Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
· dapat dicampur (kompatibel) dengan obat lain jika diberikan dalam bentuk
campuran (admikur) untuk pemberian obat secara intravena (jika diindikasikan
dan diperlukan
Isotonis
Setiap karakteristik menimbulkan tantangan unik selama proses
pengembangan, manufaktur, pengujian, dan penggunaan sediaan steril ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1 Pengertian
Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas
dari mikroorganisme hidup. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik
diantara bentuk obat terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit
atau membran mukosa kebagian dalam tubuh. Karena sediaan mengelakkan garis
pertahanan pertama dari tubuh yang paling efisien, yakni membran kulit dan
mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari
komponen toksik dan harus mempunyai tingkat kemurniaan tinggi dan luar biasa.
Semua komponen dan proses yang terlibat dalam penyediaan produk ini harus
dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi secara fisik,
kimia atau mikrobiologi.
Produk steril termasuk sediaan parentral, mata dan irigasi. Preparat parental
bisa diberikan dengan berbagai rute. Lima yang paling umum adalah intravena,
intramuskular, subkutan, intrakutan dan intraspinal. Pada umumnya pemberian
secara parenteral dilakukan bila diinginkan kerja obat yang lebih cepat, seperti
pada keadaan gawat, bila penderita tidak dapat diajak bekerjasama dengan baik,
tidak sadar, tidak dapat atau tidak tahan menerima pengobatan secara oral atau
bila obat tersebut tidak efektif dengan cara pemberian yang lain. Injeksi diracik
dengan melarutkan, mengemulsikan, atau mensuspensikan sejumlah obat ke
dalam sejumlah pelarut, atau dengan mengisikan sejumlah obat ke dalam wadah
dosis tunggal atau wadah dosis ganda.
3
3. Cair, misal injeksi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas sediaan:
1. Terapi, meliputi:
· Dosis efektif obat. Obat dibuat dalam dosiss yang disesuaikan dengan dosis
terapi efektif obat tersebut.
· Lama penggunaan obat. Hal ni juga berpengaruh pada penentuan bentuk
sediaan obat yang akan dibuat dan besarnya dosis obat, sehingga pasien tetap
merasa nyaman selama terapi.
2. Farmakokinetka obat. Meliputi waktu paruh, absorpsi, t ½ eliminasi, Vd, Cl, dan
lain-lain.
3. Sifat fisika-kimia meliputi:
· Ukuran partikel
· Sifat alir
· Kompaktibilitas
· Ketahanan terhadap kelembapan
Sifat fisika kimia inilah yang menetukan formulasi dan pemilihan metode
pembuatan sediaan obat.
1. Efikasi mencakup kemanjuran suatu obat yang dalam terapi termasuk efektivitas
obat dalam terapi.
2. Safety : keamanan ini antara lain meliputi: eamanan dosis obat dalam terapi,
memberikan efek terapi sesuai dengan yang diinginkan dan tidak memberikan
efek toksik atau efek samping yang tidak diinginkan.
3. Aceeptable : maksudnya disukai oleh pasien. Jadi obat perlu dibuat sedemikian
menarik dan mudah dipakai konsumen.
4. Sediaan obat harus jernih. Jernih maksudnya tidak ada partikel yang tidak larut
dalam sediaan tersebut. Jadi, meskipun sediaan berearna, tetap terlihat jernih
(tidak keruh).
4
5. Tidak berwarna. Maksudnya sediaan larutan bisa saja berwarna, namun warna
larutan sama dengan warna zat aktifnya sehingga tidak ada campuran warna lain
dalam sediaan itu.
6. Bebas dari partikel asing. Partikel asing; partikel yang bukan penyusun obat.
Sumber partikel bisa berasal dari: air, bahan kimia, personil yang bekerja, seratr
dari alat/pakaian personil, alat-alat, lingkungan, pengemas (gelas, plastik).
7. Keseragaman volume/berat. Terutama untuk sediaan solid steril.
8. Memenuhi uji kebocoran. Terutama untuk injeksi yang dikemas dalam ampul. Uji
kebocoran dapat dilakukan dengan:
Uji dengan larutan warna (dye bath test)
9. Stabil. Artinya sediaan tidak mengalami degradasi fisika. Misal jika bentuk
sediaan larutan maka sediaan tersebut tetap berada dalam bentuk larutan (bukan
suspensi). Sifat stabil ini berkaitan dengan formulasi. Ketidakstabilan dapat dilihat
dari:
· Terjadi perubahan warna. Contoh: larutan adrenalin yang awalnya berwarna
jernih karena teroksidasi akan menjadi merah karena terbentuk adenokrom.
· Terjadi pengendapan. Contoh: injeksi aminophilin dibuat dengan air bebas CO 2,
karena jika tidak bebas CO2 maka akan terbewntuk theopilin yang kelarutannya
kecil dalam air sehingga kanmengendap. Akibatnya dosis menjadi berkurang.
1. Kerja optimal dan sifat tersatukan dari larutan obat yang diberikan secara
parenteral hanya akan diperoleh jika persyaratan berikut terpenuhi
2. Sesuainya kandungan bahan obat yang dinyatakan di dalam etiket dan yang ada
dalam sediaan, tidak terjadi penggunaan efek selama penyimpanan akibat
perusakan obat secara kimia dan sebagainya.
3. Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanya memungkinkan sediaan tetap
steril tetapi juga mencegah terjadinya antaraksi antarbahan obat dan material
dinding wadah.
5
4. Tersatukan tanpa terjadinya reaksi. Untuk beberapa faktor yang paling
menentukan: bebas kuman, bebas pirogen, bebas pelarut yang secara fisiologis,
isotonis , isohidris, bebas bahan melayang.
1. Intravena
· Dapat berupa larutan, air, minyak, atau suspensi. Biasanya dalam bentuk air
lebih cepat diabsorbsi dari pada bentuk suspensi dan minyak.
· Dilakukan dengan cara memasukkan ke dalam otot rangka
· Tempat penyuntikan sebaiknya sejauh mungkin dari syaraf- syaraf utama dan
pembuluh-pembuluh darah utama.
· Pada orang dewasa, tempat yang paling sering digunakan utnuk suntik IM,
adalah seperempat bagian atas luar otot gluteus max. pada bayi, daerah glutel
sempit dan komponen utama adalah lemak, Bukan otot
· Tempat suntikan lebih baik dibagian atas atau bawah deltoid, karena lebih jauh
dari syaraf radial.
· Volume yang umum diberikan IM, sebaiknya dibatasi maximal 5 mili, bila
disuntuikan didaerah glutel dan 2 ml bila di deltoid.
6
· Injeksi Antibiotik untuk Meningitis
7
· Dalam bentuk dan warana yang sedapat mungkin teratur
· Memiliki sifat alir yang baik
· Tidak terlalu kering
· Hancur baik dalam air
· Menunjukkan kekompakan mekanis yang memuaskan
Injeksi oksitosin adalah larutan steril dalam pelarut yang sesuai, bahan yang
mengandung hormon polipeptida yang mempunyai sifat yang menyebabkan
kontraksi otot rahim, otot vaskular, dan otot halus lain, yang dibuat dengan
sintesis atau diperoleh dari globus posterior kelenjar pituitaria hewan peliharaan
sehat yang biasa dimakan.
· Injeksi Vitamin C
Vitamin C tidak boleh diberikan secara oral kepada pasien dalam kondisi
tertentu seperti pasien penderita maag. Namun pada keaadaan defisiensi vitamin C
pasien tersebut harus segera diberikan suplemen vitamin C. Oleh sebab itu
vitamin c dibuat dalam bentuk sediaan injeksi. Injeksi intravena vitamin C dapat
menyebabkan pusing dan pingsan, oleh sebab itu vitamin C dibuat dalam bentuk
injeksi intra muscular, walaupun pemmberian secara IM akan meninggalkan rasa
sakit ditempat suntikan. Pemerian obat IM memberikan efek obat yang kurang
tepat, tetapi biasanya efek berlangsung lebih lama dari yang dihasilkan
Lapisan ini letaknya persis dibawah kulit, yaitu lapisan lemak (lipoid) yang
dapat digunakan untuk pemberian obat antara lain vaksin, insulin, skopolamin,
8
dan epinefrin atau obat lainnya. Injeksi subkutis biasanya diberikan dengan
volume samapi 2 ml (PTM membatasi tak boleh lebih dari 1 ml) jarum suntik
yang digunakan yang panjangnya samapi ½ sampai 1 inci (1 inchi = 2,35 cm)
3. Pemberian Intramuskuler
9
Persyaratan pH sebaiknya diperhatikan, karena masalah iritasi, tetapi dapat dibuat
pH antara 3-5 kalau bentuk suspensi ukuran partikel kurang
4. Pemberian intrathekal-intraspinal
Penyuntikan langsung ke dalam cairan serebrospinal pada beberapa temapt.
Cara ini berbeda dengan cara spinal anastesi. Kedua pemberian ini mensyaratkan
sediaan dengan kemurniaannya yang sangat tinggi, karena dearah ini ada barier
(sawar) darah sehingga daerahnya tertutup.
5. Intraperitoneal
6. Intradermal
7. Intratekal
Digunakan khusus untuk bahan obat yang akan berefek pada cairan
serebrospinal. Digunakan untuk infeksi ssp seperti meningitis, juga untuk anestesi
spinal. Intratekal umumnya diinjeksikan secara langsung pada lumbar spinal atau
ventrikel sehingga sediaan dapat berpenetrasi masuk ke dalam daerah yang
berkenaan langsung pada SSP.
10
2.2 Wadah
2.2.1 Vial
Vial adalah salah satu wadah dari bentuk sediaan steril yang umumnya
digunakan pada dosis ganda dan memiliki kapasitas atau volume 0,5-100 ml. Vial
dapat berupa takaran tunggal atau ganda. Digunakan untuk mewadahi serbuk
bahan obat, larutan atau suspensi dengan volume sebanyak 5 mL atau lebih besar.
Bila diperdagangan, botol ini ditutup dengan sejenis logam yang dapat dirobek
atau ditembus oleh jarum injeksi untuk menghisap cairan injeksi. (R. Voight hal
464).
Hal yang perlu diperhatikan untuk sediaan injeksi dalam wadah vial (takaran
ganda):
2. Tidak perlu isotonis, kecuali untuk subkutan dan intravena harus dihitung isotonis
(0,6% – 0,2%) (FI IV hal. 13)
4. Zat pengawet (FI IV hal 17) keculai dinyatakan lain, adalah zat pengawet yang
cocok yang dapat ditambahkan ke dalam injeksi yang diisikan dalam wadah
ganda/injeksi yang dibuat secara aseptik, dan untuk zat yang mepunyai bakterisida
tidak perlu ditambahkan pengawet.
2.2.2 Ampul
Ampul adalah wadah berbentuk silindris yang terbuat dari gelas yang
memiliki ujung runcing (leher) dan bidang dasar datar. Ukuran nominalnya adalah
1, 2, 5, 10, 20 kadang-kadang juga 25 atau 30 ml. Ampul adalah wadah takaran
tunggal, oleh karena total jumlah cairannya ditentukan pemakaian dalam satu kali
pemakaiannya untuk satu kali injeksi. Menurut peraturan ampul dibuat dari gelas
tidak berwarna, akan tetapi untuk bahan obat peka cahaya dapat dibuat dari bahan
11
gelas berwarna coklat tua. Ampul gelas berleher dua ini sangat berkembang pesat
sebagai ampul minum untuk pemakaian peroralia
2.3 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) untuk Sediaan Steril
2. Kelas B. Untuk pembuatan dan pengisian secara aseptik, kelas ini adalah
lingkungan latar belakang untuk zona kelas A
12
4. Kelas D. Untuk melakukan tahap pembuatan produk steril dengan tingkat
risiko lebih rendah. Contoh kegiatan: penanganan komponen setelah
pencucian
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
13
keamanan obat, ketertarika pasien, sediaann harus jernih, keseragaman
bobot, memenuhi uji kebocoran, dan stabil. Untuk rute/jalannya pemberian
sediaan steril berdasarkan tempatnya yakni meliputi Intravena,Subkutis
(Subkutan), Intramuskuler, intrathekal-intraspinal, Intraperitoneal,
Intradermal, Intratekal.
SARAN
Untuk pembuatan sediaan steril ada bebarapa hal yang harus di perhatikan
dalam sediaannya,di antaranya :
· Keamanan sediaan
· Stabilitas
· Kelarutan
· Kemasan sediaan
· Manufacturing
DAFTAR PUSTAKA
14