You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pembahasan metode analisis kimia, terdapat metode anaisis


kuaitatif dan kuanttatif. Metode kualitatif adalah metode yang digunakan untuk
menganalisi dengan cara mengidentifikasi suatu zat yang terkandung dalam
sample. Analisis kuantitatif adalah metode penentuan kadar senyawa yang
terdapat dalam sample. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai salah satu
cara penentuan kadar senyawa dalam sampel (analisis kuantitatif).

Titrasi redoks adalah salah satu cara yang digunakan untuk melakukan
penentuan kadar suatu zat. Dalam makalah ini dibahas mengenai penentuan
kadar besi (II). Penentuan kadar besi ada berbagai macam, salah satunya adalah
dengan metode titrimetri. Menurut buku Farmakope Indonesia, penetapan kadar
besi dapat dilakukan dengan menggunakan metode serimetri. Metode serimetri
merupakan metode titrasi yang menggunakan prinsip reaksi redoks di dalamnya.
Metode ini memiliki kelebihan diantaranya adalah larutannya (serium(IV) sulfat)
lebih stabil dalam penyimpanan, merupakan oksidator yang baik, larutannya
kurang berwarna sehingga jelas pembacaan titik akhir dengan indikator. Metode
ini merupakan metode yang baik, namun metode serimetri ini menjadi jarang
disukai karena bahannya yang tergolong mahal. Melihat dari kekurangan metode
serimetri yang bahannya tergolong mahal maka dalam penelitian ini akan
ditelaah kembali kemungkinan menggunakan metode titrasi lain yang juga
menggunakan prinsip reaksi redoks yaitu permanganometri.

Permanganometri merupakan salah satu metode titrasi yang


menggunakan prinsip reaksi reduksi dan oksidasi. Metode ini merupakan suatu
metode yang sering digunakan karena permanganometri memiliki kelebihan

1
antara lain Permanganometri merupakan oksidator kuat, tidak memerlukan
indikator, mudah diperoleh dan terjangkau. Adapun kekurangan dari metode ini
adalah larutan ini tidak stabil dalam penyimpanan, jadi harus sering dilakukan
pembakuan.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dalam Penulisan makalah ini adalah memberikan pemahaman


terhadap mahasiswa agar dapat berpikir dan memahami pembahasan materi yang
telah diberikan. dalam menguraikan dan membahas suatu permasalahan serta
dapat menuangkannya secara sistematis dan terstruktur. Mengetahui tentang
materi yang dijelaskan dan memahami secara mendalam tentang materi tersebut.

1.3 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan analisis kuantitatif ?


2. Apa yang dimaksud dengan titrasi redoks ?
3. Jelaskan mengenai macam-macam titrasi redoks ?

BAB II

2
PEMBAHASAN

2.1 Titrasi Oksidasi dan Reduksi


Titrasi Redoks atau Titrimetri yaitu melibatkan rekasi oksidasi dan
reduksi yang berkaitan dengan perpindahan elektron. Perubahan elektron
perubahan valensi atom / ion yang bersangkutan. Zat pengoksid
mendapatkan elektron dan tereduksi seingga valensi atom / ion menurun.
Sedangkan zat pereduksi kehilangan elekron dan teroksidasi sehingga
Valensi atom /ion meningkat.
Contoh : Perubahan dari :
Fe2+ →Fe3+ , yaitu +2 → +3
Cl- → Cl2 , yaitu -1 → 0 reaksi
oksidasi
Cu → Cu2+ , yaitu 0 → +2
Prinsip reaksi redoks (Reduksi – Oksidasi) Ox1 + Red2  Red1 +
Ok2
Contoh : Perubahan dari :
Fe2+ →Fe3+ , yaitu +2 → +3
Cl- → Cl2, yaitu -1 → 0 reaksi
oksidasi
Cu → Cu2+ , yaitu 0 → +2

Macam-macam titrasi Redoks

1. Permanganometri
2. Iodimetri
3. Iodometri
4. Iodatimetri
5. Bromometri
6. Bromatometri
7. Serimetri
2.1.1 Permanganometri

Permanganometri adalah titrasi redoks yang menggunakan KMnO4


sebagai titran. Kalium permanganat digunakan sebagai titran karena kalium

3
pemanganat adalah oksidator kuat. KMnO4 dapat diperoleh dengan mudah,
tidak mahal dan tidak membutuhkan indikator kecuali untuk larutan yang
sangat encer.
Mangan mempunyai bilangan oksidasi +2, +3+, +4, +6, dan +7.
MnO4- + e- →MnO4
2MnO4- + 4H+ + 3e- → MnO2 + 2H2O
MnO4- + 8H+ + 4e- → Mn3+ + 4H2O
MnO4-+ 8H+ + 5e- → Mn2+ + 4H2O

1) Reaksi yang paling umum ditemukan di laboratorium


MnO4- + 8H+ + 5e-→ Mn2+ + 4H2O Eo = +1,51 V
2) Asam yang dapat digunakan adalah H2SO4 encer dan HClO4
3) Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak zat
pereduksi berdasarkan reaksi tersebut, namun ada yang perlu
pemanasan atau penggunaan katalis untuk mempercepat reaksi.

1. PEMBUATAN LARUTAN KMnO4


a) Pada pembuatan larutan KMnO4, dilakukan pemanasan dan
penyaringan menggunakan medium penyaring yang tidak
mereduksi, misalnya wol kaca atau krus saring dari kaca masir.
b) Larutan disimpan ditempat gelap atau botol berwarna dan tidak
diasamkan 4MnO4-+ 4H+ → 4MnO2(s) + 3O2(g) + 2H2O Reaksi
ini lambat di dalam larutan-larutan encer pada suhu ruangan.
2. Langkah-langkah pembuatan larutan
a) Timbang kalium permanganat 2.
b) Larutkan dalam aquades 3.
c) Didihkah 15 – 30 menit 4.
d) Biarkan sampai tercapai suhu kamar 5.
e) Saring dengan glasswool 6. Simpan dalam botol yang berwarna
3. Standarisasi larutan permanganat
Larutan kalium permanganat bukan larutan standar primer
karena sukar mendapatkan yang murni, selain itu sifatnya mudah
terurai oleh cahaya, suhu tinggi, asam/basa dan zat organik.
Larutan permanganat dapat distandarisasi antara lain dengan:
a) Arsen (III) Oksida
Arsen (III) Oksida, As2O3  Senyawa ini
adalah standar primer yang sangat baik untuk larutan
permanganat.Senyawa ini stabil, nonhigroskopik, dan

4
tersedia dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Oksida
ini dilarutkan dalam Natrium hidroksida kemudian
diasamkan dengan asam klorida dan dititrasi dengan
permanganat:
5HAsO2 + 2MnO4-+ 6H+ + 2H2O→2Mn2+ +
5H3AsO4
Reaksi ini berjalan lambat pada suhu ruangan
kecuali ditambahkan katalis, misalnya KI, KIO3,

b) Natrium Oksalat
Na2C2O4, merupakan standar primer yang baik
untuk permanganat dalam larutan asam. Asam yang
digunakan adalah asam sulfat encer.Senyawa ini dapat
diperoleh dengan tingkat kemurnian yang tinggi, stabil
pada saat pengeringan, dan nonhigroskopik. Reaksinya
berjalan lambat dalam suhu ruangan, sehingga larutan
biasanya dipanaskan sampai sekitar 60 oC, mangan
(II) bertindak sebagai katalis.
5C2O42- + 2MnO4- + 16H+  2Mn2+ + 10CO2
+ 8H2O
4. Penggunaan titrasi permanganometri
a) Penentuan besi dalam bijih-bijih besi Penentuan besi dalam
bijih-bijih besi adalah aplikasi terpenting dari permanganometri
Mula-mula bijih besi dilarutkan dalam asam klorida, lalu besi
direduksi menjadi Fe2+. Setelah semua besi berada sebagai
Fe2+b,kadarnya ditentukan dengan cara titrasi
5Fe2+ + MnO4-+ 8H+ --→ 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O
b) Hidrogen perioksida Peroksida bertindak sebagai zat pereduksi
2MnO4- + 5H2O2+ 6H+ → 2Mn2+ + 5O2(g) + 8H2O
c) Kalsium (secara tak langsung) Mula-mula kalsium diendapkan
sebagai CaC2O4. Setelah penyaringan dan pencucian, endapan
dilarutkan dalam asam sulfat dan oksalatnya dititrasi dengan
permanganat

5
2.1.2 Iodometri & Iodimetri

A. Pengertian Iodimetri

Iodimetri merupakan suatu metode analisis kuantitatif volumetri


berdasarkan redoks dimana senyawa dan pereaksinya bereaksi secara
langsung atau sering disebut dengan Direct Titration. Dalam proses
penitaran, titran mengoksidasi titrat maka metode ini termasuk dalam
oksidimetri dan menggunakan penambahan indikator kanji di awal titrasi.

Dalam reaksi redoks harus selalu ada oksidator dan reduktor ,sebab bila
suatu unsur bertambah bilangan oksidasinya (melepaskan electron ), maka
harus ada suatu unsur yang bilangan oksidasinya berkurang atau turun
(menangkap electron) ,jadi tidak mungkin hanya ada oksidator ataupun
reduktor. Dalam metoda analisis ini , analat (titrat) dioksidasikan oleh I2,
sehingga I2tereduksi menjadi ion iodide, dengan kata lain I2bertindak sebagai
oksidator dengan reaksi:

I2 + 2 e - → 2 I-

Karena iodimetri merupakan suatu penentuan kuantitatif, maka yang


dicari adalah jumlah I2yang bereaksi dengan sample atau terbentuk dari hasil
reaksi antara sample dengan ion iodide.

Contoh senyawa yang dapat ditetapkan dengan iodimetri adalah :


Sn2+,As3+, Zn2+, Hg2+, Pb2+, ion sulfit, glukosa (dan gula-gula pereduksi
lain), vitamin C.

B. Proses Iodimetri

Proses titrasi dengan menggunakan larutan Iod (I2) dapat dibedakan menjadi
dua yaitu

6
a) Proses tidak langsung (Iodometri)

Proses Iodometri adalah suatu titrasi tidak langsung dimana titrasi

menggunakan larutan standar Na2S2O3 sebagai penitar. Penambahan


indikator kanji di akhir di karenakan kanji akan mengadsorbsi I2 dalam
larutan. Sehingga I2 tidak dapat bereaksi dengan Na2S2O3.

b) Proses langsung (Iodimetri)

Suatu titrasi langsung dimana titrasi menggunakan kanji di awal


penitaran. Sebagai larutan standar digunakan I2. Penambahan indikator
kanji di awal di karenakan kanji tidak akan mengadsorbsi I2 dalam
larutan. Zat-zat yang mungkin dititrasi dengan metode ini adalah zat yang
merupakan pereaksi pereduksi (reduktor) yang cukup kuat dititrasi secara

7
langsung dengan menggunakan larutan Iodium diantaranya adalah
Tio (Na2S2O3), Arsenat (III), Antimon (III), Sulfida, Sulfit, Timah-Putih
(II) dan Ferisianida (Fe(CN)2.

c) Perbedaan Iodometri & Iodimetri

Meski Iodometri dan Iodimetri memiliki beberapa persamaan dan juga


merupakan termasuk kedalam metoda redoks tetapi keduanya memilki
beberapa perbedaan, Selain itu juga terdapat beberapa kelebihan dan
kekurangan dari metode iodimetri yaitu sebagai berikut :

Kelebihan :

 Penitaran berlangsung lebih cepat karena titrat dan titran langsung bereaksi.
 Penambahan kanji diawal titrasi.
 Warna titik akhir lebih mudah teramati dari tidak berwarna menjadi biru.

Kekurangan :

 Penitarnya mudah terurai oleh cahaya sehingga preparasi contoh harus


dilakukan terlebih dahulu.
 Pada saat titrasi dikhawatirkan kehilangan ion iod.
 Dalam keadaan asam, larutan iod dapat dioksidasi oleh udara

2.1.3 Iodatometri

Iodatometri merupakan penetapan kadar dimana zat uji (reduktor) langsung


dititrasi dengan larutan, Banyak zat pengosid kuat dapat dianalisis dengan
menambahkan KI berlebihan dan menitrasi iod yang dibebaskan karena banyak zat
pengoksid yang menuntut larutan asam untuk bereaksi dengan iodide. Natrium
thiosulfat lazim digunakan sebagai titran.

Beberapa tindakan pencegahan perlu diambil dalam menangani larutan KI


untuk menghindari galar. Misalnya ion iodide di oksidasi oleh oksigen diudara.

8
4H++4I-+O2 2I2+2H2O

Reaksi ini lambat dalam larutan netral, namun lebih cepat dalam asam dan
dipercepat olh UV. Setelah penambahan KI kedalam suatu larutan asam suatu zat
pengoksida larutan tidak boleh dibiarkan terlalu lama bersentuhan dengan udara ,
karena akan berbentuk tambahan iod oleh reaksi terlalu diatas. Nitrit tidak boleh ada,
karena garam ini akan direduksi oleh ion iodide menjadi Nitrogen monoksida , yang
kemudian dioksidasi kembali menjadi nitrit oleh oksigen dari udara.

2HNO2+2H++2I- 2NO+I2+2H2O
4NO+O2+2H2O 4HNO2

KI haruslah bebas dari iodat , karena kedua zat ini dalam suasana asam akan
bereaksi dengan melepaskan iod.

IO3-+5I-+6H+ 3I2+3H2O

Garam kalium iodidat mengoksidasi iodide menjadi iod secara kuantitatif


dalam larutan asam.

IO3-+5I-+6H+ 3I2+3H2O
Reaksi iodat sangat kuat, reaksi ini hanya membutuhkan sedikit sekali
kelebihan ion Hidrogen untuk melengkapi reaksi kekurangan utama iodat sebagai
standar primer adalah BE-nya rendah.
Agar terhindar galar, harus benar dalam menimbang, biasanya ditimbang
banyak sampel. Diencerkan Dalam sebuah labu volumetri dan di ambil alikuot-
alikuot.
Oksidator lebih jarang ditemukan dibandingkan reduktor , namun demikian
oksidator dapat ditentukan reduktor. Reduktor yang lazim dipakai untuk penentuan

9
oksidator adalah Kalium Iodida, Ion Titanium (III), Ion Besi (III) dan Ion Vanadium
(II). Pada proses titrasi ini, digunakan suatu indicator yaitu suatu zat yang
ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai dinyatakan dengan perubahan warna,
menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi. Seperti yang telah diketahui
sebelumnya, dalam stoikiometri titrasi, titik ekuivalen dari reaksi netralisasi adalah
titik reaksi dimana asam dan basa kandungannya setara.

2.1.4 Bromometri

Bromometri merupakan penentuan kadar senyawa berdasarkan reaksi reduksi-


oksidasi dimana proses titrasi (reaksi antara reduktor dan bromine berjalan lambat)
sehingga dilakukan titrasi secara tidak langsung dengan menambahkan bromine
berlebih. Sedangkan bromatometri dilakukan dengan titrasi secara langsung karena
proses titrasi berjalan cepat.

Titrasi bromometri adalah salah satu metodetitrasi yang didasarkan pada reaksi
oksidasi reduksi. Metode ini lebih banyak digunakan dalam analisa jika dibandingkan
dengan metode lain.Alasan dipilihnya metode ini karena perbandingan stoikometri
yangsederhana pelaksanannya praktis dan tidak banyak masalah dan
mudah.Bromatometri merupakan salah satu metode oksidimetri dengandasar reaksi
oksidasi dari ion Bromat (BrO3).
Metode Titrasi langsung dan tidak langsung dalam bromometri dan
bromatometri terutama digunakanuntuk menetapkan senyawa organic aromatis
seperti misalnya, fenol-fenol, asam salisilat, resorsinol, perakklorfenol, dan
sebagainya dengan membentuk tribrom sustitusi. Metode ini juga digunakan untuk
senyawa arsen, dan stibium dalam bentuk trivalen walaupun bercampur dengan
stanium valensi empat. Dalam bidang farmasi metode penetapan kadar dengan titrasi
bromometri-bromatometri sangat penting karena senyawa-senyawa obat atau sediaan
farmasi lain khususnya yang mengandung senyawa organikarom

2.1.5 Bromatometri

10
Bromatometri merupakan salah satu metode oksidimetri dengandasar reaksi
oksidasi dari ion bromat ( BrO3 ). BrO3 + 6 H + 6 e ----> Br + 3 H2O Dari
persamaan reaksi ini ternyata bahwa satu gram ekuivalen samasengan 1/6 gram
molekul. Disini dibutuhkan lingkungan asam karenakepekatan ion H+ berpengharuh
terhadap perubahan ion bromat menjadi ion bromida.(1) Oksidasi potensiometri yang
relatif tinggi dari sistem menunjukkan bahwa kalium bromat adalah oksidator yang
kuat. Hanya saja kecepatanreaksinya tidak cukup tinggi. Untuk menaikkan kecepatan
ini titrasi dilakukan dalam keadaan panas dan dalam lingkungan asam kuat.(2) Seperti
yang terlihat dari reaksi di atas, ion bromat direduksi menjadi ion bromide selama
titrasi. Adanya sedikit kelebihan kalium bromat dalam larutan akan menyebabkan ion
bromide bereaksi dengan ion bromat. BrO3 + 6 H + 5 Br ----> 3Br2 + 3 H2O
Bromine yang dilepaskan akan merubah larutan menjadi warna kuningpucat. Warna
ini sangat lemah sehingga tidak mudah untuk menetapkan titik akhir. Bromine yang
dilepaskan tidak stabil karena mempunyai tekanan uap yang tinggi dan mudah
menguap. Karena itu penetapan harus dilakukan pada suhu serendah mungkin, serta
labu yang dipakai harus ditutup. (2) Jika reaksi antara senyawa reduktor dan bromine
dalam lingkungan asam berjalam cepat, maka titrasi dapat dijalankan langsung,
dimana titik akhir titrasi ditunjukkan denghan munculnya warna bromine dalam
larutan.Tetapi jika reaksi antara bromine dan zat yang akan ditetapkan berjalan
lambat, maka dilakukan titrasi secara tidak langsung, yaitu dengan menambahkan
bromine yang berlebih dan bromine yang berlebih ini ditetapkan secara iodometri
dengan dititrasi dengan natrium tiosulfat baku.(3) Dengan terbentunya brom, titik
akhir titrasi dapat ditentukandengan terjadinya warna kuning dari brom, akan tetapi
supaya warna inimenjadi jelas maka perlu ditambah indicator seperti jingga metal,
merahfiuchsin, dan lain-lain.(2)

 Titrasi bromometri dan bromatometri

adalah salah satu metodetitrasi yang didasarkan pada reaksi oksidasi


reduksi. Metode ini lebih banyak digunakan dalam analisa jika dibandingkan dengan
metode lain.Alasan dipilihnya metode ini karena perbandingan stoikometri

11
yangsederhana pelaksanannya praktis dan tidak banyak masalah dan
mudah.Bromatometri merupakan salah satu metode oksidimetri dengandasar reaksi
oksidasi dari ion Bromat (BrO3). Metode Titrasi langsung dantidak langsung dalam
bromometri dan bromatometri terutama digunakanuntuk menetapkan senyawa
organic aromatis seperti misalnya, fenol-feno,asam

salisilat, resorsinol, perakklorfenol, dan sebagainya denganmembentuk


tribrom sustitusi.Metode ini jjuga digunakan untuk senyawa arsen, dan stibiumdalam
bentuk trivalen walaupun bercampur dengan stanium valensiempat.Dalam bidang
farmasi metode penetapan kadar dengan titrasibromometri-bromatometri sangat
penting karena senyawa-senyawa obatatau sediaan farmasi lain khususnya yang
mengandung senyawa organikaromatis perlu diketahui kadarnya agar dapat diperoleh
mutu dan kualitasdari sediaan farmasi tersebut. Oksidasi potensiometri yang relatif
tinggi dari sistem ini menunjukkan bahwa kalium bromat adalah oksidator kuat.
Hanya saja kecepatan reaksinya tidak cukup tinggi. Untuk menaikkan kecepatan ini
titrasi dilakukan dalam keadaan panas dan dalam lingkungan asam kuat. Adanya
sedikit kelebihan kalium bromat dalam larutan akan menyebabkan ion bromida
bereaksi dengan ion bromat, dan bromin yang dibebaskan akan merubah larutan
menjadi warna kuning pucat, warna ini sangat lemah sehingga tidak mudah untuk
menetapkan titik akhir.) Kalium Bromat merupakan zat pengoksidasi (oksidator) yang
kuat dengan nilai potensial standarnya sebesar 1,44 V. Dalam suasana asam, kalium
bromat dengan adanya bromida akan menoksidasi bromida menjadi brom. KBrO3 +
5KBr + 6HCl 3Br2 + 6KCl + 3H2O Aplikasi bromatometri dalam analisis kuantitatif
untuk : 1. senyawa-senyawa yang bersifat reduktor seperti vitamin C 2. senyawa-
senyawa yang mampu bereaksi secara subtitusi dengan brom seperti fenol, asam
salisilat, anilin, dan sulfonamida. 3. senyawa-senyawa yang mampu bereaksi secara
adisi dengan brom seperti kalsium siklobarbital dan etena. Reaksi brominasi
senyawa-senyawa organik larutan standar seperti kalium bromat dapat dipergunakan
untuk menghasilkan sejumlah bromin dengan kuantitas yang diketahui. Bromin
tersebut kemudian dapat digunakan untuk membrominasi secara kuantitatif berbagai

12
senyawa organik. Bromide berlebih hadir dalam kasus-kasus semacam ini, sehingga
jumlah bromin yang dihasilkan dapat dihitung dari jumlah KBrO3 yang diambil.
Biasanya bromin yang dihasilkan apabila terdapat kelebihan pada kuantitas yang
dibutuhkan untuk membrominasi senyawa organik tersebut untuk membantu
memaksa reaksi ini agar selesai sepenuhnya.Reaksi bromin dengan senyawa
organiknya dapat berupa subtitusi atau bisa juga reaksi adisi

Dalam suasana asam, ion bromat mampu mengoksidasi iodida menjadi iod,
sementara dirinya direduksi menjadi brimida :

BrO3- + 6H+ + 6I+ Br- + 3I2 + 3H2O Tidak mudah mengikuti serah terima
elektron dalam hal ini, karena suatu reaksi asam basa (penetralan H+ menjadi H2O)
berimpit dengan tahap redoksnya. Namun nampak bahwa 6 ion iodida kehilangan 6
elektron, yang pada gilirannya diambil oleh sebuah ion bromat tunggal

2.1.5 Serimetri

Titrasi Serimetri adalah titrasi menggunakan larutan baku serium sulfat, untuk zat
uji yang bersifat reduktor.

Contoh : Titrasi zat uji yang mengandung ion ferro.

Prinsip : Larutan zat uji dalam suasana asam dititrasi dengan larutan baku serium
sulfat (Ce(SO4)2).

Reaksi : (untuk zat uji yang mengandung ion ferro)

Fe2+ → Fe3+ + e oksidasi

Ce4+ + e →Ce3+ reduksi

Fe2+ + Ce4+ → Fe3+ + Ce3+ redoks

Reaksi yang terjadi :

13
Perubahan warna indikator pada titik akhir titrasi adalah dari merah menjadi biru
pucat.

Titrasi dilakukan dalam suasana asam , karena pada kebasaan yang relatif
rendah mudah terjadi hidrolisis dari garam serium (IV) sulfat menjadi serium
hidroksida yang mengendap, oleh karena itu titrasi harus dilakukan pada media asam
kuat.

KEBAIKAN SERIUM SULFAT:

1. Sangat stabil pada penyimpanan yang lama dan tidak perlu terlindung dari
cahaya dan pada pendidihan yang terlalu lama tidak mengalami perubahan
konsentrasi.
2. Reaksi ion serium (IV) dengan reduktor dalam larutan asam memberikan
perubahan valensi yang sederhana (valensinya satu) Ce4+ + e- → Ce3+ sehingga
berat ekivalennya adalah sama dengan berat molekulnya.
3. Merupakan oksidator yang baik sehingga semua senyawa yang dapat ditetapkan
dengan kalium permanganat dapat ditetapkan dengan serium (IV) sulfat.
4. Kurang berwarna sehingga tidak mengkaburkan pengamatan titik akhir dengan
indikator. Dapat digunakan untuk menetapkan kadar larutan yang mengandung
klorida dalam konsentrasi tinggi

KEBURUKAN SERIUM SULFAT:

Larutan serium (IV) sulfat dalam asam klorida pada suhu didih tidak stabil karena
terjadi reduksi oleh asam dan terjadi pelepasan klorin

2.6 PENENTUAN TITIK AKHIR TITRASI

A. Indikator ( visual )
1. Autoindikator adalah pereaksi sendiri indikator yang mempunyai
warna yang berbeda pada saat dalam bentuk teroksidasi dengan bentuk
tereduksinya
Contoh :

14
 KmnO4 : ungu menjadi tidak berwarna
 Ce(SO4)2 : kuning menjadi tidak berwarna
 12 : tidak berwarna
2. Indikator spesifik
Indikator khusus yang dapat menunjukan hilang / munculnya salah
satu bentuk tereduksi / teroksidasi.
a. Indikator internal
 Amilum : bila ada 12 ( biru )
 CHCI3 dan CCI4 : bila ada 12 ( ungu)
b. Indikator eksternal
 Pasta amylum – kl
 Fe(CNS)63-

Indikator eksternal digunakan di luar sistem titrasi dengan cara spot test

3. Indikator redoks
Suatu senyawa organik yang mempunyai sifat bolak- balik perubahan
warnanya pada saat dioksidasi dan direduksi .
Dua bentuk warna indikator ini ( bentuk teroksidasi dan tereduksi )
merupakan sistem potensial oksidasi-reduksi

Pemilihan indikator internal – redoks


Syarat :
Indikator mempunyai potensial standar = potensial pada titik setara
Suatu indikator haruslah dipilih yang berubah warna pada atau sekitar
potensial setara suatu reaksi redoks .

Contoh indikator redoks :


 Difenilamin
 Natrium difenilamin sulfonat
 Difenil benzidin
 Dll

Ketiga indikator tersebut biasanya digunakan sebagai larutan dalam asam


sulfat pekat mempunyai mekanisme kerja yang sama .

Bentuk tereduksi indikator ini adalah tidak berwarna , sedangkan bentuk


teroksidasinya berwarna ungu tua .

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Jenis-jenis titrasi redoks antara lain : Permanganometri, iodimetri,
iodometri, iodatometri , bromometri, bromatometri, serimetri .
2. Indikator yang umumnya digunakan dalam titrasi redoks adalah
difenilamin, natrium difenilamin sulfonat ,difenil benzidin
3. Pemahaman metode permanganometri, serimetri, iodo -iodimetri,
bromato-bromometri, iodatometri, dan serimetri sangat penting
terutama untuk penetapan kadar maupun pembakuan suatu bahan atau
menganalisis senyawa obat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Brady, R.A. dan A.L underwood .1990. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi IV.
Erlangga:Jakarta

Chandra, I.G.N. Putu. 2009. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Akademi Farmasi
Bina Husada: Kendari

Petrucci, Ralph H dan Willias S. harwood. 1997. General Chemistry. Nww


Jersey: Pantice Hall

Rivai,Harrisul. 1995. Asas pemeriksaan Kimia. UI: Jakarta

17

You might also like