Professional Documents
Culture Documents
I. KONSEP DSAR
A. Pengertian
Hyperthyroidism adalah aktivitas fungsional yang berlebihan dari kelenjar tiroid, ditandai
oleh peninggian metabolisme basal gondok dan gangguan sistem syaraf otonom dan
metabolisme keratin (Doorland, 888)
Hyperthyroidism (hipersekresi hormon tiroid) adalah peningkatan produksi dan sekresi
hormon tiroid oleh kelenjar tiroid (Mary Baradero, dkk, 2009: 37).
Hyperthyroidism adalah tiroktoksikosis yang diakibatkan oleh kelenjar tiroid yang
hiperaktif (Aru W. Sudoyo, 2007: 1939).
Hyperthyroidism biasa disebut tirotaksikosis, merupakan respons jaringan-jaringan tubuh
terhadap pengaruh metabolic hormon tiroid yang berlebihan. (Price Sylcia Anderson,
Patofisiologi, 1074).
Jadi, hipertiroid adalah suatu aktivitas fungsional yang hiperaktif atau berlebihan dari
produksi dan sekresi (secara metabolic) kelenjar tiroid yang ditandai dengan peninggian
metabolisme basal gondok dan gangguan system syaraf otonom dan metabolisme keratin.
2. Fisiologi
Sel tiroid adalah satu-satunya sel dalam tubuh manusia yang dapat menyerap iodin atau
yodium yang diambil melalui pencernaan makanan. Iodin ini akan bergabung dengan asam
amino tirosin yang kemudian akan diubah menjadi T3 (triiodotironin) dan T4 (triiodotiroksin).
Dalam keadaan normal pengeluaran T4 sekitar 80% dan T3 15%. Sedangkan yang 5% adalah
hormon-hormon lain seperti T2.
T3 dan T4 membantu sel mengubah oksigen dan kalori menjadi tenaga (ATP = adenosin
tri fosfat). T3 bersifat lebih aktif daripada T4. T4 yang tidak aktif itu diubah menjadi T3 oleh
enzim 5-deiodinase yang ada di dalam hati dan ginjal. Proses ini juga berlaku di organ-organ lain
seperti hipotalamus yang berada di otak tengah.
Hormon-hormon lain yang berkaitan dengan fungsi tiroid ialah TRH (tiroid releasing
hormon)dan TSH (tiroid stimulating hormon). Hormon-hormon ini membentuk satu sistem aksis
otak (hipotalamus dan pituitari)- kelenjar tiroid. TRH dikeluarkan oleh hipotalamus yang
kemudian merangsang kelenjar pituitari mengeluarkan TSH. TSH yang dihasilkan akan
merangasang tiroid untuk mengeluarkan T3 dan T4. Oleh karena itu hal yang mengganggu jalur
diats akan mentyebabkan produksi T3 dan T4
(www.wikipedia.com)
C. Klasifikasi
Hipertiroidisme (tiroktosikosis) dibagi dalam 2 kategori:
1. jenis yang berkaitan dengan hipertiroidisme
a. Penyakit graves
b. Tiroiditis
c. Gondok multinodular
d. Hiperfungsional (“toksik”)
e. Adenoma hiperfungsional (“toksik”)
2. jenis yang tidak berkaitan dengan hipertiroidisme:
a. Tiroiditis limfositik sub akut
b. Tiroiditis granulomatosa sub akut
c. Hiprtiroidisme sub klinis
(www.wrongdiagnosis.com)
D. Etiologi
Penyebab terjadinya hipertiroidisme di antaranya ialah:
1. Produksi berlebihan hormone tiroid (T3 dan T4)
Produksi hormone T3 dan T4 menjadi hiperaktif karena produksi hormone tidak dipengaruhi
oleh system umpan balik hipofiisis sebab rangsangan tidak berasal dari TSH hipofisis melainkan
dari zat tertentu yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immuno-globulin), sehingga kerja
hormone menjadi tidak terkendali oleh kelenjar hipofiisis.
Beberapa penyakit yang menyebabkan produksi hormone tiroid berlebih, antara lain:
Grave’s Disease
Merupakan kelainan auto imun yang terjadi karena adanya auto antibodi terhadap reseptor TSH,
tiroglobulin dan terhadap hormon tiroid (T3 dan T4). Penyakit Grave’s sebagai penyebab
hipertiroidisme endogen yang paling sering ditemukan, ditandai oleh :
1) Hipertiroidisme yang terjadi karena pembesaran tiroid yang difus dan
hiperfungsional.
2) Oftalmopati infiltratif yang menyebabkan eksoftalmus (pada sebagian besar, tapi tidak
semua kasus)
3) Dermatopati infiltratif setempat yang kadang dinamakan miksedema pretibialis,
ditemukan pada sejumlah kecil pasien.
2. Keluarnya hormone secara lebih, mendadak dan sepintas karena kebocoran, misalnya dalam
penyakit tiroiditis
Tiroiditis
Merupakan peradangan kelenjar tiroid, dapat timbul pada beberapa keadaan. Kondisi ini
berhubungan dengan suatu demam dan suatu sakit leher yang seringkali sakit pada waktu
menelan. Kelenjar tiroid juga lunak jika disentuh. Mungkin ada sakit-sakit leher dan nyeri-nyeri
yang disama ratakan. Peradangan kelenjar dengan suatu akumulasi sel-sel darah putih dikenal
sebagai lymphocytes (lymphocytic thyroiditis) mungkin juga terjadi. Pada kedua kondisi-
kondisi ini, peradangan meninggalkan kelenjar tiroid "bocor", sehingga jumlah hormon tiroid
yang masuk ke darah meningkat. Lymphocytic thyroiditis adalah paling umum setelah suatu
kehamilan dan dapat sebenarnya terjadi pada sampai dengan 8 % dari wanita-wanita setelah
melahirkan.
Tiroiditis dapat didiagnosis dengan suatu thyroid scan.
2. Tanda:
Pasien tampak gelisah, hiperaktif, duduk tidak tenang, berkeringat berlebihan mengeluh cepat
capek,serta menatap dengan tatapan lebar, gondok membesar, menunjukkan trermor tangan
sewaktu lengannya direntangkan, reflex lutut tinggi, dan denyut nadi bertambah.
(RJ. Djokomoeljanto.2007:26-28)
Eksoftalmus
F. Tes Diagnostik
Tes Diagnostik Hipertiroid ada 2, yaitu :
1. Tes darah hormon tiroid, meliputi :
a. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH dan TRH akan memastikan
keadaan dan idealisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid.
b. Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum
(www.iwansaing.wordpress.com)
2. Pemeriksaan radiologi hormon tiroid, meliputi :
a. X-ray scan, untuk mendeteksi adanya tumor
b. CT scan, untuk mendeteksi adanya tumor
c. MRI scan, untuk mendeteksi adanya tumor
d. Tiroid scan, untuk melihat pembesaran kelenjar tiroid
e. Ambilan radioaktif iodine (absorbsi) meningkat pada semua macam penyebab hipertiroidisme,
kecuali tiroidistis. Pemeriksaan ini tidak akurat apabila pasien menerima iodine dalam beberapa
hari sebelum pemeriksaan.
(www.wrongdiagnosis.com)
G. Penatalaksanaan
1. Non Farmakologi
a. Diet yang diberikan harus tinggi kalori, yaitu memberikan kalori 2600-3000 kalori perhari baik
dari makanan maupun dari suplemen.
b. Konsumsi protein harus tinggi yaitu 100-125 hr (2,5 gr/kg) berat badan) per hari untuk mengatasi
proses pemecahan protein jaringan seperti: susu dan telur.
c. Olahraga secara teratur
d. Mengurangi rokok, alkohol dan kafein yang dapat meningkatkan kadar metabolisme
2.
Farmakologi
Obat Antitiroid
Obat antitiroid bekerja dengan cara menghambat pengikatan (inkanpanasi) yodium pada TBG (thyraxine binding globulin) sehingga
akan menghambat sekresi TSH (Thyroid Stimulating Hormone) sehingga mengakibatkan berkurangnya produksi atau sekresi hormon
tiroid. Antitiroid digunakan untuk :
Mempertahankan remisi pada trauma dengan tiraksikkosis
Mengendalikan kadar hormon pada pasien yang mendapat yodium radioaktif
Menjelang pengangkatan tiroid
Adapun obat-obat yang termasuk obat antitiroid:
- Propiltiourasil (PTU)
Nama generik : Propiltiourasil
Nama dagang di Indonesia : Propiltiouracil (generik)
Indikasi : Hipertiroidisme
Kontra indikasi : Hipersensitif terhadap propilltiourasil, blacking replacement regimen tidak boleh
diberikan pada kehamilan dan masa menyusui.
Bentuk sediaan : tablet 50 mg dan 100 mg
Dosis dan aturan pakai :
Untuk anak-anak : 5-7 mg/kg/hr
Untuk orang dewasa : 3000 mg/hr
Untuk orang tua : 150 – 300 mg/hr
Efek samping : Ruam kulit, nyeri sendi, demam, sakit kepala
Mekanisme obat : Menghambat sintesis hormon tiroid dengan menghambat oksidasi dari iodium dan
menghambat sintesistiraksin dan triadathyranin.
- Methimazale
Nama generik : Methimazale
Nama dagang di Indonesia : Tapazale
Indikasi : Agent Antitiroid
Kontra indikasi : Hipersensitif terhadap methimazale dan wanita hamil
Bentuk sediaan : tablet 5 mg, 10 mg dan 20 mg
Dosis dan aturan pakai :
Untuk anak-anak : 0,4 mg/kg/kg/hr (3 x sehari)
Untuk orang dewasa : Hipertiroidisme ringan 15 mg/hr
Untuk orang tua : 150 – 300 mg/hr
Efek samping : Sakit kepala, vertigo, mual muntah, konstipasi nyeri lambung, edema
- Karbimazale
Nama generik : Karbimazale
Nama dagang di Indonesia : Nea mecanzale (nichalas)
: Hipertiroidisme
Kontra indikasi : Blacking replacement regimen tidak boleh diberikan pada kehamilan dan menyusui.
Bentuk sediaan : tablet 5 mg
Dosis dan aturan pakai : 30-60 mg/hr sampai dicapai eutiroid lalu dosis diturunkan menjadi 5-20 mg/hr
Efek samping : Ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, mual, muntah.
Obat Penyekat beta (beta bloking drugs)
Obat ini membemblok efek hormone yang dihasilkan oleh sebagian inti kelenjar
adrenal (anak ginjal)misalnya epineprin dan norepineprin. Pada penyakit hipertiroid tubuh
bereaksi seperti layaknya kebanyakan epineprin dan norepineprin, yang ditujukan dengan jari
yang tremor-gemetar sedangkan jantung berdebar. Obat yang banyak digunakan adalah
propanolol(inderal)mengurangi gejala diatas. Propanolol dapat juga digunakan pada hipertiroid
sepintas akibat hipertitoiditis.
3. Pembedahan/ Tiroidektomi
Tiroidektomi merupakan operasi kelenjar gondok yang pada umumnya disebabkan berikut:
membuang kanker tiroid, dalam rangka pengobatan penyakit hipertiroidisme dimana pengobatan
dengan cara radioaktif atau obat antitiroid dirasakan tidak tepat bagi kasus tersebut. Untuk
membuang gondok yang besar yang mengganggu pernapasan atau proses menelan.
Ada 2 jenis tiroidektomi, yaitu:
a. Tiroidektomi total
Tindakan membuang seluruh kelenjar tiroid, yang dianjurkan ada kanker tiroid
b. Tiroidektomi subtotal
Tindakan membuang sebagian besar kelenjar gondok kiri maupun kanan, dengan
meninggalkan sedikit jaringan tiroid.
(RJ. Djokomoeljanto.2007:61)
Gambar Tiroidektomi
H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat disebabkan oleh penyakit hipertiroidisme, meliputi:
1. Krisis tirotoksik
2. Takikardi
3. Hipertermia
4. Oftalmopati Graves
5. Dermopati Graves
6. Sinus takikardia
(www.wrongdiagnosis.com)
Komplikasi tiroidektomi, meliputi:
1.Gangguan suara
Operasi, terutama opersai tiroid yang besar atau operasi tiroid ulang sering
memberikan gangguan suara, terutama suara nyanyi, sedangkan bicara jarang terganggu. Hanya
kira-kira kurang dari 2% mengalami gangguan suara bicara.
5.Kematian Operatif
Kematian yang terjadi sesudah orang menjalani operasi memang ada, sering kali
tidak dibayangkan sebelumnya hal ini dapat terjadi pada operasi tiroid. Namun resiko kematian
akibat operasi tiroid ini ternyata amat kecil.
PATHWAY
II. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian Pre Operatif
1. Persepsi kesehatan
Pengetahuan tentang sifat penyakit dan efek samping obat.
2. Nutrisi metabolik
Perubahan asupan makanan, seperti nafsu makan dan asupan makanan bertambah, berat
badan menurun.
3. Eliminasi
Perubahan eliminasi feses, frekuensi BAB meningkat atau berkali-kali. Setiap habis makan
cenderung untuk berak, urine dalam jumlah banyak.
4. Aktivitas dan latihan
Mengalami sakit dada/angina, takikardia walaupun waktu istirahat, disritmia, dan murmur
mengalami dispnea ketika melakukan aktivitas/istirahat otot lemah, kecelakaan berat, atrofi
otot.
5. Istirahat tidur
Insomnia.
6. Kognitif sensori
Mengeluh gangguan penglihatan mata cepat lelah, penglihatan kabur, lid-lag, nyeri orbital,
eksoftalmus.
7. Mekanisme koping
Emosi labil, mengalami stress yang berat baik emosional maupun fisik, kondisi psikologis.
8. Hubungan seks
Penurunan libido, hipomenorea, amenorea dan impoten.
9. Konsep diri
Percaya diri kurang karena perubahan fisik seperti pada mata.
Pengkajian Post Operatif
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan benda asing di jalan napas.
Tujuan : pasien dapat mempertahankan jalan napas yang paten dan dapat mengeluarkan
sekresi secara efektif.
Kriteria hasil :
a. Mempunyai jalan napas yang paten
b. Mengeluarkan sekresi secara efektif
c. Mempunyai irama/frekuensi pernapasan dalam rentang yang normal (RR: 16-20 x/menit)
d. Mampu mendeskripsikan rencana untuk perawatan di rumah
Intervensi:
1). Pantau frekuensi pernapasan, kedalaman dan kerja pernapasan
Rasional :
Pernapasan secara normal kadang-kadang tepat, tetapi berkembangnya distres pada
pernapasan merupakan indikasi kompresi trakea karena edema.
2). Auskultasi suara napas, catat adanya suara ronkhi
Rasional :
Ronkhi merupakan indikasi dengan adanya obstruksi/spasme laringeal yang membutuhkan
evaluasi dan intervensi yang cepat.
3). Bantu dalam perubahan posisi latihan napas dalam dan batuk efektif sesuai indikasi
Rasional :
Mempertahankan kebersihan jalan napas dan ventilasi. Namun batuk tidak dianjurkan dapat
menimbulkan nyeri yang berat.
4). Selidiki keluhan kesulitan menelan, penumpukan sekresi oral
Rasional :
Merupakan indikasi edema/perdarhan yang membeku pada jaringan sekitar daerah operasi.
a. Pantau masukan makanan setiap hari. Dan timbang berat badan setiap hari serta
laporkan adanya penurunan
Rasional:
Penurunan berat badan terus-menerus dalam keadaan masukan kalori yang cukup merupakan
indikasi kegagalan terhadap terapi tiroid.
b. Dorong pasien untuk makan dan meningkatkan jumlah makan dan juga makanan kecil
dengan menggunakan kalori yang mudah dicerna.
Rasional:
Membantu menjaga pemasukan kalori cukup tinggi untuk menambahkan kalori tetap tinggi
pada penggunaan kalori yang disebabkan oleh adanya hipermetabolik.
c. Hindari pemberian makanan yang dapat meningkatkan peristaltik usus (misal teh,
kopi, dan makanan berserat lainnya) dan cairan menyebabkan diare dan gangguan
absorbsi nutrisi yang diperlukan.
Rasional :
Peningkatan motilitas saluran cerna dapat mengakibatkan diare dan gangguan obsorbsi nutrisi
yang diperlukan.
Intervensi:
a. Tetap pada fasilitas, kontrol infeksi, sterilisasi dan prosedur/kebijakan aseptik
Rasional:
Tetapkan mekanisme yang dirancang untuk mencegah infeksi
b. Uji kesterilan semua peralatan
Rasional:
Benda-benda yang dipaket mungkin tampak steril, meskipun demikian, setiap harus secara
teliti diperiksa kesterilannya, adanya kerusakan pada pemaketan, efek lingkungan pada paket
dan teknik pengiriman.
c. Siapkan lokasi operasi menurut prosedur khusus
Rasional:
Minimalkan jumlah bakteri pada lokasi operasi.
d. Identifikasi gangguan pada teknik aseptik dan atasi dengan segera pada waktu terjadi.
Rasional:
Kontaminasi dengan lingkungan/kontak personal akan menyebabkan daerah yang steril
menjadi tidak steril sehingga dapat meningkatkan risiko infeksi.
e. Tampung cairan/sisa terkontaminasi pada tempat-tempat tertentu di dalam ruang operasi dan
kemudian dibuang sesuai dengan metode pembuangan yang telah ditetapkan rumah sakit.
Rasional:
Penampungan dan cairan tubuh, jaringan dan sisa-sisa dalam kontak dengan luka/pasien yang
terinfeksi akan mencegah penyebaran infeksi pada lingkungan/pasien lainnya/personil.
f. Sediakan pembalut yang steril
Rasional:
Mencegah kontaminasi lingkungan pada luka yang baru.
g. Kolaborasi melakukan irigasi luka yang banyak, misalnya salin, air, antibiotik atau
antiseptik.
Rasional:
Pada intraoperasi untuk mengurangi jumlah bakteri pada lokasi dan pembersihan luka debris,
misalnya tulang, jaringan iskemik, kontaminan usus, toksin.
h. Kolaborasikan berikan antibiotik sesuai petunjuk
Rasional:
Dapat diberikan secara profilaksis bila dicurigai terjadinya infeksi atau kontaminasi.
3. DX: Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mukus banyak.
Tujuan: Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang paten dan dapat mengeluarkan
sekresi secara efektif.
Kriteria hasil:
1. Mempunyai jalan napas yang paten
2. Mengeluarkan sekresi secara efektif
3. Mempunyai irama dan frekuensi pernapasan dalam rentang yang normal (RR: 16-20 k/menit)
4. Mampu mendeskripsikan rencana untuk perawatan di rumah.
Intervensi:
1. Pantau frekuensi pernapasan, kedalaman dan kerja pernapasan
Rasional:
Pernapasan secara normal kadang-kadang cepat, tetapi berkembangnya distres pada
pernapasan merupakan indikasi kompresi trakea karena edema atau pernapasan.
2. Auskultasi suara napas, catat adanya suara ronki
Rasional:
Ronki merupakan indikasi adanya obstruksi/spasme laringeal yang membutuhkan evaluasi
dan intervensi yang cepat.
3. Waspadakan pasien untuk menghindari ikatan pada leher menyokong kepala dengan bantal.
Rasional:
Menurunkan kemungkinan tegangan pada daerah luka karena pembedahan.
4. Bantu dlaam perubahan posisi latihan napas dalam dan/batuk efektif sesuai indikasi.
Rasional:
Mempertahankan kebersihan jalan napas dan ventilasi, namun batuk tidak dianjurkan dan
dapat menimbulkan nyeri yang berat hal itu perlu untuk membersihkan jalan napas.
5. Selidiki keluhan kesulitan menelan, penumpukan sekresi oral
Rasional:
Merupakan indikasi edema/perdarahan yang membeku pada jaringan sekitar daerah operasi.
Discharge Planning
a. Ajarkan cara menyangga leher dengan kedua belah tangan untuk mengurangi tarikan pada
luka insisi sesudah pembedahan
b. Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang keharusan untuk istirahat, relaksasi dan asupan
nutrisi
c. Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas yang tidak banyak menimbulkan regangan pada
luka insisi serta jahitannya
DAFTAR PUSTAKA
Aru W. Sudoyo. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Jilid 1 Edisi IV. Jakarta: FKUI.
Baradero, Spc, MM. Mary dkk. 2009. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Endokrin. Jakarta:
EGC.
Catran & Robins. 2008.Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Jakarta: EGC.
Djokomoeljanto, RJ. 2007. Penyakit Kelenjar Gondok Sebuah Tinjauan Populer. Semarang: CV.
Agung
Doengoes, Marilynn E. dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Kshatnti. Ida Ayu. 2008. Penatalaksanaan Penyakit. Penyakit Tiroid bagi Dokter. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam.
Nanda Internasional. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006 Defini dan
Klasifikasi.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: EGC.