Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Titrasi redoks adalah salah satu cara yang digunakan untuk melakukan
penentuan kadar suatu zat. Dalam makalah ini dibahas mengenai penentuan
kadar besi (II). Penentuan kadar besi ada berbagai macam, salah satunya adalah
dengan metode titrimetri. Menurut buku Farmakope Indonesia, penetapan kadar
besi dapat dilakukan dengan menggunakan metode serimetri. Metode serimetri
merupakan metode titrasi yang menggunakan prinsip reaksi redoks di dalamnya.
Metode ini memiliki kelebihan diantaranya adalah larutannya (serium(IV) sulfat)
lebih stabil dalam penyimpanan, merupakan oksidator yang baik, larutannya
kurang berwarna sehingga jelas pembacaan titik akhir dengan indikator. Metode
ini merupakan metode yang baik, namun metode serimetri ini menjadi jarang
disukai karena bahannya yang tergolong mahal. Melihat dari kekurangan metode
serimetri yang bahannya tergolong mahal maka dalam penelitian ini akan
ditelaah kembali kemungkinan menggunakan metode titrasi lain yang juga
menggunakan prinsip reaksi redoks yaitu permanganometri.
1
antara lain Permanganometri merupakan oksidator kuat, tidak memerlukan
indikator, mudah diperoleh dan terjangkau. Adapun kekurangan dari metode ini
adalah larutan ini tidak stabil dalam penyimpanan, jadi harus sering dilakukan
pembakuan.
BAB II
2
PEMBAHASAN
1. Permanganometri
2. Iodimetri
3. Iodometri
4. Iodatimetri
5. Bromometri
6. Bromatometri
7. Serimetri
2.1.1 Permanganometri
3
pemanganat adalah oksidator kuat. KMnO4 dapat diperoleh dengan mudah,
tidak mahal dan tidak membutuhkan indikator kecuali untuk larutan yang
sangat encer.
Mangan mempunyai bilangan oksidasi +2, +3+, +4, +6, dan +7.
MnO4- + e- →MnO4
2MnO4- + 4H+ + 3e- → MnO2 + 2H2O
MnO4- + 8H+ + 4e- → Mn3+ + 4H2O
MnO4-+ 8H+ + 5e- → Mn2+ + 4H2O
4
tersedia dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Oksida
ini dilarutkan dalam Natrium hidroksida kemudian
diasamkan dengan asam klorida dan dititrasi dengan
permanganat:
5HAsO2 + 2MnO4-+ 6H+ + 2H2O→2Mn2+ +
5H3AsO4
Reaksi ini berjalan lambat pada suhu ruangan
kecuali ditambahkan katalis, misalnya KI, KIO3,
b) Natrium Oksalat
Na2C2O4, merupakan standar primer yang baik
untuk permanganat dalam larutan asam. Asam yang
digunakan adalah asam sulfat encer.Senyawa ini dapat
diperoleh dengan tingkat kemurnian yang tinggi, stabil
pada saat pengeringan, dan nonhigroskopik. Reaksinya
berjalan lambat dalam suhu ruangan, sehingga larutan
biasanya dipanaskan sampai sekitar 60 oC, mangan
(II) bertindak sebagai katalis.
5C2O42- + 2MnO4- + 16H+ 2Mn2+ + 10CO2
+ 8H2O
4. Penggunaan titrasi permanganometri
a) Penentuan besi dalam bijih-bijih besi Penentuan besi dalam
bijih-bijih besi adalah aplikasi terpenting dari permanganometri
Mula-mula bijih besi dilarutkan dalam asam klorida, lalu besi
direduksi menjadi Fe2+. Setelah semua besi berada sebagai
Fe2+b,kadarnya ditentukan dengan cara titrasi
5Fe2+ + MnO4-+ 8H+ --→ 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O
b) Hidrogen perioksida Peroksida bertindak sebagai zat pereduksi
2MnO4- + 5H2O2+ 6H+ → 2Mn2+ + 5O2(g) + 8H2O
c) Kalsium (secara tak langsung) Mula-mula kalsium diendapkan
sebagai CaC2O4. Setelah penyaringan dan pencucian, endapan
dilarutkan dalam asam sulfat dan oksalatnya dititrasi dengan
permanganat
5
2.1.2 Iodometri & Iodimetri
A. Pengertian Iodimetri
Dalam reaksi redoks harus selalu ada oksidator dan reduktor ,sebab bila
suatu unsur bertambah bilangan oksidasinya (melepaskan electron ), maka
harus ada suatu unsur yang bilangan oksidasinya berkurang atau turun
(menangkap electron) ,jadi tidak mungkin hanya ada oksidator ataupun
reduktor. Dalam metoda analisis ini , analat (titrat) dioksidasikan oleh I2,
sehingga I2tereduksi menjadi ion iodide, dengan kata lain I2bertindak sebagai
oksidator dengan reaksi:
I2 + 2 e - → 2 I-
B. Proses Iodimetri
Proses titrasi dengan menggunakan larutan Iod (I2) dapat dibedakan menjadi
dua yaitu
6
a) Proses tidak langsung (Iodometri)
7
langsung dengan menggunakan larutan Iodium diantaranya adalah
Tio (Na2S2O3), Arsenat (III), Antimon (III), Sulfida, Sulfit, Timah-Putih
(II) dan Ferisianida (Fe(CN)2.
Kelebihan :
Penitaran berlangsung lebih cepat karena titrat dan titran langsung bereaksi.
Penambahan kanji diawal titrasi.
Warna titik akhir lebih mudah teramati dari tidak berwarna menjadi biru.
Kekurangan :
2.1.3 Iodatometri
8
4H++4I-+O2 2I2+2H2O
Reaksi ini lambat dalam larutan netral, namun lebih cepat dalam asam dan
dipercepat olh UV. Setelah penambahan KI kedalam suatu larutan asam suatu zat
pengoksida larutan tidak boleh dibiarkan terlalu lama bersentuhan dengan udara ,
karena akan berbentuk tambahan iod oleh reaksi terlalu diatas. Nitrit tidak boleh ada,
karena garam ini akan direduksi oleh ion iodide menjadi Nitrogen monoksida , yang
kemudian dioksidasi kembali menjadi nitrit oleh oksigen dari udara.
2HNO2+2H++2I- 2NO+I2+2H2O
4NO+O2+2H2O 4HNO2
KI haruslah bebas dari iodat , karena kedua zat ini dalam suasana asam akan
bereaksi dengan melepaskan iod.
IO3-+5I-+6H+ 3I2+3H2O
IO3-+5I-+6H+ 3I2+3H2O
Reaksi iodat sangat kuat, reaksi ini hanya membutuhkan sedikit sekali
kelebihan ion Hidrogen untuk melengkapi reaksi kekurangan utama iodat sebagai
standar primer adalah BE-nya rendah.
Agar terhindar galar, harus benar dalam menimbang, biasanya ditimbang
banyak sampel. Diencerkan Dalam sebuah labu volumetri dan di ambil alikuot-
alikuot.
Oksidator lebih jarang ditemukan dibandingkan reduktor , namun demikian
oksidator dapat ditentukan reduktor. Reduktor yang lazim dipakai untuk penentuan
9
oksidator adalah Kalium Iodida, Ion Titanium (III), Ion Besi (III) dan Ion Vanadium
(II). Pada proses titrasi ini, digunakan suatu indicator yaitu suatu zat yang
ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai dinyatakan dengan perubahan warna,
menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi. Seperti yang telah diketahui
sebelumnya, dalam stoikiometri titrasi, titik ekuivalen dari reaksi netralisasi adalah
titik reaksi dimana asam dan basa kandungannya setara.
2.1.4 Bromometri
Titrasi bromometri adalah salah satu metodetitrasi yang didasarkan pada reaksi
oksidasi reduksi. Metode ini lebih banyak digunakan dalam analisa jika dibandingkan
dengan metode lain.Alasan dipilihnya metode ini karena perbandingan stoikometri
yangsederhana pelaksanannya praktis dan tidak banyak masalah dan
mudah.Bromatometri merupakan salah satu metode oksidimetri dengandasar reaksi
oksidasi dari ion Bromat (BrO3).
Metode Titrasi langsung dan tidak langsung dalam bromometri dan
bromatometri terutama digunakanuntuk menetapkan senyawa organic aromatis
seperti misalnya, fenol-fenol, asam salisilat, resorsinol, perakklorfenol, dan
sebagainya dengan membentuk tribrom sustitusi. Metode ini juga digunakan untuk
senyawa arsen, dan stibium dalam bentuk trivalen walaupun bercampur dengan
stanium valensi empat. Dalam bidang farmasi metode penetapan kadar dengan titrasi
bromometri-bromatometri sangat penting karena senyawa-senyawa obat atau sediaan
farmasi lain khususnya yang mengandung senyawa organikarom
2.1.5 Bromatometri
10
Bromatometri merupakan salah satu metode oksidimetri dengandasar reaksi
oksidasi dari ion bromat ( BrO3 ). BrO3 + 6 H + 6 e ----> Br + 3 H2O Dari
persamaan reaksi ini ternyata bahwa satu gram ekuivalen samasengan 1/6 gram
molekul. Disini dibutuhkan lingkungan asam karenakepekatan ion H+ berpengharuh
terhadap perubahan ion bromat menjadi ion bromida.(1) Oksidasi potensiometri yang
relatif tinggi dari sistem menunjukkan bahwa kalium bromat adalah oksidator yang
kuat. Hanya saja kecepatanreaksinya tidak cukup tinggi. Untuk menaikkan kecepatan
ini titrasi dilakukan dalam keadaan panas dan dalam lingkungan asam kuat.(2) Seperti
yang terlihat dari reaksi di atas, ion bromat direduksi menjadi ion bromide selama
titrasi. Adanya sedikit kelebihan kalium bromat dalam larutan akan menyebabkan ion
bromide bereaksi dengan ion bromat. BrO3 + 6 H + 5 Br ----> 3Br2 + 3 H2O
Bromine yang dilepaskan akan merubah larutan menjadi warna kuningpucat. Warna
ini sangat lemah sehingga tidak mudah untuk menetapkan titik akhir. Bromine yang
dilepaskan tidak stabil karena mempunyai tekanan uap yang tinggi dan mudah
menguap. Karena itu penetapan harus dilakukan pada suhu serendah mungkin, serta
labu yang dipakai harus ditutup. (2) Jika reaksi antara senyawa reduktor dan bromine
dalam lingkungan asam berjalam cepat, maka titrasi dapat dijalankan langsung,
dimana titik akhir titrasi ditunjukkan denghan munculnya warna bromine dalam
larutan.Tetapi jika reaksi antara bromine dan zat yang akan ditetapkan berjalan
lambat, maka dilakukan titrasi secara tidak langsung, yaitu dengan menambahkan
bromine yang berlebih dan bromine yang berlebih ini ditetapkan secara iodometri
dengan dititrasi dengan natrium tiosulfat baku.(3) Dengan terbentunya brom, titik
akhir titrasi dapat ditentukandengan terjadinya warna kuning dari brom, akan tetapi
supaya warna inimenjadi jelas maka perlu ditambah indicator seperti jingga metal,
merahfiuchsin, dan lain-lain.(2)
11
yangsederhana pelaksanannya praktis dan tidak banyak masalah dan
mudah.Bromatometri merupakan salah satu metode oksidimetri dengandasar reaksi
oksidasi dari ion Bromat (BrO3). Metode Titrasi langsung dantidak langsung dalam
bromometri dan bromatometri terutama digunakanuntuk menetapkan senyawa
organic aromatis seperti misalnya, fenol-feno,asam
12
senyawa organik. Bromide berlebih hadir dalam kasus-kasus semacam ini, sehingga
jumlah bromin yang dihasilkan dapat dihitung dari jumlah KBrO3 yang diambil.
Biasanya bromin yang dihasilkan apabila terdapat kelebihan pada kuantitas yang
dibutuhkan untuk membrominasi senyawa organik tersebut untuk membantu
memaksa reaksi ini agar selesai sepenuhnya.Reaksi bromin dengan senyawa
organiknya dapat berupa subtitusi atau bisa juga reaksi adisi
Dalam suasana asam, ion bromat mampu mengoksidasi iodida menjadi iod,
sementara dirinya direduksi menjadi brimida :
BrO3- + 6H+ + 6I+ Br- + 3I2 + 3H2O Tidak mudah mengikuti serah terima
elektron dalam hal ini, karena suatu reaksi asam basa (penetralan H+ menjadi H2O)
berimpit dengan tahap redoksnya. Namun nampak bahwa 6 ion iodida kehilangan 6
elektron, yang pada gilirannya diambil oleh sebuah ion bromat tunggal
2.1.5 Serimetri
Titrasi Serimetri adalah titrasi menggunakan larutan baku serium sulfat, untuk zat
uji yang bersifat reduktor.
Prinsip : Larutan zat uji dalam suasana asam dititrasi dengan larutan baku serium
sulfat (Ce(SO4)2).
13
Perubahan warna indikator pada titik akhir titrasi adalah dari merah menjadi biru
pucat.
Titrasi dilakukan dalam suasana asam , karena pada kebasaan yang relatif
rendah mudah terjadi hidrolisis dari garam serium (IV) sulfat menjadi serium
hidroksida yang mengendap, oleh karena itu titrasi harus dilakukan pada media asam
kuat.
1. Sangat stabil pada penyimpanan yang lama dan tidak perlu terlindung dari
cahaya dan pada pendidihan yang terlalu lama tidak mengalami perubahan
konsentrasi.
2. Reaksi ion serium (IV) dengan reduktor dalam larutan asam memberikan
perubahan valensi yang sederhana (valensinya satu) Ce4+ + e- → Ce3+ sehingga
berat ekivalennya adalah sama dengan berat molekulnya.
3. Merupakan oksidator yang baik sehingga semua senyawa yang dapat ditetapkan
dengan kalium permanganat dapat ditetapkan dengan serium (IV) sulfat.
4. Kurang berwarna sehingga tidak mengkaburkan pengamatan titik akhir dengan
indikator. Dapat digunakan untuk menetapkan kadar larutan yang mengandung
klorida dalam konsentrasi tinggi
Larutan serium (IV) sulfat dalam asam klorida pada suhu didih tidak stabil karena
terjadi reduksi oleh asam dan terjadi pelepasan klorin
A. Indikator ( visual )
1. Autoindikator adalah pereaksi sendiri indikator yang mempunyai
warna yang berbeda pada saat dalam bentuk teroksidasi dengan bentuk
tereduksinya
Contoh :
14
KmnO4 : ungu menjadi tidak berwarna
Ce(SO4)2 : kuning menjadi tidak berwarna
12 : tidak berwarna
2. Indikator spesifik
Indikator khusus yang dapat menunjukan hilang / munculnya salah
satu bentuk tereduksi / teroksidasi.
a. Indikator internal
Amilum : bila ada 12 ( biru )
CHCI3 dan CCI4 : bila ada 12 ( ungu)
b. Indikator eksternal
Pasta amylum – kl
Fe(CNS)63-
Indikator eksternal digunakan di luar sistem titrasi dengan cara spot test
3. Indikator redoks
Suatu senyawa organik yang mempunyai sifat bolak- balik perubahan
warnanya pada saat dioksidasi dan direduksi .
Dua bentuk warna indikator ini ( bentuk teroksidasi dan tereduksi )
merupakan sistem potensial oksidasi-reduksi
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Jenis-jenis titrasi redoks antara lain : Permanganometri, iodimetri,
iodometri, iodatometri , bromometri, bromatometri, serimetri .
2. Indikator yang umumnya digunakan dalam titrasi redoks adalah
difenilamin, natrium difenilamin sulfonat ,difenil benzidin
3. Pemahaman metode permanganometri, serimetri, iodo -iodimetri,
bromato-bromometri, iodatometri, dan serimetri sangat penting
terutama untuk penetapan kadar maupun pembakuan suatu bahan atau
menganalisis senyawa obat.
16
DAFTAR PUSTAKA
Brady, R.A. dan A.L underwood .1990. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi IV.
Erlangga:Jakarta
Chandra, I.G.N. Putu. 2009. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Akademi Farmasi
Bina Husada: Kendari
17