You are on page 1of 7

1.

PENGERTIAN
Struma nodusa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinik
teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidisme.
Struma merupakan penyakit yang diakibatkan oleh kekurangan yodium sebagai
unsur utama dalam pembentukan hormon T3 dan T4 sehingga untuk mengimbangi
kekurangan tersebut, kelenjar tiroid bekerja lebih aktif dan menimbulkan pembesaran
yang mudah terlihat di kelenjar tiroid.Struma disebut juga goiter adalah suatu
pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan
glandula tiroid dapat berupa gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan
morfologinya.
Struma non toksik sama halnya dengan struma toksik yang dibagi menjadi struma
diffusa non toksik dan struma nodusa non toksik. Struma non toksik disebabkan oleh
kekurangan yodium yang kronik.Struma ini disebut sebagai simple goiter, struma
endemik, atau goiter koloid yang sering ditemukan di daerah yang air minumya kurang
sekali mengandung yodium dan goitrogen yang menghambat sintesa hormon oleh zat
kimia.Isthmolobectomy adalah pengangkatan satu lobus tiroid yang mengandung
jaringan patologis (total lobektomi), atau sebagian besar lobus tiroid yang mengandung
jaringan patologis ( subtotal lobektomi)

2. ETIOLOGI

Hyperthyroid disebabkan oleh hypersekresi dari hormon-hormon thyroid tetapi


yang mempengaruhi adalah faktor : umur, temperatur, iklim yang berubah, kehamilan,
infeksi, kekurangan yodium dan lain-lain.

3. PATOFISIOLOGI
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk
pembentukan hormon tyroid.Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke
dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid. Dalam kelenjar,
iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler oleh Tiroid Stimulating
Hormon kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel
koloid.Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4)
dan molekul yoditironin (T3).Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik
negatif dari sekresi Tiroid Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada
tirotropihypofisis, sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak
aktif.Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan
metabolisme tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan
umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis.Keadaan ini
menyebabkan pembesaran kelenjar tyroid.(Mansjoer A, 2001)

4. TUJUAN
1) Untuk mengatur alat secara sistematis di meja instrument / mayo
2) Memperlancar handling instrument
3) Mempertahankan kesterilan alat-alat instrument selama operasi berlangsung

5. PENGKAJIAN
1) Identitas pasien
2) Kondisi lokasi / area operasi
3) Kondisi fisik dan psikis
4) Kelengkapan alat instrument

6. PERSIAPAN LINGKUNGAN
1) Mengatur dan mengecek fungsi mesin suction, mesin couter, lampu operasi, meja
mayo dan meja instrument.
2) Memasang U- Pad on steril dan doek pada meja operasi.
3) Mempersiapkan linen dan instrument steril yang akan dipergunakan.
4) Mempersiapkan dan menempatkan tempat sampah medis agar mudah dijangkau.
5) Mengatur suhu ruangan.

7. PERSIAPAN PASIEN
1) Persetujuan tindakan operasi
2) Pasien puasa 6-8 jam
3) Pasien menanggalkan perhiasan dan gigi palsu
4) Pasien diposisikan pada posisi supine di meja operasi dengan bahu diberikan alas
bantal dan kepala diberi alas donat (hiperextension)
5) Pasien dilakukan general anasthesi
6) Memasang catether urine
7) Memasang plat diatermi pada tungkai kanan
8) Desinfeksi area operasi
9) Marking area operasi
8. PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
Alat steril
 Di Meja Mayo
1. Handvast no. 3 :1
2. Gunting kasar / metzembaum :1/1
3. Pinset cirurgis :2
4. Pinset anatomis :2
5. Pinset cirurgis mini :2
6. Disinfeksi klem :1
7. Doek klem :5
8. Baby mosquito :3
9. Arteri klem / pean bengkok :4
10. Pean manis :1
11. Kocker bengkok :4
12. Nald foeder besar / kecil :1/1
13. Gunting benang :1
14. Langenback :2
15. Elis klem :1

 Di Meja Instrument
1. Kassa kecil : 40
2. Depper : 10
3. Cucing disinfektan :1
4. Bengkok besar / kecil :1/1
5. Doek tulang :3
6. Doek kecil :6
7. Doek besar lubang :1
8. Sarung meja mayo :1
9. Under pad steril :2
10. Setelan :4
11. handuk steril :5
12. Handscoen steril : sesuai ukuran
13. Kotak benang :1

 Di Washkom
1. Coutter :1
2. Selang suction :1
3. Redon drain no. 12 :1

Alat non steril


1. Meja operasi :1
2. Lampu operasi :1
3. Mesin suction :1
4. Monitor :1
5. Tempat sampah medis / non medis :1/1
6. Viewer (lampu baca rontgen) :1
7. Mesin Diatermi ( ESU ) :1

Bahan Habis Pakai


1. Handscoen steril no. 6,5/ 7/7,5 : 2/2/1
2. Disinfektan hibitane : 100 cc
3. Cairan NS : 1 lt
4. Underpad steril :2
5. Mess no. 15 :1
6. Spuit 10 cc :1
7. Redon drain no. 12 :1
8. Suffratulle :1
9. Mersilk 3-0 / Vickyl 3-0 / Prolene 4-0 :2/1/1
10. Silk 3-0 :2
11. Urobag / kateter :1/1
12. Jelly : secukupnya
13. Skin marker : Secukupnya
14. Spongostan :1

9. TEKNIK INSTRUMENTASI
1. Sign in.
2. Setelah pasien diberikan anasthesi GA, pasien diposisikan pada posisi supine dan
diberikan bantalan sehingga hiperextensi.
3. Pasang kateter urine dan lakukan pencucian pada area operasi dengan handscrub
dan keringkan dengan kassa steril.
4. Perawat instrument melakukan surgical scrub, gowning dan gloving kemudian
membantu operator memakaikan skort steril dan handscoen steril.
5. Berikan disinfeksi klem pada asisten dengan deppers dan cairan hibitane untuk
melakukan desinfeksi.
6. Lakukan drapping: 1 doek tulang pada kepala, sisi kanan dan kiri dengan doek
kecil, 1 doek tulang pada badan, fiksasi dengan doek klem, kemudian tutup
dengan duk lunamg sampai kaki.
7. Dekatkan meja mayo dan meja instrument ke dekat area operasi, pasang kabel
couter, slang suction, ikat dengan kasa lalu fiksasi dengan towel klem. Pasang
canule suction, cek fungsi kelayakan couter dan suction.
8. Berikan Skin marker pada operator untuk menandai daerah insisi.
9. Berikan handle mess no. 15 untuk mulai melakukan insisi, baby mosquito dan
kassa kering pada asisten. Rawat perdarahan dengan cotter dan suction.
10. Berikan pinset chirurgis 2 untuk membuka area insisi agar lebih lebar.
11. Operator membuka lap operasi dari fat hingga fasia dengan coutter, beri mosquito
dan rawat perdarahan.
12. Kemudian dilakukan flaping dengan memberikan 2 kocker untuk memegang kulit
sampai otot.
13. Berikan kassa kecil basah lalu gulung letakkan pada lapisan kulit yang terbuka
dan fiksasi dengan mersilk 2-0 (C) pada bagian distal dan proximal kulit dengan
doek.
14. Berikan pinset cirurgis mini 2 pada asisten dan operator untuk membuka fasia
muskulus, perlebar dengan gunting metzembaum, rawat perdarahan
15. Berikan langenback dan pean manis panjang untuk membuka lebar muskulus.
16. Bebaskan lobus dextra dari jaringan sekitar dengan menyisir menggunakan pean
manis panjang, potong menggunakan coutter kalau perlu gunting metzmboum.
17. Berikan pean bengkok sedang untuk memfiksasi jaringan yang akan ditinggal.
18. Lakukan ligasi dengan memberikan naldfoeder dan mersilk 3-0 (R) untuk
mengikat jaringan yang ditinggal serta pembuluh darahnya, rawat perdarahan.
19. Cuci area operasi dengan aqua steril, suction dan keringkan dengan kassa
20. Lakukan pemeriksaan mikroskopik dengan Vries Coupe lobus dextra untuk
mengetahui ganas atau tidaknya massa.
21. Setelah diketahui hasilnya Jinak, sesuai rencana operasi, dilakukan
ishmolobektomi sinistra
22. Cuci kembali area operasi dengan aqua steril secukupnya, suction dan keringkan
dengan kassa.
23. Siapkan drain no. 12, vaccum botolnya dengan suction pasang drain oleh asisten.
24. Fiksasi ujung luar drain dengan kulit menggunakan mersilk 2-0 (C) lalu
sambungkan dengan botol, klem selang jangan dibuka terlebih dahulu sebelum
hecting selesai.
25. Berikan naldfoeder pasa asisten dengan vickyl 3-0 untuk menjahit muskulus
sampai fat dan premilene 4-0 pada kulit luar.
26. Bersihkan luka dengan kassa basah dan keringkan, buka klem selang drain untuk
cek apakah jahitan tidak bocor.
27. Berikan suffratule pada luka, tutup dengan kassa kering dan hepavik secukupnya.
28. Operasi selesai, pasien dibersihkan dan dirapikan.
29. Inventarisasi alat-alat yang telah dipakai dan hitung bahan habis pakai.
30. Catat pemakaian alat dan bahan habis pakai pada lembar depo.
31. Rapikan dan cuci alat instrument yang telah dipakai, set alat dan bersihkan
ruangan.
DAFTAR PUSTAKA
.
Mansjoer. A (2001). Kapita selekta Kedokteram: Media Aesculapius

RSUD Dr. Saiful Anwar Malang, IBS. 2015.Kumpulan Materi Pelatihan Perawat
Instrumen Kamar Operasi.Malang

You might also like