You are on page 1of 22

TUGAS MAKALAH

(Konsep Teori Dan Hasil Jurnal)

LOW BACK PAIN/LBP

Dibuat
FRITSON TOBIGO
FERLINA
ARDIANTO KOLUDU
AGUSTINA KAMBIRA

STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami
membahas tentang Gangguan Sistim Neurobehaviour Low Back Pain dari segi
konsep teoritis dan hasil journal yang dipublikasikan melalui media internet.
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari
berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama
mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang bersifat membangun. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami
harapkan untuk menyempurnakan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan mamfaat bagi kita semua.

Palu, Maret 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
B. Etiologi
C. Faktor Resiko
D. Anatomi Fisologi
E. Patofisiologi
F. Manifestasi
G. Penatalaksanaan
H. Pemeriksaan Diagnostik
I. Pencegahan

BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan Keperawatan

BAB III JURNAL

REFERENSI
BAB I
KONSEP TEORI
LOW BACK PAIN/LBP
(NYERI PUNGGUNG BAWAH)

A. Definis Low Back Pain/LBP

Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri di daerah lumbasakral dan


sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini sering disertai penjalaran ketungkai
sampai kaki. (Harsono, 2000).
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
dari kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial. Peraturan utama dalam
merawat pasien dengan nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun
penyebabnya tidak diketahui. Oleh karena itu, keberadaan nyeri adalah
berdasarkan hanya pada laporan pasien.
Low Back Pain adalah suatu tipe nyeri yang membutuhkan pengobatan
medis walaupun sering jika ada trauma secara tiba-tiba dan dapat menjadi kronik
pada masalah kehidupan seperti fisik,mental,social dan ekonomi (Barbara).
Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan
oleh terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus
pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang (Brunner,1999).
Low back pain dapat terjadi pada siapasaja yang mempunyai masalah
pada muskuloskeletal seperti ketegangan lumbosacral akut,ketidakmampuan
ligamen lumbosacral,kelemahan otot,osteoartritis,spinal stenosis serta masalh
pada sendi inter vertebra dan kaki yang tidak sama panjang.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan Low Back
Pain adalah nyeri kronik atau acut didalam lumbal yang biasanya disebabkan
trauma atau terdesaknya otot para vertebra atau tekanan,herniasi dan degenerasi
dari nuleus pulposus,kelemahan otot,osteoartritis dilumbal sacral pada tulang
belakang.

B. Etiologi Low Back Pain / LBP


1. Perubahan postur tubuh biasanya karena trauma primer dan sekunder.
 Trauma primer seperti : Trauma secara spontan, contohnya
kecelakaan.
 Trauma sekunder seperti : Adanya penyakit HNP, osteoporosis,
spondilitis, stenosis spinal, spondilitis,osteoartritis.
2. Ketidak stabilan ligamen lumbosacral dan kelemahan otot.
3. Prosedur degenerasi pada pasien lansia.
4. Penggunaan hak sepatu yang terlalu tinggi.
5. Kegemukan.
6. Mengangkat beban dengan cara yang salah.
7. Keseleo.
8. Terlalu lama pada getaran.
9. Merokok.
10. Duduk terlalu lama.
11. Kurang latihan (oleh raga).
12. Depresi /stress.
13. Olahraga (golp,tennis,sepak bola).
C. Faktor Resiko Low Back Pain / LBP
Faktor resiko secara fisiologi.

 Umur ( 20 – 50 tahun ).  Spondilitis.


 Kurangnya latihan fisik.  Spinal stenosis (penyempitan
 Postur yang kurang anatomis. tulang belakang ).
 Kegemukan.  Osteoporosis.
 Scoliosis parah.  Merokok.

Faktor resiko dari lingkungan.


 Duduk terlalu lama.
 Terlalu lama pada getaran.
 Keseleo atau terpelintir.
 Olah raga ( golp,tennis,gymnastik,dan sepak bola ).
 Vibrasi yang lama.
Faktor resiko dari psikososial.
 Ketidak nyamanan kerja.
 Depresi.
 Stress.

D. Anatomi Fisiologi
1. Guna kerangka.
 Menahan seluruh bagian-bagian badan (Menopang tubuh).
 Melindungi alat tubuh yang halus seperti otak,jantung dan paru-paru.
 Tempat melekatnya otot-otot dan pergerakan tubuh dengan perantaraan
otot.
 Tempat pembuatan sel-sel darah terutama sel darah merah.
 Memberi bentuk pada bangunan tubuh.

2. Ruas-ruas tulang belakang.


Bentuk dari tiap-tiap ruas tulang belakang pada umumnya sama,hanya ada
bedanya sedikit tergantung pada kerja yang ditanganinya.
Ruas-ruas ini terdiri atas beberapa bagian :
 Badan ruas merupakan bagian yang terbesar,bentuknya tebal dan
kuat,terletak disebelah depan.
 Lengkung luas.
Bagian yang melingkari dan melindungi lubang luas tulang belakang
terletak di sebelah belang dan pada bagian ini terdapat tonjolan yaitu :
 Prosesus spinosus / taju duri.
Terdapat ditengah-tengah lengkung luas,menonjol kebelakang.
 Prosesus tranversum / taju sayap.
Terdapat disamping kiri dan kanan lengkung luas.
 Prosesus artikulasi / taju penyendi.
Membentuk persendian dengan ruas tulang belakang (vertebralis).

3. Fungsi ruas tulang belakang.


 Menahan kepela dan alat-alat tubuh yang lain..
 Melindungi alat halus yang ada didalamnya (sum-sum belakang).
 Tempat melekatnya tulang iga dan tulang pinggul.
 Menentukan sikap tubuh.
Ruas-ruas tulang belakang ini tersusun dari atas kebawah dan diantara
masing-masing ruas dihubungkan oleh tulang rawan yang disebut cakram
antara ruas sehingga tulang belakang bias tegak dan membungkuk.
Disamping itu disebelah depan dan belakangnya terdapat kumpulan
serabut-serabut kenyal yang memperkuat kedudukan ruas tulang
belakang.
Ditengah-tengah bagian ruas-ruas tulang belakang terdapat pula suatu
saluran yang disebut saluran sum-sum belakang (kanalis medulla spinalis)
yang didalamnya terdapat sum-sum tulang belakang.

4. Bagian-bagian dari ruas tulang belakang.


 Vertebra servikalis (tulang leher) 7 ruas mempunyai badan ruas kecil
dan lubang ruasnya besar. Pada tagu sayapnya terdapat lubang tempat
lalunya syarap yang disebut Foramentuam Versalis (Foramentuan
Versorium). Ruas pertama vertebra servikalis disebut Atlas yang
memungkinkan kepala berputar kekiri dan kekanan. Ruas kedua
disebut prosesus ke 7 mempunyai taju yang disebut Prosesus
Prominan,taju ruiasnya agak panjang.
 Vertebra Torakalis (tulang punggung) terdiri dari 12 ruas,badan
ruasnya besar dan kuat. Taju durinya panjang dan melengkung,pada
daerah bagian dataran sendi sebelah atas,bawah,kiri dan kanan ini
membentuk persendian dengan tulang iga.
 Vertebra lumbalis (tulang pinggul) terdiri dari 5 ruas,badan ruasnya
besar,tebal dan kuat. Taju durinya agak picak bagi ruas dari ruas ke 5
agak menonjol disebut Promontorium.
 Vertebra sakralis (ruas tulang kelangkang) terdiri dari 5, yang
membentuk sakrum atau tulang kelangkang.
 Vertebra Koksigius (tulang ekor) terdiri dari 4 ruas. Ruas-ruasnya
kecil dan menjadi sebuah tulang yang disebut Os Koksigialis dapat
bergerak sedikit karena membentuk persendian dengan sacrum.
E. Patofisiologi Low Back Pain / LBP
Nyeri yang ada pada low Back Pain dua macam:
1. Nyeri Nosiseptif
Bangunan peka nyeri yang terdapat di punggung bawah adalah
periosteum, 1/3 bangunan luar annulus fibroseptor (bagian fibrosa dari
diskus intervertebralis) ligamentum kapsula artikularis, fasia dan otot.
Semua banguan tersebut mengandung nosiseptor yang peka terhadap
berbagai stimulus(mekanik, termal, kimiawi). Bila reseptor dirangsang
oleh sebagian stimulus lokal akan, dijawab dengan pengeluaran sebagai
mediator inflamasi dan substansia lainnya yang menyebabkan timbulnya
persepsinyeri., hiperalgesia maupun alodinia yang bertujuan mencegah
pergerakan untuk memungkinkan berlangsung proses penyembuhan.
Salah satu mekanisme untuk mencegah kerusakan yang lebih berat
adalah spasme otot yang membatasi pergerakan. Spasme otot ini
menyebabkan iskemia dan sekaligus menyebabkan munculnya titik picu
(trigger points) yang merupakan salah satu kondisi nyeri. Pembungkus
syaraf juga, kaya akan nosiseptor yang merupakan akhiran dari nervi
nervorum yang juga berperan sebagai sumber nyeri nosiseptif inflamasi,
terutama nyeri yang dalam dan sulit dilokalisir. Berbagai jenis
rangsangan tadi akan mengantisipasi nosiseptor, langsung menyebabkan
nyeri dan sensitisasi menyebabkan hiperalgesia. Nyeri yang diakibatkan
oleh aktivitas nosiseptor ini disebut nyeri nosiseptif.
2. Nyeri Neurepatik
Nyeri neuropatik adalah nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi
atau disfungsi primer pada system syaraf. Nyeri neuropatik yang sering
ditemukan pada LBP berupa penekanan atau jeratan radiks syaraf oleh
karena Hernia Nukleus Pulposus (HNP, penyempitan kanalis spinalis,
pembengkaan artikulasio atau jaringan sekitarnya, fraktur mikro
(misalnya penderita osteoporosis), penekanan oleh tumor dan sebagainya.
Penanganan pada radiks saraf, terdapat 2 kemungkinan:
 Penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus syaraf yang kaya
nosiseptor dari nervi nervorum, yang menimbulkan inflamasi, nyeri
dirasakan distribusi serabut syaraf tersebut. nyeri bertambah jika
terdapat peperangan serabut syarap, misalnya karena pergerakan.
 Penekanan sampai mengenai serabut syaraf, sehingga ada
kemungkinan terjadi gangguan keseimbangan neuron sensorik melalui
pelabuhan molekuler. Perubahan molekuler menyebabkan aktivitas
SSA menjadi abnormal, timbul aktifitas ektopik (aktivitas di luar
nosiseptor), akumulasi saluran ion Natrium (SI-Na dan saluran ion
baru di daerah lesi). Penumpukan SI-Na naupun saluran ion baru
didaerah lesi menyebabkan timbulnya mechsno-hot-sopt yang sangat
peka terhadap rangsangan mekanikal maupun termal(hiperagesia
mekanikal dan termal). Ditemukan juga pembentukan reseptor adrener
menyebabkan stress psikologi yang mampu memperberat nyeri.
Aktivitas ektopik menyebabkan timbulnya nyeri neuropatik baik yang
sepontan seperti parestesia, disestisia, nyeri seperti kesetrum dan
sebagainya, yang membedakan dengan nyeri inflamasi maupun yamg
dibangkitkan seperti hiperal dan alodinia. Terjadinya hiperalgesia dan
alodinia pada nyeri ncuropatik juga disebabkan oleh adanya
fenomena wind-up, LTP dan perubahan fenotip AB. Pada nyeri
nosiseptif, inhibisi meningkat sedang pada nyeri neuropatik terutama
disebabkan penurunan reseptor opioid di neuron kornu dorsalis dan
peningkatan cholesystokinin (CCK) yang menghambat kerja reseptor
opioid.
F. Manifestasi Low Back Pain / LBP
Perubahan dalam gaya berjalan:
 Berjalan terasa kaku.
 Tidak bias memutar punggung.
 Pincang.
Persyarafan:
 Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien
merasakan sensasi pada kedua anggota badan,tetapi mengalami sensasi
yang lebih kuat pada daerah yang tidak dirangsang.
 Tidak terkontrol BAB dan BAK.
Nyeri:
 Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan.
 Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit.
 Nyeri otot dalam.
 Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
 Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis.
 Nyeri pada pertengahan bokong.
 Nyeri berat pada kaki semakin meningkat.

G. Penatalaksanaan Low Back Pain / LBP


1. Penata Laksanaan Keperawatan.
Informasi dan edukasi:
Pada NPB akut : Imobilisasi (lamanya tergantung kasus), pengaturan
berat badan, posisi tubuh dan aktivitas, modalitas termal (terapi panas
dan dingin) masase, traksi (untuk distraksi tulang belakang), latihan :
jalan, naik sepeda, berenang (tergantung kasus), alat Bantu (antara lain
korset, tongkat)
NPB kronik: psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur, modalitas
termal), latihan kondisi otot, rehabilitasi vokasional, pengaturan berat
badan posisi tubuh dan aktivitas.
2. Medis
a. Formakoterapi:
 NPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid
(nyeri berat), injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid) untuk
nyeri radikuler
 NPB kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan
(gabapentin, karbamesepin, okskarbasepin, fenitoin), alpha
blocker (klonidin, prazosin), opioid (kalau sangat diperlukan)
b. Invasif non bedah:
 Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati)
 Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 % (nyeri neuropatik
punggung bawah yang intractable)
c. Bedah
 HNP (Hernia Nukleus Pulposus), indikasi operasi :
 Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat
minggu: nyeri berat/intractable / menetap / progresif.
 Defisit neurologik memburuk.
 Sindroma kauda.
 Stenosis kanal : setelah terjadi konservatif tidak berhasil
 Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan
neurofisiologik dan radiologik.

H. Pemeriksaan Diagnostik Low Back Pain / LBP


1. Neurofisiologik:
 Electromyography (EMG)
 Need EMG dan H-reflex dianjurkan bila dugaan disfungsi radiks
lebih dari 3-4 minggu
 Bila diagnosis radikulapati sudah pasti secara pemeriksaan klinis,
pemeriksaan elektrofisiologik tidak dianjurkan.
 Somatosensory Evoked Potensial (SSEP). Berguna untuk stenosis
kanal dan mielopati spinal.
2. Radiologik:
 Foto polos.
 Tidak direkomendasikan untuk evaluasi rutin penderita NPB.
 Direkomendasikan untuk menyampingkan adanya kelainan tulang.
 Mielografi, mielo-CT, CT-Scan, Magnetik Resonance Imaging
(MRI)
 Diindikasikan untuk mencari penyebab nyeri antara lain tumor,
HNP perlengketan
 Discography tidak direkomendasikan pada NPB oleh karena
invasive
3. Laboratorium
 Laju endap darah, darah perifer lengkap, C-reactif protein (CRP),
faktor rematoid, fosfatase alkali / asam, kalsium (atas indikasi)
 Urinalisa, berguna untuk penyakit non spesifik seperti infeksi,
hematuri
 Likuor serebrospinal (atas indikasi)

I. Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Dilakukan untuk mencegah timbulnya kejadian LBP. Dengan cara
edukasi yang meliputi teknik mengangkat beban, posisi tubuh saat
bekerja, peregangan dan sebagainya. Lebih lanjut bisa di berikan
exercise untuk meningkatkan kekuatan, fleksibilitas dan ketahanan
dari punggung bawah.
2. Pencegahan Sekunder
Dilakukan untuk mengurangi kejadian LBP dengan deteksi dini,
dengan cara modifikasi faktor resiko seperti mengurangi obesitas,
merokok
3. Pencegahan Tersier
Dilakukan untuk meminimalisir konsekuensi dan atau disabilitas yang
mungkin timbul dalam perjalanan penyakitnya.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian Keperawatan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain / LBP)


A. Data fokus yang perlu dikaji:
1. Riwayat kesehatan
 Riwayat Penyakit
 Keluhan Utama (keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan
pengkajian)
 Riwayat penyakit sekarang
 Diskripsi gejala dan lamanya
 Dampak gejala terhadap aktifitas harian
 Respon terhadap pengobatan sebelumnya
 Riwayat trauma
 Riwayat Penyakit Sebelumnya
 Immunosupression (supresis imun)
 Penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas (kangker)
 Nyeri yang menetap merupakan pertimbangan untuk kangker atau
infeksi.
 Pemberatan nyeri di kala terbaraing (tumor instraspinal atau
infeksi) atau pengurangan nyeri (hernia nudeus pulposus / HNP)
 Nyeri yang paling berat di pagi hari (spondiloartropati
seronegatif: ankylosing spondyli-tis, artristis psoriatic,
spondiloartropati reaktif, sindroma fibromialgia)
 Nyeri pada saat duduk (HNP, kelainan faset sendi, stenosis kanal,
kelahinan otot paraspinal, kelainan sendi sakroilikal, spondilosis /
spondilolisis / spondilolistesis, NPB-spesifik)
 Adanya demam (infeksi)
 Gangguan normal (dismenore, pasca-monopause /andropause)
 Keluhan visceral (referred pain)
 Gangguan miksi
 Saddle anesthesia
 Kelemahan motorik ekstremitas bawah (kemungkinan lesi kauda
ekwina)
 Lokasi dan penjalaran nyeri.

2. Pemeriksaan fisik
 Keadaan Umum
 Pemeriksaan persistem
 Sistem persepsi dan sensori
(pemeriksaan panca indera : penglihatan, pendengaran, penciuman,
pengecap, perasa)
 Sistem persarafan (Pemeiksaan neurologik)
 Pemeriksaan motorik
 Pemeriksaan sens sensorik.
 Straight leg Raising (SLR), test laseque (iritasi radisks L5 atau S 1)
cross laseque(HNP median) Reverse Laseque (iritasi radik lumbal
atas)
 Sitting knee extension (iritasi lesi iskiadikus)
 Pemeriksaan system otonom
 Tanda Patrick (lasi coxae) dan kontra Patrick (lesi sakroiliaka)
 Tes Naffziger
 Tes valsava.
 Sistem pernafasan
(Nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan jalan nafas.)
 Sistem kardiovaskuler
(Nilai tekanan darah, nadi, irama, kualitas, dan frekuensi)
 Sistem Gastrointestinal
(Nilai kemampuan menelan,nafsu makan, minum, peristaltic dan
eliminasi)
 Sistem Integumen
(Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit pasien )
 Sistem Reproduksi
(Untuk pasien wanita )
 Sistem Perkemihan
(Nilai Frekuensi Bak, warna, bau, volume )

3. Pola fungsi kesehatan


 Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
 Pola aktifitas dan latihan
(Cara berjalan : pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi untuk
pemeriksaan neurologis))
 Pola nutrisi dan metabolisme
 Pola tidur dan istirahat
(Pasien LBP sering mengalami gangguan pola tidur dikarenakan
menahan nyeri yang hebat)
 Pola kognitif dan perceptual
(Prilaku penderita apakah konsisten dengan keluhan nyerinya
(kemungkinan kelainan psikiatrik))
 Persepsi diri/konsep diri
 Pola toleransi dan koping stress
(Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal
sehingga penderita berjalan sangat hati-hati untuk mengurangi rasa sakit
tersebut (kemungkinan infeksi. Inflamasi, tumor atau fraktur))
 Pola seksual reproduksi
 Pola hubungan dan peran
 Pola nilai dan keyakinan

B. Diagnosa Keperawatan Low Back Pain / LBP


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan Low Back
Pain adalah:
1. Nyeri akut b.d agen injuri (fisik muskuloskeletal) dan system syaraf
vascular)
2. Gangguan Mobilitas Fisik b.d nyeri, kerusakan muskuloskeletal, kekakuan
sendi, kontraktur
3. Defisit Perawatan Diri b.d nyeri, kerusakan muskuloskeletal, kerusakan
neuromuskular

C. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Nyeri akut b/d agen injuri (fisik, Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
kelainan muskulo skeletal dan system keperawatan selama.... x 24 jam nyeri o Lakukan pengkajian nyeri
syaraf vaskuler berkurang/hilang dengan kriteria : secara kom-prehensif (lokasi,
Tingkat nyeri karateristik, durasi, frekuensi,
Batasan karakteristik : o Melaporkan nyeri ber-kurang / kualitas, dan faktor presipitasi).
o Verbal hilang o Observasi reaksi non verbal
- Menarik nafas pan-jang, o Frekuensi nyeri berku-rang / dari ketidaknyamanan.
merintih, mengeluh nyeri hilang o Gunakan teknik komunikasi
o Motorik o Lama nyeri berkurang terapetik untuk mengetahui
- Menyeringaikan wajah. o Ekspresi oral berkurang / hilang pengalaman nyeri klien.
- Langkah yang ter-seok-seok o Ketegangan otot berku-rang / o Kaji kultur/ budaya yang
- Postur yang kaku / tidak hilang mempengaruhi respon nyeri.
stabil o Dapat istirahat o Evaluasi pengalaman nyeri
- Gerakan yang amat lambat o Skala nyeri berkurang / masa lampau.
atau terpaksa menurun o Evaluasi bersama klien dan tim
o Respon autonom kesehatan lain tentang ketidak
- Perubahan vital sign Kontrol Nyeri efektifan kontrol nyeri masa
o Mengenal faktor-faktor lampau.
penyebab o Bantu klien dan keluarga untuk
o Mengenal onset nyeri mencari dan menemukan
o Jarang / tidak pernah dukungan.
melakukan tindakan o Kontrol lingkungan yang
pertolongan dengan non dapat mempe-ngaruhi nyeri
analgetik (suhu ruangan, pencahayaan,
o Jarang / tidak pernah dan kebisingan)
menggunakan analgetik o Kurangi faktor presipitasi
o Jarang / tidak pernah nyeri.
melaporkan nyeri kepa-da tim o Pilih dan lakukan penanganan
kesehatan. nyeri (farmokologi, non
o Nyeri terkontrol farmakologi dan inter-
- personal)
o Kaji tipe dan sumber nyeri
Tingkat kenyamanan untuk me-nentukan intervensi.
o Klien melaporkan kebu-tuhan o Ajarkan tentang teknik non
istirahat tidur tercukupi farmakologi.
o Melaporkan kondisi fisik baik o Berikan analgetik untuk
o Melaporkan kondisi psikis baik mengurangi nyeri.
o Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
o Tingkatkan istirahat
- o Kolaborasi dengan dokter jika
- ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil.
o Monitor penerimaan klien
tentang mana-jemen nyeri.

Andministrasi Analgetik
o Tentukan lokasi, karateristik
kualitas, dan derajat nyeri
sebagai pemberian obat.
o Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis dan fekkuensi.
o Cek riwayat alergi
o Pilih analgenik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgetik
ketika pemberian lebih dari
satu.
o Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri.
o Tentukan analgetik pilihan rute
pemberian dan dosis optimal.
o Pilih rute pemberian secara iv-
im untuk pengobatan nyeri
secara teratur
o Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
o Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat.
o Evaluasi efektifitas analgesik
tanda dan gejala (efek
sampingan)
BAB III
JURNAL

LATIHAN CORE STABILITY DAN WILLIAM’S FLEXION DALAM


MENURUNKAN NYERI, PENINGKATAN KESEIMBANGAN DAN
EMAMPUAN FUNGSIONAL

Latihan Core Stability dan William’s flexion adalah salah satu terapi latihan untuk
penderita nyeri punggung bawah yang dikembangkan oleh Dr. Paul William pada
tahun 1937 dengan cara penguatan otot-otot abdomen dan otot gluteus maksimus
serta penguluran otot-otot ekstensor punggung. Dengan otot-otot penyangga
tulang belakang yang kuat dan postur tubuh yang benar dapat meningkatkan
keseimbangan dan aktifitas fungsional.

Hasil Penelitian:

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latihan core


stability terhadap penurunan nyeri, keseimbangan dan kemampuan fungsional
pasien nyeri punggung bawah, pengaruh latihan Williams flexion terhadap
penurunan nyeri, keseimbangan dan kemampuan fungsional pasien nyeri
punggung bawah, dan perbedaan pengaruh antara terapi latihan core stability
dengan latihan Williams flexion terhadap penurunan nyeri, keseimbangan dan
kemampuan fungsional pasien nyeri punggung bawah.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan disain two
groups pretest and posttest design. Uji statistika yang digunakan adalah dependent
sample t-test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi latihan core
stability terhadap penurunan nyeri, peningkatan keseimbangan dan kemampuan
fungsional pasien nyeri punggung bawah, ada pengaruh terapi latihan
Williams flexion terhadappenurunan nyeri, peningkatan keseimbangan dan
kemampuan fungsional pasien nyeri punggung bawah, dan tidak terdapat
perbedaan pengaruh yang bermakna antara terapi latihan core
stability dengan latihan Williams flexion terhadap penurunan nyeri, peningkatan
keseimbangan dan kemampuan fungsional pasien nyeri punggung bawah.

Kesimpulan
Kesimpulan penelitian ini adalah ada pengaruh terapi latihan core stability
terhadap penurunan nyeri, peningkatan keseimbangan dan kemampuan fungsional
pasien nyeri punggung bawah, ada pengaruh terapi latihan Williams flexion
terhadap
penurunan nyeri, peningkatan keseimbangan dan kemampuan fungsional pasien
nyeri punggung bawah, dan tidak ada perbedaan pengaruh yang bermakna antara
terapi latihan core stability dengan
latihan Williams flexion terhadap penurunan nyeri punggung bawah, peningkatan
keseimbangan pasien nyeri punggung bawah dan kemampuan fungsional pasien
nyeri punggung bawah.
Saran untuk penelitian ini adalah dosis pengulangan terapi latihan core
stability terlalu singkat, sehingga pada penelitian selanjutnya diharapkan
menggunakan dosis pengulangan yang sebenarnya. Latihan core stability lebih
sulit sehingga membutuhkan pengawasan yang lebih dari peneliti.
REFERENSI

Judith & nancy, Alih Bahasa Ns. Esti Wahyuningsih, S.Kep ; Buku Saku
Diagnosa Keperawatan, Edisi 9, Edisi revisi, EGC, Jakarta, 2002
PPNI ; Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Definisi Dan Indikator
Diagnostik, Edisi I, Cetakan ke III, jakarta, 2017
__________. Askep LBP (Low Back Pain). Diakses pada tanggal 12 Februari
2012. http://nursingbegin.com/askep-lbp/.
__________. Pendidikan Dan Konseling Untuk Mencegah LBP, Diakses pada
tanggal 6 maret 2018, http://www.moryz.com/back-pain/education-
conseling-low-back-pain.html

You might also like