You are on page 1of 8

Halli, A. 2012.

Koefesien Perpindahan Panas Menggunakan Profil Kotak pada Alat Penukar


Kalor. Universitas Indonesia: Depok

Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang
terjadi karena adanya perbedaan suhu diantara benda atau material. Dimana energi yang
dipindah itu dinamakan kalor (heat). Kalor telah diketahui dapat berpindah dari tempat
dengan temperatur lebih tinggi ke tempat dengan temperatur lebih rendah. Hukum
percampuran kalor juga terjadi karena kalor itu berpindah, sedangkan pada kalorimeter,
perpindahan kalor dapat terjadi dalam bentuk pertukaran kalor dengan luar sistem. Jadi
pemberian atau pengurangan kalor tidak saja mengubah temperatur atau fasa zat suatu benda
secara lokal, melainkan kalor itu merambat ke atau dari bagian lain benda atau tempat lain
(Halli, 2012).

Menurut penelitian, perpindahan tenaga kalor dapat dibagi dalam beberapa golongan cara
perpindahan. Kalor itu dapat merambat dari suatu bagian ke bagian lain melalui zat atau
benda yang diam. Kalor juga dapat dibawa oleh partikelpartikel zat yang mengalir. Pada
radiasi kalor, tenaga kalor berpindah melalui pancaran yang merupakan juga satu cara
perindahan kalor. Umumnya perindahan kalor berlangsung sekaligus dengan ketiga cara ini.
Perpindahan kalor melalui cara pertama disebut perpindahan kalor melalui konduksi. Cara
kedua perindahan kalor melalui konveksi dan cara ketiga melalui radiasi (Halli, 2012).

Ilmu perpindahan panas diperlukan utuk menganalisa proses perpindahan panas dari suatu
benda lain atau dari suatu bagian benda ke bagian benda lainnya. Walaupun di dalam
termodinamika perpindahan energi dalam bentuk panas telah dipelajari, tetapi ilmu
termodinamika tidak mampu memberikan suatu keterangan tentang cara berlangsungnya
proses tersebut, lama waktu perpindahan panas dan perubahan-perubahan temperatur yang
terjadi di dalam sistem. Termodinamika hanya membahas berdasarkan keadaan awal dan
keadaan akhir dari proses di mana perpindahan energi dalam bentuk panas dipandang sebagai
selisih antara energi yang dipunyai sistem pada keadaan awal dan akhir proses tersebut,
dengan balans energi. Pada dasarnya perpindahan panas terjadi akibat adanya
ketidakseimbangan (adanya perbedaan temperatur) termal. Proses perpindahan panas yang
sebenarnya terjadi adalah sangat rumit dan memerlukan pengkajian yang cukup sulit. Oleh
karena itu dilakukan berbagai cara penyederhanaan dalam peninjauan proses tersebut yaitu
dengan jalan memperhatikan hal-hal yang kurang berpengaruh terhadap proses keseluruhan.
Dengan dasar penyederhanaan tersebut, maka mekanisme perpindahan panas dapat dibedakan
atas tiga jenis yaitu konveksi, konduksi dan radiasi (Haryadi, 2012).

Haryadi. 2012. Perpindahan Panas. Politeknik Negeri Bandung: Bandung.

Konduktifitas Termal
Konduksi termal merupakan fenomena perpindahan panas dari substansi bersuhu tinggi ke
suhu yang lebih rendah. Sifat tersebut menunjukkan kemampuan suatu material untuk
memindahkan panas atau disebut konduktifitas termal. Konduktivitas termal adalah sifat
suatu zat yang mengalami perpindahan panas tinggi. Konduktivitas termal adalah suatu
besaran intensif bahan yang menunjukkan kemampuannya untuk menghantarkan panas.
Konduksi termal adalah suatu fenomena transport dimana perbedaan temperatur
menyebabkan transfer energi termal dari satu daerah benda panas ke daerah yang sama pada
temperatur yang lebih rendah. Panas yang ditransfer dari satu titik ke titik lain melalui salah
satu dari tiga metoda yaitu konduksi, konveksi dan radiasi (Pertiwi, 2015).

Konduktivitas panas ialah tingkat kemudahan untuk mengalirkan panas yang dimiliki suatu
benda. Setiap benda memiliki konduktivitas yang berbeda. Logam mempunyai konduktivitas
panas yang tinggi, sedangkan hewan memiliki konduktivitas panas yang rendah. Berarti
hewan merupakan penahan panas (insulator) yang baik. Rambut dan bulu merupakan contoh
insulator yang baik. Oleh karena itu, mamalia dan aves hanya akan melepaskan sejumlah
kecil panas dari tubuhnya ke benda lain yang bersentuhan dengannya (Permana, 2010).

Pertiwi, PK. 2015. Uji Konduktivitas Termal pada Interaksi Dua Logam Besi (Fe) dengan 3
Variasi Bahan Berbentuk Silinder. Institut Teknologi Sepuluh Nopember: Surabaya.

Permana, B. 2010. Sistem Pengukuran Konduktivitas Panas pada Logam Berbasis


Mikrokontroler. Universitas Indonesia: Depok.

Konduksi.

Kalor dari suatu bagian benda bertemperatur lebih tinggi akan mengalir melalui zat benda itu
ke bagian lainnya yang bertemperatur lebih rendah. Zat atau partikel zat dari benda yang
dilalui kalor ini sendiri tidak mengalir sehingga tenaga kalor berpindah dari satu partikel ke
lain partikel dan mencapai bagian yang dituju. Perpindahan kalor cara ini disebut konduksi;
arus panasnya adalah arus kalor konduksi dan zatnya itu mempunyai sifat konduksi kalor.
Konduksi kalor ini bergantung kepada zat yang dilaluinya dan juga kepada distribusi
temperatur dari bagian benda. Berlangsungnya konduksi kalor melalui zat dapat diketahui
oleh perubahan temperatur yang terjadi (Halli, 2012).

Konduksi merupakan perpindahan kalor melalui suatu benda tanpa disertai perpindahan
partikel benda tersebut, namun partikel hanya bergetar disekitar posisinya saja. Perpindahan
kalor secara konduksi terjadi pada benda padat, terutama logam. Benda yang dapat
menghantarkan kalor dengan baik disebut konduktor, karena dalam benda konduktor partikel
dapat bergerak lebih bebas dibandingkan partikel pada benda isolator, yakni benda yang tidak
dapat menghantarkan kalor dengan baik. Perpindahan panas terbagi menjadi beberapa
kondisi. Salah satu yang paling rumit ialah perpindahan panas pada dinding berlapis.
Dianggap paling rumit karena dinding berlapis memiliki konduktivitas bahan yang berbeda-
beda disetiap bahan lapisan yang digunakan.Rangkaian termal biasa digunakanyaitu pada
sistem yang kompleks, seperti dinding berlapis. Sebuah dinding satu lapis, berbentuk silinder,
terbuat dari bahan homogen dengan konduktivitas termal tetap dan suhu permukaan dalam
dan suhu permukaan luar seragam.

Perpindahan panas konduksi, di mana proses perpindahan panas terjadi antara benda atau
partikel-partikel yang berkontak langsung, melekat satu dengan yang lainnya tidak ada
pergerakkan relatif di antara benda-benda tersebut. Misalnya panas yang berpindah di dalam
sebuah batang logam akibat pemanasan salah satu ujungnya seperti ketika ujung A menjadi
naik temperaturnya walaupun yang dipanasi adalah ujung B (Haryadi, 2012).

Perpindahan Panas secara Konduksi

Perpindahan panas secara konduksi merupakan proses perpindahan energi dari tempat yang
bertemperatur tinggi ke tempat yang bertemperatur rendah. Panas akan berpindah secara
estafet dari satu partikel ke partikel lainnya dalam medium tersebut. contoh perpindahan
kalor secara konduksi terjadi pada logam. Jika salah satu ujung sebuah batang logam
diletakkan di dalam nyala api, sedangkan ujung yang satu lagi dipegang, bagian yang
dipengang ini akan terasa makin lama makin panas, walaupun tidak kontak langsung dengan
nyala api itu. Dalam hal ini dikatakan bahwa panas yang sampai di ujung batang yang lebih
dingin secara konduksi melalui bahan batang itu. Proses perpindahan kalor secara konduksi
bisa dilihat secara atomik merupakan pertukaran energi kinetik antar molekul (atom), dimana
partikel yang energinya rendah dapat meningkat dengan menumbuk partikel dengan energi
yang lebih tinggi. Sebelum dipanaskan, atom dan elektron dari logam bergetar pada posisi
setimbang. Pada ujung logam mulai dipanaskan, pada bagian ini atom dan elektron bergetar
dengan amplitudo yang makin membesar. Selanjutnya bertumbukan dengan atom dan
elektron disekitarnya dan memindahkan sebagian energinya. Kejadian ini berlanjut hingga
pada atom dan elektron di ujung logam yang satunya. Konduksi terjadi melalui getaran dan
gerakan elektron bebas (Mochamadta, 2010).

Mochamadta. 2010. Teori Aliran Panas. Institut Teknologi Bandung: Bandung.

Yang dimaksud dengan konduksi ialah pengangkutan kalor melalui satu jenis zat. Sehingga
perpindahan kalor secara hantaran atau konduksi merupakan satu proses pendalaman karena
proses perpindahan kalor ini hanya terjadi di dalam bahan. Arah aliran energi kalor, adalah
dari titik bersuhu tinggi ke titik bersuhu rendah. Proses perpindahan kalor secara konduksi
bila dilihat secara atomik merupakan pertukaran energi kinetik antar molekul (atom), dimana
partikel yang energinya rendah dapat meningkat dengan menumbuk partikel dengan energi
yang lebih tinggi. Sebelum dipanaskan atom dan elektron dari logam bergetar pada posisi
setimbang. Pada ujung logam mulai dipanaskan, pada bagian ini atom dan elektron bergetar
dengan amplitudi yang makin membesar. Selanjutnya bertumbukan dengan atom dan
elektron disekitarnya dan memindahkan sebagian energinya. Kejadian ini berlanjut hingga
pada atom dan elektron di ujung logam yang satunya. Konduksi terjadi melalui getaran dan
gerakan elektron bebas (Permana, 2010).
Latar belakang
material atau bahan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Setiap bahan memiliki sifat
yang berbedabeda mulai dari sifat fisis, sifat mekanis dan sifat kimiawi. Sifat fisis yaitu sifat
yang dimiliki suatu bahan yang dapat kita amati secara langsung, sedangkan untuk
mengetahui sifat mekanik dan kimiawinya itu tidak bisa dilihat secara langsung, maka
haruslah dilakukan percobaan untuk mengetahui sifat mekanik dan kimiawinya. Suatu bahan
memiliki sifat penghantaran panas yang berbeda ada yang bersifat konduksi, konveksi dan
radiasi. Untuk mengetahui seberapa cepat dan seberapa besar suhu yang dapat berubah pada
sebuah benda dapat menghantarkan panas seberapa besar suhu yang dapat berubah pada
bahan itu maka kita harus mengetahui konduktivitas termal bahan tersebut.

Dalam aplikasi penukar kalor di lapangan, banyak permasalahan yang masih ditimbulkan
misalnya panas yang ditransfer oleh penukar kalor belum maksimal dan terjadinya penurunan
tekanan sehingga kerja pompa menjadi berat. Hal ini berindikasi pada tingginya biaya untuk
listrik dan perawatan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat dibantu dengan
memperluas bidang perpindahan kalor, membuat aliran turbulen dalam pipa serta
menggunakan bahan yang mempunyai konduktivitas yang tinggi.

I.1 Latar Belakang

Kalor merupakan salah satu bentuk energi yang dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat
yang lain, secara alami kalor berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang
bersuhu rendah. Seiring berjalannya waktu, kalor dianggap sebagai suatu bentuk energi yang
berkaitan erat dengan suhu. Kajian lanjut menunjukkan bahwa kalor dapat berpindah melalui
tiga cara yaitu, konduksi, konveksi dan radiasi.

Apabila dua jenis benda yang memiliki temperatur berbeda saling berkontak termal, maka
temperatur benda yang lebih panas akan perlahan mendingin, sedangkan temperatur benda
yang lebih dingin akan menjadi panas hingga suhu tertentu. Peristiwa tersebut terjadi karena
adanya perpindahan kalor antara dua benda yang berkontak termal. Perpindahan panas yang
mana partikel-partikel dalam medium perpindahan panas tersebut tidak berpindah disebut
konduksi. Pada peristiwa konduksi, koefisien perpindahan panas dan koefisien kontak
merupakan faktor yang penting, yang dalam percobaan ini akan ditentukan besarnya untuk
dua unit yang digunakan dalam percobaan.

Latar Belakang

Konsep tentang perpindahan kalor secara konduksi sering kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari dan bukan merupakan hal yang baru dan sulit dipahami bagi kebanyakan orang,

khususnya bagi mahasiswa pendidikan fisika dan matematika. Misalnya, pada saat memasak
menggunakan wajan dari aluminium, dasar setrika pakaian yang terbuat dari besi, dan lain-
lain. Konsep perpindahan kalor secara konduksi dapat diaplikasikan secara sederhana dalam
kehidupan sehari-hari dan dapat dimanfaatkan oleh setiap orang.

Latar Belakang

Perpindahan kalor secara konduksi melibatkan transfer energi dengan difusi mikrosopik dan
tumbukan partikel dalam suatu material tanpa gerak materi secara keseluruhan. Tumbukan
dan difusi mikroskopik terjadi pada molekul, elektron, atom, dan foton yang mentransfer
energi kinetik dan potensial mikroskopik sebagai energi internal. Tingkat perpindahan panas
tergantung pada gradien suhu dan konduktivitas termal material. Konduksi hanya dapat
terjadi dalam suatu benda atau materi, atau antara dua objek yang berada dalam kontak
langsung atau tidak langsung dengan satu sama lain. Konduksi terjadi di semua bentuk materi
ditimbang, seperti padat, cair, gas dan plasma, namun perpindahan kalor dengan cara
konduksi pada umumnya terjadi pada zat padat. Suatu zat yang dapat menghantarkan kalor
disebut konduktor, seperti berbagai jenis logam. Konduktor logam yang baik contohnya
adalah (dalam urutan menurun) perak, tembaga, emas, aluminium, berilium, dan tungsten.
Sedangkan zat penghantar kalor yang buruk disebut isolator, pada umumnya benda-benda
non logam seperti kayu, plastik, udara, kertas, dan lain-lain.

Pada skala mikroskopik, konduksi panas muncul sebagai "rasa panas", atom yang bergetar
atau berpindah sedemikian cepat berinteraksi dengan atom dan molekul sekelilingnya
sehingga memindahkan sejumlah energi mereka ke partikel di sekelilingnya. Dengan kata
lain, panas dipindahkan dengan konduksi ketika atom yang saling berdampingan
menggetarkan satu sama lain, atau ketika elektron berpindah dari satu atom ke atom lain.
Konduksi adalah bentuk perpindahan panas paling umum pada benda padat pada kontak
termal. Fluida-terutama gas-kurang konduktif. Konduktansi kontak termal adalah studi
konduksi panas antara benda padat yang saling bersentuhan.

Konduksi steady state adalah bentuk konduksi yang terjadi ketika perbedaan temperatur yang
terjadi pada konduksi berlangsung spontan, maka setelah waktu kesetimbangan, distribusi
spasial temperatur pada benda terkonduksi tidak berubah-ubah lagi. Pada konduksi steady
state, jumlah panas yang memasuki suatu bagian sama dengan jumlah panas yang keluar.

Panas atau yang disebut dengan termal dipahami sebagai suatu kondisi dimana molekul-
molekul pada suatu benda saling bergerak dan menimbulkan energi yang mengakibatkan
timbulnya panas. Kita juga mengetahui ada beberapa benda yang dapat menghantarkan panas
dan ada yang tidak dapat menghantarkan panas.

Pengukuran panas dapat kita lakukan menggunakan beberapa alat ukur tertentu seperti
termometer dan termokopel. Pada dasarnya pembuatan sistem pengukuran aliran panas
dimana panas akan mengalir dari temperatur tinggi ke temperatur rendah. Hukum ini
sebenarnya merupakan perluasan dari hukum Kekekalan Energi yaitu energi tidak dapat
dimusnahkan atau diciptakan. Seringkali panas merupakan hasil kerja suatu sistem, dimana
panas yang berlebih dapat mengakibatkan kerusakan suatu sistem. Misalnya adalah pada
CPU, dalam CPU kita memerlukan suatu benda yang dengan cepat mengalirkan panas keluar
dari CPU. Karena panas yang berlebih dapat merusak komponen tertentu. Dalam hal ini
biasanya digunakan alumunium untuk mengalirkan panas, karena alumunium cepat
mengalirkan panas.

Pembahasan

Setiap bahan memiliki sifat daya penghantaran panas yang berbeda beda, ada bahan yang
bersifat konduksi, konveksi dan radiasi. Konduksi merupakan perpindahan kalor melalui
suatu benda tanpa disertai perpindahan partikel benda tersebut, namun partikel hanya bergetar
disekitar posisinya saja. Perpindahan kalor secara konduksi terjadi pada benda patat, terutama
logam. Pada percobaan ini memakai logam besi, nilai konduktivitas termal besi berdasarkan
referensi yang kami dapat yaitu 73 W/moC. Dapat diketahui bahwa T1 merupakan suhu
tertinggi dan T4 adalah suhu terendah. Karena adanya tumbukan antar molekul penyusun zat
maka terjadilah penghataran panas dari ujung logam besi ke ujung bahan yang lain yang
digunakan. Perbedaan suhu menyebabkan terjadinya transfer energi termal dari ujung batang
paling bawah menuju ujung batang paling atas yang suhunya lebih rendah. Saat ujung
permukaan silinder besi dipanaskan dengan kompor listrik, elektron-elektron dalam ujung
besi mendapatkan energy lebih karena dipanaskan sehingga dapat menggerakkan elektron.
Elektron-elektron tersebut saling bertumbukan dengan elektron-elektron lainnya. Saat terjadi
tumbukan maka terjadilah transfer energi dari elektron ke elektron yang ditumbuknya dalam
bentuk kalor sehingga elektron yang awalnya bergerak lambat dapat bergerak lebih cepat dan
seterusnya sehingga kalor sampai pada ujung besi atau ujung bahan yang lain. Dari percobaan
konduktivitas termal yang telah dilakukan, maka telah didapatkan hasil bahwa variasi bahan
yang diuji kekonduktivitas termalnya yang memiliki nilai rata-rata konduktivitas termal
terbesar adalah kayu 1 yaitu 209.4279196 W/moC lalu disusul dengan kayu 2 yaitu
9.847679647 W/moC dan yang memiliki nilai konduktivitas termal terkecil adalah tanah liat
atau lempung yaitu 2.306233691 W/moC. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai
konduktivitas termal adalah suhu antar muka logam besi dan penambahan energy yang dapat
menggerakkan elektron yang dapat menghasilkan panas atau termal.

Pembahasan

Benda / kotak A yang terletak di sebelah kanan memiliki suhu yang lebih tinggi dan T1 dan
T2 adalah suhu yang terukur pada perpindahan panas pada batang logam. Sedangkan benda /
kotak B yang terletak di sebelah kiri memiliki suhu yang lebih rendah dan T4 dan T3 adalah
suhu air masuk dan suhu air keluar. Karena adanya perbedaan suhu pada kotak A dan kotak B
maka kalor mengalir dari benda yang bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu rendah
(arah aliran kalor ke kiri menuju benda B). Benda yang dilewati kalor memiliki luas
penampang (A) dan panjang (l). Berdasarkan hasil percobaan, jumlah kalor yang mengalir
selama selang waktu tertentu (Q/t) berbanding lurus dengan perbedaan suhu (T1 – T2 / T4 –
T3), luas penampang (A), sifat suatu benda (k = konduktivitas termal) dan berbanding
terbalik dengan panjang benda (jarak T1 dan T2).

Perpindahan Kalor

Perpindahan kalor dari suatu zat ke zat lain seringkali terjadi dalam industri proses. Pada kebanyakan
pengerjaan, diperlukan pemasukan atau pengeluaran kalor, untuk mencapai dan mempertahankan keadaan
yang dibutuhkan sewaktu proses berlangsung. Kondisi pertama yaitu mencapai keadaan yang dibutuhkan
untuk pengerjaan, terjadi umpamanya bila pengerjaan harus berlangsung pada suhu tertentu dan suhu ini
harus dicapai dengan jalan pemasukan atau pengeluaran kalor. Kondisi kedua yaitu mempertahankan keadaan
yang dibutuhkan untuk operasi proses, terdapat pada pengerjaan eksoterm dan endoterm. Disamping
perubahan secara kimia, keadaan ini dapat juga merupakan pengerjaan secara alami. Dengan demikian. Pada
pengembunan dan penghabluran kalor harus dikeluarkan. Pada penguapan dan ada umumnya juga pada
pelarutan, kalor harus dimasukkan. Adalah hukum alam bahwa kalor itu suatu bentuk energi. Sama seperti
bentuk lain dari energi, jumlah kalor juga dinyatakan dalam suatu gaya kali suatu jarak yaitu Newton kali meter
atau Nm. Nm dinamakan satu Joule. Untuk pemberikan sedikit gambaran mengenai besarnya energi satu
Joule tersebut, bisa diperhatikan dari hal berikut , untuk penguapan satu kg air, diperlukan cukup banyak
energi yaitu perubahan zat cair ke dalam uap ini kira-kira membutuhkan energi 2.225.000 Joule adalah 2,25
MJ. Bila sesuatu benda ingin dipanaskan, maka harus dimiliki sesuatu benda lain yang lebih panas, demikian
pula halnya jika ingin mendinginkan sesuatu, diperlukan benda lain yang lebih dingin. Bila dua benda atau lebih
terjadi kontak termal maka akan terjadi aliran kalor dari benda yang bertemperatur lebih tinggi ke benda yang
bertemperatur lebih rendah, hingga tercapainya kesetimbangan termal. Proses perpindahan panas ini
berlangsung.

Pengertian Perpindahan Kalor

Perpindahan kalor (heat transfer) adalah ilmu yang meramalkan tentang perpindahan energi karena
adanya perbedaan suhu antara dua buah benda atau material. Dari sudut pandang perekayasaan
(engineering) terdapat masalah yang sangat berpengaruh yaitu tentang penentuan koefisien
perpindahan kalor pada beda suhu yang ditentukan. Ukuran ketel, pemanas, mesin pendingin dan
penukar kalor tergantung tidak hanya pada jumlah panas yang harus dipindahkan namun terlebih
pada laju perpindahan kalor pada kondisi-kondisi yang ditentukan. Beroperasinya dengan baik
komponen-komponen peralatan, seperti sudut-sudut turbin, atau dinding ruang bakar tergantung
pada kemungkinan pendinginan bagian-bagian logam tertentu dengan membuang panas secara
terus-menerus pada laju yang tinggi pada permukaan. Pada rancang bangun (design) mesin-mesin
listrik, transformator, dan bantalan harus diadakan analisa perpindahan kalor untuk menghindari
kondisi yang akan menyebabkan pemanasan berlebihan dan merusak peralatan yang ada. Ilmu
perpindahan kalor tidak hanya mencoba untuk menjelaskan bagaimana energi panas itu berpindah
dari suatu benda ke benda lain, tetapi juga meramalkan laju perpindahan kalor yang terjadi pada
kondisi-kondisi tertentu. Sehingga dari pembahasan diatas dinyatakan bahwa sasaran untuk
perpindahan kalor adalah dalam masalah laju perpindahannya. Sebagai contoh sederhana adalah
suatu proses pendinginan sebuah baja panas yang dicelup ke dalam air. Dengan ilmu perpindahan
kalor, dapat membantu kita untuk meramalkan suhu batangan baja atau air sebagai fungsi dari
waktu.
Hastuti, MET. 2010. Analisis Perpindahan Kalor pada Alat Penukar Kalor Pipa Ganda dengan Sirip
Tegak Beralur. Universitas Sebelas Maret: Surakarta

You might also like