta merupakan suatu kelainan herediter yang tampak
sebagai perubahan pengaturan dan atau struktur gen yang berhubungan dengan
email. Penyakit turunan yang terjadi pada saat pembentukan enamel pada gigi
susu dan tetap. Kekurangan jaringan enamel sebagian atau seluruhnya
mengakibatkan mahkota kasar, berwarna kuning sampai cokiat yang cenderung
rusak.Amelogenesis imperfecta dapat ditemukan dalam tiga tipe, yaitu hipoplasi,
hipokalsifikasi dan hipomaturasi. Dalam hal ini dentin dan pulpa normal. Karena
terdapat gangguan pada pembentukan email gigi, maka secara klinis akan nampak
bentukan seperti ceruk, lekukan, defek horizontal atau vertical. Secara radiogram,
tampak email hampir tak terlihat, seperti bayangan atau sama sekali tidak ada.

Gangguan struktur email


- sebab-sebab pre dan prenatal
- penyakit infeksi pascanatal
- kekurangan di dalam diet
- gangguan endokrin
- bahan-bahan kimiawi/ medikamen
- trauma dll
Amelogenesis imperfect

2. Dentinogenesis Imperfekta
Pada kelainan dentinogenesis imperfecta, email terbentuk normal namun
dentin kurang mineralisasi sehingga gigi tampak kebiru-biruan, merah, akar pendek
berliku-liku, dapat obliterasi, email dapat pecah karena sokongan dentin yang
lemah, dentin cepat abrasi, erosi, dan akar terlihat. Gigi ini Iemah, kurang dukungan
dan jaringan dentin. Radiogram menunjukkan perubahan karakteristik seperti
penutupan ruang pulpa, akar yang pendek, bentukan mahkota yang seperti bel.

Dentinogenessis imperfecta
Dentinogenesis imerfecta

3. Hipoplasia Enamel
Hipoplasi enamel merupakan istilah yang sering digunakan untuk
menunjukkan defek sempurna pada email yang menghasilkan cacat menyeluruh
atau perubahan dalam bentuk. Hipoplasia enamel dapat terjadi pada gigi desidui
maupun gigi tetap. Gigi yang mengalami enamel hipoplasia memiliki struktur
enamel yang lebih lunak dibanding dengan enamel normal. Enamel yang mengalami
kelainan menyebabkan gigi menjadi lebih sensitif dan memiliki kemungkinan lebih
besar terjadinya karies. Selain itu, gigi yang mengalami enamel hipoplasi secara
klinis menunjukan gambaran yang sangat bervariasi. Gigi tampak cekung berwarna
cokelat karena hampir tidak terbentuk email. Hipoplasi juga dapat berupa pit, fissure
kecil atau tampak sederhana sebagai hilangnya lapisan email.
pembentukan enamel yang tidak sempurna sebabnya:
- Defisiensi makanan
- Pengobatan tetracycline
- Measles disease
- Makan terlalu banyak mengandung fluorida pada waktu perkembangan/
pembentukan gigi.
Secara radiogram akan nampak bentuk yang ireguler pada mahkota karena
menipisnya atau hilangnya email.
4. Displasia dentin
Dentin dysplasia merupakan kelainan dalam pembentukan dari dentin.
Kelainan ini biasanya diturunkan sebagai suatu sifat gen autosomal yang dominan
baik pada gigi sulung maupun gigi permanen. Dentin dysplasia tipe I sebagai
perkembangan gigi dengan mahkota yang normal baik dari bentuk, matriks dan
konsistennya tapi memiliki akar yang pendek, bahkan tidak ada pembentukan atau
perkembangan akar sama sekali bisa mengenai gigi sulung dan permanen. Dentin
dysplasia tipe II hanya mengenai gigi permanen dengan akar gigi yang terlihat normal
tetapi terjadi perubahan warna coklat keabu-abuan ditambah dengan terbentuknya
tanduk pulpa yang berbentuk seperti duri pada rongga pulpa.

Dysplasia dentin tipe 1(Radicular)


Ruang pulpa berbentuk tabung bunga widuri dan
kalsifikasi pulpa pada pasien dengan Displasia Dentin tipe
2(Coronal)

Kelainan Pada Jumlah Gigi


1. Anodonsia
Anodonsia merupakan kegagalan perkembangan seluruh gigi dan jarang
ditemukan. Anodonsia ini berkaitan dengan penyakit sistemis. Pada kasus yang
ekstrem, terjadi kegagalan perkembangan lamina gigi sehingga tidak ada
pembentukan gigi sama sekali, tetapi umumnya gigi geligi susu terbentuk, namun
hanya sedikit atau tidak ada gigi geligi tetap yang terbentuk. Pada anodonsia,
prosessus alveolaris tanpa adanya dukungan oleh gigi menjadi tidak berkembang
membuat profil menyerupai orang yang sudah tua karena kehilangan dimensi
vertical.
Ada 2 macam anodonsia
1. Anodonsia Iengkap/true anodonsia
sering karena penyakit herediter (sex linked genetik trait), dan jarang sekali
terjadi
2. Anodontia sebagian/false anodonsia
Biasanya kongenital. Kehilangan satu atau beberapa gigi di dalam rahang
meskipun belum terbukti karena herediter tetapi tendensi untuk tidak ada
gigi
yang sama pada suatu keluarga sering dijumpai.
Urutan gigi geligi yang mengalami anodonsia :

1) Gigi yang paling sering absen adalah gigi molar ketiga, dengan molar ketiga
atas absen lebih sering daripada molar ketiga bawah
2) Gigi kedua paling sering absen ialah gigi insisif lateral atas permanen
3) Gigi ketiga paling sering absen ialah gigi premolar kedua bawah
4) Gigi insisif lateral bawah dapat kehilangan satu atau kedua-duanya gigi
tersebut, bias gigi susu yang hilang atau gigi tetap

2. Hipodonsia
Hipodonsia merupakan suatu kelainan dimana terjadi kegagalan
perkembangan satu atau dua benih gigi yang relative umum terjadi. Gigi yang
paling sering tidak tumbuh adalah molar ketiga, premolar kedua, dan insisiv lateral
atas. Cleft palate merupakan kelainan perkembangan lainnya yang berhubungan
dengan hipodonsia.
hipodonsia

3. Supernumerary
Gigi supernumerary merupakan gigi yang berkembang dalam jumlah lebih
dari normal. Gigi yang tumbuhnya berlebih ini umumnya terjadi karena
perkembangan berlebih dari dental lamina. Gigi ini lebih sering terdapat pada
maxilla dan umumya tidak erupsi dan hanya bisa dilihat dengan radiograf.
Umunya gigi supernumerary lebih kecil dari gigi normal. Gigi berlebih yang terjadi
di antara gigi seri pertama atas dinamakan mesiodens. Gigi ini umumnya kecil,
berbentuk pasak, dan tidak menyerupai gigi normal di tempat itu. Kelebihan gigi
pada gigi susu jarang terjadi (0,5%). Bila terdapat gigi lebih pada gigi geligi susu
ini ialah : mesiodens pada garis median/mid line mesiodens atau gigi lebih I2/
supplemental lateral incisor.
Gigi Supernumerari yang ukurannya kecil

Mesiodens
Kelainan Pada Bentuk Gigi
1. Fusi Dan Geminasi
Fusi merupakan hasil penyatuan dari mahkota gigi yang berdekatan pada masa
perkembangan. Pertumbuhan menjadi satu dentin dan email dari dua elemen

menjadi satu elemen selama pembentukan. Secara klinis terlihat sama dengan
geminasi, fusion lebih sering ditemukan pada gigi anterior dan sebagian
akibat dari bersatunya dua benih gigi. Biasanya gigi ini masing-masing mempunyai
akar dan rongga pulpa terpisah. Pada gigi susu Iebih banyak daripada gigi tetap dan
pada rahang ats lebih sering daripada rahang bawah. Terbentuk karena
adanya tekanan waktu pembentukan akar. Kebanyakan didapat fusion dan gigi
Iebih dengan gigi yang berdekatan dengannya.
Umpamanya M3 bawah fusion dengan M4 bawah (jarang sekali terjadi), 12
atas fusion dengan gigi lebih anterior, dua gigi P1 bawah fusion.

Geminasi adalah suatu keadaan di mana satu benih gigi mengalami proses
pemisahan yang tidak sempurna pada saat perkembangannya, sehingga mahkotanya
tampak terbelah tapi memiliki satu akar.
Menunjukkan outline email radioopak menguraikan celah di mahkota, dan kamar
pulpa yang tunggal dan membesar.

2. Dens Invaginatus
Dens Invaginatus merupakan kelainan ini ditandai dengan adanya invaginasi
mahkota gigi dan akar pada saat sebelum kalsifikasi terjadi. (evaginasi memiliki
tanduk dijumpai pada gigi premolar pulpa yang mendekati email).

Oehlers (1957) membagi dens invaginatus koronal menjadi tiga kelompok antara
lain;
- Tipe I
Invaginasi email pada mahkota saja
- Tipe II
Invaginasi email yang menginvasi akar tetapi masih terlokalisir di dalam
kantong yang tertutup
- Tipe III
Invaginasi mulai dari mahkota sampai ke apeks tanpa berhubungan dengan

saluran akar

a. Contoh gambar klinis dens invaginatus b. Contoh radiografi dens invaginatus


3. Dens Evaginatus

Dens evaginatus adalah suatu anomali pertumbuhan, terdiri dari tonjol ekstra
yang langsing, runcing pada permukaan oklusal atau ridge bukal triangular.
tuberkel ini terdiri dari lapisan luar enamel, inti dentin dan perluasan pulpa yang
tipis. Secara klinis turbekel ini penting karena segera sesudah muncul akan
mengalami keausan atau patah yang dalam banyak kasus menyebabkan pulpa
terbuka. Oleh karena bentuknya yang ramping, adanya atrisi atau trauma pada
tuberkel secara klinis akan menyebabkan pelebaran dan infeksi pulpa.
Perkembangan anomali ini akibat terselubungnya organ enamel diantara
mahkota gigi. Melier melaporkan 14,1 % gigi dengan dens evaginatus adalah non
vital, sedangkan Oehlers menemukan 40,2 % non vital dan disertai abses
perlapikal. Dengan matinya pulpa akan menyebabkan berhentinya perkembangan
akar gigi yang paling sering pada level dua pertiga panjang akar. Pada gambar
radiografi menunjukkan struktur perluasan tanduk pulpa yang relatif lebar dengan
disertai perkembangan akar gigi yang tidak sempurna.

Dens Evaginatus
4. Dilaserasi
Dilaserasi merupakan gangguan dalam pembentukan gigi yang menghasilkan
lengkungan atau kurva tajam di mahkota atau akar gigi. Kondisi ini paling sering
terjadi padapremolar rahang atas. Satu atau lebih gigi mungkin akan terpengaruh.
Jika akar dilacerate ke mesial atau distal, kondisi ini jelas terlihat pada gambar
periapikal. Namun, ketika akar dilacerated ke labial atau lingual, ujung apikal akar
akan terlihat radiopak melingkar atau oval dengan central radiolusen. Memberikan
gambaran"bull's eye." Periodontal Ligamen Space di sekitar bagian dilacerated
terlihat halo radiolusen melingkari daerah radiopak

Dilaserasi terjadi pada gigi molar kedua ke arah distal

Dilaserasi terjadi pada gigi molar ke tiga ke arah bukal atau lingual
5. Hutchinson dan Mulberry molar
Gigi Hutchinson adalah bentuk gigi abnormal pada sifilis kongenital. Pada
gigi insisivus bentuknya sekrup dengan permukaan mesial dan distal meruncing
dari bentuk bagian mahkota menuju ke tepi insisal dan bagian tepi lebih sempit
daripada bagian servikal. Pada gigi molar permukaan oklusalnya yang lebih sempit
daripada servical, membentuk globular irregular, seperti mulberry.

6. Taurodontisme
Taurodontia adalah pelebaran ruang pulpa dengan karakteristik seperti tanduk
sapi. Gigi mempunyai panjang normal dengan perbandingan mahkota dan akar gigi
yang tidak normal. Dalam foto rontgen akan terlihat kamar pulpa yang sangat luas,
akar pendek, dan bifurkasi hanya beberapa milimeter dari apeks.
Pada gambar diatas menunjukkan badan gigi terlihat memanjang dengan
akar yang pendek. Kamar pulpa memanjang dan posisi furkasi lebih ke apikal.

Periapical images reveal enlarged pulp chambers and apically positioned


furcations in permanent first molars

7. Talon Cusp
Talon cusp adalah hiperplasia dari cingulum gigi insisivus rahang atas atau
rahang bawah. Seringkali cuspnya mempunyai tanduk pulpa sehingga rontgen foto
sering salah dengan gigi supernumerary yang bersatu dengan gigi anterior atau
dens in dente. Gambar radiopak dari talon cusp superimposed pada mahkota gigi
insisivus yang terlibat (lihat pada gambar). Outlinenya halus, dan ada lapisan
enamel yang umumnya dapat dibedakan. Gambar radiografi mungkin tidak
memperlihatkan tanduk pulpa.

Maxillary lateral incisor bearing a talon cusp (arrow). The tooth also has
two enamel invaginations, one near the incisal edge and a second in the cingulum area.
(Courtesy Dr. R. A. Cederberg, Dallas, TX.)

8. Enamel Pearl
Enamel pearl adalah globul kecil dari enamel dengan diameter 1 sampai 3 mm
yang ada pada atau di dalam akar gigi, terutama pada gigi molar atas. Enamel pearl
ditemukan sekitar 3% dari populasi, mungkin terbentuk oleh Hertwig's epithelial
sebelum epitel kehilangan enamelnya. Biasanya hanya ada satu mutiara, tapi
kadang-kadang lebih dari satu. Mutiara ini dapat mempunyai satu inti dentin dan
bahkan suatu jaringan pulpa. Gambaran radiografisnya enamel pearls tampak
halus, bulat, dan sebanding dalam tingkat radiopacity enamel yang menutupi
mahkota. Mutiara ini dapat mempunyai satu inti dentin dan bahkan suatu jaringan
pulpa.

Taji Email:
Email mahkota yang sering berekstensi sampai ke bifurkasio atau trifurkasio.
Three enamel pearls (one attached to the first molar and two on the
second molar) are apparent in this periapical image.

Kelainan Pada Ukuran Gigi


1. Mikrodonsia
Mikrodonsia merupakan kelainan gigi, dimana ukuran gigi lebih kecil dari
pada normal. Radiasi pada rahang selama perkembangan gigi juga menyebabkan
microdonsia di daerah yang terlibat. Pada gambar radiografi periapikal terlihat
bahwa ukuran dari gigi I2 memiliki ukuran yang lebih kecil daripada normal.

2. Makrodonsia
Makrodonsia adalah sebuah anomali gigi yang terjadi pada sebuah gigi atau
beberapa gigi, dimana gigi tersebut memiliki ukuran yang lebih besar dari pada
ukuran gigi normal. Makrodonsia dapat terjadi pada seluruh gigi, yang biasa
disebut dengan makrodonsia total. Tetapi, makrodonsia total jarang terjadi, dan
biasanya hanya satu gigi saja yang mengalami kelainan ini. Dari gambar dibawah,
terlihat bahwa gigi 11 memiliki lebar 12 mm dari sisi distal ke mesial. Dimana,
gigi normal pada umumnya memiliki lebar 8-10 mm. Dari hasil gambar radiografi
periapikal, dapat terlihat bahwa gigi 11 memiliki ukuran yang lebih besar dari gigi
21.
The macrodont central incisor shows enlarged mesiodistal and coronal-apical
dimensions

Makrodonsia (gigi I dan C). bisa terjadi pada satu gigi, beberapa gigi atau seluruh gigi.

Kelainan Pada Waktu Erupsi


1. Transposisi
Transposisi merupakan kondisi dimana dua gigi yang bersebelahan telah
berganti posisi ada lengkung gigi. Gigi yang paling sering mengalami
transposisi adalah gigi caninus permanen dan gigi premolar pertama permanen.
Gambaran radiografi memperlihatkan transposisi gigi yang tidak berada dalam

urutan yang semestinya pada dental arch.

A cropped panoramic image demonstrating bilateral transposition of the maxillary canines


and first premolars.

2. Submerged Teeth (Gigi Molar Terpendam)


Dari gambar radiografi periapikal dibawah, dapat diketahui bahwa pada gigi
molar sulung gagal mempertahankan posisinya akibat dari pertumbuhan gigi
disebelahnya sehingga posisi gigi molar sulung tidak mencapai posisi oklusal
normal.
Perubahan Bentuk Gigi Karena Cedera Setelah Gigi Erupsi

1). Atrisi

Atrisi adalah ausnya email karena pergerakan gigi bawah terhadap gigi atas selama
fungsi normal dan keadaan ini diperberat oleh pengerotan yang berlebihan dari gigi-gigi,
yang dikenal sebagai bruxism. Stres dapat menyebapkan bruxism.

2). Abrasi

Abrasi adalah ausnya struktur gigi karena kegiatan mekanis. Contohnya adalah
hilangnya email di dekat CEJ daro permukaan fasial mahkota, khususnya pada premolar dan
kaninus, akibat teknik menyukat gigi yang tidak benar. Faktor pendukung lain pada hilangnya

struktur gigi di dekat CEJ dikenal sebagai abfraksi, yaitu penekukan (fleksi) gigi yang di
sebapkan oleh gaya oklusi yang besar. Kondisi ini mengakibatkan hilangnya struktur gigi
karena pemisahan email rod dekat CEJ
3). Erosi

Erosi adalah hilangnya struktur gigi karena bahan kimia (bukan mekanis) dan
mengenai permukaan halus serta oklusi. Erosi dapat disebapkan oleh asupan asam sitrat yang
berlebihan. Erosi juga dapat terjadi karena faktor yang tidak diketahui (idiopatik). Erosi parah
pada email lingual dari semua gigi anterior atas.
DAFTAR PUSTAKA

Langlais,Kasle. 1996. Foto Rongga Mulut. Jakarta: Hipokrates


https://www.scribd.com/doc/282710393/Makalah-Anomali-Gigi
Sudiono,Janti. 2008. Gangguan Tumbuh Kembang Dentokraniofasial. Jakarta: EGC
Sutton,David. 2008. Textbook of Radiology and Imaging Vol 2. China : Elsevier
White Stuart C, Pharoah Michael J: Oral Radiology Principles and Interpretation Edition 7

Brand, R.W., and Isseihard D.E., 1991, Anatomy of Orofacial Structures, 5th ed. CV.
Mosby Co., Toronto.

https://kupdf.com/download/makalah-anomali-gigi_59e56d7508bbc50e71e653a1_pdf

You might also like