You are on page 1of 20

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, sehingga saya dapat
menyelesaikan pembuatan tugas ini dengan judul “kelenjar tiroid”. Tugas ini dibuat untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah. Dalam tugas ini saya membahas tentang kelenjar
tiroid
BAB I
I.1. Latar Belakang
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang mempertahankan tingkat metabolisme di berbagai
jarinan agar optimal sehingga mereka berfungsi normal. Hormon tiroid merangsang konsumsi
oksigen pada sebagian besar sel di tubuh , membantu mengatur metabolisme lemak dan
karbohidrat, dan penting untuk pertumbuhan dan pematangan normal.

Kelenjar tiroid tidak esensial bagi kehidupan, tetapi ketiadaannya menyebabkan perlambatan
perkembangan mental dan fisik, berkurangnya daya tahan terhadap dingin, serta pada anak–
anak timbul retardasi mental dan kecebolan. Sebaliknya, sekresi tiroid yang berlebihan
menyebabkan badan menjadi kurus, gelisah, takikardia, tremor, dan kelebihan pembentukan
panas.

Fungsi tiroid diatur oleh hormone perangsang tiroid dari hipofisis anterior. Sebaliknya ,
sekresi hormone ini sebagian diatur oleh umpan balik inhibitorik langsung kadar
hormontiroid yang tinggi pada hipofisis serta hipotalamus dan sebagian lagi melalui
hipotalamus. Dengan cara ini, perubahan–perubahan pada hipofisis serta hipotalamus dan
sebagian lagi melalui hipotalamus. Dengan cara ini, perubahan–perubahan.

Dalam hal ini perawat dituntut untuk dapat profesional dalam menangani hal-hal yang terkait
dengan hipotirod misalnya saja dalam memberikan asuhan keperawatan harus tepat dan
cermat agar dapat meminimalkan komplikasi yang terjadi akibat hipotiroid.

I.2. Tujuan
1. 1. Tujuan Umum
Menjelaskan tentang konsep disfungsi Tiroid serta pendekatan asuhan keperawatannya.

1. 2. Tujuan Khusus
2. Mengidentifikasi definisi dari tiroid.
3. Mengidentifikasi etilogi hipotiroid.
4. Mengidentifikasi manifestasi klinis hipotiroid.
5. Menguraikan patofisiologi hipotiroid.
6. Mengidentifikasi penatalaksaan serta pencegahan pada hipotiroid.
7. Mengidentifikasi pengkajian pada klien dengan tiroid.
8. Mengidentifikasi diagnosa pada klien dengan tiroid.
9. Mengidentifikasi intervensi pada klien dengan tiroid.
I.3. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari tiroid?
1. Bagaimana etilogi dari hipotiroid?
2. Apakah manifestasi klinis darihipotiroid?
3. Bagaimana patofisiologi padahipotiroid?
4. Bagaimana penatalaksaan serta pencegahan pada hipotiroid?
5. Bagaimana pengkajian pada klien dengan hipotiroid?
6. Bagaimana diagnosa pada klien dengan hipotiroid?
7. Bagaimana intervensi pada klien dengan hipotiroid?

BAB II
KELENJAR TIROID
PENDAHULUAN
Tubuh kita terdiri dari sistem-sistem yang memiliki peran penting bagi tubuh. Salah satunya
system endokrin. System ini meliputi system dalam tubuh manusia yang terdiri dari beberapa
kelenjar penghasil hormone, disebut dengan system atau kelenjar endokrin.

Kelenjar tiroid termasuk dalam system endokrin selain kelenjar hipofise, kelenjar paratiroid,
kelenjar suprarenal, pulau langerhans, dan kelenjar kelamin. Kelenjar ini berbentuk seperti
kupu-kupu dan terletak di pangkal leher tepat di bawah jakun.

Kelenjar tiroid merupakan pengendali utama metabolisme tubuh. Kelenjar ini bertugas
menghasilkan, menyimpan, dan melepaskan hormone tiroid ke dalam peredaran darah.

Hormon tiroid terdiri dari hormon tiroksin (T4) dan tri-iodotironin (T3). Hormon-hormon
inilah yang memproduksi energi dari zat gizi dan oksigen sehingga mampu mempengaruhi
fungsi seluruh sel, jaringan, dan organ dalam tubuh.

Agar jumlah hormon yang dihasilkan tidak berlebih atau kurang, kelenjar tiroid bekerjasama
dengan hipotalamus dan kelenjar hipofise yang terletak di otak.

Hipotalamus merupakan organ penghasil thyrotropin releasing hormone (TRH) yang


merangsang kelenjar hipofise untuk memproduksi thyroid stimulating hormone (TSH). TSH
ini yang dialirkan lewat peredaran darah menuju kelenjar tiroid dan menstimulasinya untuk
memproduksi dan melepaskan T3 dan T4.

Gangguan dalam mekanisme pengaturan ini dapat menyebabkan terjadinya disfungsi tiroid.
Namun banyak orang yang masih belum mengetahui gejala maupun dampak dari disfungsi
tiroid. Akibatnya lebih dari separuh penderita disfungsi tiroid di dunia tidak menyadari
kondisi mereka.

II.1.PENGERTIAN
Tiroid merupakan kelenjar kecil, dengan diameter sekitar 5 cm dan terletak di leher, tepat
dibawah jakun. Kedua bagian tiroid dihubungkan oleh ismus, sehingga bentuknya
menyerupai huruf H atau dasi kupu-kupu.

Dalam keadaan normal, kelenjar tiroid tidak terlihat dan hampir tidak teraba, tetapi bila
membesar, dokter dapat merabanya dengan mudah dan suatu benjolan bisa tampak dibawah
atau di samping jakun.
II.2.ETIOLOGI
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan faktor penyebab
pembesaran kelenjar tyroid antara lain :

1. Defisiensi iodium
2. Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah yang kondisi air
minum dan tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya daerah pegunungan.
3. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.
4. Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol, lobak, kacang
kedelai).
5. Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya :thiocarbamide, sulfonylurea
dan litium).

II.3.FISIOLOGIS KELENJAR TIROID


Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid, yang mengendalikan kecepatan metabolisme
tubuh. Hormon tiroid mempengaruhi kecepatan metabolisme tubuh melalui 2 cara :

1. Merangsang hampir setiap jaringan tubuh untuk menghasilkan protein.


2. Meningkatkan jumlah oksigen yang digunakan oleh sel.
Jika sel-sel bekerja lebih keras, maka organ tubuh akan bekerja lebih cepat. Untuk
menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid memerlukan iodium yaitu elemen yang terdapat
di dalam makanan dan air.

Iodium diserap oleh usus halus bagian atas dan lambung, dan kira-kira sepertiga hingga
setengahnya ditangkap oleh kelenjar tiroid, sedangkan sisanya dikeluarkan lewat air kemih.

Hormon tiroid dibentuk melalui penyatuan satu atau dua molekul iodium ke sebuah
glikoprotein besar yang disebut tiroglobulin yang dibuat di kelenjar tiroid dan mengandung
asam amino tirosin. Kompleks yang mengandung iodium ini disebut iodotirosin. Dua
iodotirosin kemudian menyatu untuk membentuk dua jenis hormon tiroid dalam darah yaitu :

1. Tiroksin (T4), merupakan bentuk yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid, hanya memiliki
efek yang ringan terhadap kecepatan metabolisme tubuh.
2. Tiroksin dirubah di dalam hati dan organ lainnya ke dalam bentuk aktif, yaitu
triiodotironin (T3).
T3 dan T4 berbeda dalam jumlah total molekul iodium yang terkandung (tiga untuk T3 dan
empat untuk T4 ). Sebagian besar (90%) hormon tiroid yang dilepaskan ke dalam darah
adalah T4, tetapi T3 secara fisiologis lebih bermakna. Baik T3 maupun T4 dibawa ke sel-sel
sasaran mereka oleh suatu protein plasma.
1. A. Pembentukan dan Sekresi Hormon Tiroid
Ada 7 tahap, yaitu:

1. Trapping
Proses ini terjadi melalui aktivitas pompa iodida yang terdapat pada bagian basal sel folikel.
Dimana dalam keadaan basal, sel tetap berhubungan dengan pompa Na/K tetapi belum dalam
keadaan aktif. Pompa iodida ini bersifat energy dependent dan membutuhkan ATP. Daya
pemekatan konsentrasi iodida oleh pompa ini dapat mencapai 20-100 kali kadar dalam serum
darah. Pompa Na/K yang menjadi perantara dalam transport aktif iodida ini dirangsang oleh

TSH.

1. Oksidasi
Sebelum iodida dapat digunakan dalam sintesis hormon, iodida tersebut harus dioksidasi
terlebih dahulu menjadi bentuk aktif oleh suatu enzim peroksidase. Bentuk aktif ini adalah
iodium. Iodium ini kemudian akan bergabung dengan residu tirosin membentuk
monoiodotirosin yang telah ada dan terikat pada molekul tiroglobulin (proses iodinasi).
Iodinasi tiroglobulin ini dipengaruhi oleh kadar iodium dalam plasma. Sehingga makin tinggi
kadar iodium intrasel maka akan makin banyak pula iodium yang terikat sebaliknya makin
sedikit iodium di intra sel, iodium yang terikat akan berkurang sehingga pembentukan T3
akan lebih banyak daripada T4.

1. Coupling
Dalam molekul tiroglobulin, monoiodotirosin (MIT) dan diiodotirosin (DIT) yang terbentuk
dari proses iodinasi akan saling bergandengan (coupling) sehingga akan membentuk
triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4).

1. Penimbunan (storage)
Produk yang telah terbentuk melalui proses coupling tersebut kemudian akan disimpan di
dalam koloid. Tiroglobulin (dimana di dalamnya mengandung T3 dan T4), baru akan
dikeluarkan apabila ada stimulasi TSH.

1. Deiodinasi
Proses coupling yang terjadi juga menyisakan ikatan iodotirosin. Residu ini kemudian akan
mengalami deiodinasi menjadi tiroglobulin dan residu tirosin serta iodida. Deiodinasi ini
dimaksudkan untuk lebih menghemat pemakaian iodium.

1. Proteolisis
TSH yang diproduksi oleh hipofisis anterior akan merangsang pembentukan vesikel yang di
dalamnya mengandung tiroglobulin. Atas pengaruh TSH, lisosom akan mendekati tetes
koloid dan mengaktifkan enzim protease yang menyebabkan pelepasan T3 dan T4 serta
deiodinasi MIT dan DIT.

1. Pengeluaran hormon dari kelenjar tiroid (releasing)


Proses ini dipengaruhi TSH. Hormon tiroid ini melewati membran basal dan kemudian
ditangkap oleh protein pembawa yang telah tersedia di sirkulasi darah yaitu Thyroid Binding
Protein (TBP) dan Thyroid Binding Pre Albumin (TBPA). Hanya 0,35% dari T4 total dan
0,25% dari T3 total yang berada dalam keadaan bebas. Ikatan T3 dengan TBP kurang kuat
daripada ikatan T4 dengan TBP. Pada keadaan normal kadar T3 dan T4 total menggambarkan
kadar hormon bebas.

Namun dalam keadaan tertentu jumlah protein pengikat bisa berubah. Pada seorang lansia
yang mendapatkan kortikosteroid untuk terapi suatu penyakit kronik cenderung mengalami
penurunan kadar T3 dan T4 bebas karena jumlah protein pembawa yang meningkat.
Sebaliknya pada seorang lansia yang menderita pemyakit ginjal dan hati yang kronik maka
kadar protein binding akan berkurang sehingga kadar T3 dan T4 bebas akan meningkat.

1. B. Efek Primer Hormon Tiroid


Sel-sel sasaran untuk hormon tiroid adalah hampir semua sel di dalam tubuh. Efek primer
hormon tiroid adalah:

1. Merangsang laju metabolik sel-sel sasaran dengan meningkatkan metabolisme protein,


lemak, dan karbohidrat.
2. Merangsang kecepatan pompa natrium-kalium di sel sasaran.
Kedua fungsi bertujuan untuk meningkatkan penggunaan energi oleh sel, terjadi peningkatan
laju metabolisme basal, pembakaran kalori, dan peningkatan produksi panas oleh setiap sel.

1. Meningkatkan responsivitas sel-sel sasaran terhadap katekolamin sehingga


meningkatkan frekuensi jantung.
2. meningkatkan responsivitas emosi.
3. Meningkatkan kecepatan depolarisasi otot rangka, yang meningkatkan kecepatan
kontraksi otot rangka.
4. Hormon tiroid penting untuk pertumbuhan dan perkembangan normal semua sel tubuh
dan dibutuhkan untuk fungsi hormon pertumbuhan.
II.4. GEJALA DAN DAMPAK DISFUNGSI TIROID
Terdapat dua macam disfungsi tiroid, yaitu hipotiroid dan hipertiroid. Hipotiroid merupakan
kejadian dimana kelenjar tiroid tidak menghasilkan cukup banyak hormone tiroid. Sehingga
metabolisme tubuh menjadi lambat.

v Gejala Hipotiroid :

 Mudah lelah
 Mengantuk
 Kedinginan
 Berat badan cenderung bertambah walaupun pola makan wajar dan olah raga teratur
 Depresi
 Konstipasi
 Nyeri otot dan sendi
 Kulit kering bersisik
 Rambut dan kuku menipis dan rapuh
 Penurunan libido
 Gangguan menstruasi
v Penyebab Hipotiroid bisa bermacam-macam, yaitu :

 Penyakit autoimun
Hipotiroid akibat autoimun ini dikenal dengan Tiroiditis Hashimoto. Pada kondisi ini tubuh
menyerang kelenjar tiroid karena menganggapnya sebagai sel asing. Hal ini menyebabkan
sel-sel dalam kelenjar tiroid mati dan tidak dapat menghasilkan hormone tiroid.

 Kehilangan jaringan tiroid


Biasa terjadi secara sekunder akibat penyinaran (radiasi) atau operasi kelenjar tiroid yang
dilakukan sebagai pengobatan hipertiroid.

 Kelainan congenital
v Kelenjar tiroid tidak berfungsi secara normal sejak lahir

Konsumsi obat-obatan, seperti lithium yang sering digunakan untuk terapi gangguan
mood.Hipertiroid adalah kebalikan dari hipotiroid. Kelenjar tiroid bekerja terlalu aktif
sehingga menghasilkan hormone tiroid secara berlebihan. Akibatnya, metabolisme tubuh
menjadi lebih cepat. Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita.

v Gejala Hipertiroid :

 Denyut jantung sangat cepat (lebih dari 100 kali per menit)
 Keringat berlebih dari biasanya
 Tangan gemetar
 Peningkatan frekuensi buang air besar
 Pertumbuhan kuku yang sangat cepat
 Rambut rontok
 Kulit tipis dan halus
 Penurunan berat badan meskipun pola makan normal
 Cemas, mudah tersinggung
 Terjadi gangguan menstruasi
v Penyebab Hipertiroid :

 Penyakit Grave
Merupakan salah satu penyakit autoimun. Tubuh menyerang sel-sel kelenjar tiroid tapi tidak
mematikan sel, justru membuat antibodi (thyrotropin receptor antibody) yang merangsang
kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon tiroid secara berlebih.
Sehingga terjadi pembengkakan pada pada salah satu organ tubuh. Salah satu ciri khasnya
mata yang menonjol keluar dari rongga mata da tatapan seperti ketakutan.

 Adenoma (tumor kelenjar) tiroid toksik


Sebagian kelenjar tiroid memproduksi hormone tiroid sendiri tanpa distimulasi oleh TSH.
Biasa dialami oleh penderita goiter (pembesaran kelenjar tiroid) jangka panjang, terutama
lanjut usia.

 Tiroiditis
Peradangan pada kelenjar tiroid yang menyebabkan produksi hormone berlebihan. Sehingga
dapat berakibat terjadinya hipertiroidisme yang berlangsung selama berminggu-minggu
sampai beberapa bulan.

 Adenoma hipofise
Tumor pada kelenjar hipofise yang menyebabkan produksi TSH berlebihan menyebabkan
kelenjar tiroid memproduksi hormon secara berlebihan.

v Gejala Penyakit Tiroid

Hipertiroidisme Hipotiroidisme

Denyut jantung yg cepat Denyut nadi yg lambat


Tekanan darah tinggi Suara serak
Kulit lembat & berkeringat banyak Berbicara menjadi lambat
Gemetaran Alis mata rontok
Gelisah Kelopak mata turun
Nafsu makan bertambah disertai
penambahan berat badan Tidak tahan cuaca dingin
Sulit tidur Sembelit
Sering buang air besar & diare Penambahan berat badan
Lemah Rambut kering, tipis, kasar
Kulit kering, bersisik, tebal, kasar
Kulit diatas tulang kering menonjol & Kulit diatas tulang kering menebal &
menebal menonjol
Mata membengkak, memerah & menonjol Sindroma terowongan karpal
Mata peka terhadap cahaya Kebingungan
Mata seakan menatap Depresi
Kebingungan Demensia

v Kekurangan tiroid
Salah satu penyebab goiter alias gondok yang paling sering di dunia ialah kekurangan
yodium. Kelenjar tiroid tidak dapat menghasilkan hormon tiroid memadai tanpa yodium yang
cukup.
Untuk mengatasi, di Indonesia, zat ini biasanya ditambahkan pada bahan yang digunakan
sehari-hari, seperti garam. Jika kekurangan yodium, kelenjar pituitary melepaskan TSH
merangsang kelenjar tiroid meningkatkan produksinya.
Rangsangan berlebihan dalam jangka waktu lama mengakibatkan kelenjar
tiroid membesar.Imammengatakan, gejala hipotiroid (kekurangan tiroid), antara lain lemah,
lesu, sulit berpikir, dan mengantuk terus. Metabolisme tubuh melemah. Gejala ini kerap tidak
disadari.
Kekurangan tiroid pada perempuan hamil dalam waktu panjang menyebabkan bayi yang
dilahirkan mengalami hipotiroid. Jika terlambat diintervensi, bayi akan terganggu
pertumbuhan otaknya.

Kepala Subdit Pengendalian Diabetes dan Penyakit Metabolik Kementerian Kesehatan


Tjetjep Ali Akbar mengatakan, untuk menghasilkan generasi muda yang cerdas, pemerintah
berencana melakukan penapisan kadar tiroid pada ibu hamil mulai tahun 2014. Hal itu
dilakukan lewat pemeriksaan darah untuk melihat kadar TSH.

Penyebab lain goiter ialah tiroiditis Hashimoto akibat otoimun. Terjadi perusakan kelenjar
tiroid oleh sistem kekebalan tubuh sendiri sehingga produksi hormon tiroid rendah.
Menurut Imam, jika hipotiroid disebabkan defisiensi yodium, akan diberikan suplemen
yodium oral. Penanganan hipotiroidisme bisa dengan terapi sulih hormon. Biasanya
digunakan L-tiroksin, bentuk sintetis dari T4.

v Kelebihan tiroid
Sebagian besar kelebihan hormon tiroid (hipertiroidisme) disebabkan penyakit Graves yang
merupakan penyakit autoimun. Dalam hal ini, sistem kekebalan tubuh menghasilkan
protein thyroid simulating immunoglobulin (TSI) yang menyerupai TSH. TSI juga
merangsang kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid dan menyebabkan goiter.
Pada penderita, metabolisme tubuh akan meningkat. Penderita kerap kepanasan, kelelahan di
malam hari, kesulitan tidur, tangan bergetar, dan detak jantung tidak beraturan.

Terapi dilakukan dengan yodium radioaktif sehingga goiter mengecil. Hipertiroid dapat pula
disebabkan gangguan sekresi TSH oleh kelenjar di otak.
Pembesaran kelenjar tiroid bisa juga akibat tumor jinak maupun ganas (kanker). Untuk itu,
diperlukan tes fungsi tiroid guna memastikan keaktifan kelenjar tiroid. Jika kelenjar tiroid
membesar merata dan terjadi hipertiroid, dokter akan melanjutkan dengan tes penyakit
Graves. Jika terjadi hipotiroid, kemungkinan terjadi tiroiditis Hashimoto. Untuk memastikan,
dapat dilakukan tes darah. Cara lain lewat pemindaian, ultrasonografi tiroid, maupun biopsi
aspirasi jarum halus

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN GANGGUAN KELENJAR TIROID
Penyakit akibat gangguan kelenjar tiroid umum terjadi,namun untungnya dapat di diagnosa
dengan cepat dan di obati dengan hasil yang sangat baik. Penyakit tiroid timbul sebagai
gangguan fungsi (hipofungsi atau hiperfungsi) atau sebagai lesi masa (perbesaran
neoplasmaatau nonneoplastik,yang di kenal sebagai goiter).
III.1. TINJAUAN GANGGUAN KELENJAR TIROID
1. A. HIPERTIROIDISME
Hipertiroidisme digambarkan sebagai suatu kondisi dimana terjadi kelebihan sekresi hormon
tiroid. Tirotoksikosis mengacu pada manivestasi klinis yang terjadi bila jaringan tubuh di
stimulasi oleh peningkatan hormon ini. Hipertiroidisme merupakan kelainan endokrin yang
dapat di cegah.

v Patofisiologi

Hipertiroidisme mungkin karena overfungsi keseluruhan kelenjar, atau kondisi yang kurang
umum, mungkin disebabkan oleh fungsi tunggal atau multiple adenoma kanker tiroid. Juga
pengobatan miksedema dengan hormon tiroid yang berlebihan dapat menyebabkan
hipertiroidisme.

Bentuk hipertiroidisme yang paling umum adalah penyakit Graves (goiter difus toksik yang
mempuyai tiga tanda penting yaitu :

 Hipertiroidisme
 Perbesaan kelenjar tiroid (goiter)
 Eksoptalmos (protrusi mata abnormal)Penyebab lain hipertiroidisme dapat
Mencakup goiter nodular toksik, adenoma toksik (jinak), karsinoma tiroid,tiroiditis subakut
dan kronis, dan ingesti TH.Dampak hipertiroidisme terhadap berbagai sistem tubuh adalah
sebagai beikut :

 Sistem integument seperti diaphoresis, rambut halus, jarang dan kulit lembab.
 Sistem pencernaan seperti berat badan menurun, nafsu makan meningkat dan diare.
 Sistem muskuloskeletal seperti kelemahan.
 Sistem pernapasan seperti dispnea dan takipnea.
 Sistem kardiovaskular seperti palpitasi, nyeri dada.
 Metabolik seperti peningkatan laju metabolisme tubuh,intoleran terhadap panas dan
suhu sub febris.
 Sistem neurologi seperti mata kabur, mata lelah, insomnia.
 Sistem reproduksi seperti amenore, volume menstruasi berkurang dan libido meningkat.
 Psikologis/Emosi seperti gelisah, iritabilitas, gugup/nervous.

1. B. HIPOTIROIDISME
Penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid sebagai akibat kegagalan mekanisme kompensasi
kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan jaringan tubuh akan hormon-hormon tiroid.

v Patofisiologi

Hipotiroidisme dapat terjadi akibat pengangkatan kelenjar tiroid dan pada pengobatan
tirotoksikosis dengan RAI. Juga terjadi akibat infeksi kronis kelenjar tiroid dan atropi
kelenjar tiroid yang bersifat idiopatik. Prevalensi penderita hipotiroidisme meningkat pada
usia 30 sampai 60 tahun, empat kali lipat angka kejadiannya pada wanita di bandingkan pria.
Hipotiroidisme kongenital di jumpai satu orang pada empat ribu kelahiran hidup. Jika
produksi hormon tiroid tidak adekuat maka kelenjar tiroid akan berkompensasi untuk
meningkatkan sekresinya sebagai respons terhadap rangsangan hormon TSH. Penurunan
sekresi hormon kelenjar tiroid akan menurunkan laju metabolisme basal yang akan
mempengaruhi semua sistem tubuh. Proses metabolik yang di pengaruhi antara lain :

 Penurunan produksi asam lambung (aclorhidia)


 Penurunan motilitas usus
 Penurunan detak jantung
 Gangguan fungsi neurologik
 Penurunan produksi panas
Penurunan hormon tiroid juga akan mengganggu metabolisme lemak dimana akan terjadi
peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida sehingga klien berpotensi mengalami
atherosklerosis Akumulasi proteoglicans hidrophilik di rongga intertisial seperti rongga
pleura, cardiak dan abdominal sebagai tanda dari mixedema.

Pembentukan eritrosit yang tidak optimal sebagai dampak dari menurunnya hormon tiroid
memungkinkan klien mengalami anemi. Dampak hipotiroidisme terhadap berbagai sistem
tubuh adalah sebagai berikut :

 Sistem integument seperti kulit dingin, pucat, kering, bersisik


 Sistem pulmonari seperti hipoventilasi, pleural efusi, dispnea
 Sistem kardiovaskular seperti brakikardi¸disritmia,pembesaran jantung.
 Metabolik seperti penurunan meabolisme basal, penurunan suhu tubuh.
 Sistem muskuloskeletal seperti nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot yang melambat.
 Sistem neurologi seperti fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan terbata-
bata.
1. C. HIPERTROFI KELENJAR TIROID
Kelenjar tiroid mengalami pembesaran akibat pertambahan ukuran sel/jaringan tanpa di sertai
peningkatan atau penurunan sekresi hormon-hormon kelenjar tiroid. Disebut juga sebagai
goiter nontosik atau simple goiter atau struma Endemik.

Pada kondisi ini dimana pembesaran kelenjar tidak disertai penurunan atau peningkatan
sekresi hormon-hormonnya maka dampak yang di timbulkannya hanya bersifat lokal yaitu
sejauh mana pembesaran tersebut mempengaruhi organ di sekitarnya seperti pengaruhnya
pada trakhea dan esophagus.

v Patofisiologi

Berbagai faktor di identifikasi sebagai penyebab terjadinya hipertropi kelenjar tiroid termasuk
di dalamnya defisiensi jodium, goitrogenik glikosida agent (zat atau bahan ini dapat menekan
sekresi hormon tiroid) seperti ubi kayu, jagung, lobak, kangkung, kubis bila di konsumsi
secara berlebihan, obat-obatan anti tiroid, anomali, peradangan dan tumor/neoplasma.

Sedangkan secara fisiologis, menurut Benhard (1991) kelenjar tiroid dapat membesar sebagai
akibat peningkatan aktifitas kelenjar tiroid sebagai upaya mengimbangi kebutuhan tubuh
yang meningkat pada masa pertumbuhan dan masa kehamilan Berdasarkan kejadiannya atau
penyebarannya ada yang di sebut Struma Endemis dan Sporadis. Secara sporadis dimana
kasus-kasus struma ini di jumpai menyebar diberbagai tempat atau daerah.
Bila di hubungkan dengan penyebab maka struma sporadis banyak disebabkan oleh faktor
goitrogenik, anomali dan penggunaan obat-obatan anti tiroid, peradangan dan neoplasma.
Secara endemis, dimana kasus-kasus struma ini dijumpai pada sekelompok orang di suatu
daerah tertentu, dihubungkan dengan penyebab defisiensi jodium.

III.2. PENATALAKSANAAN KLIEN DENGAN HIPERTIROIDISME


1. A. PENGKAJIAN
1.Pengumpulan biodata seperti umur, jenis kelamindan tempat tinggal.
2.Riwayat penyakit dalam keluarga.
3.Kebiasaan hidup sehari-hari mencakup aktifitas dan mobilitas, pola makan,
penggunaan obat-obat tertentu, istirahat dan tidur.
4. Keluhan klien seperti berat badan turun meskipun napsu makan meningkat, diare,
tidak tahan terhadap panas, berkeringat banyak
5. B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Amati penampilan umum klien, amati wajah klien khususnya kelainan pada mata
seperti :
v Opthalmopati yang di tandai :

 Eksoftalmus : bulbus okuli menonjol keluar


 Tanda Stellwag s : mata arang berkedip
 Tanda Von Graefes : jika klien melihat kebawah maka palpebra superior sukar atau
sama sekali tidak dapat mengikuti bola mata
 Tanda mobieve : sukar mengadakan atau menahan konvergensi
 Tanda joffroy : tidak dapat mengerutkan dahi jika melihat ke atas
 Tanda rosenbagh : tremor palpebra jika mata menutup
v Edema palpebra dikarenakan akumulasi cairan di periorbita dan penumpukan lemak di
retro orbita

v Juga akan di jumpai penurunan visus akibat penekanan saraf optikus dan adanya tanda-
tanda radang atau infeksi pada konjunktiva dan atau kornea

v Fotopobia dan pengeluaran air mata yang berlebihan merupakan tanda yang lazim

1. Amati manifestasi klinis hipertiroidisme pada berbagai sistem tubuh seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya
2. Palpasi kelenjar tiroid, kaji adanya pembesaran, bagaimana konsistensinya, apakah dapat
digerakkan serta apakah nodul soliter atau multipel
3. Auskultasi adanya “bruit”
4. C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang utama dijumpai pada klien dengan hipertiroidisme adalah :

1. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan penurunan waktu pengisian


diastolik sebagai akibat peningkatan frekwensi jantung
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan efek
hiperkatabolisme
3. Perubahan persepsi sensoris (penglihatan) yang berhubungan dengan ganggua
perpindahan impuls sensoris akibat ofthalmopati
v Diagnosa keperawatan tambahan antara lain :

 Diare yang berhubungan dengan peningkatan aktivitas metabolik


 Koping individu tak efektif yang berhubungan dengan emosi yang labil
 Intoleransi terhadap aktifitas yang berhubungan dengan kelemahan akibat metabolisme
yang meningkat
 Gangguan pola tidur sehubungan dengan suhu tubuh yang meningkat akibat peningkatan
metablisme
 Gangguan proses berpikir yang berhubungan dengan emosi yang labil dan perhatian
yang menyempit
1. D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
v Diagnosa Keperawatan : Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan menurunnya
waktu pengisian diastolik sebagai akibat dari peningkatan frekuensi jantung,Tujuan: Fungsi
kardiovaskular kembali normal Intervensi Keperawatan :

 Observasi setiap 4 jam nadi apikal, tekanan darah dan suhu tubuh
 Anjurkan kepada klien agar segera melaporkan pada perawat bila mengalami nyeri dada,
palpitasi, dispnea dan vertigo.
 Upayakan agar klien dapat istirahat
 Bantu klien memenuhi kebutuhan sehari-hari sesuai kebutuhan
 Batasi aktivitas yang melelahkan klien
 Kolaborasi pemberian obat-obat antitiroid.
 Kolaborasi tindakan pembedahan bila dengan tindakan konservatif
v Diagnosa Keperawatan : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan efek hiperkatabolisme Tujuan : Setelah perawatan di rumah sakit, klien akan
mempertahankan status nutrisi yang optimal Intervensi Keperawatan :

 Berikan makanan tinggi kalori tinggi protein


 Beri makanan tambahan diantara waktu makan
 Timbang berat badan secara teratur setiap 2 hari sekali
 Bila perlu, konsultasikan klien dengan ahli gizi
v Diagnosa Keperawatan : Gangguan persepsi sensoris (penglihatan) yang berhubungan
dengan gangguan transmisi impuls sensorik sebagai akibat oftalmopati Tujuan : Klien tidak
mengalami penurunan visus yang lebih buruk dan tidak terjadi trauma / cidera pada mata
Intervensi Keperawatan :

 Anjurkan pada klien bila tidur dengan posisi elevasi kepala


 Basahi mata dengan borwater sterill
 Jika ada photopobia, anjurkan klien menggunakan kacamata rayben
 Jika klien tidak dapat menutup mata rapat pada saat tidur, gunakan plester non alergi
 Berikan obat-obat steroid sesuai program
1. E. PENATALAKSANAANKLIEN DENGAN HIPOTIROIDISME
v PENGKAJIAN
Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu lakukanlah
pengkajian terhadap hal-hal penting yang dapat menggali sebanyak mungkin informasi antara
lain
v PATOFISIOLOGI
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat pengangkatan kelenjar tiroid dan pada pengobatan
tirotoksikosis dengan RAI. Juga terjadi akibat infeksi kronis kelenjar tiroid dan atropi
kelenjar tiroid yang bersifat idiopatik.

Prevalensi penderita hipotiroidisme meningkat pada usia 30 sampai 60 tahun, empat kali lipat
angka kejadiannya pada wanita di bandingkan pria. Hipotiroidisme kongenital di jumpai satu
orang pada empat ribu kelahiran hidup. Jika produksi hormon tiroid tidak adekuat maka
kelenjar tiroid akan berkompensasi untuk meningkatkan sekresinya sebagai respons terhadap
rangsangan hormon TSH.

Penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid akan menurunkan laju metabolisme basal yang
akan mempengaruhi semua sistem tubuh. Proses metabolik yang di pengaruhi antara lain :

a. Penurunan produksi asam lambung (aclorhidia)

b. Penurunan motilitas usus

c. Penurunan detak jantung

d. Gangguan fungsi neurologik

e. Penurunan produksi panas

Penurunan hormon tiroid juga akan mengganggu metabolisme lemak dimana akan terjadi
peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida sehingga klien berpotensi mengalami
atherosklerosis Akumulasi proteoglicans hidrophilik di rongga intertisial seperti rongga
pleura, cardiak dan abdominal sebagai tanda dari mixedema. Pembentukan eritrosit yang
tidak optimal sebagai dampak dari menurunnya hormon tiroid memungkinkan klien
mengalami anemi.

Dampak hipotiroidisme terhadap berbagai sistem tubuh adalah sebagai berikut :

1. Sistem integument seperti kulit dingin, pucat, kering, bersisik

2. Sistem pulmonari seperti hipoventilasi, pleural efusi, dispnea

3. Sistem kardiovaskular seperti brakikardi¸disritmia,pembesaran jantung.

4. Metabolik seperti penurunan meabolisme basal, penurunan suhu tubuh.

5. Sistem muskuloskeletal seperti nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot yang melambat.

6. Sistem neurologi seperti fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan terbata-bata.
III.3. HIPERTROFI KELENJAR TIROID
Kelenjar tiroid mengalami pembesaran akibat pertambahan ukuran sel/jaringan tanpa di sertai
peningkatan atau penurunan sekresi hormon-hormon kelenjar tiroid. Disebut juga sebagai
goiter nontosik atau simple goiter atau struma Endemik.

Pada kondisi ini dimana pembesaran kelenjar tidak disertai penurunan atau peningkatan
sekresi hormon-hormonnya maka dampak yang di timbulkannya hanya bersifat lokal yaitu
sejauh mana pembesaran tersebut mempengaruhi organ di sekitarnya seperti pengaruhnya
pada trakhea dan esophagus.

1. A. PATOFISIOLOGI
Berbagai faktor di identifikasi sebagai penyebab terjadinya hipertropi kelenjar tiroid termasuk
di dalamnya defisiensi jodium, goitrogenik glikosida agent (zat atau bahan ini dapat menekan
sekresi hormon tiroid) seperti ubi kayu, jagung lobak, kangkung, kubis bila di konsumsi
secara berlebihan, obat-obatan anti tiroid, anomali, peradangan dan tumor/neoplasma.
Sedangkan secara fisiologis, menurut Benhard (1991) kelenjar tiroid dapat membesar sebagai
akibat peningkatan aktifitas kelenjar tiroid sebagai upaya mengimbangi kebutuhan tubuh
yang meningkat pada masa pertumbuhan dan masa kehamilan.

Berdasarkan kejadiannya atau penyebarannya ada yang di sebut Struma Endemis dan
Sporadis. Secara sporadis dimana kasus-kasus struma ini di jumpai menyebar diberbagai
tempat ada daerah. Bila di hubungkan dengan penyebab maka struma sporadis banyak
disebabkan oleh faktor goitrogenik, anomali dan penggunaan obat-obatan anti tiroid,
peradangan dan neoplasma. Secara endemis, dimana kasus-kasus struma ini dijumpai pada
sekelompok orang di suatu daerah tertentu, dihubungkan dengan penyebab defisiensi jodium.

1. B. PENATALAKSANAAN KLIEN DENGAN HIPERTIROIDISME


v Pengkajian
1. Pengumpulan biodata seperti umur, jenis kelamin dan tempat tinggal.

2. Riwayat penyakit dalam keluarga.

3. Kebiasaan hidup sehari-hari mencakup aktifitas dan mobilitas, pola makan, penggunaan
obat-obat tertentu, istirahat dan tidur.

4. Keluhan klien seperti berat badan turun meskipun napsu makan meningkat, diare, tidak
tahan terhadap panas, berkeringat banyak

5. Pemeriksaan fisik :

a. Amati penampilan umum klien, amati wajah klien khususnya kelainan pada mata.

v eksoftalmus : bulbus okuli menonjol keluar


v tanda Stellwag s : mata arang berkedip

v tanda Von Graefes : jika klien melihat kebawah maka palpebra superior sukar atau sama
sekali tidak dapat mengikuti bola mata

v tanda mobieve : sukar mengadakan atau menahan konvergensi

v tanda joffroy : tidak dapat mengerutkan dahi jika melihat ke atas

v tanda rosenbagh : tremor palpebra jika mata menutup

1. C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang utama dijumpai pada klien dengan hipertiroidisme adalah :

1. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan penurunan waktu pengisian


diastolik sebagai akibat peningkatan frekwensi jantung
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan efek
hiperkatabolisme
3. Perubahan persepsi sensoris (penglihatan) yang berhubungan dengan gangguan
perpindahan impuls sensoris akibat ofthalmopati

1. D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Diagnosa Keperawatan: Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan menurunnya
waktu pengisian diastolik sebagai akibat dari peningkatan frekuensi jantung Tujuan: Fungsi
kardiovaskular kembali normal Intervensi Keperawatan :

a) Observasi setiap 4 jam nadi apikal, tekanan darah dan suhu tubuh

b) Anjurkan kepada klien agar segera melaporkan pada perawat bila mengalami nyeri
dada, palpitasi, dispnea dan vertigo.

c) Upayakan agar klien dapat istirahat

d) Bantu klien memenuhi kebutuhan sehari-hari sesuai kebutuhan

e) Batasi aktivitas yang melelahkan klien

f) Kolaborasi pemberian obat-obat antitiroid.

g) Kolaborasi tindakan pembedahan bila dengan tindakan konservatif

1. E. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Batasi aktivitas, hindarkan aktivitas yang melelahkan

2. Posisi tidur setengah duduk dengan kepala ekstensi bila diperlukan


3. Kolaborasi pemberian obat-obatan

4. Bila dengan konservatif gejala tidak hilang, kolaborasi tindakan operatif

5. Bantu aktivitas klien di tempat tidur

6. Observasi keadaan klien secara teratur

v Intoleransiaktivitas
Intoleransiaktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif

 Tujuan : Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirian.


 Kriteria hasil : aktivitas dapat di lakukan
Intervensi Rasional

1. Atur interval waktu antara aktivitas dengan 1. Mendorong aktivitas sambil memberikan
kelelahan dan penurunan proses kognitif. kesempatan untuk mendapatkan istirahat yang
2. Bantu aktiviatas perawatan mandiri ketika adekuat.
pasien berada dalam keadaan lain. 2. Dengan membersihkan trakheostomy,
menghindari terjadinya penumpukan sekret dan
agar jalan nafas bersih
3. Berikan stimulasi melalui percakapan dan 3. Meningkatkan perhatian tanpa terlalu
aktivitas yang tidak menimbulkan stress. menimbulakan stree pada pasien.

v Perubahan suhu tubuh


 Tujuan : Pemeliharan suhu tubuh yang normal
 Kriteria hasil : Suhu tubuh tetap normal.
Intervensi Rasional

1. Berikan tambahan lapisan pakaian atau tambahan


selimut. 1. Meminimalkan kehilangan panas
2. Hindari dan cegah penggunaan sumber panas 2. Mengidentifikasi adanya infeksi dan
dari luar memperkecil komplikas
3. Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan 3. Mendeteksi penurunan suhu tubuh dan
penurunanya dari nilai dasar suhu normal pasien. dimulainya komamik sedema.
v Konstipasi
Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrontestinal

 Tujuan : pemeliharaan funsi usus yang normal


 Kriteria hasil : usus tetap terjaga

Intervensi Rasional

1. Dorong peningkatan asupan cairan


2. Berikan makanan yang kaya akan serat
3. Ajarkan kepada klien,tentang jenis-jenis
makanan yang banyak mengandung air.
4. Pantau fungsi usus
5. Dorong klien untuk meningkatkan mobilisasi
dalam batas toleransi latihan.
6. Meminimalkan kehilangan panas
7. Meningkatkan massafeses dan frengkuensi
biang air besar.
8. Untuk peningkatan asupan cairan kepada
pasien agar feses tidak keras.
9. Memungkinkan deteksi konstipasi dan
pemulihan kepada pola defekasi yang
normal.
10. Meningkatkan evakuasi feses.

v Pola nafas tidak efektif berhubungan depresi ventilasi


 Tujuan : Perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola nafas yang normal
 Kriteria hasil : Klien dapat bernafas dengan baik.
Intervensi Rasional

1. Mengidentifikasi hasil pemeriksaan dasar untuk


memantau perubahan selanjutnya dan mengevaluasi
1.Pantau frekuensi ke dalaman pola efektifitas intervensi.
pernafasan oksimetri denyut nadi dan gas 2. Mencegah aktifitas dan meningkatkan pernapasannya
darah arterial adekuat.
2. Dorong pasie untuk nap;as dalam dan 3. Pasien hipotiroidisme sangat rentan terhadap
batuk. gangguan pernapasan akibat gangguan obat golongan
hipnotiksedatif.
3. Berikan obat ( hipnotik dan sedatip) dengan 4. Penggunaan saluran napas artifisial dan dukungan
hati-hati. ventilasi mungkin di perlukan jika terjadi depresi
pernapasan
4. Pelihara saluran napas pasien dengan
melakukan pengisapan dan dukungan
ventilasi jika di perlukan.

BAB IV
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN.
Tiroid merupakan kelenjar kecil, dengan diameter sekitar 5 cm dan terletak di leher, tepat
dibawah jakun. Kedua bagian tiroid dihubungkan oleh ismus, sehingga bentuknya
menyerupai huruf H atau dasi kupu-kupu.

Kelenjar tiroid termasuk dalam system endokrin selain kelenjar hipofise, kelenjar paratiroid,
kelenjar suprarenal, pulau langerhans, dan kelenjar kelamin. Kelenjar ini berbentuk seperti
kupu-kupu dan terletak di pangkal leher tepat di bawah jakun.

Hormon tiroid terdiri dari hormon tiroksin (T4) dan tri-iodotironin (T3). Hormon-hormon
inilah yang memproduksi energi dari zat gizi dan oksigen sehingga mampu mempengaruhi
fungsi seluruh sel, jaringan, dan organ dalam tubuh.

3.2 SARAN.

Dengan adanya tugas ini penulis dapat lebih memahami tentang kelenjar Tiroid dan dapat
melakukan perawatan yang baik serta menegakkan asuhan keperawatan yang baik dengan
adanya hasil tugas ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bacaan untuk menambah wawasan
dari ilmu yang telah di dapatkan dan lebih baik dari sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

 NANDA, 2005, NANDA: Nursing Diagnosis Definition & Classification 2005-2006 ,


Philadelphia.
 Mansjoer, Arif, dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran , Media Aesculapius, Jakarta
 Suastika, K., 1995, Penyakit Kelenjar Tiroid , EGC, Jakarta

You might also like