You are on page 1of 17

Pola Komunikasi Terapeutik Perawat Pada Pasien Skizofrenia dalam

Proses Penyembuhan di Klinik Jiwa Utama Grha Atma Bandung


Deby Nurgustianty
148080004
Program Magister Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Pasundan
Abstrak
Penelitian ini berjudul “Pola Komunikasi Terapeutik Perawat Pada Pasien
Skizofrenia dalam Proses Penyembuhan di Klinik Jiwa Utama Grha Atma Bandung.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriftif kualitatif,
dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam, observasi partisipan
studi kajian pustaka dan studi dokumentasi. Teknik analisis dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan teknik reduksi data, penyajian data dan conclusion
drawing atau verification.
Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh hasil, bahwa pola komunikasi
terapeutik perawat pada pasien gangguan jiwa skizofrenia terdapat tahapan
komunikasi, yaitu pertama tahapan pra interaksi perawat membangun kepercayaan
satu sama lain dengan pasien. Kedua, tahapan perkenalan dengan mengembangkan
hubungan komunikasi interpersonal berupa penggunaan nonverbal, ekpresi wajah,
intonasi suara, sentuhan atau rasa empati. Ketiga, tahapan orientasi, perkenalan
perawat dan pasien berlanjut pada tahapan pemeriksaan keadaan pasien dan evaluasi
tindakan secara langsung. Keempat, tahapan kerja, proses interaksi perawat dan
pasien dapat mendorong pada proses penyembuhan pasien. Kelima, tahapan terminasi
proses interaksi untuk mengurangi tingkatan tekanan psikis pasien dengan interaksi
komunikasi yang intens dan pengobatan yang rutin. Dalam proses interaksi komunikasi
perawat dan pasien tersebut juga terdapat komponen komunikasi interpersonal yang
berperan serta.
Hal-hal yang ingin peneliti rekomendasikan sebagai masukan kepada pihak manajemen
Klinik Jiwa Utama Grha Atma, agar diadakan pelatihan secara keilmuan dalam bidang
pendekatan komunikasi terhadap perawat untuk lebih mengasah lagi kecakapan dalam
berinteraksi dengan pasien. Serta penting halnya juga bahwa pihak rumah sakit, klinik
jiwa ataupun terapis untuk melakukan penyuluhan kepada masyarakat umum mengenai
informasi penyakit gangguan jiwa dan bagaimana memperlakukan pasien agar tidak
ada lagi seorang penderita gangguan jiwa yang ditelantarkan oleh keluarganya sendiri
lantaran ketidakpahaman keluarga atas kondisi yang sedang dihadapi.
Konteks Penelitian Kenyataan tersebut tidak dapat
Gangguan mental atau penyakit dipungkiri, karena fenomena yang
kejiwaan dapat menimpa siapa saja dan terjadi memang merupakan gambaran
berpotensi diderita oleh siapapun. Hal nyata bagi sebagian besar masyarakat,
ini terjadi karena sebagai makhluk hal tersebut disebabkan karena sebagian
individu pasti mengalami interaksi besar masyarakat Indonesia taraf
terhadap lingkungannya. pendidikannya masih rendah (Rasmun,
Menurut Darwin, interaksi 2001: 14).
tersebut adalah perjuangan dari Provinsi Jawa Barat sendiri
makhluk tersebut untuk merupakan salah satu provinsi dengan
mempertahankan jenis dan selanjutnya angka gangguan jiwa tertinggi di
bahkan mengembangkan diri. Upaya Indonesia mencapai 20 % dari 45 juta
mempertahankan ini dapat juga disebut penduduk atau sekitar 9 juta jiwa.
sebagai upaya-upaya untuk Diantara jenis gangguan jiwa yang
menyesuaikan diri memenuhi tuntutan sering ditemui salah satunya adalah
lingkungan terhadap dirinya skizofrenia. Hasil Riset Kesehatan
(Wiramihardja, 2005: 44). Dalam Dasar tahun 2013 menyatakan 14,1%
penyesuaian diri terhadap penduduk Indonesia mengalami
lingkungannya seseorang bisa saja Skizofrenia dari yang ringan hingga
mengalami konflik yang tidak dengan berat. Data jumlah pasien Skizofrenia di
mudah mampu diselesaikan. Apabila Indonesia terus bertambah. Dari 33
konflik itu terlalu sulit diselesaikan Rumah Sakit Jiwa diseluruh Indonesia,
maka akan menimbulkan stress. diperoleh data bahwa hingga kini
Sebagian masyarakat masih jumlah penderita Skizofrenia berat
menganggap bahwa gangguan mental mencapai hingga 3,5 juta orang
disebabkan karena adanya gangguan (Direktorat Bina Pelayanan
oleh apa yang disebut roh jahat yang Keperawatan dan Pelayanan Medik
telah merasuki jiwa, sehingga seseorang Departemen Kesehatan, 2013).
yang mengalami gangguan mental Gangguan mental ini juga kerap
psikiatri harus diasingkan atau disebut dengan psikosis yang
dikucilkan dan dipasung karena diklasifikasikan menjadi dua kelompok
dianggap sebagai aib bagi keluarga. utama yaitu psikosis organic dan
psikosis fungsional.Psikosis fungsional bagi sehingga timbul inkoherensi
ialah ganguan menyal yang berat dan (Direja, 2011).
sangat melibatkan seluruh kepribadian Menurut Davison.dkk (2006)
tanpa ada kerusakan jaringan saraf. skizofrenia adalah gangguan psikotik
Kategori psikosis fungsional terbagi lagi yang ditandai dengan gangguan utama
menjadi tiga kelompok yaitu, dalam pikiran, emosi dan perilaku.
skizofrenia, gangguan bipolar dan Dampak dari skizofrenia
gangguan-gangguan psikotik lain. halusinasi dapat mengakibatkan
Konsep skizofrenia ini merupakan suatu seseorang mengalami ketidakmampuan
gangguan mental yang berat dengan untuk berkomunikasi atau mengenali
ciri-ciri khasnya adalah tingkah laku realitas yang menimbulkan kesukaran
aneh (bizar), pikiran-pikiran aneh, dan dalam kemampuan seseorang untuk
halusinasi-halusinasi pendengaran dan berperan sebagaimana mestinya dalam
penglihatan (yakni mendengar suara- kehidupan sehari–hari.
suara atau melihat hal-hal yang tidak Melihat kondisi pasien tersebut
ada). Faktor yang menyebabkan maka timbulah pertanyaan tentang
gangguan jiwa berat (skizofrenia) ialah bagaimana sebenarnya para perawat
faktor individual meliputi struktur melakukan pendekatan komunikatif
biologis, ansietas, kekhawatiran dan terhadap pasien yang memiliki kondisi
ketakutan, ketidakharmonisan dalam emosioanal yang tidak stabil, psikologis
hidup, kehilangan arti hidup. Dan juga yang tidak kondusif dan pola pikir yang
faktor interpersonal seperti komunikasi dipenuhi dengan halusinasi agar pasien
yang tidak efektif dan lain-lain (Sheila mau mengikuti bujukan perawat.
L, 2008 : 4). Contohnya, bagaimana cara perawat
Skizofrenia adalah suatu bentuk bisa mengajak pasien skizofrenia yang
psikosa fungsional dengan gangguan tengah sibuk dengan dunianya sendiri
utama pada proses pikir serta agar pasien mau mengalihkan dunianya
disharmoni (keretakan, perpecahan) dengan berinteraksi dengan orang
antara proses pikir, afek atau emosi, lain/perawat.
kemauan dan psikomotor disertai Salah satu bidang ilmu
distorsi kenyataan, terutama karena komunikasi yang mempelajari tentang
waham dan halusinasi, asosiasi terbagi- komunikasi untuk kepentingan terapi
pasien adalah komunikasi terapeutik. keterbatasan kemampuan komunikasi
Peneliti pun menyadari bahwa dalam yang dimiliki oleh pasien. Dalam proses
proses penyembuhan bagi pasien komunikasi ini akan menjelaskan
skizofrenia ini pun terdapat peran mengenai berbagai pola komunikasi
penting dari petugas medis itu sendiri, yang dilakukan oleh perawat, agar
maka dari itu dalam proses komunikasi yang dilakukan berjalan
penyembuhan diperlukan komunikasi efektif dan efisien dengan pasien.
yang efektif yang harus dibangun yaitu Dari penjelasan di atas, maka
melalui pendekatan komunikasi dalam penelitian ini peneliti akan
terapeutik. mencoba membahas gambaran pola
komunikasi interpersonal melalui
Komunikasi terapeutik adalah terapeutik yang dilakukan perawat
komunikasi yang direncanakan secara terhadap pasien, khususnya pasien
sadar,bertujuan dan kegiatannya gangguan jiwa. Hal ini mengingat
dipusatkan untuk kesembuhan pasien. dalam melakukan komunikasi dengan
Komunikasi terapeutik pun termasuk orang keterbelakangan mental ada
komunikasi interpersonal dengan titik perbedaan dengan orang yang masih
tolak saling memberikan pengertian normal.
antarperawat dengan pasien. Persoalan Fokus Penelitian
mendasar dan komunikasi ini adalah Adapun fokus penelitian dalam
saling membutuhan antarperawat dan penelitian ini adalah menitikberatkan
pasien, sehingga dapat dikategorikan ke Bagaimana Pola Komunikasi terapeutik
dalam komunikasi pribadi di antara yang dilakukan perawat terhadap pasien
perawat dan pasien, perawat membantu skizofrenia dalam proses penyembuhan
dan pasien menerima bantuan di Klinik Jiwa Utama Grha Atma Kota
(Indrawati, 2003: 48). Bandung.
Komunikasi yang dilakukan Pertanyaan Penelitian
untuk penderita gangguan jiwa 1. Bagaimana tahapan pra interaksi
skizofrenia berbeda dengan komunikasi yang dilakukan perawat pada
yang dilakukan untuk orang normal, pasien skizofrenia dalam proses
dikarenakan komunikasi yang tidak penyembuhan di Klinik Jiwa
sejajar antara perawta dan pasien yaitu Utama Grha Atma Bandung?
2. Bagaimana tahapan perkenalan usaha untuk pencurahan/ekspresi diri
yang dilakukan perawat pada manusia ke dalam dunia baik keadaan
pasien skizofrenia dalam proses mental maupun fisik. Objektivasi yaitu
penyembuhan di Klinik Jiwa hasil yang telah dicapai baik mental
Utama Grha Atma Bandung? maupun fisik dari kegiatan ekternalisasi
3. Bagaimana tahapan orientasi manusia tersebut. Sedangkan
yang dilakukan perawat pada internalisasi yaitu penyerapan kembali
pasien skizofrenia dalam proses dunia objektif ke dalam kesadaran
penyembuhan di Klinik Jiwa sedemikian rupa sehingga subjektif
Utama Grha Atma Bandung? individu dipengaruhi oleh struktur dunia
4. Bagaimana tahapan kerja yang sosial. (2000 : 301)
dilakukan perawat pada pasien Peter Berger dan Thomas
skizofrenia dalam proses Luckman menggabungkan asumsi
penyembuhan di Klinik Jiwa tertentu, yaitu sosiologi dan filsafat.
Utama Grha Atma Bandung? Sejak saat itu teori konstruksi sosial atas
5. Bagaimana tahapan terminasi realitas juga telah diambil oleh disiplin
yang dilakukan perawat pada lain yaitu dunia pendidikan, psikologi,
pasien skizofrenia dalam proses dan komunikasi. Berger dan Luckman
penyembuhan di Klinik Jiwa ingin memahami pembangunan
Utama Grha Atma Bandung? pengetahuan bukan pada proses
komunikasi di balik itu, sehingga
Kajian Teori
banyak poin mereka sebenarnya tidak
Menurut Poloma dalam bukunya
relevan dengan apa yang dipelajari saat
Sosiologi Kontemporer istilah
ini oleh sarjana komunikasi dibawah
kosntruksi sosial atas realitas (social
frase konstruksi sosial.
construction of reality) didefinisikan :
Secara kontekstual, komunikasi
Sebagai proses sosial melalui
interpersonal digambarkan sebagai
tindakan dan interaksi dimana individu
suatu komunikasi antara dua individu
menciptakan secara terus-menerus suatu
atau sedikit individu, yang mana saling
realitas yang dimiliki dan dialami
berinteraksi, saling memberikan umpan
bersama secara subyektif. Realitas
balik satu sama lain.
subjektif memiliki proses internalisasi
dan eksternalisasi. Eksternalisasi yaitu
Arni Muhammad (2005:159) terapi yang sedang dijalankan sehingga
menyatakan bahwa “komunikasi diharapkan mampu mempercepat proses
interpersonal adalah proses pertukaran pemulihan dari pasien terutama dari sisi
informasi diantara seseorang dengan psikologis/kejiwaan.
paling kurang seorang lainnya atau Komunikasi terapeutik tidak
biasanya di antara dua orang yang dapat hanya sekedar alat untuk berbicara
langsung diketahui balikannya” dengan pasien, perawat dan pasien
Dapat disimpulkan bahwa adalah suatu hubungan terapeutik
komunikasi interpersonal merupakan dimana hubungan yang mempunyai
proses penyampaian informasi, pikiran tujuan untuk kesembuhan pasien.
dan sikap tertentu antara dua orang atau Sehingga dapat dikatakan bahwa
lebih yang terjadi pergantian pesan baik komunikasi terapeutik merupakan
sebagai komunikan maupun bentuk keterampilan dasar untuk
komunikator dengan tujuan untuk melakukan wawancara dan
mencapai saling pengertian, mengenai penyuluhan.Karena dengan komunikasi
masalah yang akan dibicarakan yang inilah awal hubungan antara perawat
akhirnya diharapkan terjadi perubahan dengan pasien.
perilaku. Terdapat tahapan-tahapan
Budi Anna Keliat (1999:22), komunikasi terapeutik menurut Uripni,
dalam bukunya yang berjudul yaitu :
Komunikasi Terapeutik Perawat dan 1. Pra-interaksi
Klien menjelaskan bahwa komunikasi 2. Perkenalan
terapeutik pada hakekatnya merupakan 3. Orientasi
bentuk dari komunikasi interpersonal 4. Kerja
yang secara khusus ditujukan untuk 5. Terminasi
proses pemulihan atau terapi tertentu.
Metode
Sehingga dalam prakteknya komunikasi
Dalam melakukan penelitian
terapeutik digunakan dalam lingkup
peneliti menggunakan paradigma
yang terbatas. Menurut Anna Keliat
konstruktivisme sebagai paradigma
(1999:23) berdasarkan pernyataanya
dalam memandang realitas diartikan
dapat disimpulkan bahwa komunikasi
sebagai semua yang telah dikonsepkan
terapeutik menjadi bagian dari proses
sebagai sesuatu yang mempunyai
wujud. Konstruktivisme menganggap masalah penelitian, selanjutnya
subjek sebagai faktor sentral dalam data dikelompokkan sesuai topik
kegiatan komunikasi serta hubungan- masalah
hubungan sosialnya. Metode penelitian 2. Penyajian Data (Data Display) :
yang digunakan adalah deskriptif Melakukan interpretasi data
kualitatif yaitu mengemukakan yaitu menginterpretasikan apa
gambaran atau pemahaman yang telah diinterpretasikan
(understanding) mengenai bagaimana informan terhadap masalah yang
dan mengapa suatu gejala atau realitas diteliti.
komunikasi terjadi (Pawito, 2007:35). 3. Penarikan Kesimpulan
Jenis penelitian yang digunakan (Conclusion
ialah jenis penelitian lapangan (field Drawing/verification) :
research) dan peneliti berupaya untuk Pengambilan kesimpulan
menggunakan descriptive qualitative. berdasarkan susunan narasi yang
Peneliti mengeksplorasi, tidak mencari telah disusun pada tahap ketiga,
atau menjelaskan hubungan, tidak sehingga dapat memberi
menguji hipotesis atau membuat jawaban atas masalah penelitian.
prediksi, melainkan memaparkan situasi
Analisis Hasil Penelitian
pola komunikasi terapeutik ada di
Klinik Jiwa Grha Atma Kota Bandung. Setelah melakukan

Teknik pengumpulan data pengumpulan data dan

melalui studi kepustakaan, observasi kemudian mengolahnya, pada

dan wawancara mendalam, serta pembahasan ini merupakan hasil

dokumentasi yang diperlukan. interpretasi peneliti dari hasil

Data yang diperoleh dari wawancara mendalam terhadap

lapangan dilakukan analisis melalui para informan dan perolehan

tahap-tahap sebagai berikut: data yang didapat langsung di

1. Reduksi Data (Data reduction) : lapangan.

Kategorisasi dan mereduksi Pola komunikasi yang dibangun

data, yaitu melakukan antara perawat dan dokter dengan

penumpulan terhadap informasi pasien di Klinik Jiwa Utama Grha Atma

penting yang terkait dengan Bandung adalah komunikasi tanpa putus


yang saling mempengaruhi perilaku, Perawat yang membuka diri
perasaan, pandangan satu sama lain. dengan memberikan informasi
Karena komunikasi tidak dapat berdiri mengenai diri perawat seperti
sendiri. Apabila dikaitkan dengan informasi tentang biografi, ide,
proses persuasif, kita dapat mengatakan pikiran serta perasaan pribadi. Hal
bahwa komunikasi dokter dan pasien inipun terjadi dalam praktek
terjadi sebab faktor-faktor dan konteks keperawatan jiwa karena pada awal
yang determinan di dalam satu pihak pertemuan, perawat memberikan
yang memerlukan umpan balik informasi mengenai dirinya sendiri.
(tanggapan). Hal ini bertujuan agar memberi
stimulus kepada pasien tentang
Pola Tahapan Komunikasi keterbukaan diri dan awal mulanya
Terapeutik antara Perawat dan membangun kepercayaan.
Pasien Gangguan Jiwa Skizofrenia di Bahwa hal terpenting yang
Klinik Jiwa Utama Grha Atma Kota harus dilalui untuk mengembangkan
Bandung hubungan antara perawat dan pasien
1. Tahapan Pra Interaksi ialah pengambilan kepercayaan
(bina trust) pasien. Karena jika
Pada tahapan ini perawat
kepercayaan tidak ada, pasien tidak
diharapkan tidak memiliki
akan terbuka kepada perawat, dan
prasangka buruk kepada pasien,
begitupun sebaliknya. Perihal
karena mengganggu dalam
kepercayaan merupakan pondasi
hubungan saling percaya. Seorang
utama dalam pengembangan
perawat profesional harus belajar
hubungan perawat dan pasien, hal
peka terhadap kebutuhan-kebutuhan
ini pun sesuai dengan hasil
pasien agar pasien merasa senang
wawancara peneliti dengan
dan merasa dihargai.
beberapa perawat.
Langkah-langkah yang
2) Privasi dan menghormati
dilakukan perawat pada pasien
batasan
dalam masa pra interaksi yaitu :
1) Keterbukaan diri Perawat tidak memaksakan
kehendak tetapi menghormati
keinginan dan kenyamanan pasien,
seperti saat pasien enggan untuk Hal ini sangat penting harus
bertemu maka perawat tidak dilakukan oleh seorang perawat
memaksa. Hal ini penting karena dalam masa perkenalan dengan
untuk menjaga kepercayaan pasien pasien, ekpresi wajah yang
yang sudah terbangun. ramah dan menampilkan
2. Tahap Perkenalan senyuman ketika pertama kali
menyapa pasien.
Pada tahap ini, perawat dan
Hasil dari pengamatan peneliti
pasien mulai mengembangkan
dengan salah satu informan
hubungan komunikasi interpersonal
perawat menunjukkan sapaan
yaitu dengan memberikan salam,
pertama terhadap pasien diiringi
senyum, memberikan keramah-
dengan mimik wajah yang
tamahan kepada pasien,
sumringah.
memperkenalkan diri, menanyakan
c) Intonasi (Nada Suara)
nama pasien dan menanyakan
Nada suara pembicara
keluhan pasien.
mempunyai dampak yang besar
a) Menggunakan komunikasi
terhadap arti pesan yang
nonverbal
dikirimkan, karena emosi
Saat pasien fokus dengan
seseorang dapat secara langsung
dirinya ia hanya akan terus
mempengaruhi nada suaranya.
berdiam diri. Oleh karena itu, ia
Perawat harus menyadari
perlu untuk disadarkan dengan
emosinya ketika sedang
cara disentuh, diajak untuk
berinteraksi dengan pasien,
memandang lawan bicara saat
karena maksud untuk
berkomunikasi, gerakan tangan
menyamakan rasa tertarik yang
ketika berbicara, dan
tulus terhadap pasien dapat
menggunakan intonasi yang
terhalangi oleh nada suara
agak tinggi agar pasien
perawat.
sepenuhnya sadar bahwa ada
Pada saat perkenalan pertama,
seseorang yang sedang
berupa sapaan dan
memperhatikannya.
memperkenalkan diri seorang
b) Ekpresi wajah
perawat itu sendiri pun menjaga
intonasi suara, kapan bisa orientasi adalah memeriksa
intonasi cukup tinggi ataupun keadaan pasien, memvalidasi
intonasi yang rendah. keakuratan data, rencana yang
d) Sentuhan (touching) telah dibuat dengan keadaan
Rasa empati, dukungan pasien saat itu dan mengevaluasi
emosional, dan perhatian dapat hasil tindakan.
disampaikan melalui sentuhan. Kondisi ini dengan pasien yang
Sentuhan merupakan bagian sudah sering kontrol untuk
yang penting dalam hubungan mengecek perkembangan dalam
perawat dan pasien. Sentuhan penyembuhan atau terapi yang
dilakukan dalam rangka untuk dilakukan di Klinik Jiwa Utama
menciptakan sebuah keakraban Grha Atma. Proses ini pun
atau persahabatan yang intim. sebenarnya lanjutan dari tahapan
Berdasarkan pengamatan perkenalan yang dilakukan,
peneliti ketika melihat langsung Karena harus ada intensitas
proses perkenalan yang komunikasi yang secara terus-
dilakukan oleh beberapa menerus dilakukan.
informan bahwasanya sentuhan Pada tahapan ini membangun
yang dilakukan ialah ketika kerjasama antara perawat dan
proses interaksi komunikasi pasien dengan kategori pasien
yang dilakukan tidak ada respon skizofrenia Isolasi Sosial dalam
dari pasien, misalnya kondisi proses penyembuhan terdapat
pasienya diam, menunduk atau langkah-langkah yang intens
malah asyik dengan dunia nya harus dilakukan seperti halnya :
sendiri. a) Melaksanakan proses
3. Tahapan Orientasi komunikasi dengan
Tahap orientasi dilaksanakan frekuensi yang tinggi
pada awal pertemuan sampai b) Membuat janji terlebih
seterusnya selama pasien berada dahulu sehingga tidak
di Klinik Jiwa Utama Grha terjebak dalam kondisi
Atma dengan kondisi rawat jalan pasien yang sedang kurang
atau kontrol. Tujuan tahap baik.
c) Kegigihan dan kesabaran jalan ka imah kumaha?
perawat dalam menggali (pengamatan langsung dengan
informasi informan Bpk Budhiman
d) Mendengarkan dan observasi Trisakti Dwikomara AMK pada
aktif tgl 12 April 2017)
4. Tahapan Kerja
Adapun langkah-langkah yang
Tahapan ini tidak dapat
dilakukan perawat dalam proses
dipisahkan dengan orientasi,
interaksi pada tahapan ini ialah :
Karena dalam proses interaksi
a) Menggunakan intonasi yang
komunikasi yang dijalin antara
tinggi dalam penyampaian pesan
perawat dan pasien gangguan
b) Memberikan pengertian tentang
jiwa skizofrenia tujuan nya tidak
manfaat-manfaat berinteraksi
hanya sebatas pembicaraan yang
dengan sesama
menyentuh emosional saja,
c) Jangan memaksakan kehendak
tetapi dapat mendorong kepada
5. Tahapan Terminasi
kesembuhan pasien. Misalnya
Pada tahapan ini tidak sepenuhnya
dengan menyuruh minum obat,
pasien gangguan jiwa skizofrenia
menasihati, dorongan untuk
bisa sembuh total atau kembali
banyak interaksi dengan orang
normal, namun pada tahapan ini
lain.
dapat di artikan mengurangi
Pada tahapan ini merupakan inti
tingkatan tekanan psikis pasien
dari tahapan interaksi
dengan interaksi komunikasi yang
komunikasi yang dilakukan
intens dan pengobatan yang rutin
perawat pada pasien gangguan
juga tentunya. Dari hasil
jiwa. Dari pengamatan peneliti,
wawancara peneliti dengan
perawat selain mengajak
informan, bahwa pasien tidak
pembicaraan kearah emosional
sepenuhnya bisa sembuh dan
pasien juga menasihati, kumaha
normal kembali, Karena untuk
Dang kemaren jadi neangan
kondisi pasien skizofrenia dengan
manuk teh?... dadang teh jangan
klasifikasi berbagai tipe tersebut,
keseringan keluyuran neangan
bahwa kondisi psikomotorik pada
manuk wae, mun engke hilap
dirinya yang terganggu, baik itu
secara hormon dari lahir ataupun Empati adalah merasakan
tekanan depresi dari lingkungan. perasaan orang lain, tetapi tidak sama
dengan mengalami pengalaman itu
Berdasarkan pengamatan
sendiri.
peneliti dan keterangan di atas dapat
Dalam keperawatan, empati
disimpulkan bahwa proses interaksi
dapat berarti mempersepsikan dunia
komunikasi yang dijalin oleh perawat
sebagaimana pasien
terhadap pasien gangguan jiwa
mempersepsikannya. Empati bukanlah
skizofrenia dengan berbagai tipe
simpati untuk situasi atau dilemma
kategori ini terdapat hal-hal penting
seseorang tetapi sebuah kemampuan
yang mempengaruhi hubungan tersebut
untuk merefleksikan sebuah objektif
yaitu :
perasaan dari pasien, yang tidak
a) Kehangatan dan ketulusan
diungkapkan secara lisan.
Bersikap hangat dan tulus c) Perhatian positif yang tak
bukanlah suatu keterampilan praktis bersyarat
tetapi suatu kerangka pikiran yang di Perawat harus berfokus pada
dalamnya terdapat penerimaan dan pemahaman mereka tentang faktor-
penghargaan pada keunikan setiap faktor yang mempengaruhi perawatan
pribadi. Untuk mencapainya, diperlukan pasien, bukan hanya pada persepsi dari
penciptaan suatu kondisi dimana pasien dirinya sendiri atau dari orang lain.
merasa aman, terjadi saling pemahaman Memiliki perhatian positif yang tidak
dalam pendapat serta pikiran. bersyarat terhadap pasien, termasuk di
Penerimaan pada pasien dapat dalamnya mengakui suatu kebaikan
dilakukan dengan mendengarkan keluh pada diri pasien tersebut.
kesahnya secara penuh. Ini adalah Komponen Komunikasi
karakteristik dari situasi pasien yang Interpersonal Perawat dalam
datang untuk meminta tolong, menjadi Membangun Komunikasi yang
sadar bahwa perawat memahami Efektif pada Pasien Gangguan Jiwa
perasaannya dan siap untuk Skizofrenia
membantunya. Dalam proses komunikasi hal
b) Pemahaman yang empati yang harus dimiliki oleh komunikator,
yaitu. Pertama, komunikator
diharapkan memiliki kredibilitas yang b) Peserta komunikasi berada
tinggi bagi komunikasinya. Kedua, dalam jarak yang dekat
memiliki keterampilan berkomunikasi
c) Umpan balik segera
yang baik. Ketiga, mempunyai
pengetahuan yang luas. Keempat, d) Bentuk Pesan yang Digunakan
memiliki sikap yang baik. Kelima, Perawat Saat Berkomunikasi
memiliki daya tarik atau memiliki Dengan Pasien
kemampuan untuk melakukan
Relevansi Obat dan Komunikasi
perubahan sikap/menambah
Terapeutik Terhadap Penyembuhan
pengetahuan pada diri sendiri. Teori
Pasien Gangguan Jiwa Skizofrenia
tersebutpun terbukti ketika memang
Obat dan interaksi sosial tidak
perawat memang memiliki kredibilitas
dapat dipisahkan dalam proses
dan skill komunikasi yang baik karena
penyembuhan pasien gangguan jiwa
terlihat dari background komunikator
karena penyebab gangguan inipun
yang telah berprofesi sebagai perawat
bermacam-macam, seperti terdapat
sejak lama dan telah menyelesaikan
enzim dopamin yang berlebih dalam
program pendidikan keperawatan
tubuh sehingga obat dibutuhkan untuk
selama kurang lebih 4 tahun bagi
menetralisir enzim berlebih tersebut.
jenjang S1 keperawatan dan 3 tahun
Penyebab lainnya ialah karena
untuk jenjang D3 keperawatan. Perawat
krisis akan kepercayaan diri, kurangnya
pun memiliki pengetahuan yang mapan
dukungan, rasa tertekan ataupun rasa
tentang pasien yang ditanganinya
kesepian. Hal inilah yang menurut
karena setiap awal masa perawatan,
peneliti memiliki hubungan erat dengan
pasien akan didata dan dianalisis
proses interaksi, karena dengan proses
berdasarkan informasi yang didapat dari
interaksi pasien dapat merasa diakui
keluarga maupun dari pasien itu sendiri.
oleh lingkungan sekitar, ditingkatkan
Ciri komunikasi interpersonal
motivasinya, dan selalu ditemani
yang terjalin antara perawat dan pasien
sehingga rasa sepi dalam diri pasien
gangguan jiwa baiknya memperhatikan
semakin terkikis.
hal sebagai berikut :
Hal ini sesuai dengan tujuan dari
a) Suasana Nonformal
proses komunikasi yang telah diulas di
atas bahwa ujung pangkal sakit yang
diderita pasien ini ialah jiwa dan sering perawat mendekati
spiritnya. Oleh karena itu, dengan pasien untuk berkomunikasi,
proses komunikasi yang terjalin dengan maka semakin besar
baik, diharapkan ketidaksadaran dan kemungkinan kepercayaan
spirit dalam jiwanya dapat bangkit terjalin hingga akhirnya
kembali Karena ada support dan keterbukaan antara pasien
perhatian yang dibutuhkan pasien yang terhadap perawat dapat terjadi.
didapatkan dari perawat. 2. Pada tahapan perkenalan bahwa
Simpulan perawat dapat menjalin
Berdasarkan uraian di atas maka komunikasi interpersonal yang
peneliti dapat mengemukakan beberapa sifatnya nonverbal, ekpresi
hal yang dapat ditarik sebagai wajah, intonasi suara, sentuhan
kesimpulan-kesimpulan dari uraian atau rasa empati.
yang telah dijabarkan sebelumnya. 3. Pada tahapan orientasi ini,
1. Pada tahapan pra interaksi ini perkenalan perawat dan pasien
perawat harus membangun berlanjut pada tahapan menggali
kepercayaan satu sama lain informasi lebih dari pasien dan
dengan pasien serta tidak tidak evaluasi tindakan secara
memaksakan kehendak tetapi langsung. Maka diperlukan
menghormati keinginan dan langkah-langkah bagi perawat
kenyamanan pasien, seperti saat dalam proses penggalian
pasien enggan untuk bertemu informasi tersebut, yaitu
maka perawat tidak memaksa.. membangun intensitas
Proses pembentukan komunikasi yang sesering
kepercayaan pasien tidak dapat mungkin dengan pasien,
ditentukan berdasarkan waktu membuat janji dengan pasien
karena kadang prosesnya atau keluarga pasien jika kondisi
membutuhkan waktu sampai pasien tidak memungkinkan
sebulan atau bahkan lebih. Hal untuk diajak berinteraksi,
ini ditentukan oleh kecakapan mengutamakan kegigihan dan
perawat melakukan persuasi kesabaran perawat dalam
terhadap pasien Karena semakin menangani pasien serta
mendengarkan dan observasi tersebut juga terdapat komponen
aktif atas tingkah laku dari komunikasi interpersonal yang
pasien. berperan, yaitu (1) suasana
4. Pada tahapan kerja ini tidak komunikasi yang terasa
dapat dipisahkan dengan nonformal/natural sehingga
orientasi, Karena dalam proses pasien merasa nyaman dan iklim
interaksi komunikasi yang komunikasi yang diciptakan
dijalin antara perawat dan pasien oleh komunikator (pasien) terasa
gangguan jiwa skizofrenia hangat, (2) jarak antara
tujuan nya tidak hanya sebatas komunikator (perawat) dan
pembicaraan yang menyentuh komunikan (pasien) teramat
emosional saja, tetapi dapat dekat karena proses ini
mendorong kepada kesembuhan dilaksanakan secara tatap muka,
pasien. Pada tahapan ini juga (3) bentuk pesan yang
penting halnya ada hubungan digunakan harus lah
yang terjalin emosional antara pesan/bahasa yang bersifat jelas
perawat terhadap kondisi pasien dan umum. Hal ini bertujuan
dengan menonjolkan kondisi agar pasien dapat dengan mudah
kehangatan dan ketulusan dari memahami maksud dari perawat
seorang perawat, rasa empati sehingga pasien dapat responsif
yang tinggi dan perhatian yang mengimplementasikan apa yang
positif dari seorang perawat dibicarakan oleh perawat. (4)
dalam menangani pasien. umpan balik dapat secara
5. Pada tahapan terminasi ini dapat spontan dilihat dan di observasi
di artikan mengurangi tingkatan meski umpan balik ini ada yang
tekanan psikis pasien dengan bersifat positif maupun negatif.
interaksi komunikasi yang intens Daftar Pustaka
dan pengobatan yang rutin juga a. Buku :
tentunya. Dengan tahapan
Bachtiar, Wardi. 2006. Sosiologi Klasik.
komunikasi terapeutik di atas
Bandung: Remaja Rosdakarya
bahwa dalam menjalani interaksi
komunikasi perawat dan pasien
Bungin, Burhan. 2007. Metode Morissan, 2013. Teori Komunikasi
Penelitian Kualitatif. Jakarta: Individu Hingga Massa. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Indonesia Kencana Prenada Group
Davison, G.C & Neale J.M. (2006). Mulyana, Deddy. (2007). Ilmu
Psikologi Abnormal. Jakarta: Komunikasi, Sebuah Pengantar.
PT. Raja Grafindo Persada. Bandung : PT Remaja
Direja, A.H.S. 2011.Buku Ajar Asuhan Rosdakarya.
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Poloma, M. Margaret. (1994). Sosiologi
Nuha Medika Kontemporer. Jakarta : Rajawali
Effendy, Uchjana Onong. 2004. Ilmu Grafindo Persada
Komunikasi Teori dan Praktek. Rakhmat, Jalaludin. (2008). Psikologi
Bandung : PT. Remaja Komunikasi. Bandung : Remaja
Rosdakarya. Rosdakarya.
Djuara P. Lubis, dkk. 2008. Dasar- Rasmun.(2001). Keperawatan
Dasar Komunikasi Bogor: Sains Kesehatan Mental Psikiatri
KPM IPB Press Terintegrasi dalam Keluarga.
H.A.W. Widjaja. 2008. Komunikasi: Jakarta : Fajar Interpratama
Komunikasi dan Hubungan Richard West & Lynn H. Turner. 2012.
Masyarakat . Jakarta: Bumi Pengantar Teori Komunikasi:
Aksara Analisis dan Aplikasi. Jakarta:
Indrawati.(2003). Komunikasi Untuk Penerbit Salemba Humanika
Perawat. Jakarta: EGC. Soeprapto, Riyadi. 2002. Interaksi
Keliat, Budi Ana. 1999. Proses Simbolik, Perspektif Sosiologi
Keperawatan Kesehatan Jiwa, Modern. Yogyakarta : Averrpes
Edisi 1. EGC, Jakarata. Press dan Pustaka Pelajar.
Maslim, 2013. Panduan Pedoman Soyomukti, Nurani. 2010. Pengantar
Diagnosis Gangguan Jiwa Ilmu Komunikasi. Yogyakarta:
(PPDGJ) III. Jakarta: Fajar Ar-Ruzz Media.
Interpratama Suranto AW. 2010. Komunikasi
Moleong, Lexy. 2000. Metodologi Interpersonal. Jakarta: Fajar
Penelitian Kualitatif. Bandung : Interpratama
PT Remaja Rosdakarya
Stuart and Sundeen.1995. Buku “Edukasi Komunikasi
Keperawatan (Alih Bahasa) Terapeutik dalam Program
Achir Yani S. Hamid.Edisi 3. Family Phychoeducation
Jakarta :EGC Therapy”Ruth Anasthasia, 2009.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian 2. Putriani tahun 2009 Fakultas
Kuantitatif, Kualitatif R&D. Ilmu Komunikasi Universitas
Bandung : Alfabeta Padjadjaran “Komunikasi
Uripni, Christina Lia dkk. 2003. Terapeutik dalam menangani
Komunikasi Kebidanan, Jakarta Klien Depresi Studi Kasus pada
Penerbit Buku Kedokteran. Klien dengan Gangguan Jiwa
Videbeck, Sheila L,.(2008). Buku Ajar Depresi di Rumah Sakit Jiwa
Keperawatan Jiwa. Jakarta : Bandung”.
EGC. 3. Aisyah Syafitri tahun 2015
Wiramihardja. Sutardjo (2005). Dosen Tetap Program Studi
Pengantar Psikologi Abnormal. Ners Sekolah Tinggi Ilmu
Bandung : Refika Aditama. Kesehatan Indonesia Maju,
b. Sumber lain : dengan judul Jurnal “Hubungan
Antara Motivasi Ektrinsik
http//wikipedia.orgdi akses pada
Perawat dengan Penerapan
tanggal 18 September 2016 pada Pukul
Komunikasi Terapeutik pada
10.35 WIB
Pasien Skizofrenia”
http//google.com di akses pada
tanggal 23Oktober 2013 pada jam 14.23
WIB
http://dkv.binus.ac.id/2015/05/1
8/teori-konstruksi-realitas-sosial/diakses
pada tanggal 14 November 2016 jam
15.07

SUMBER TESIS dan JURNAL :


1. Frieza Patriani tahun 2015
Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Padjadjaran

You might also like