Professional Documents
Culture Documents
4. 2 Analisis Data
Jenis Perlakuan Total
Jumlah telur menetas
Persilangan Penyinatan perlakuan
Strain UV (menit) U1 U2 U3 kombinasi
0 96 98 80 274
3 59 64 49 172
♂N ><♀N 6 48 67 45 160
9 37 55 41 133
12 50 39 41 130
0 93 90 65 248
3 64 53 54 171
♂ w >< ♀w 6 38 49 49 136
9 25 52 65 142
12 57 37 39 133
Total Kelompok/ulangan 567 604 528 1699
Perhitungan Jumlah Kuadrat :
1. Faktor Koreksi (FK)
(1699)2
FK = 30
2886601
= 30
= 96220,033
2. JK Total
JK Total = (96)2+(98)2+(80)2+.............+(98)2 – FK
= 106527 - 96220,033
= 10306, 967
3. JK Ulangan
(567)2 +(604)2 +(528)2
JK Ulangan = – FK
10
965089
= – FK
10
= 96508,9 – 96220,033
= 288,867
4. JK Perlakuan Kombinasi
(274)2 +(172)2 + ⋯+(133)2
JK Per.Komb = – FK
3
311943
= – FK
3
= 103981 - 96220,033
= 7760,967
5. JK Galat
JK Galat = JK Total – JK Ulangan – JK Perlakuan Kombinasi
= 10306, 967 - 288,867 - 7760,967
= 2257,133
33
6. JK Jenis Strain
(869)2 +(830)2
JK S = – FK
5x3
1444061
= – FK
15
= 96270,733 - 96220,033
= 50,7
7. JK Lama Penyinaran UV
(522)2 +(343)2 +(296)2 ++(275)2 +(263)2
JK UV = – FK
2x3
622543
= – FK
6
= 103757,168 – 96220,033
= 7537,133
Rujukan :
1. F tabel 0,05
a. F Hitung S (0,40432) < F0,05 (4,41387), H0 diterima, hipotesis penelitian
ditolak berarti macam strain tidak berpengaruh terhadap persentase penetasan
telur D. melanogaster hasil persilangan strain ♂N >< ♀N dan ♂w ><♀w
b. F Hitung UV (15,02663) > F0,05 (2,92774), H0 ditolak, hipotesis penelitian
diterima berarti lama radiasi sinar ultraviolet berpengaruh terhadap persentase
penetasan telur D. melanogaster hasil persilangan strain ♂N >< ♀N dan ♂w
><♀w
c. F Hitung S – UV (0,34517) < F0,05 (2,92774), H0 diterima, hipotesis
penelitian ditolak berarti Interaksi antara lama radiasi ultraviolet terhadap jenis
strain D. melanogaster tidak berpengaruh terhadap persentase penetasan telur
D. melanogaster hasil persilangan strain ♂N >< ♀N dan ♂w ><♀w
2. F tabel 0,01
a. F Hitung S (0,40432) < F0,05 (8,28542), H0 diterima, hipotesis penelitian
ditolak berarti macam strain tidak berpengaruh terhadap persentase penetasan
telur D. melanogaster hasil persilangan strain ♂N >< ♀N dan ♂w ><♀w
b. F Hitung UV (15,02663) > F0,05 (4,57904), H0 ditolak, hipotesis penelitian
diterima berarti lama radiasi sinar ultraviolet berpengaruh terhadap persentase
penetasan telur D. melanogaster hasil persilangan strain ♂N >< ♀N dan ♂w
><♀w
d. F Hitung S – UV (0,34517) < F0,05 (4,57904), H0 diterima, hipotesis
penelitian ditolak berarti tidak ada interaksi antara lama radiasi ultraviolet dan
jenis strain D. melanogaster terhadap persentase penetasan telur D.
melanogaster hasil persilangan strain ♂N >< ♀N dan ♂w ><♀w
UJI Lanjut BNT
2KTGalat
1. Nilai BNT 0,05 UV = t0,05(db galat=18) x√ rxs
2x125,39630
= 2,101 x √ 3x2
= 2,101 x 6,465
= 13,583
2KTGalat
2. Nilai BNT 0,01 UV = t0,01(db galat=18) x√ rxs
2x125,39630
= 2,878 x √ 3x2
= 2,878 x 6,465
= 18,609
35
BAB V
PEMBAHASAN
Pada dasarnya peristiwa mutasi dapat terjadi secara spontan dan terinduksi.
Mutasi spontan terjadi tanpa adanya penyebab yang jelas, sedangkan mutasi
terinduksi terjadi karena adanya agen mutagen seperti radiasi sinar X, sinar
ultraviolet dan bahan kimia yang bereaksi dengan DNA (Gardner, dkk, 1991).
Dalam penelitian ini digunakan sinar ultraviolet yang berperan sebagai faktor
penyebab mutasi terinduksi dalam lingkungan yang bersifat fisik. Kemudian
menurut Corebima (2008) yang menyatakan bahwa penggunaan sinar ultraviolet
dimaksudkan karena radiasi sinar tersebut memiliki panjang gelombang 254-269
nm yang dapat diserap secara maksimal oleh DNA. Dari pernyataan tersebut
semakin jelas bahwa penggunaan sinar ultraviolet lebih efektif dibandingkan
dengan jenis sinar-sinar yang lain dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini digunakan telur Drosophila melanogaster dan bukan
tahapan lain dari proses metamorfosis lalat buah seperti fase larva, pupa dan
imago karena telur adalah salah satu tahapan dimana sel-selnya pada saat itu aktif
membelah dan tumbuh sehingga memiliki tingkat sensitivitas yang sangat tinggi
jika terpapar sinar ultraviolet. Pernyataan tersebut ditambah oleh Barror (1992)
yang menyatakan bahwa telur Drosophila melanogaster dilapisi oleh dua lapisan,
yaitu satu selaput vitellin tipis yang mengelilingi sitoplasma dan suatu selaput
tipis tapi kuat (khorion) dibagian luar dan di anteriornya terdapat dua tangkai tipis
sehingga memungkinkan sinar ultraviolet dapat menembus lapisan tersebut.
Kemudian didukung oleh pendapat Suryo (2010) bahwa dalam kurun waktu 2 hari
setelah persilangan, Drosophila melanogaster betina akan menghasilkan telur
sebanyak 50-75 telur perhari. Secara otomatis dengan jumlah telur yang banyak
akan semakin memudahkan penelitian yang ada.
36
37
yang meningkat dari atom-atom pada molekul DNA merupakan dasar dari efek
mutagenik radiasi sinar UV(Gardner, dkk, 1991).
Kemudian terdapat pendapat yang mendukung hasil penelitian yaitu
pernyataan dari Corebima (2008) yang mengatakan bahwa sinar ultraviolet dapat
menghasilkan pengaruh, baik letal maupun mutagenik, pada semua jenis virus dan
sel. Pengaruh ini disebabkan oleh terjadinya perubahan kimia pada basa DNA
akibat absorpsi energi dari sinar tersebut. Pengaruh terbesar yang ditimbulkan
oleh radiasi sinar UV adalah terbentuknya pirimidin dimer, khususnya timin
dimer, yaitu saling terikatnya dua molekul timin yang berurutan pada sebuah untai
DNA. Dengan adanya timin dimer, replikasi DNA akan terhalang pada posisi
terjadinya timin dimer tersebut.
Timin dimer ini menimbulkan mutasi secara tidak langsung yaitu
dengan cara menggangu double helix DNA serta menghambat pembentukan
replikasi DNA. Dalam hubungannya dengan molekul DNA, senyawa yang
paling utama adalah purin dan pirimidin, karena kedua senyawa tersebut menyerap
cahaya pada panjang gelombang 254-269 nm yang merupakan panjang gelombang
dari sinar UV. Pirimidin terutama timin sangat kuat menyerap sinar pada panjang
gelombang 254 nm sehingga menjadi sangat reaktif. Unting dan perlengkapan
sintesis unting DNA maupun RNA menjadi terhalang dengan adanya tapak-tapak
yang ditempati dimer tadi. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya keletalan apabila
tidak ada perbaikan (Sa’adah, 2000).
Mekanisme mutasi pada telur Drosophila melanogaster setelah terpapar
sinar ultraviolet menyabakan ketidaknormalan pada telur tersebut. Berikut ini
penjelasan M. Bownes dan K. Sander pada tahun 1976 , tentang perkembangan
embrio Drosophila melanogaster setelah terpapar sinar ultraviolet :
1. Setelah terpapar sinar ultraviolet, nukleus sel telur tidak bisa bermigrasi ke
area yang terpapar radiasi UV, sehingga menyebabkan blastoderm hanya
terbentuk pada daerah posterior telur saja.
2. Karena balstoderm hanya terbentuk pada bagian posterior sacara otomatis
pembentukan blastoderm pada daerah anterior terhambat
3. Ketika efek dari paparan sinar ultraviolet berhenti, inti sel bermigrasi
menuju daerah yang mengalami radiasi ultraviolet namun blastoderm tetap
39
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Lama radiasi sinar ultraviolet berpengaruh terhadap persentase
penetasan telur D. melanogaster hasil persilangan strain ♂N >< ♀N
dan ♂w ><♀w.
2. Macam strain tidak berpengaruh terhadap persentase penetasan telur
D. melanogaster hasil persilangan strain ♂N >< ♀N dan ♂w ><♀w.
3. Tidak ada pengaruh interaksi antara lama radiasi ultraviolet dan jenis
strain D. melanogaster terhadap persentase penetasan telur D.
melanogaster hasil persilangan strain ♂N >< ♀N dan ♂w ><♀w.
6.2 Saran
1. Sebaiknya pada saat penelitian dilakukan dengan sabar, tekun dan teliti
untuk mendapatkan data yang lengkap dan benar.
2. Sterilisasi tempat, medium dan perlakuan harus selalu dijaga agar
terhindar dari kontaminan seperti jamur dan kutu sehingga mendapat
hasil yang akurat.
3. Konsultasi dengan asisten harus sering dilakuakan agar penelitian
berjalan lancar.
4. Sebaiknya perlu diperhatikan ketelitian dalam menghitung jumlah telur
awal dan larva yang menetas selama tujuh hari
43