You are on page 1of 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Remaja sebagai calon penerus bangsa, aset bangsa. Tahap
perkembangan yang rawan. Masalah yang paling banyak ditemukan : kehamilan,
penyalahgunaan obat dan alkohol, kecelakaan, bunuh diri, penyakit karena
hubungan sex ( Lancaster, 2006). Di Indonesia, masalah remaja : penyalahgunaan
obat dan alkohol, kehamilan, perilaku kekerasan dan malnutrisi.
Pada masa remaja terjadi perubahan psikologis maupun fisiknya.
Perubahan psikologis meliputi kondisi intelektual, emosi dan sosial. Sedangkan
perubahan fisik meliputi perubahan alat-alat reproduksi maupun fungsinya.
Dengan segala perubahan yang terjadi pada masa remaja ini, banyak
terjadi masalah-masalah yang berkaitan dengan seksual. Sexualitas dalam arti
yang luas adalah semua aspek badaniah, psikologik dan kebudayaan yang
berhubungan langsung dengan sex dan hubungan sex manusia.
Dengan demikian maka sex juga bio-psiko-sosial, karena itu
pendidikan sex yang harus diberikan pada remaja ini harus holistik pula. Bila
dititikberatkan hanya pada salah satu aspek saja, maka akan terjadi gangguan
keseimbangan. Umpamanya hanya aspek biologi saja yang diperhatikan atau
hanya aspek psikologik ataupun sosial saja yang dipertimbangkan. Sehingga perlu
mendapat perhatian khusus dari keluarga untuk penanganan yang serius. Asuhan
keperawatan kepada keluarga dengan remaja yang mempunyai masalah seksual
dilakukan mulai dengan pengkajian kepada seluruh anggota keluarga dan
intervensi yang dilakukan ditujukan kepada remaja pada khususnya dan keluarga
pada umumnya.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui perkembangan masa remaja dan perilakunya.
2. Mengetahui berbagai masalah seksual yang terjadi pada remaja sebagai
anggota keluarga dan peran keluarga.
3. Mengetahui asuhan keperawatan keluarga dengan remaja yang mempunyai
masalah seksual.

1.3 Rumusan Masalah


Bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan komunitas
remaja dengan pergaulan bebas?
BAB II
ISI

2.1 PENGERTIAN
Remaja : masa transisi/ peralihan dari masa kanak-kanak menujudewasa yang
ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik,psikis & psikososial.
• Remaja awal (13-14 thn)
• Remaja Tengah (15-17 Thn)
• Remaja akhir (18-21 Thn)

2.2 PERKEMBANGAN
a. Perkembangan Kognitif Remaja
• Abstrak. (teoritis) menghubungkan ide,pemikiran atau konsep pengertian guna
menganalisa dan memecahkan masalah. Contoh pemecahan masalah abstrak ;
aljabar.
• Idealistik. berfikir secara ideal mengenai diri sendiri, orang lain maupun masalah
social kemasyarakatan yang ditemui dalam hidupnya.
• Logika. berfikir seperti seorang ilmuwan, membuat suatu perencanaan
untukmemecahkan suatu masalah. Kemudian mereka menguji cara pemcahan
secara runtut, tratur dan sistematis.

b. Perkembangan Psikososial Remaja


Tugas Perkembangan (Menurut Havighurst)
 Menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis – psikologis
 Belajar bersosialisasi sebagai seorang laki-laki maupun wanita
 Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang dewasa
lain
 Remaja bertugas untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
 Memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomis
c. Perkembangan Identitas Diri
1. Konsep diri
2. Evaluasi diri
3. Harga diri
4. Efikasi diri
5. Kepercayaan diri
6. Tanggung jawab
7. Komitmen
8. Ketekunan
9. Kemandirian

2.3 REMAJA DALAM KELUARGA


Masalah penting hubungan keluarga adalah apa yang disebut dengan
kesenjangan generasi antara remaja dengan orang tua mereka (menonjol terjadi
dibidang norma-norma sosial).
Sebab-sebab umum pertentangan dengan keluarga adalah :
 standart perilaku
 Metode disiplin
 Hubungan dengan saudara kandung
 Merasa jadi korban
 Sikap yang sangat kritis
 Besarnya kelurga
 Perilaku yang kurang matang
 Memberontak terhadap sanak keluarga
A. Konflik – Konflik Remaja Dalam Keluarga (Dariyo, 2004)
1. Konflik Pemilihan Teman atau pacar.
 Bila remaja wanita ; anaknya diharapkan dapat menjaga diri agar
jangan sampai terlibat dalam pergaulan bebas (free-sex, narkoba)
 Bila remaja laki-laki; anaknya diharapkan selalu waspada
2. Konflik pemilihan jurusan atau program studi
3. Konflik dengan saudara kandung (Biasa terjadi pertengkaran,
percekcokan atau konflik antara anak yang satu dengan yang lain)
Pola Asuh Orang Tua
Menurut Baumrind (2007), terdapat 4 macam pola asuh orang tua:
1. Pola asuh Demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan
kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua
dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio
atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap
kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan
anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih
dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.

2. Pola asuh Otoriter


Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus
dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Orang tua tipe ini
cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau
melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan
menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam
komunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan
umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya.

3. Pola asuh Permisif


Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar.
Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa
pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau
memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit
bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya
bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak.

4. Pola asuh Penelantar


Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang
sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk
keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala biaya pun
dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku
penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada
umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anak-
anaknya.

Menurut Diane Baumrind dalam Djiwandono (1999: 23-24) pola asuh orang
tua dapat diidentifikasikan menjadi 3, yaitu:

1. Pola asuh Demokratis


Pola asuh orang tua yang demokratis pada umumnya ditandai dengan
adanya sikap terbuka antara orang tua dan anak. Mereka membuat semacam
aturan-aturan yang disepakati bersama. Orang tua yang demokratis ini yaitu orang
tua yang mencoba menghargai kemampuan anak secara langsung.

2. Pola asuh Otoriter


Pola asuh otoriter ditandai dengan orang tua yang melarang anaknya
dengan mengorbankan otonomi anak. Menurut Danny (1986: 96), pola asuh
otoriter mempunyai aturan-aturan yang kaku dari orang tua.

3. Pola asuh Permisif


Pola asuh permisif ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas
kepada anak untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginan anak.
Moesono (1993: 18) menjelaskan bahwa pelaksanaanpola asuh permisif atau
dikenal pula dengan pola asuh serba membiarkan adalah orang tua yang bersikap
mengalah, menuruti semua keinginan, melindungi secara berlebihan, serta
memberikan atau memenuhi semua keinginan anak secara berlebihan.

2.4 Faktor- Faktor terjadinya Kenakalan Remaja


1.Kondisi keluarga yang berantakan (Broken Home)
2. Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua
3. Status sosial ekonomi orang tua rendah
4. Penerapan disiplin keluarga yang tidak tepat

2.5 Secara Umum Mekanisme Koping pada remaja


1. Penguasaan Kognitif
 Usaha untuk belajar terhadap sistuasi atau stresor
 Perbaiki informasi dengan sharing, diskusi.
2. Conformity (penyesuaian)
 pengakuan kelompok
3. Perilaku terkontrol
 Remaja butuh perubahan dalam hidupnya
 Tidak dapat menerima peraturan keluarga dan sekolah tanpa
bertanya.
4. Fantasi
 Membantu mengembangkan berfikir fantasi yang kreatif.
5. Aktivitas gerak

2.7 ASUHAN KEPERAWATAN REMAJA


1. Pengkajian
 Identitas
 Riwayat & tahap perkmbangan keluarga
 Lingkungan
 Struktur keluarga
 Fungsi keluarga
 Penyebab masalah keluarga dan koping yang dilakukan keluarga
 Status kesehatan sekarang dan masalalu
 Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
 Pola aktivitas dan latihan
 Pola nutrisi
 Pola eliminasi
 Pola istirahat
 Pola kognitif persepsual
 Pola toleransi stress/koping
 Pola seksualitas dan reproduksi
 Pola peran dan hubungan
 Pola nilai dan kenyakinan
 Penampilan umum
 Perilaku selama wawancara
 Pola komunikasi & Pola asuh orang tua
 Kemampuan interaksi
 Stresor jangka pendek & jangka panjang

2. Masalah keperawatan yang muncul


• Koping individu tidak efektif
• Perilaku destruktif
• Depresi
• Nutrisi kurang/lebih
• Resiko terjadi cedera
• Resiko terjadi penyimpangan seksual
• Kurang perawatan diri
• Distress spritual
• Resiko penyalahgunaan obat
• Potensial peningkatan kebugaran fisik
• Potensial peningkatan aktualitasi diri.
• Konflik keluarga
• Gangguan citra tubuh
3. Rencana Asuhan Keperawatan Keluraga
Resiko Tinggi Konflik keluarga (hubungan keluarga tidak harmonis)
berhubungan dengan ketidakmampuan mengenal masalah yang terjadi pada
remaja.
Perencanaan.
 Diskusikan faktor penyebab
 Diskusikan tugas perkembangan keluarga
 Diskusikan tugas perkembangan anak yang harus di jalani
 Diskusikan cara mengatasi masalah yang terjadi pada remaja
 Diskusikan tentang alternatif mengurangi atau menyelesaikan masalah
 Ajarkan cara mengurangi atau menyelesaikan masalah
 Berikan pujian bila keluarga dapat mengenali penyebab atau mampu membuat
alternatif

3.4 Implementasi
 Mendiskusikan faktor penyebab
 Mendiskusikan tugas perkembangan keluarga
 Mendiskusikan tugas perkembangan anak yang harus di jalani
 Mendiskusikan cara mengatasi masalah yang terjadi pada remaja

3.5 Evaluasi
• Koping individu efektif
• Perilaku konstruktif
• Tidak terjadi depresi
• Nutrisi terpenuhi
• Tidak terjadi terjadi cedera
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Remaja sebagai calon penerus bangsa, aset bangsa. Tahap
perkembangan yang rawan. Masalah yang paling banyak ditemukan : kehamilan,
penyalahgunaan obat dan alkohol, kecelakaan, bunuh diri, penyakit karena
hubungan sex ( Lancaster, 2006). Di Indonesia, masalah remaja : penyalahgunaan
obat dan alkohol, kehamilan, perilaku kekerasan dan malnutrisi.
Pada masa remaja terjadi perubahan psikologis maupun fisiknya.
Perubahan psikologis meliputi kondisi intelektual, emosi dan sosial. Sedangkan
perubahan fisik meliputi perubahan alat-alat reproduksi maupun fungsinya.
Dengan segala perubahan yang terjadi pada masa remaja ini, banyak
terjadi masalah-masalah yang berkaitan dengan seksual. Sexualitas dalam arti
yang luas adalah semua aspek badaniah, psikologik dan kebudayaan yang
berhubungan langsung dengan sex dan hubungan sex manusia.
Dengan demikian maka sex juga bio-psiko-sosial, karena itu
pendidikan sex yang harus diberikan pada remaja ini harus holistik pula. Bila
dititikberatkan hanya pada salah satu aspek saja, maka akan terjadi gangguan
keseimbangan. Umpamanya hanya aspek biologi saja yang diperhatikan atau
hanya aspek psikologik ataupun sosial saja yang dipertimbangkan. Sehingga perlu
mendapat perhatian khusus dari keluarga untuk penanganan yang serius. Asuhan
keperawatan kepada keluarga dengan remaja yang mempunyai masalah seksual
dilakukan mulai dengan pengkajian kepada seluruh anggota keluarga dan
intervensi yang dilakukan ditujukan kepada remaja pada khususnya dan keluarga
pada umumnya.

B. Saran
Diharapkan memberi bimbingan dan penyuluhan kepada para pemuda agar
tidak salah dalam memilih pergaulan. Isilah hidup dengan kegiatan yang positif
dan jangan mencoba hal-hal yang memberikan kenikmatan sesaat.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson,E and McFarlane, J. (2000). Community AS Partner (Theory and Practice in


Nursing) : Lippincott.

Helvie, C. (2008). Advanced Practice Nursing in The Community. Virginia : SAGE


Publications.

Hurlock,E. (1999). Perkembangan Anak. Jakarta : Penerbit Erlangga

Mohamad.K (1998). Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Pustaka Sinar


Harapan

Notoatmodjo,S..(2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Hawari, Dadang.,2003, Penyelahgunaan dan ketergantungan NAZA,FKUI, Jakarta, gaya baru

Sudarsono. (2004). Kenakalan Remaja. Jakarta : Rineka Cipta

Stuart,G. W & Laraia,M.T (1998). Principles and Practice of Psichiatric Nursing : Mosby
Willis, S. . (2001). Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan edisi 36 : Konseling Terpadu
Pemulihan Pecandu Narkoba . Jakarta : Depdiknas.
BAB III

STUDI KASUS

I. Kasus dengan masalah seks bebas pada remaja

Keluarga Tn. A hidup bersama istri dan seorang anaknya Y. pekerjaan Tn.
A adalah sopir taksi gelap yang beroperasi pada malam hari hingga pagi hari. Ny.
N bekerja sebagai karyawati pada sebuah perusahaan garmen dengan jam kerja
08.00 – 14.00, terkadang lembur hingga malam.
An. Y pelajar kelas 3 SMU sering bermain diluar rumah dengan teman laki-
lakinya pulang sampai larut malam. Pergaulan bebas dengan teman-temannya
akhirnya menjadi kebiasaan. Tn. A sudah menegur berulang kali tapi anak Y tetap
melakukannya. Suatu hari Tn. A memergoki anaknya bersama teman pria
wanitanya nonton VCD porno di rumah, langsung Tn. A memarahi anaknya dan
melarang pergaulan si anak. Sejak itu percekcokan sering terjadi antara Tn. A dan
An. Y diantara mereka tidak pernah ada komunikasi yang terbuka, sementara itu
Ny. A lebih banyak diam dan terkadang membela anaknya. Tn. A makin keras
melarang anaknya bergaul dengan teman-temannya ketika pada suatu malam
melihat anaknya berada di sebuah hotel bersama temannya yang berpasang-
pasangan.

II. Asuhan Keperawatan Keluarga pada Keluarga dengan Masalah Sexual


pada remaja (seks bebas pada remaja)

A. Pengkajian

a. Data Umum
1.Nama kepala keluarga : Tn. A
2.Pekerjaan : Karyawan PT Haruka badung bali
3.Alamat : Jl. Antasura gang arjuna no 8 denpasar bali
4.Komposisi keluarga Tn A :

No Nama Umur Sex Tgl lahir Pendidikan Pekerjaan Ket.

1. Tn. A 40 th L 4-8-1963 SMA Supir Suami


2. Ibu N 37 th P 5-7-1966 SMA karyawan Istri
3. An. Y 17 th P 2-4-1986 SMA kls III Pelajar Anak

Genogram :

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Tinggal dalam satu rumah
4. Tipe keluarga
Keluarga Bp. A merupakan keluarga inti yang terdiri dari suami, istri dan
satu orang anak.
5. Suku bangsa
Tn. A dan Ny. N berasal dari suku yang sama yaitu suku bali . Budaya
keluarga Tn. A mengikuti kebiasaan serta budaya suku bali
6. Agama
Agama seluruh anggota keluarga adalah hindu
7. Status sosial ekonomi
Keluarga di lingkungannya tergolong keluarga dengan status sosial
kebanyakan seperti keluarga lain. Sedang status ekonomi cukup dimana
Tn. A bekerja sebagai sopir taksi gelap dan Ny. N sebagai karyawan
garmen
8. .Aktivitas rekreasi
Keluarga jarang melakukan rekreasi bersama. Karena selain ekonomi yang
kurang begitu baik juga masing-masing sibuk dengan urusannya masing-
masing.

b. Riwayat tahap perkembangan keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga mencapai tahap perkembangan dengan anak pertama usia
remaja.
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tugas-tugas perkembangan pada tahap ini telah dilaksanakan oleh
keluarga Tn. A dengan baik. Tidak ada tugas perkembangan yang belum
terpenuhi.
3. Riwayat keluarga inti
Keluarga Tn. A tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti DM,
Hipertensi, epilepsi dll. Dalam keluarga mereka tidak pernah mengalami
kondisi sakit yang berat, hanya kadang flu serta lemas karena kecapekan.
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Yn. A merupakan anak pertama dari dua bersaudara dan adik perempuannya
juga sudah menikah. Hubungan keluarga mereka cukup baik, kalau ada waktu
luang mereka saling berkunjung. Sedang Ny. R anak terakhir dari tiga
bersaudara. Kakak laki-lakinya sudah menikah dengan dua anak sedangkan
kakak perempuannya juga sudah menikah dengan anak satu. Hubungan
kekluargaa merak juga baik tetap ada komunikasi.

c. Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Keluarga Tn. A tinggal di rumah permanen dengan luas tanah 150 m2 dan
luas bangunan 100 m2 terdiri dari 75 % berlantai plester dan semen 25 %(
ruang dapur dan kamar mandi). Ventilasi cukup baik cahaya matahari bisa
masuk melalui jendela maupun pintu. Penerangan dengan menggunakan
listrik. Sedangkan air bersih diperoleh dari PAM. Pengelolaan sampah
dilakukan dengan penempatan di tempat tertutup yang selanjutnya diambil
oleh petugas sampah. Limbah keluarga langsung terbuang melalui selokan
di belakang rumah yang mengalir ke sungai. WC terletak didalam kamar
mandi dengan septik tank berada di luar rumah.
2. Denah rumah :

3. Keterangan :
a. Ruang tamu
b. Ruang tidur I
c. Ruang tidur II
d.Ruang santai keluarga
e. Ruang makan
f. Ruang dapur
g. Kamar mandi dan WC

4. Karakteristik tetangga dan komunitas RW


Tetangga keluarga Tn. A pada umumnya bekerja sebagai karyawan
swasta. Jarak rumah mereka agak berdekatan. Ikatan antar keluarga baik,
saling tolong menolong masih menjadi kebiasaan di wilayah tersebut.
5. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tn. A merupakan salah satu keluarga yang bertempat tinggal
menetap jadi belum pernah pindah dari rumah yang sekarang.
6. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga dapat saling bertemu pada sore hari setelah anak pulang dari
sekolah serta ibu pulang dari bekerja. Sedangkan malam harinya Tn. A
bekerja sebagai sopir taxi. Untuk mengikuti perkumpulan di limgkungan
masyarakat Tn. A menyempatkan diri sebelum dia bekerja
7. Sistem pendukung keluarga
Seluruh anggota keluarga sekarang ini dalam keadaan yang sehat, jika ada
salah satu dari anggota keluarga yagn sakit maka segera dibawa ke
pelayana kesehatan.

d. Struktur keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi dalam keluarga Tn. A saat ini mengalami gangguan,
karena ada masalah komunikasi antara Tn. A dan An. Y. Mereka sama-
sama keras dalam berkomunikasi. Masing-masing merasa benar dengan
cara mereka.
2. Struktur kekuatan keluarga
Kekuatan keluarga untuk mengendalikan perilaku anak kurang begitu baik.
Karena anak masih dengan perilakunya yagn bertentangan dengan nilai-
nilai yang ada yaitu melakukan pergaulan bebas (free seks).
3. Struktur peran
Tn. A berperan sebagai kepala rumah tangga yang mencari nafkah untuk
keluarganya dengan dibantu oleh istrinya. Sedangkan Ny. N masih bisa
berperan sebagai ibu dan istri selain harus mencari nafkah mambantu
suami.
4. Nilai atau norma keluarga
Keluarga Tn. A percaya bahwa kesehatan sangat penting sehingga
berusaha mempertahankan kondisi sehat.

e. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif
Anggota keluarga saling menyayangi dan memperhatikan. Tapi kadang
karena kesibukan masing-masing hal itu susah dilakukan. Persoalan dalam
keluarga jarang dibicarakan bersama sehingga memicu terjadinya masalah
komunikasi.
2. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi dilakukan denga mengikuti kegiatan di lingkungan seperti
arisan, kebersihan lingkungan. Sedangkan anaknya sulit untuk melakukan
sosialisasi dengan tetangga karena sering pergi dengan temannya hingga
larut malam. An. Y telah terlibat dalam pergaulan bebas dan keluarga tidak
bisa menanamkan nilai/norma kepada anaknya.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga belum mengenal masalah komunikasi sehingga konflik selalu
terjadi pada keluarga. Keluarga belum mengenal bagaimana cara
berkomunikasi yang efektif sehingga apa yang dibicarakan dapat dipahami
oleh keluarga. Selain itu keluarga juga belum dapat mengambil tindakan
yang seharusnya sehubungan dengan perilaku anaknya. Keluarga
merasakan bahwa anaknya keliru dalam pergaulan dan keluarga takut
anaknya nanti hamil karena pergaulan bebas yang mengarah ke free seks.
Keluarga tidak tahu apa yang seharusnya ia sampaikan pada anak sehingga
keluarga belum bisa mengambil keputusan untuk memberikan bimbingan.
4. Fungsi reproduksi
Keluarga Tn. A baru memiliki seorang anak yang berumur 17 tahun.
Rencana untuk memiliki anak lagi sebenarnya ada tapi belum dikaruniai
meskipun Ny. N sudah tidak KB.
5. Fungsi ekonomi
Keluarga Tn. A secara ekonomi telah mampu memenuhi kebutuhan hidup
keluarga sehari-hari, juga telah memiliki tabungan meskipun jumlahnya
tidak seberapa.

f. Stress dan Koping keluarga


1. Stressor jangka pendek dan panjang
Stressor jangka pendek yaitu komunikasi yang buruk antara ayah dan anak
serta adanya perilaku anak dengan pergaulan bebas yang cenderung ke
seks bebas. Sedang stressor jangka panjang kebutuhan ekonomi yang
masih belum sesuai dengan keinginan keluarga
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
keluarga telah melarang anaknya dari pergaulan bebas, tapi tidak mampu
untuk memberikan pengarahan/bimbingan pada anak. Sedangkan ibu tidak
mampu bersikap atau tidak konsisten dengan perilaku anaknya dengan
sering membela bila ditegur ayahnya.
3. Strategi koping yang digunakan
Tn. A cenderung melampiaskan kekecewaan terhadap anaknya dengan
memarahi anaknya tanpa menggunakan cara yang bijaksana. Sedang anak
karena kondisi rumah yang tidak memuaskan dia lari ke pergaulan yang
tidak benar dan teguran keluarga dihadapi dengan emosi pula dan
cenderung melawan.
4. Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga tidak mamapu untuk beradaptasi dengan permasalahan yang
dihadapi. Menyadari masalah ada tapi kurang mampu mengambil
tindakan.
g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik Tn. A
Keadaan umum : baik, tampak sehat.
Kesadaran : komposmentis
Tanda-tanda vital:TD : 130/90 mmHg ; N: 84 x/menit; RR : 20x/menit; S : 36,8C
Kepala : rambut: hitam, lurus, tidak muntah rontok; mata : sklera tidak
ikterik, kornea jernih, konjungtiva merah muda, pupil isokor,
fungsi penglihatan normal; hidung: bersih, septum simetris, tidak
ada polip; telinga: tidak ada serumen, mampu mendengar normal;
mulut: bersih , tidak berbau, tidak ada karies, lidah bersih.
Dada : bentuk normal, suara nafas vesikuler, irama nafas teratur, tidak
ada ronkhi, denyut jantung normal.
Abdomen : agak cembung, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan.
Genetalia : tidak ada hemoroid dan bersih.
Ekstremitas : tidak ada edema, tidak ada keterbatasan gerak.

Pemeriksaan fisik Ny. A


Keadaan umum : baik
Kesadaran : komposmentis
Tanda-tanda vital:TD : 120/80 mmHg ; N: 80 x/menit; RR : 18x/menit; S : 36,5C
Kepala : rambut: hitam, ikal, tidak muntah rontok; mata : sklera tidak ikterik,
kornea jernih, konjungtiva merah muda, pupil isokor, fungsi
penglihatan normal; hidung: bersih, septum simetris, tidak ada polip;
telinga: tidak ada serumen, mampu mendengar normal; mulut: bersih ,
tidak berbau, tidak ada karies, lidah bersih.
Dada : bentuk normal, suara nafas vesikuler, irama nafas teratur, tidak ada
ronkhi, denyut jantung normal.
Abdomen : agak cembung, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan.
Genetalia : tidak ada hemoroid dan bersih.
Ekstremitas : tidak ada edema, tidak ada keterbatasan gerak.

Pemeriksaan fisik An. Y


Keadaan umum : baik
Kesadaran : komposmentis
Tanda-tanda vital:TD : 110/90 mmHg ; N: 78 x/menit; RR : 20x/menit; S : 36,6C
Kepala : rambut: merah, ikal, tidak muntah rontok; mata : sklera tidak ikterik,
kornea jernih, konjungtiva merah muda, pupil isokor, fungsi
penglihatan normal; hidung: bersih, septum simetris, tidak ada polip;
telinga: tidak ada serumen, mampu mendengar normal; mulut: bersih ,
tidak berbau, ada karies, lidah bersih.
Dada : bentuk normal, suara nafas vesikuler, irama nafas teratur, tidak ada
ronkhi, denyut jantung normal.
Abdomen : datar, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan.
Genetalia : tidak ada hemoroid dan bersih.
Ekstremitas : tidak ada edema, tidak ada keterbatasan gerak

h. Harapan keluarga
Keluarga mengharapkan permasalahan dalam keluarganya segera teratasi dan
masing-masing dapat menata kembali hubungan dalam keluarga dengan baik.

B. ANALISA DATA

No Data Penyebab
1. Subyektif : Ketidakmampuan
An.Y mengatakan merasa jengkel keluarga mengenal
karena keluarga terlalu membatasi masalah
pergaulan dan tidak dapat komunikasi
meyakinkan keluarga bahwa
pergaulannya masih wajar.
Keluarga tidak suka dengan tingkah
laku anaknya.
Keluarga mengatakan tidak tahu
kenapa antara Tn. A dan An. Y
selalu ribut bila bertemu.
Obyektif :
Hubungan keluarga dan anak
terlihat kaku
Keluarga berbicara kepada anak
dengan nada tinggi.
2. Subyektif : Ketidakmampuan
An. Y mengatakan senang dengan keluarga
pergaulan bebas karena bagi remaja mengambil
hal itu adalah wajar dan tindakan
mengatakan sering keluar rumah mengarahkan
dengan teman laki-lakinya sampai pergaulan yang
larut malam. sehat.
Keluarga mengatakan tidak mampu
untuk memberikan nasehat pada
anak agar tidak terlibat pergaulan
bebas seperti menginap di hotel
bersama temannya.
Obyektif :
Keluarga tampak tidak konsisten
dalam menanggapi masalah
anaknya.

DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL :


1. Konflik pada keluarga TN. A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah komunikasi.
2. Resiko terjadi kehamilan pra nikah berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengambil tindakan mengarahkan pergaulan yang sehat.

SKALA PRIORITAS MASALAH


1. Konflik pada keluarga Tn. A
Kriteria Bobo Perhitungan Pembenaran
t
1.Sifat masalah : 1 3/3 x 1 = 1 Masalah ini merupakan
Aktual (3) masalah aktual, telah terjadi
konflik pada keluarga Tn. A
2.Kemungkinan 2 1/2 x 2 = 1 Dengan adanya kerjasama
masalah dapat di antar anggota keluarga
rubah : masalah dapat teratasi
sebagian (1)
3.Potensi masalah 1 2/3 x 1 = 2/3 Konflik sulit dicegah karena
untuk dicegah : cara komunikasi yang buruk
Cukup (2)
4.Menonjolnya masalah 1 2/2 x 1 = 1 Masalah sudah aktual dan
Harus ditangani (2) perlu segera ditangani
Skor 3 2/3

2. Resiko terjadi kehamilan pra nikah


Kriteria Bobo Perhitunga Pembenaran
t n
1.Sifat masalah : 1 2/3 x 1 = Hal ini bisa menimbulkan
Ancaman kesehatan 2/3 masalah psikologis dan
kesehatan
2.Kemungkinan 2 1/2 x 2 = 1 Masalah dapat teratasi bila
masalah dapat di keluarga mampu melakukan
rubah : bimbingan pada anak agar
Sebagian meninggalkan pergaulan bebas.

3.Potensi masalah 1 2/3 x 1 = Dengan timbulnya kesadaran


untuk dicegah : 2/3 pada anak maka pergaulannya
Cukup dapat dikendalikan
4.Menonjolnya masalah 1 2/2 x 1 = 1 Keluarga merasa perlu merubah
: perilaku anaknya tapi tidak tahu
Harus segera cara yang tepat.
ditangani
Skor 31/3
b. Rencana Perawatan

Evaluasi
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Kriteria Standar

1 2 3 4 5 6

1 TUPAN :
Ketidakmampuan
keluarga Setelah diberikan Verbal Keluarga dapat - Gali pengetahuan keluarga
mengenal askep keluarga menyebutkan : tentang pentingnya
diharapkan komunikasi dengan keluarga
masalah
- Pentingnya - Diskusikan faktor penyebab
(komunikasi) pengetahuan
melakukan kenapa jarang melakukan
keluarga dapat komunikasi komunikasi
bertambah: - Penting - Diskusikan tugas
melakukan perkembangan Beri motivasi
TUPEN : komunikasi pada keluarga untuk mengenal
dengan sopan keluarga dan melakukan cara
1. Setelah
dalam mengatasi mengatasi permasalahan
dilakukan
permasalahan
kunjungan 1x
dalam selama 30
menit diharapkan
keluarga mampu
mengenal
permasalahan
tentang
bagaimana
sebenarnya
berkomunikasi
dengan keluarga
1 2 3 4 5 6

Verbal

2. Setelah Keluarga mengrti tentang - Gali pengetahuan keluarga


dilakukan pentingnya pergaulan tentang penting pergaulan
kunjungan 1x - Gali pengetahuan keluarga
selama 30 menit tentang komunikasi yang baik
Ketidakmampuan diharapkan - Gali pengetahuan keluarga
keluarga keluarga mampu tentang kepedulian terhadap
mengambil mengambil sesama
tindakan tindakan dalam - Beri pujian atas keputusan
mengarahkan mengarahkan yang diambil
pergaulan - Beri pujian atas perawatan
pergaulan yang
terhadap yang sudah dilakukan
sehat. anaknya. - Gali pengetahuan keluarga
tentang pentingnya pergaulan
dalam kehidupan remaja
-
1 2 3 4 5 6

b. PELAKSANAAN DAN EVALUASI


Catatan Perkembangan Asuhan Keperawatan Keluarga Tn
A

HARI/ NO.
IMPLEMENTASI EVALUASI
TGL Dx

Jum’at/ 1 Dengan menggunakan leaflet : S : Keluarga mengatakan akan berusaha


Menjelaskan akibat dan bahaya mencoba memberikan penjelasan terhadap
2017
Sex bebas anaknya.
- menggali pengetahuan keluarga
O : Keluarga bisa menjawab apa yang
tentang pentingnya komunikasi ditanyakan
dengan keluarga
A : Intervensi tercapai sebagian
- mendiskusikan faktor penyebab
kenapa jarang melakukan P : Pertahankan intervensi
komunikasi
- men Diskusikan tugas
perkembangan Beri motivasi pada
keluarga untuk mengenal keluarga
dan melakukan cara mengatasi
permasalahan

Memberikan reinforcement positif


pada apa yang telah dilakukan oleh
keluarga

Sabtu/ 2 - menggali pengetahuan keluarga S : Keluarga mengatakan mengerti tentang


tentang penting pergaulan pergaulan seperti yang dijelaskan
11
- menggali pengetahuan keluarga
Septem O : Keluarga mampu menjelaskan tentang
tentang komunikasi yang baik
ber pentingnya pergaulan
- Gali pengetahuan keluarga
2017
tentang kepedulian terhadap A : Intervensi tercapai sebagian

sesama P : Pertahankan Intervensi


- Beri pujian atas keputusan yang
diambil
- Beri pujian atas perawatan yang
sudah dilakukan
- Gali pengetahuan keluarga
tentang pentingnya pergaulan
dalam kehidupan remaja

demonstrasi cara membasuh vagina


yang telah dilakukan
DENAH RUMAH

A
H

D B C E G

1. Keterangan :
a. Ruang tamu
b. Ruang tidur I
c. Ruang tidur II
d.Ruang santai keluarga
e. Ruang makan
f. Ruang dapur
g. Kamar mandi dan WC

You might also like