You are on page 1of 41

1.

Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat
subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi
rasa nyeri yang dialaminya. (Hidayat, 2009)
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan
ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah
sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait
dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi
terjadinya kerusakan.
Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa nyeri adalah suatu
keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari
serabut saraf dalam tubuh ke otak yang diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, dan
emosional.

2. Fisiologi Nyeri
Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor
nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas
yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan
mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kandung
empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi atau
rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti histamin, bradikinin,
prostaglandin, dan macam-macam asam yang dilepas apabila terdapat kerusakan pada
jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik
atau mekanis.
Selanjutnya, stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut ditransmisikan berupa
impuls-impuls nyeri ke sumsum tulang belakang oleh dua jenis serabut yang
bermyelin rapat atau serabut A (delta) dan serabut lamban (serabut C). Impuls-impuls
yang ditransmisikan oleh serabut delta A mempunyai sifat inhibitor yang
ditransmisikan ke serabut C. Serabut-serabut aferen masuk ke spinal melalui akar
dorsal (dorsal root) serta sinaps pada dorsa horn. Dorsal horn terdiri atas beberapa
lapisan atau laminae yang saling bertautan. Di antara lapisan dua dan tiga terbentuk
substantia gelatinosa yang merupakan saluran utama impuls. Kemudian, impuls nyeri

1
menyeberangi sumsum tulang belakang pada interneuron dan bersambung ke jalur
spinal asendens yang paling utama, yaitu jalur spinothalamic tract (STT) atau jalur
spinothalamus dan spinoreticular tract (SRT) yang membawa informasi tentang sifat
dan lokasi nyeri. Dari proses transmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadinya nyeri,
yaitu jalur opiate dan jalur nonopiate. Jalur opiate ditandai oleh pertemuan reseptor
pada otak yang terdiri atas jalur spinal desendens dari thalamus yang melalui otak
tengah dan medula ke tanduk dorsal dari sumsum tulang belakang yang berkonduksi
dengan nociceptor impuls supresif. Serotonin merupakan neurotransmiter dalam
impuls supresif. Sistem supresif lebih mengaktifkan stimulasi nociceptor yang
ditransmisikan oleh oleh serabut A. Jalur nonopiate merupakan jalur desenden yang
tidak memberikan respons terhadap naloxone yang kurang banyak diketahui
mekanismenya (Hidayat, 2009).

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri


Pengalaman nyeri seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya
adalah :
a. Arti nyeri.
Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti
nyeri merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak dan lain-lain.
Keadaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,seperti usia, jenis kelamin, latar
belakang sosial budaya, lingkungan dan pengalaman.
b. Persepsi nyeri.
Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat sbjektif tempatnya pada
korteks (pada fungsi evaluatif kognitif). Persepsi ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang dapat memicu stimulasi nociceptor.
c. Toleransi nyeri.
Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat
mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alkohol, obat-obatan,
hipnotis, gesekan atau garukan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat,
dan sebagainya. Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi antara lain
kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit dan
lain-lain.
d. Reaksi terhadap nyeri.

2
Merupakan bentuk respons seseorang terhadap nyeri, seperti ketakutan,
gelisah, cemas, menangis dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk respons nyeri
yang dapat dipengaruhi oleh beberapa fator, seperti arti nyeri, tingkat persepsi
nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan
mental, rasa takut dan cemas, usia dan lain-lain.

4. Jenis Gangguan
Secara umum, nyeri dibagi menjadi dua,yakni nyeri akut dan kronis. Nyeri akut
merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak
melebihi 6 bulan dan ditandai dengan adanya peningkatan tegangan otot. Nyeri kronis
merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung dalam
waktu yang cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Yang termasuk dalam kategori nyeri
kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis. Ditinjau
dari sifat terjadinya, nyeri dapat dibagi ke dalam beberapa kategori, di antaranya nyeri
tertusuk dan nyeri terbakar.
Selain klasifikasi nyeri di atas, terdapat jenis nyeri yang spesifik, di antarnya
nyeri somatis, nyeri viseral, nyeri menjalar (referent paint), nyeri psikogenik, nyeri
phantom dari ekstremitas, nyeri neurologis, dan lain-lain.
Nyeri somatis dan nyeri viseral ini umumnya bersumber dari kulit dan jaringan di
bawah kulit (superfisial) pada otot dan tulang. Perbedaan dari kedua jenis nyeri ini
dapat dilihat pada tabel berikut :
Karakteristik Nyeri Somatis Nyeri Viseral
Superfisial Dalam
Kualitas Tajam, menusuk, Tajam, tumpul, nyeri Tajam, tumpul, nyeri
membakar. terus. terus, kejang.
Menjalar Tidak Tidak Ya
Stimulasi Torehan, abrasi Torehan, panas, iskemia Distensi, iskemia,
terlalu panas dan pergeseran tempat. spasmus, iritasi
dingin. kimiawi (tidak ada
torehan).
Reaksi Otonom Tidak Ya Ya
Refleks Tidak Ya Ya
Kontraksi Otot

3
Nyeri menjalar adalah nyeri yang terasa pada bagian tubuh yang lain,
umumnya terjadi akibat kerusakan pada cedera organ viseral. Nyeri psikogenik adalah
nyeri nyeri yang tidak diketahui secara fisik yang timbul akibat psikologis. Nyeri
phantom adalah nyeri yang disebabkan karena salah satu ekstremitas diamputasi.
Nyeri neurologis adalah bentuk nyeri yang tajam karena adanya spasme di sepanjang
atau di beberapa jalur saraf.

5. Asuhan Keperawatan Pada Masalah Nyeri


A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada masalah nyeri yang dapat dilakukan adalah adanya riwayat
nyeri, keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas dan waktu
serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST :
1. P (pemacu), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri,
2. Q (quality) dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat,
3. R (region), yaitu daerah perjalanan nyeri,
4. S (severity) adalah keparahan atau itensitas nyeri,
5. T (Time) adalah lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.
Intensitas nyeri dapat diketahui dengan bertanya kepada pasien melalui skala nyeri
berikut:

4
B. Diagnosa Keperawatan
Terdapat beberapa diagosis yang berhubungan dengan masalah nyeri, di
antaranya :
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis, kimia, fisik atau psikologis.
2. Nyeri kronis.
3. Gangguan mobilitas b.d nyeri pada ekstremitas.
4. Kurangnya perawatan diri b.d ketidakmampuan menggerakkan tangan yang
disebabkan oleh nyeri persendian.
5. Cemas b.d ancaman peningkatan nyeri.

C. Perencanaan Keperawatan
1. Mengurangi dan membatasi faktor-faktor yang menambah nyeri.
2. Menggunakan berbagai teknik noninvasif untuk memodifikasi nyeri yang
dialami.
3. Menggunakan cara-cara untuk mengurangi nyeri yang optimal, seperti
memberikan analgesik sesuai dengan program yang ditentukan.

D. Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan


1. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri, misalnya ketidakpercayaan,
kesalahpahaman, ketakutan, kelelahan dan kebosanan.
2. Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan teknik-teknik seperti :
a. Teknik latihan pengalihan
1) Menonton televisi.
2) Berbincang-bincang dengan orang lain.
3) Mendengarkan musik.
b. Teknik relaksasi
Menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi paru-paru
dengan udara, menghembuskannya secara perlahan, melemaskan otot-otot
tangan, kaki, perut, dan punggung serta mengulangi hal yang sama sambil
terus berkonsentrasi hinga didapat rasa nyaman, tenang dan rileks.
c. Stimulasi kulit
1) Menggosok dengan halus daerah nyeri.
2) Menggosok punggung.
3) Menggunakan air hangat dan dingin.

5
4) Memijat dengan air mengalir.
3. Pemberian obat analgesik, yang dilakukan guna mengganggu atau memblok
transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan cara mengurangi
kortikal terhadap nyeri. (Hidayat, 2009)

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Nama perawat : Lia Rusman, Kadek Putri, Adrianus
Tanggal Pengkajian : 23 september 2012
Jam Pengkajian : 08.00 WIB
1. Biodata
Pasien
Nama : Ny. Ng
Umur : 72 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Status pernikahan : Menikah
Alamat : Sumber Mulyo, Bantul
Tanggal Masuk RS : 22 September 2012
Diagnose Medis : Suspect Infeksi Saluran Kemih.

Penanggung Jawab
Nama : Ny. M

6
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Sumber Mulyo, Bantul
Hubungan dengan klien : Anak

2. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri pada perut.

3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ny. N berusia 66 Tahun datang ke RS Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
pada tanggal 22 September 2012 dengan keluhan nyeri pada area abdomen. Sebelum
dirawat inap klien mendapatkan terapi infus NaCl 0,9% 10 tpm, injeksi ranitidine 1a/12
jam, ISDN 3x1 tab/hari, dan antasida 3x1 sendok/hari di ruang UGD.
Saat dikaji, klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk pada seluruh area
abdomen dengan skala nyeri 6 (rentang skala 1-10) berlangsung hilang timbul selama 5-
10 menit. Klien tampak merintih menahan sakit dan hanya dapat berbaring di tempat
tidur. Tangan klien tampak memegang perutnya. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital
diperoleh data TD: 100/60mmHg, Suhu 36,80C, Nadi 104x/menit, RR 28x/menit.
Selain merasa nyeri pada abdomen, klien juga mengalami penurunan nafsu
makan sejak 2 minggu yang lalu dengan frekuensi makan 1-2x/hari dan klien hanya
dapat menghabiskan 3 sendok setiap kali makan. Anak klien mengatakan berat badan
ibunya (Ny. Ng) berkurang 10 Kg dalam 3 bulan terakhir. Turgor kulit klien tampak
tidak elastis, konjungtiva anemis, klien tampak lemah. Berat badan klien saat ini adalah
49 Kg dengan tinggi badan 146 cm. Hasil pemeriksaan laboratorium hematologi
diperoleh Hb klien dalam keadaan rendah yaitu 10,5 gr/% (normal 12-16 gr/%), dan
hematokrit rendah yaitu 31,8% (normal 40-54%). Terapi yang diperoleh klien adalah
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Sejak kecil klien mengatakan jarang sakit, dan tidak pernah mengalami
kecelakaan. Klien pernah dirawat inap 1x di RS (ruang ICU) dengan penyakit jantung

7
koroner pada 3 bulan yang lalu.klien belum pernah menjalani operasi dan tidak memiliki
riwayat alergi makanan. Klien juga belum pernah mendapatkan imunisasi pada masa
kanak-kanak karena imunisasi belum terprogram saat klien lahir sampai balita. Sejak
dulu klien memiliki kebiasaan minum kopi tetapi kebiasaan tersebut sudah dihilangkan
sejak klien menderita penyakit jantung koroner. Selain itu, klien juga mengatakan tidak
pernah mengkomsumsi obat-obatan sebelum klien dirawat inap di bangsal Flamboyan
RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Kedua orang tua klien sudah meninggal di usia tuanya. Klien dan anaknya
mengatakan bahwa keluarga klien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit jantung,
DM maupun hipertensi. Klien memiliki 7 orang anak, 4 di antaranya sudah menikah.
Saat ini klien tinggal bersama anak-anaknya yang belum menikah.
GENOGRAM

Ny. S
Dx : Fraktur femur dextra post op. ORIF
66 tahun

Keterangan :

: Laki- laki : Pasien

: Perempuan : Serumah

: Pernikahan : Meninggal

4. Basic Promoting Physiologi of Health


1) Aktivitas dan Latihan
Klien mengatakan bahwa sebelum sakit, klien dapat beraktivitas secara mandiri
sebagai petani. Klien selalu aktif bekerja di sawah dan selalu olah raga rutin setiap pagi
hari. Tetapi sejak sakit klien hanya dapat berbaring di tempat tidur. Klien menggunakan
kursi roda untuk aktivitasnya di rumah sakit (ke kamar mandi atau saat menjalani

8
pemeriksaan di luar bangsal). Klien dapat melakukan ROM aktif pada ekstremitas atas
atau bawah. Kemampuan ambulasi dan ADL klien dengan bantuan.

2) Tidur dan Istirahat


Klien mengatakan memiliki kebiasaan tidur 6-7 jam/hari dan jarang tidur siang
sebelum sakit. Saat ini klien mengatakan bahwa ia mengalami kesulitan tidur di malam
hari akibat rasa nyeri abdomen yang dialaminya dengan lama tidur menjadi 2-3jam.
Sebagai gantinya, klien merasa selalu ingin tidur di siang hari. Klien tampak selalu tidur
di pagi atau pun siang hari.

3) Kenyamanan dan Nyeri


Klien mengeluh nyeri pada seluruh area abdomen dengan skala nyeri 6 (Rentang
skala 1-10) dengan kualitas hilang timbul berlangsung selama 5-10 menit dengan
kualitas nyeri seperti ditusuk-tusuk. Klien tampak lemah dan hanya dapat berbaring di
tempat tidur.
Region :

Depan Belakang
Scale :6
4) Nutrisi
a. Antropometri
Anak klien mengatakan BB ibunya (Ny.Ng) mengalami penurunan ± 10 Kg dalam
3 bulan terakhir. BB klien saat ini 49 kg dan TB 146 cm.
IMT = BB/TB2(cm)
= 49/(1,46)2
= 49/2,13
= 23(Normal)
b. Biokimia : Hb : 10,5 mg/%, glukosa 160mg/dl, hmt 31,8%, AE 3,79 juta/mm3.

9
c. Clinik :
Klien mengatakan nafsu makannya menurun sejak 2 minggu yang lalu. Klien
mengatakan frekuensi makanannya selama sakit sebanyak 1-2x/hari dan hanya
mampu menghabiskan 3 sendok setiap kali makan. Turgor kulit klien tampak tidak
elastis. Konjungtiva klien tampak anemis dan klien tampak lemah.
d. Diit :
Klien mendapatkan diit TKTP dari ahli gizi rumah sakit berupa bubur, sayuran dan
daging.
Klien tidak memiliki masalah pencernaan seperti mual,muntah ataupun kesulitan
menelan. Klien mengatakan tidak memiliki riwayat operasi ataupun trauma pada saluran
pencernaan. Kebutuhan pemenuhan ADL klien dengan bantuan keluarga.

5) Cairan, elektrolit, dan asam basa


Frekuensi minum klien sering, kurang lebih 5-6 gelas/hari (1200cc).
Intake :
Minum : 1200cc
Infus : 720cc
Output :
Urine : 1176cc
IWL : 735cc
Feses : 100cc
Balance cairan :
1920cc-2011cc = -91 cc
Klien mendapatkan terapi IV line berupa infuse NaCl 10 tetes/menit turgor kulit
klien tidak elastik.

6) Oksigenasi
Klien mengatakan tidak mengalami gangguan pada pernapasannya. Tetapi klien
merasa sesak napas jika nyeri pada perutnya kambuh. Klien juga mengatakan tidak
memiliki riwayat penyakit pernapasan seperti asma, TB, batuk darah, trauma dada dan
tidak pernah merokok.

7) Eliminasi fekal/bowel

10
Frekuensi BAB klien sebanyak 1x dalam sehari. Klien mengatakan waktu BAB klien
tidak menentu,kadang pagi,sore atau malam. Feses klien berwarna kuning kas feses tanpa
darah dengan konsistensi lembek. Klien mengatakan tidak memiliki gangguan eliminasi
fekal seperti konstipasi,diare maupun inkotenensia bowel. Pemenuhan kebutuhan ADL
BAB klien dibantu oleh keluarga.

8) Eliminasi Urin
Frekuensi BAK klien sering, berwarna kuning keemasan tanpa darah sebanyak
1176cc/hari (berdasarkan perhitungan 0.5-1cc/KgBB/Jam). Klien mengatakan terasa
panas (burning sensation) saat berkemih. Klien tidak memiliki riwayat batu ginjal dan
trauma pada ginjal. Pemenuhan kebutuhan ADL BAK klien dibantu oleh keluarga.

9) Sensori, persepsi kognitif


Klien tidak memiliki gangguan penglihatan, pendengaran, penciuman, sensasi taktil
dan pengecapan. Klien juga mengatakan tidak memiliki riwayat operasi mata, optic
media.

5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran klien compos mentis, dengan GCS E4 V5 M6. Hasil vital sign diperoleh :
TD : 100/60mmHg
Nadi : 104x/mnt,irama regular dengan kekuatan sedang.
Respirasi : 28x/mnt dengan irama regular
Suhu : 36,80c

b. Kepala
Kulit kepala klien tampak normal, tanpa hematoma dan lesi. Rambut klien tampak
bersih, muka klien tampak normal tanpa hematoma dan lesi, konjungtiva klien tampak
anemis, sclera normal tanpa ikterik, pupil isokor, palpebra normal tanpa oedema, lensa
mata normal tanpa keruh, dan visus klien normal.
Hidung klien tampak normal tanpa polip maupun epistoksis dan secret, dan klien
tidak memilki gangguan penciuman. Mulut klien tampak normal tanpa sianosis namun

11
bibir terlihat kering. Klien tidak menggunakan gigi palsu. Telinga klien simetris, bersih
dan klien tidak memiliki gangguan pendengaran.

c. Leher
Leher klien normal tanpa pembesaran thyroid, hematom, lesi dan tanpa kaku kuduk.
Tenggorokan klien normal tanpa pembesaran tonsil dan klien tidak memiliki nyeri telan.

d. Dada
Bentuk dada simetris dan pengembangan dada klien normal. Hasil inspeksi tidak
ditemukan pembesaran rongga dada,saat dipalpasi gerakan dada klien ketika menarik
nafas simetris antara kiri dan kanan, gerakan pernapasan dan fremitus taktil antara kiri
dan kanan normal/sama. Hasil perkusi terdengar sonor dari hasil auskultasi terdengar
vesikuler tanpa wheezing maupun ronkhi.
Pada pemeriksaan jantung klien diperoleh hasil yaitu tidak ada pembengkakan pada
dada klien. Pada auskultasi, suara jantung klien terdengar gallop.

e. Abdomen
Hasil inspeksi abdomen tidak ditemukan adanya acites, hasil palpasi normal tanpa
hepatomegali, spenomegali dan tumor, hasil perkusi terdengar hipertympani dan hasil
auskultasi terdengar peristaltic usus.

f. Genetalia
Keadaan genital klien normal tanpa perdarahan dan keputihan.

g. Rektum
Normal tanpa hemoroid dan tumor.

h. Ekstremitas
Kekuatan otot ekstremitas atas 4-4 (kanan dan kiri), klien dapat melakukan ROM
aktif. Sedangkan kekuatan otot untuk ekstremitas bawah kanan dan kiri 4-4. Klien dapat
melakukan ROM aktif pada esktremitas kanan bawah.

6. Psiko, Sosio, Budaya dan Spiritual

12
Tidak ada pertentangan antara system kebudayaan dan kepercayaan yang dianut
klien dengan tindakan pengobatan yang diberikan. Klien mengaatakan apa yang
dialaminya sekarang merupakan cobaan dari Tuhan dihari tuanya dan klien tetap berdoa
meskipun kondisi klien dalam keadaan sakit.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil laboratorium hematologi
Laboraturium : 22 September 2012
No Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Hasil Interpretasi
1. Hematologi :
Hb W : 12-16 gr/% 10,5 gr/% Rendah
P : 14-18 gr/%
2. Hematokrit 36-46 % 31,8 % Rendah
3. AL 5,0-10.0ribu/UL 8,2ribu/UL Normal
4. AE 4,5-6,0 jt/UL 3,79 jta/UL Rendah
5. Trombosit 150-450 ribu/UL 343ribu/UL Normal
6. Hitung jenis
leukosit:
a. Eosinofil 2-4% 0% Rendah
b. Basofil 0-1% 0% Normal
c. Batang 2-5% 0% Rendah
d. Segmen 51-67% 34% Rendah
e. Lymposit 20-35% 58% Tinggi
f. Monosit 4-8% 8% Normal

13
7. GDS <200mg/dl 160 mg/dl Normal
8. Ureum darah 17-43 mg/dl 11 mg/dl Rendah
9. Kreatin darah 0,6-1,1 mg/dl 0,63 mg/dl Normal
10. SGOT <31 U/L 15 U/L Normal
11. SGPT <31 U/L 13 U/L Normal

b. Hasil pemeriksaan urine lengkap pada tangal 17 September 2012 diperoleh data:
No Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Hasil Interpretasi
1. Urine:
warna Kuning jernih Kuning agak keruh -
2. Bilirubin Negatif Positif -
3. Berat Jenis >= 1,030
4. Blood Negatif Negatif -
5. Protein Negatif Positif (+++)
6. Sedimen eritrosit 0-1 2-4 Tinggi
7. Sedimen leukosit 1-6 5-8 Tinggi
8. Bakteri Negatif Negatif -

c. Hasil USG upper abdomen, lower abdomen, appendix pada tanggal 25 september
2012:
 echostructure VU dabn uterus normal.
 Renal: Calices tidak melebar, tidak tampak batu.

8. Terapi Medis
1. IVFD RL 500cc 15 tts/mnt.
2. Analgesic : injeksi Toramin 2x1 A 10mg/ hari secara IV.
Mobiflex 1x1 tab 15mg/hari, setelah makan.
3. Kalsium dengan vitamin : Hi-bone 1x1 tab 250mg /hari setelah makan.
4. Antibiotic : Opixime 2x1 tab 100mg/hari setelah makan.
Bioxin 2x1 tab 250mg/hari setelah makan.
5. Terapi DM (Preparat Insulin) : Injeksi Levemir 1x22 U/hari

14
STASE KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

ANALISA DATA
Nama Klien : Ny. NG No. Register : 204557
Umur : 72 tahun Diagnosa Medis : Susp. Infeksi Saluran Kemih
Ruang Rawat : Flmboyan Alamat : Delman, Sumber Mulyo, Bantul
TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM

23-09-2012 DS : Agen injuri Nyeri akut


07.30 WIB 1. P :pasien mengatakan biologi
Nyeri seperti ditusuk-
tusuk di bagian perutnya.
Q : hilang timbul
R : seluruh area abdomen
S : 6 (rentang skla 1-10)
T : 10-15 menit
2. Klien mengatakan tidak bisa
tidur pada mlm hari karena

15
nyeri perutnya.
3. Klien mengeluh sesak jika
nyeri di perutnya kambuh.
DO :
1. Hasil TTV: N : 104x/menit ,
RR 28x/menit.
2. Klien tampak merintih
menahan sakit.
3. Klien tampak gelisah
4. Klien tampak memegang
perutnya.

23-09-2012 DS: anoreksia Risiko


07.30 WIB 1. Anak klien mengatakan BB perubahan
ibunya (Ny.Ng) mengalami nutrisi kurang
penurunan ± 10 Kg dalam 3 dari
bulan terakhir. kebutuhan
2. Klien mengatakan nafsu tubuh
makannya menurun sejak 2
minggu yang lalu.
3. Klien mengatakan frekuensi
makanannya selama sakit
sebanyak 1-2x/hari dan hanya
mampu menghabiskan 3
sendok setiap kali makan.
DO:
1. IMT = 23.
2. Hasil pemeriksaan
laboratorium: Hb : 10,5
mg/%, glukosa 160mg/dl,
hmt 31,8%, AE 3,79

16
juta/mm3.
3. Turgor kulit klien tampak
tidak elastis.
4. Konjungtiva klien tampak
anemis dan klien tampak
lemah.

PRIORITAS DIAGNOSA :
1. Nyeri akut b.d agen injuri biologis yang ditandai dengan klien mengeluh nyeri pada
bagian perutnya dengan kualitas hilang timbul berlangsung selama 10-15 menit
dengan skla nyeri 6 (1-10), hasil TTV diperoleh N: ,RR: x/menit dan TD: mmHg,
klien tampak menahan kesakitan dan hasil lab Hb : 10,5 mg/dl.
2. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia yang ditandai
dengan anak klien mengatakan BB ibunya (Ny.Ng) mengalami penurunan ± 10 Kg
dalam 3 bulan terakhir. Klien mengatakan nafsu makannya menurun sejak 2 minggu
yang lalu. Klien mengatakan frekuensi makanannya selama sakit sebanyak 1-2x/hari
dan hanya mampu menghabiskan 3 sendok setiap kali makan. IMT klien = 23. Hasil
pemeriksaan laboratorium: Hb : 10,5 mg/%, glukosa 160mg/dl, hmt 31,8%, AE 3,79
juta/mm3. Turgor kulit klien tampak tidak elastis. Konjungtiva klien tampak anemis
dan klien tampak lemah.

17
INTERVENSI KEPERAWATAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

RENCANA TINDAKAN
Nama klien : Ny. NG No. Register : 204557
Umur : 72 tahun Diagnosa Medis : Susp. Infeksi Saluran Kemih
Ruang : Flamboyan Alamat : Delman, Sumber Mulyo, Bantul

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi Nama/TTD


Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV klien 1. Perubahan TTV dapat Siti H. R
injuri Biologis yang keperawatan terhadap Ny.NG (N,RR dan TD) menentukkan tingkat
ditandai dengan: selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri klien.
DS : nyeri pada abdomen klien dapat 2. Observasi KU klien 2. Keadaan umum dapat
1. P :pasien berkurang dengan criteria hasil : menentukkan
mengatakan
1. Hasil TTV : N : 60- tindakan keperawatan
Nyeri seperti
ditusuk-tusuk di 100x/menit, RR : 16- yang akan dilakukan.
bagian perutnya. 24x/menit, TD 130/80-90 3. Observasi lokasi, 3. Mengetahui tingkat
Q : hilang timbul
mmHg. karakteristik, skala nyeri dan menentukan
R : seluruh area

18
abdomen 2. Skala nyeri klien sedang dan terjadinya nyeri. tindakan keperawatan
S : 6 (rentang (4-5) selanjutnya.
skla 1-10)
3. Wajah klien tampak lebih 4. Observasi reaksi 4. Mengetahui kualitas
T : 10-15 menit
2. Klien tenang. nonverbal dan nyeri.
mengatakan 4. Klien dapat ketidaknyamanan
tidak bisa tidur
klien.
pada mlm hari
karena nyeri 5. Beri pasien 5. Lingkungan yang
perutnya. lingkungan yang nyaman dapat
3. Klien mengeluh
nyaman. memudahkan klien
sesak jika nyeri
di perutnya beristirahat dan
kambuh. menambahkan
DO : kenyaman klien.
1. Hasil TTV: N
: 104x/menit , 6. Ajarkan klien teknik 6. Dapat mengurangi
RR relaksasi napas dalam. ketegangan otot dan
28x/menit. mendistribusikan
2. Klien tampak
7. Anjurkan klien kembali tekanan paad
merintih
menahan sakit. meningkatkan bagian-bagian tubuh.
3. Klien tampak istirahat/tidur 7. Dengan beristirahat
gelisah
klien dapat lebik
4. Klien tampak
memegang 8. Kolaborasi dalam rileks
perutnya. pemberian analgesic 8. Mengurangi dan
sesuai indikasi. menghilangkan nyeri

19
yang dirasakan klien.

2. Risiko perubahan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi status 1. Dapat menentukan Kadek Putri
nutrisi kurang dari keperawatan terhadap Ny. Ng nutrisi klien status gizi klien dan
kebutuhan tubuh b.d selama 3x24 jam diharapkan tindakan
anoreksia yang kebutuhan nutrisi klien dapat keperawatan yang
ditandai dengan: terpenuhi yang ditandai dengan sesuai.
DS: kriteria hasil : 2. Pantau hasil 2. Mengetahui
1. anak klien 1. Nafsu laboratorium klien perkembangan
makan klien
mengatakan BB secara berkala komponen seluler
meningkat dan terpenuhi ½
ibunya (Ny.Ng) yang ada dalam
sd 1 porsi dari yang
mengalami darah terkait dengan
disediakan.
penurunan ± 10 nutrisi (Hb, AE,
2. BB klien dapat
Kg dalam 3 bulan HMT)
dipertahankan.
terakhir.
2. Klien mengatakan 3. Turgor kulit klien elastis. 3. Pantau masukan 3. Mengontrol asupan
nafsu makannya 4. Konjungtiva klien dalam makanan setiap hari. gizi dan
menurun sejak 2 keadaan normal berwarna penambahan kalori
minggu yang lalu. merah muda. yang diperoleh klien.
3. Klien mengatakan 4. Sediakan makanan 4. Membantu
5. Rambut rontok berkurang.
frekuensi dalam keadaan meningkatkan nafsu
makanannya 6. Kli en tidak terlihat lemah. hangat dengan porsi makan dan

20
selama sakit 7. Hasil lab. menunjukkan GDS kecil tapi sering. memenuhi intake
sebanyak 1- klien dipertahankan dalam nutrisi klien.
2x/hari dan hanya rentang normal (>200mg/dl), 5. Berikan makanan 5. Makanan kesukaan
mampu dan Hb dipertahankan atau yang disukai klien. dapat meningkatkan
menghabiskan 3 dalam rentang normal (12- nafsu makan.
sendok setiap kali 14mg/%). 6. Motivasi klien untuk 6. Kalori dan protein
makan. memandang diit diperlukan untuk
DO: sebagai pengobatan mempertahankan
1. IMT klien = 23. dan untuk membuat BB, energi,
2. Hasil pilihan kebutuhan metabolik
pemeriksaan makanan/minuman dan mmpercepat
laboratorium: Hb: tinggi kalori dan penyembuhan.
10,5 mg/%, protein.
glukosa 7. Anjurkan klien untuk 7. Zat besi dapat
160mg/dl, hmt banyak membantu
31,8%, AE 3,79 mengkonsumsi mengatasi anemia
juta/mm3. makanan dan pada pasien dengan
3. Turgor kulit klien minuman yang gangguan nutrisi.
tampak tidak mengandung zat besi
elastis. seperti sayur bayam
4. Konjungtiva klien dan susu.
tampak anemis 8. Ajarkan klien dan 8. Mengatur pola diit

21
dan klien tampak keluarga tentang yang bergizi.
lemah. makanan yang
bergizi.
9. Kolaborasi dengan 9. Membantu
ahli gizi dalam meningkatkan intake
pemberian makanan karbohidrat dan
TKTP. protein serta status
gizi klien.
10. Kolaborasi dalam 10. Mencegah dan
pemberian mengatasi mual
Antiemetik
11. Kolaborasi dalam 11. Mengurangi masalah
pemberian Anti anemia yang timbul
anemia dan akibat asupan nutrisi
penambah nafsu yang kurang dari
makan kebutuhan tubuh.

22
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien : Ny. S No.register : 038788
Umur : 66 tahun Diagnosa Medis : Post Op. ORIF
Ruang : Melati Alamat : Karongan, Jogotirto, Berbah Sleman, Yogyakarta
No Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Nama/TTD
DX
1 10 Maret 2011 07.30 1. Mengobservasi TTV klien. Tanggal 10 Maret 2011 Leonarda
WIB. Respon : Pukul 14.00 WIB.
O : N : 70x/menit, RR : 22x/menit, TD : S :
180/100mmHg. 1. Klien mengatakan nyeri seperti
07.00 2. Mengobservasi KU klien. ditusuk-tusuk pada kaki kanan
WIB. Respon : dengan skala nyeri 7(1-10)
O : Kesadaran klien CM, dengan GCS 15 : berlangsung terus-menerus
E4V5M6 selama 5-10 menit.
07.45 3. Mengobservasi lokasi, karakteristik,
WIB. skala, factor yang mencetus dan meringkan O :
serta waktu terjadinya nyeri : 1. Hasil TTV klien :
Respon : N : 70x/menit, RR :

23
S : klien mengeluh nyeri seperti ditusuk- 22x/menit,TD : 180/100
tusuk pada kaki kanan post op oref dengan mmHg
skala nyeri 7 ( rentang 1-10) berlangsung 2. Klien tampak gelisah dan
terus-menerus selama 5-10 menit. ekspresi wajah klien tampak
07.35 4. Mengobservasi reaksi non verbal dan menahan nyeri.
WIB. ketidaknyamanan klien.
Respon : A:
O : Klien tampak gelisah dan ekspresi wajah Tujuan belum tercapai karena klien
klien tampak menahan sakit masih mengeluh nyeri dengan
07.45 5. Memberikan klien lingkungan yang rentang skala nyeri berat (7), dan
WIB. nyaman. ekspresi wajah klien masih tampak
Respon : menahan nyeri, serta klien tampak
S : Klien mengatakan dapat beristirahat gelisah.
dengan baik jika kebersihan kamar klien
dijaga. P:
07.50 6. Menganjarkan klien tekhnik relaksasi Intervensi 1-5 dan 7-8 dilanjutkan,
WIB. napas dalam. yaitu :
Respon : 1. Observasi TTV klien (N,RR dan
O : Klien tampak mengikuti petunjuk TD)
Perawat. 2. Observasi KU klien
S : Klien mengatakan akan melakukan 3. Kaji lokasi, karakteristik, skala
teknik tersebut jika nyerinya timbul. dan terjadinya nyeri.

24
09.00 7. Memberikan analgesik : Toramin dan 4. Observasi reaksi nonverbal dan
WIB. Mobilex sesuai Indikasi. ketidaknyamanan klien.
Respon : 5. Beri pasien lingkungan yang
O : Klien mendapatkan terapi injeksi nyaman.
toramin dengan dosis 2x1 A/hari dan 7. Kolaborasi dalam pemberian
mobile 1x1 tab 15mg/hari setelah makan. analgesic sesuai indikasi.
09.00 8. Memberikan kalsium dengan Vitamin : 8. Kolaborasi dalam pemberian
WIB Hi-bone sesuai indikasi. kalsium.
Respon :
O : KLien mendapatkan terapi Hi-bone 1x1
tab/hari setelah makan.

2. 10-03-2011 08.00 1. Mengobservasi tingkat fungsional pasien Tanggal 10 Maret 2011 M. Irufan
WIB. dalam melakukan toileting. Pukul 14.00 WIB
Respon : S:
O : Klien tidak dapat melakukan BAB di 1. Klien mengatakan keluarga
toilet karena harus bed rest total dan kaki klien selalu membantunya
kanan klien tidak mampu digerakkan. dalam memenuhi kebutuhan
Tampak klien menggunakan alat bantu BAB dan BAK.
kateter untuk BAK. O:
09.00 2. Mengajarkan klien dan keluarga cara 1. Klien dan keluarga tampak
WIB mengosongkan urine bag. mengikuti anjuran perawat.

25
Respon : 2. Tampak bahwa keluarga klien
O : Keluarga klien dapat mengikuti selalu membantu klien dalam
instruksi yang diarahkan perawat. pemenuhan eliminasinya.
09.10 3. Menganjurkan klien dan keluarga 3. Tampak bahwa keluarga klien
WIB menggunakan alat bantu berupa pispot dapat mengaplikasikan
dalam pemenuhan BAB. penggunaan alat bantu
Respon : eliminasi klien dengan tepat.
O : Tampak klien dibantu oleh keluarga
dalam penggunaan pispot untuk BAB. A:
09.30 4. Menganjurkan klien untuk tetap Tujuan tercapai, karena keluarga
WIB melakukan eliminasi BAB amaupun klien mampu memenuhi kebutuhan
BAK setiap hari. eliminasi klien dengan tepat dan
Respon : baik klien maupun keluarga dapat
S : Klien mengatakan selalu BAB 1x memahami dan mengikuti ajuran
dalam sehari. perawat dengan baik.
09.35 5. Menganjurkan klien dan keluarga untuk
WIB tetap menjaga kebersihan diri klien P :
setelah BAB. Intervensi dihentikan.
Respon :
O : Tampak bahwa kleuarga klien selalu
mendampingi klien dan menjaga
kebersihan diri klien

26
3. 10 Maret 2011 09.00 1. Memantau hasil Lab Klien. Tanggal 10 Maret 2011 Lilik
WIB Respon : Pukul 14.00 WIB.
O : Leukosit : 7900/mm3, Trombosit : S :
296.000/mm3 1. Klien mengatakan badannya
07.30 2. Mengobservasi TTV. terasa panas.
WIB Respon :
O : Suhu tubuh klien 37,30c O:
09.00 3. Memantau kadar gula darah pasien. 1. Hasil TTV : S : 37,30c.
WIB Respon : 2. Hasil Lab :
O : GDD 230mg/dl Leukosit : 7900/mm3
07.35 4. Menganjurkan klien untuk Trombosit : 296.000/mm3
WIB mengkomsumsi air 2liter/hari. GDP : 230mg/dl.
Respon :
S : klien mengatakan selalu A :
mengkomsumsi air sebanyak 8gelas Tujuan belum tercapai karena klien
/2liter/hari. masih mengeluh demam dengan
11.00 5. Memberikan antibiotik : Opixeme dan suhu tubuh klien 37,30c dan angka
WIB Bioxon sesuai indikasi GDP klien dalam rentang yang
Respon : tinggi.
O : Klien mendapatkan terapi
Opixeme 2x1 tab 100mg/hari setelah P :

27
makan dan Bioxon 2x1 tab/ hari Intervensi 1-3 dan 5-6 dilanjutkan,
setelah makan. yaitu :
11.00 6. Memberikan terapi DM sesuai indikasi . 1. Pantau hasil Lab klien
WIB Respon : (leukosit dan trombosit)
O : Klien mendapatkan terapi injeksi 2. Observasi TTV klien (suhu)
Novorapid 3x10 u/hari. 3. Pantau kadar gula darah klien.
5. Kolaborasi dalam pemberian
antibiotic sesuai indikasi
6. Kolaborasi dalam pemberian
terapi DM.

28
No Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Nama/T
DX TD
1. 11 Maret 07.30 1. Mengobservasi TTV klien. Tanggal 11 Maret 2011 Siti H.
2011 WIB Respon : Pukul 14.00 WIB.
O : TD 140/mmHg, N : 68x/menit, dan RR : S :
21x/menit. 1. Klien mengatakan nyeri pada paha/
07.35 2. Mengobservasi TTV KU klien. kaki kanan klien dengan skala nyeri
WIB Respon : 6 (1-10) berlangsung terus menerus
O : Kesadaran klien CM. selama 4 menit.
07.45 3. Mengobservasi kembali lokasi,
WIB karakteristik,skla dan waktu terjadinya nyeri. O:
Respon : 1. TTV klien : N 68x/menit,RR
S : Klien mengatakan nyeri pada paha kanan 21x/menit, dan TD : 140/mmHg.
berlangsung 3-4 menit dan terus-menerus, 2. Kesadaran klien CM
berkurang jika mendapatkan injeksi dan 3. Klien tampak lebih tenang.
setelah meminum obat yang diberikan
perawat. A:
08.00 4. Mengobservasi reaksi non verbal dan Tujuan belum tercapai karena klien masih
WIB ketidaknyamanan klien. mengeluh nyeri dengan skala 6 pada kaki
Respon : kanannya.
O : Klien tampak lebih tenang.
08.15 5. Memberikan klien lingkungan yang nyaman. P :
WIB Respon : intervensi 1-4 dan 7-8 dilanjutkan, yaitu :

29
S: Klien mengatakan nyaman dengan 1. Observasi TTV klien (N,RR dan TD)
lingkungannya saat ini. 2. Observasi KU klien
09.00 6. Memberikan analgesik : Toramin dan Mobilex 3. Kaji lokasi, karakteristik, skala dan
WIB sesuai indikasi. terjadinya nyeri.
Respon : 4. Observasi reaksi nonverbal dan
O : Klien mendapatkan terapi injeksi Toramin ketidaknyamanan klien.
2x1 A/hari dan Mobilex 1x1 tab 15mg/hari 5. Beri pasien lingkungan yang nyaman.
setelah makan. 7. Kolaborasi dalam pemberian analgesic
09.00 7. Memberikan terapi kalsium dengan Vit. sesuai indikasi.
WIB Sesuai indikasi. 8. Kolaborasi dalam pemberian kalsium.
Respon :
O : Klien mendapatkan terapi Hi-bone 1x1
tab/hari setelah makan.

3. 11 Maret 09.00 1. Memantau hasil Lab klien. Tanggal 11 Maret 2011,Pukul 14.00 WIB Vany
2011 WIB Respon : S:
O : Leukosit : 7900/mm3 1. Klien mengatakan rasa panas
07.30 Trombosit : 296.000/mm3 tubuhnya berkurang.
WIB 2. Mengobservasi TTV.
Respon : O:
O : Suhu : 36,70c. 1. Hasil TTV : S: 36,70c.
09.00 3. Memantau kadar gula darah pasien. 2. Hasil Lab :

30
WIB Respon : a. Leukosit : 7900/mm3
O GDP : 172mg/dl b. Trombosit : 296.000/mm3
09.15 4. Memberikan antibiotik: Opixeme dan Bioxon c. GDP : 172 mg/dl
WIB sesuai indikasi. 3. Kulit klien tidak teraba panas lagi.
Respon :
O : Klien mendapatkan terapi Opixime 2x1 A :
tab100mg/hari setelah makan dan Bioxon 2x1 Tujuan belum tercapai karena tindakan
tab/ hari setelah makan. pemberian obat antibiotik dan terapi DM
09.15 5. Memberikan terapi DM sesuai indikasi. klien perlu dilanjutkan agar keadaan klien
WIB Respon : dapat di pertahankan secara optimal.
O : Klien mendapatkan terapi injeksi
Novorapid 3x10 u/hari P:
Intervensi 1-3 dan 5-6 dilanjutkan, yaitu:
1. Pantau hasil Lab klien (leukosit dan
trombosit)
2. Observasi TTV klien (suhu)
3. Pantau kadar gula darah klien.
5. Kolaborasi dalam pemberian
antibiotic sesuai indikasi
6. Kolaborasi dalam pemberian terapi
DM.

31
No. Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Nama /
Dx TTD
1. 12 Maret 15.30 1. Mengobservasi TTV klien. Tanggal 12 Maret 2011 Leonarda
2011 WIB Respon : Pukul 21.00
O : TD 130/90mmHg, N : 80x/menit, dan RR S :
: 20x/menit. 1. Klien mengatakan nyeri dikakinya
15.35 2. Mengobservasi KU klien. berkurang dengan skala nyeri 5.
WIB Respon : 2. Klien mengatakan ingin pulang
O : Kesadaran klien CM. kerumah karena sudah merasa
15.40 3. Mengobservasi kembali skala nyeri, baikan.
WIB karakteristik, dan waktu terjadinya nyeri. O:
Respon : 1. Hasil TTV : N : 80x/menit, RR:
S : Klien mengatakan nyeri seperti 20x/menit dan TD : 130/90 mmHg.
ditusuk-tusuk pada kaki kanan dengan 2. Ekspresi wajah klien tamapk tenang.
skala nyeri 5. Klien juga mengatakan rasa
nyeri di kaki kanannya semakin berkurang. A : tujuan tercapai karena hasil TTV dalam
15.50 4. Mengobservasi reaksi non verbal dan keadaan normal dengan skala nyeri klien
WIB ketidaknyamanan klien. berkurang menjadi sedang ( 5)
Respon :
O : ekspresi wajah klien tampak lebih P : intervensi di hentikan
tenang dan klien tampak berkomunikasi
dengan baik bersama keluarga sambil

32
duduk di tempat tidur.
19.00 5. Memberikan analgesik : Toramin dan
WIB Mobilex sesuai indikasi.
Respon :
O : Klien mendapatkan terapi injeksi
Toramin 2x1 A/hari dan Mobilex 1x1 tab
15mg/hari setelah makan.
19.00 6. Memberikan terapi kalsium dengan
WIB vitamin sesuai indikasi.
Respon :
O : Klien mendapatkan terapi Hi-Bone 1x1
tab/hari.

2. 12 Maret 15.15 1. Memantau hasil lab klien. Tanggal 12 Maret 2011 M. Irufan
2011 WIB Respon : Pukul 21.00
O : Leukosit 6000/mm3. Trombosit : S :
250.000/mm3 1. Klien mengatakan mengalami
15.30 2. Memantau hasil TTV klien . demam lagi.
WIB Respon :
O : Suhu tubuh klien 36,5c. O:
15.15 3. Memantau kadar gula darah klien. 1. Hasil TTV : S : 36,50c
WIB Respon : 2. GDP : 160mg/dl

33
O : GDP : 160mg/dl. A:
19.00 4. Memberikan antibiotik sesuai indikasi. Tujuan tercapai karena suhu tubuh klien
WIB Respon : O : Klien mendapatkan kembali normal.
terapi Opixeme 2x1 tab 100mg/hari
dan Bioxon 2x1 tab/hari masing- P :
masing diminum setelah makan. Intervensi dihentikan.
19.00 5. Memberikan terapi DM sesuai
WIB indikasi. Respon : O : Klien
mendapatkan terapi injeksi Novorapid
3x10 u/hari.

34
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini di bahas tentang asuhan keperawatan pada Ny.S dengan gangguan rasa
nyaman (nyeri) pada fraktur femur dekstra post op. ORIF. Adapun ruang lingkup dari
pembahasan kasus ini adalah sesuai dengan proses keperawatan yaitu mulai dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan (intervensi), pelaksanaan (implementasi) dan evaluasi.
Gangguan rasa nyaman (nyeri) yang terjadi pada kasus Ny. S dikarenakan oleh adanya
stimulus nyeri setelah klien menjalani operasi ORIF. Masalah nyeri diprioritaskan pada kasus
Ny.S karena saat dilakukan pengkajian klien mengeluh nyeri pada kaki kanannya post op.
ORIF satu hari yang lalu.
A. Pengkajian
Proses pengkajian yang dilakukan pada Ny. S dengan gangguan rasa nyaman
dibangsal Melati RS Hardjolukito dilakukan dengan melakukan wawancara, observasi,
dan pemeriksaan fisik langsung ke Ny. S. Selain itu penulis mendapatkan keterangan
dari keluarga, diskusi dengan perawat ruangan dan dari catatan medis dan keperawatan
Ny. S. Pelaksanaan pengkajian mengacu pada teori, akan tetapi disesuaikan dengan
kondisi Ny. S saat dikaji.
Pada saat dilakukan pengkajian, Ny. S dan keluarga cukup terbuka dan sudah
terjalin hubungan saling percaya antara penulis dengan Ny. S dan keluarga sehingga
memudahkan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Hal ini dibuktikan dengan Ny. S
mau menjawab pertanyaan dan menerima saran yang diberikan oleh penulis. Dari data
yang terkumpul kemudian dilakukan analisa dan identifikasi masalah yang dihadapi
oleh klien yang merupakan data fokus dan selanjutnya dirumuskan diagnosa atau
masalah keperawatan.
Kondisi klinis yang ditunjukkan oleh klien pada kasus Ny. S saat dikaji sesuai
dengan teori yang ada, yaitu keluhan utama klien adalah nyeri seperti ditusuk-tusuk
pada daerah paha dengan skala nyeri 7 berlangsung terus-menerus selama 5-10 menit
post op. ORIF. Pada pemeriksaan diagnostik diproleh hasil angkan leukosit dalam
jumlah yang cukup tinggi yaitu 7900mm3 dengan suhu tubuh 37,30C yang
mengidentifikasikan adanya resiko infeksi pada pasien.
B. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa yang muncul pada Ny.S adalah nyeri berhubungan dengan agen
cedera fisik, defisit self care: toileting berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal

35
dan kurang pengetahuan, resiko infeksi berhubungan dengan proses invasif dan
pertahanan tubuh yang tidak adekuat. Setelah diagnosa atau masalah keperawatan
ditegakkan selanjutnya dilakukan pembuatan rencana tindakan dan kriteria hasil untuk
mengatasi masalah keperawatan yang ada pada klien.
Penulis mengambil prioritas diagnosa nyeri karena apabila diagnosa tersebut
dapat teratasi maka diagnosa yang lain akan dapat teratasi pula. Nyeri yang
ditimbulkan merupakan manifestasi dari terjadinya perlukaan pada paha setelah klien
menjalani operasi.
Diagnosa yang diangkat pada kasus sudah sesuai dengan teori yang ada. Penulis
tidak mengangkat diagnosa hambatan mobilitas fisik pada kasus karena penulis melihat
kondisi klien yang memang dalam terapi post op. ORIF mengharuskan klien untuk
mengimobilisasikan kaki kanannya agar proses pemulihan setelah klien mengalami
fraktur femur dextra post op. ORIF dapat berjalan dengan lancar. Sedangkan pada
kerusakan mobilitas fisik, perawat harus berusaha mengatur mobilisasi klien. Sehingga
diagnosa kerusakan mobilitas fisik yang ada pada teori tidak sesuai dengan kasus pada
Ny. S.
C. Perencanaan
Perencanaan dalam proses keperawatan dimulai setelah data terkumpul,
dikelompokkan, dianalisa dan ditetapkan masalah keperawatan. Perencanaan disusun
berdasarkan prioritas masalah yang disesuaikan dengan kondisi klien. Setelah masalah
ditentukan berdasarkan prioritas, tujuan pelayanan keperawatan ditetapkan. Tujuan bisa
ditetapkan dalam jangka panjang atau jangka pendek, harus jelas, dapat diukur dan
realistis. Ditegaskan dalam bentuk perubahan, kriteria hasil sebagai alat ukur
pencapaian tujuan yang mengacu pada tujuan yang disusun pada rencana keperawatan.
Pada penyusunan kriteria hasil penulis menyesuaikan dengan waktu pemberian
perawatan yang dilakukan oleh penulis yaitu selama 3x24 jam dan 1x24 jam.
Perencanaan yang dibuat pada Ny. S dengan masalah nyeri pada dasarnya untuk
meminimalkan keluhan yang ada pada klien saat itu seperti defisit self care: toileting
berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal, resiko infeksi berhubungan dengan
proses invasif dan pertahanan tubuh yang tidak adekuat. Perencanaan yang ada pada
kasus sudah sesuai dengan teori yang ada, hanya ada sedikit perbedaan karena
disesuaikan dengan kondisi klien saat dilakukan pengkajian.
D. Implementasi /Pelaksanaan

36
Setelah rencana keperawatan dibuat, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan.
Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan merupakan kegiatan atau tindakan yang
diberikan pada Ny. S dengan menerapkan pengetahuan dan kemampuan klinik yang
dimilki oleh klien berdasarkan ilmu – ilmu keperawatan dan ilmu – ilmu lainnya yang
terkait. Seluruh perencanaan tindakan yang telah dibuat dapat terlaksana dengan baik.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan rencana asuhan
keperawatan atau hambatan yang penulis dapatkan. Hambatan-hambatan tersebut antara
lain, keterbatasan sumber referensi buku sebagai acuan penulis dan juga alat yang
tersedia, pendokumentasian yang dilakukan oleh perawat ruangan tidak lengkap
sehingga sulit untuk mengetahui perkembangan klien dari mulai masuk sampai
sekarang secara detail, lingkungan fisik atau fasilitas rumah sakit yang kurang memadai
dan keberadaan penulis di ruang tempat klien di rawat terbatas.
Pada implementasi yang dilakukan perawat pada klien sudah sesuai dengan
perencanaan yang dibuat, yaitu pada diagnosa nyeri dilakukan selama 3x24 jam, defisit
self care : toiletting selama 1x24 jam dan resiko infeksi selama 3x24 jam.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap evaluasi dalam
proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan data objektif yang
akan menunjukkan apakan tujuan asuhan keperawatan sudah tercapai sepenuhnya,
sebagian atau belum tercapai. Serta menentukan masalah apa yang perlu dikaji,
direncanakan, dilaksanakan dan dinilai kembali.

Tujuan tahap evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana


keperawatan, menilai, meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui perbandingan
asuhan keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah di
tetapkan lebih dulu. Pada kasus, semua tujuan pada setiap masalah keperawatan sudah
tercapai karena implementasi keperawatan yang diterapkan pada klien sudah sesuai
dengan waktu yang ditentukan.

37
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penyusunan makalah asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan kenyamanan (nyeri) pada fraktur femur
dekstra post. ORIF adalah sebagai berikut :
1. Nyeri adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak yang diikuti
oleh reaksi fisik, fisiologis, dan emosional.
2. Nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri
yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas
yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada

38
kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan
kandung empedu.
3. Pengalaman nyeri seseorang dipengaruhi oleh arti nyeri, persepsi nyeri, toleransi
nyeri dan reaksi terhadap nyeri.
4. Pada kasus Ny. S yang diangkat oleh penulis ditemukan 3 diagnosa setelah
menjalani operasi satu hari sebelumnya, yaitu :
a. Nyeri akut b.d agen injuri fisik
b. Defisit self care : toileting b.d gangguan musculoskeletal dan kurang
pengetahuan
c. Resiko infeksi b.d proses invasive dan pertahanan tubuh yang tidak adekuat.

B. SARAN
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa agar dapat meningkatkan pengetahuannya tentang
masalah-masalah dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman dan juga
meningkatkan kemampuan dalam membuat asuhan keperawatan yang baik dan
benar.
2. Bagi Perawat
Diharapkan bagi perawat agar dapat meningkatkan keterampilan dalam
memberikan asuhan keperawatan serta pengetahuannya sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan yang optimal terkhususnya pada pasien fraktur
femur dextra post op. ORIF.
3. Bagi Dunia Keperawatan
Diharapkan asuhan keperawatan ini dapat terus ditingkatkan teorinya
sehingga dapat menambah pengetahuan yang lebih baik bagi dunia keperawatan,
serta dapat di aplikasikan untuk mengembangkan keterampilan perawat dalam

39
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan rasa nyaman
(nyeri) pada fraktur femur dextra post op. ORIF.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim A, 2008. Konsep Dasar Nyeri.


http://qittun.blogspot.com/2008/10/konsep-dasar-nyeri.html
Anonim B, 2011. Askep Fraktur Femur – Patah Tulang Paha.
http://mihardi77.blogspot.com/2011/01/askep-fraktur-femur-patah-tulang-paha.html
Hidayat, A. A. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan, Buku 1. Jakarta : Salemba Medika.

North American Nursing Diagnosing Association. 2010. Diagnosis Keperawatan : Definisi


dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta : EGC.

Sutedjo, A. Y. 2009. Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium.


Yogyakarta : Asmara Books.

40
Tailor, C. M dan Ralph S. S. 2011. Diagnosa Keperawatan dengan Rencana Asuhan. Jakarta :
EGC.

41

You might also like