You are on page 1of 9

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1 Pengertian Akuntansi

2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya

2.1.2 Tujuan Akuntansi Biaya

2.2 Pengertian dan Penggolongan Biaya

2.2.1. Pengertian Biaya

2.2.2 Penggolongan Biaya

2.2.2.1 Biaya Bahan Baku

2.2.2.2 Biaya Tenaga Kerja

2.2.2.3 Biaya Overhead Pabrik

2.2.2.4 Biaya Tetap

2.2.2.5 Biaya Variabel

2.2.2.6 Biaya Semi Variabel

2.3 Metode Penentuan harga Pokok produksi

Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan oleh perusahaan jika ingin mendapatkan
keuntungan atau laba. Tiga aspek penting itu adalah banyaknya barang yang harus
diproduksi, biaya untuk memproduksi barang per unit, dan harga jual dari produk
yang dihasilkan setiap unit. Sementara itu untuk mendapatkan keuntungan yang
maksimal bisa dilakukan dengan menekan harga pokok penjualan seminimal
mungkin. Sebab, harga pokok penjualan ini termasuk hal terpenting dalam
memutuskan berapa besarnya harga jual yang diharapkan sehingga bisa
menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda.

Pentingnya bagi setiap perusahaan untuk menghitung biaya produksi


secara rinci sebagai dasar untuk menghitung harga pokok produksi. Ada dua
meoda yang bisa digunakan oleh perusahaan pada saat akan menetapkan harga
pokok produksi, yaitu full costing dan variable costing. Apabila menggunakan
metode full costing, setiap biaya produksi kan dihitung, baik biaya yang sifatnya
variabel maupun yang bersifat konstan. Biaya-biaya yang dimaksud di antaranya
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik. Sementara
jika menggunakan metode variable costing, biaya produksi yang akan dihitung
hanya biaya yang bersifat variabel saja.

Dengan menentukan harga pokok produyksi, maka perusahaan dapat


mengetahui biaya prodksi yang kan dikeluarkan dan lebih mudah menentukan
harga jual dari suatu pesanan akan sesuai dengan biaya produksi yang telah
dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tersebut. Laba produksi yang diperoleh
perusahaan pun dapat lebih optimal. Sebab, harga jual yang dibebankan kepada
pemesan ditentukan oleh besarnya biaya produksi yang dikeluarkan untuk
memproduksi pesanan tersebut.

2.3.1 Metode Full Costing

1. Beberapa Pengertian Full Costing


Metode full costing merupakan metode penentuan harga
pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya
produksi kedalam harga pokok produksi, yang terdiri atas biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik, baik yang berprilaku variabel maupun tetap.
Pengertian lainnya adalah sebagai berikut :
 Menurut L.M.Samryn, “Full costing adalah metode
penentuan harga pokok yang memperhitungkan semua
biaya produksi yang terdiri atas biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja, dan overhead, tanpa memperhatikan
perilakunya.”
 Metode full costing adalah metode penentuan harga pokok
produk yang membebankan seluruh biaya produksi kepada
produk. Dalam metode full costing, semua unsur biaya
produksi, baik biaya tetap maupun biaya variabel, dihitung
sebgai harga pokok produksi.
 Full Costing adalah metode penentuan harag pokok produk
yang membebankan seluruh biaya produksi, baik biaya
variabel maupun biaya tetap ke produk. Dalam metode ini,
biya overhead produk dibebankan dengan menggunakan
tarif yang telah ditentukan di muka. Biaya overhead pabrik
tetap di anggap sebagai biaya produksi dan baru akan
dilaporkan dalam laporan laba rugi apabila produk telah
terjual
 Metode full costing, biaya overhead tetap yang dilaporkan
dalam laporan laba rugi hanya biaya overhead tetap produk
yang telah terjual saja pada periode tersebut.
 Full costing yakni metode penentuan harga pokok produksi
yang membebankan seluruh biaya produksi, baik yang
berperilaku tetap maupun variabel kepada produk, dikenal
juga dengan absortion atau conventional costing.
2. Karakteristik Metode Full Costing

Biaya overhead pabrik, baik yang bersifat variabel maupun


tetap, dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di
muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead yang
sesungguhnya. Selisih FOH akan timbul apabila FOH yang
dibebankan berbeda dengan FOH yang sesungguhnya terjadi.

Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum


laku dijual, maka pembebanan biaya overhead pabrik lebih atau
kurang tersebut digunakan untuk mengurangi atau menambahkan
harga pokok yang masih dalam persediaan
(baik produk dalam proses maupun produk jadi). Metode ini akan
menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap sebagai biaya
sampai saat produk yang bersangkutan dijual. Peebedaan trsebut
trletak pada perlakuan terhadap biaya produksi tetap dan akan
mempunyai akibat pada perhitungan harga pokok produksi dan
penyajian laporan laba rugi.

3. Metode Full Costing


Dengan menggunakan metode full costing :
 Biaya overhead pabrik, baik yang variabel maupun tetap,
dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan
dimuka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya
overhead yang sesungguhnya.
 Selisih BOP akan timbul apabila BOP yang dibebankan
berbda dengan BOP yang sesungguhnya terjadi.
Catatan :
 Pembebanan BOP lebih (overapplied factory overhead),
terjadi jika jumlah BOP yang dibebankan lebih besar dari
BOP yang sesungguhnya terjadi.
 Pembebanan BOP kurang (underapplied factory overhead),
terjadi jika jumlah BOP yang dibebankan lebih kecil dari
BOP yang sesungguhnya terjadi.
 Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut
belum laku dijual, maka pembebanan biaya overhead
pabrik lebih atau kurang tersebut digunakan untuk
mengurangi atau menambah harga pokok yang masih
dalam persediaan (baik produk dalam proses maupun
produk jadi).
 Metode ini akan menunda pembebanan biaya overhead
pabrik tetap sebagai biaya samapi saat produk yang
bersangkutan dijual.
4. Penyajian Laporan Laba Rugi
Lapoean laba rugi tersebut menyajikan biaya-biaya menurut
hubungan biaya dengan fungsi pokok dalam perusahaan
manufaktur, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi
administrasi dan umum.

2.3.2 Metode Variabel Costing/Direct Costing

1. Pengertian Variable Costing


Variable Costing adalah metode penentuan harga pokok
produk yang hanya memperhitungkan biaya variabel, yaitu bahan
baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik variabel.
Biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai biaya produksi,
tapi dibebankan dalam laporan laba rugi pada periode terjadinya.
2. Karakteristik Metode Variable Costing
Biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period
cost dan bukan sebagai unsur harga pokok produk. Sehingga, biaya
overhad pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode
terjadinya. Dalam keitannya dengan produk yang belum laku
terjual, fixed FOH tidak melekat pada persediaan tersebut. Tetapi,
langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya.
Penundaan pembebanan suatu biaya bermanfaat jika dengan
penundaan tersebut diharapkan dapat menghindari terjadinya biaya
yang sama periode yang akan datang. Pada metode variable
costing, seluruh biaya overhead tetap yang terjadi dalam periode
tersebut dilaporkan dalam laporan laba rugi periode tersebut,
sehingga akan mengurangi pendapatan pada periode tersebut.
Dengan menggunakan metode variable costing :
 Biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period
costs dan bukan sebagai unsur harga pokok produk.
Sehingga, biaya overhad pabrik tetap dibebankan sebagai
dalam periode terjadinya.
 Dalam kaitannya dengan produk yang belum laku dijual,
BOP tetap tidak melekat pada persediaan tersebut, tetapi
langsung dianggap sebagai biaya dalam periode
terjadinya.
 Penundaan pembebanan suatu biaya hanya bermanfaat jika
dengan penundaan tersebut diharapkan dapat dihindari
terjadinya biaya yang sama periode yang akan datang.
3. Penyajian Laporan Laba Rugi
4. Manfaat Informasi yang Dihasilkan Metode Variable Costing
Laporan informasi yang disusun berdasar metode variable costing
bermanfaat bagi manajemen untuk perencanaa laba jangka pendek,
pengendalian biaya, dan pembuatan keputusan. Seperti diuraikan di
bawah ini :
a. Perencanan laba jangka pendek
Dalam jangka pendek, biaya tetap tidak berubah dengan
adanya perubahan volume kegiatan, sehingga hanya biaya
variabel yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen.
Laporan laba rugi variable costing menyajikan dua ukuran
penting, yaitu kontribusi dan operating laverage.
Laporan laba rugi yang memisahkan biaya tetap dan
variabel, memungkinkan juga manajemen melakukan analisis
hubungan biaya, volume dan laba.
b. Pengendalian biaya
Biaya tetap dalam variable costing dapat dikelompokkan
kedalam dua golongan yakni, discretionary fixed cost
merupakan biaya yang berperilakuan tetap karena
kebijakan manajemen. Sementara committed fixed cost
merupakan biaya yang timbul dari kepemilikan pabrik,
peralatan, dan organisasi pokok. Dalam jangka pendek,
biaya tersebut tidak dapat dikendalikan oleh manajemen.
c. Pengambilan keputusan
Pihak manajemen dengan menggunakan metode variable
costing dapat menentukan pengambilan keputusan misal
dalam hal pesanan khusus.
 Perbandingan metode full costing dengan variable
costing.
 Perhitungan rugi/laba menurut metode variable costing.
 Pengumpulan biaya dalam metode variable costing
 Manfaat informasi yang dihasilkan oleh etode variable
costing.
 Kelemahan metode variable costing.
 Variable costing dengan metode harga pokok pesanan.

2.3.3 Joint Costing

Pengumpulan biaya operasi umum terjadi sebelum titik yang


disebut spli-off point, dimana produk bersama yang diindetifikasi sebagai produk
individu. Joint costing juga dapat didefinisikan sebagai biaya untuk
mengoperasikan proses joint-produk, termasuk pembuangan dari limbah.
Berkenaan dengan biaya bersama, adalah penting untuk mengalokasikan biaya
bersama untuk produk bersama yang berbeda sehingga dapat menentukan produk
individu.

Selain itu, biaya produk bersama (joint product cost) dapat diartikan
sebagai biaya-biaya yang terjadi sejak pelolahaam bahan baku sampai dengan saat
masing-masing produk yang dihasilkan dapat dipisahkan identitasnya.

Masalah yang timbul terhubungan dengan biaya bersama adalah sulit-sulit


menelusuri biaya bersama yang menempel pada produk yang dihasilkan.oleh
karena itu, biaya bersama tidak dapat dibagikan secara jelas kepada produk
bersama yang dihasilkan. Jadi, untuk membebankan biaya bersama kepada
produk-produk yang dihasilkan, diperlukam metode alokasi yang rasional dan
dapat diterima seluruh pihak. Untuk mengalokasikan biaya bersama (joint
costing). Supaya jelas dan tegas, maka dapat mempergunakan metode-metode
sebagai berikut :

1. Metode nilai jual relatif


Didasarkan pada pemikiran bahwa harga jual produk
ditentukan, terutama atas dasar biaya pembuatannya, maka
perusahaan menghitung biaya bersama dengan mengalokasikan
berdasarkan perbandingan harga jual relatif masing-masing produk
yang dihasilkan. Harga jual relatif produk besama mungkin dapat
diketahui pada titikpisah produk, mungkin juga tidak dpat diketahui
pada titik pisah produknya.
2. Metode satuan fisik (satuan produk)
Dialokasikan berdasarkan perbandingan kuantitas produk yang
dihasilkan. Dengan demikian, kuantitas produk bersama yang
dihasilkan harus dinyatakan dengan nama satuan yang sama.
3. Metode rata-rata biaya per satuan
4. Metode rata-rata tertimbang
Dari metode-metode tersebut, maka akan disesuaikan dengan
keinginan dan kebutuhan perusahaan. Sehingga, perusahaan
memiliki rencana dan pengawasan dalam penghitungan biaya
bersama.

2.3.4 Standar Costing

Jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan


produk atau untuk membiayai suatu proses produksi tertentu. Maka
penentuan harga pokok standar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

 Merupakan harga pokok yang ditentukan dimuka, sebelum proses


produksi dilaksanakan.
 Penentuan dilakukan melalui proses analisi secara ilmiah dan teliti,
terutama penentuan ukuran fisik produk.
 Merupakan ukuran seharusnya.
Penentuan harga standar dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Standar teoritis atau standar ideal
Standar merupakan ukuranatau tingkat yang paling efisien
yang harus dicapai oleh para pelaksana. Oleh karena itu, standar
jenis ini dalam pelaksanaannya sulit untuk dicapai karena tidak
memperhitungkan kemungkinan adanya hambatan-hambatan yang
tidak dapat dihindarkan.
2. Rata-rata biaya masa yang lalu
Ditentukan atas dasar rata-rata biaya yang terjadi pada masa
lalu. Stadar jenis ini tidak dapat dijadikan alat ukur yang baik
kerena ada data yang mungkin tidak sesuai. Tapi, jenis ini berguna
bagi perusahaan yang menerapkan sistem harga pokok standar
pada tingkat permulaan.
3. Standar normal
Didasarkan pada rata-rata yang terjadi pada masa lalu dan
disesuaikan denfan taksiran kemungkinan perubahan di waktu
yang akan datang.
4. Standar terbaik yang dapat dicapai
Didasarkan pada standar teoritis, tapi dengan
memperhitungkan kemungkinan adanya hambatan, sehingga
pelaksanaannya dapat dicapai oleh para pelaksana.
Penentuan harga pokok standar untuk suatu produknterdiri atas :
a. Biaya Bahan Baku
b. Biaya Tenaga kerja
c. Biaya Overhead

You might also like