A. Defenisi Talasemia adalah suatu gangguan darah yang diturunkan ditandai oleh defisiensi produksi rantai globin pada hemoglobin (Suryadi dan rita, 2001: 23) Talasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan secara resesif (Arif Manjoer, 2000:497) Thalassemia adalah suatu kelompok anemia hemolitik kongenital herediter yang diturunkan secara autosomal, disebabkan oleh kekurangan sintesis rantai polipeptid yang menyusun molekul globin dalam hemoglobin. Thalasemia adalah suatu gangguan darah yang diturunkan ditandai oleh ) pada haemoglobin.(suryadi,2001). B. Etiologi 1. Struktural pembentukan hemoglobin abnormal 2. Transkripsi genetik 3. Tidak adanya gen Thalasemia terjadi akibat ketidakmampuan sumsum tulang membentuk protein yang dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin sebagaimana mestinya. Hemoglobin merupakan protein kaya zat besi yang berada di dalam sel darah merah dan berfungsi sangat penting untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh yang membutuhkannya sebagai energi. Apabila produksi hemoglobin berkurang atau tidak ada, maka pasokan energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh tidak dapat terpenuhi, sehingga fungsi tubuh pun terganggu dan tidak mampu lagi menjalankan aktivitasnya secara normal.Thalasemia adalah sekelompok penyakit keturunan yang merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembuatan salah satu dari keempat rantai asam amino yang membentuk hemoglobin. Thalasemia adalah penyakit yang sifatnya diturunkan. Penyakit ini, merupakan penyakit kelainan pembentukan sel darah merah. Adapun etiologi dari thalasemia adalah faktor genetik (herediter). Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel darah merah didalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek(kurang dari 100 hari). Penyebab kerusakan tersebut karena hemoglobin yang tidak normal (hemoglobinopatia) dan kelainan hemoglobin ini karena adanya gangguan pembentukan yang disebabkan oleh : Gangguan struktur pembentukan hemoglobin (hb abnormal) Gangguan jumlah (salah satu atau beberapa) rantai globin seperti pada Thalasemia) Penyebab Thalasemia β mayor. Thalasemia mayor terjadi apabila gen yang cacat diwarisi oleh kedua orang tua. Jika bapa atau ibu merupakan pembawa thalasemia,mereka boleh menurunkan thalasemia kepada anak-anak mereka. Jika kedua orang tua membawa ciri tersebut maka anak-anak mereka mungkin pembawa atau mereka akan menderita penyakit tersebut C. Patofisiologi Molekul globin terdiri atas sepasang rantai dan sepasang rantai lain yang menentukan jenis Hb. Pada orang normal terdapat 3 jenis Hb, yaitu Hb A (merupakan > 96% dari Hb total, tersusun dari 2 rantai dan 2 rantai Hb dan HbA2.Kelainan produksi dapat terjadi pada ranta thalassemia, rantai thalassemia rantai thalassemia, rantai thalassemia, maupun kombinasi kelainan rantai dan rantai thalassemia. Pada thalassemia, kekurangan produksi rantai beta menyebabkan kekurangan pembentukan (Hb A); kelebihan rantai akan berikatan dengan rantai yang secara kompensatoir Hb F meningkat; sisanya dalam jumlah besar diendapkan pada membran eritrosit sebagai Heinz bodies dengan akibat eritrosit mudah rusak (ineffective erythropoesis). Pada talasemia b, pembuatan rantai beta sangat terhambat. Sebagai kompetensi dibuat rantai gamma dan delta, tetapi kompensasi ini tidak mencukupi, sehingga kadar hemoglobin turun. Kurangnya ranta b berakibat meningkatnya rantai alfa. Rantai alfa ini mengalami denaturasi dan presipitasi didalam sel. Menimbulkan kerusakan membran sel yang lebih permiabel. Sehingga sel mudah pecah, dan terjadi hemoglobin, dengan akibat timbulnya oksigen yang aktif, yang mengoksidasi hemoglobin dan membran sel serta berakibat suatu hemolisi, hemosiderosis. D. Manifestasi Klinis Kelesuan Bibir,lidah,tangan,kaki berwarna pucat mulanya tidak jelas, biasanya menjadi lebih berat dalam tahun pertama kehidupan dan pada kasus yang berat terjadi dalam beberapa minggu setelah lahir. Sesak nafas Hilang selera makan dan bengkak dibagian abdomen Pada thalasemia mayor gejala klinik telah terlihat sejak umur kurang dari 1 tahun gejalah yang tampak adalah anak lemah, pucat, perkembangan fisik tidak sesuai dengan umur, berat badan kurang. Pada anak yang besar sering dijumpai adanya gizi buruk, perut membuncit, karena adanya pembesaran limfa dan hati. Adanya pembesaran limfa dan hati mempengharui gerak sipasien karena kemampuan terbatas. Limfa yang besar akan mudah ruptur. gejala ini adalah bentuk muka yang mongoloid dan hidung pesek tanpa pangkal hidung, jarak antara kedua mata lebar dan tulang dahi juga lebar, hal ini disebabkan karena adanya gangguan perkembangan ketulang muka dan tengkorak. Keadaan kulit pucat kekuning-kuningan jika pasien telah sering dapat tranfusi darah, kulit menjadi kelabu seperti besi akibat penimbunan besi dalam kuli, seperti pada jaringan tubuh yaitu limfa, hati, jantung sehingga menyebabkan gangguan pada alat-alat tersebut (hemokromatosis) E. Komplikasi Fraktur patologis Hepatosplenomegali Gangguan Tumbuh Kembang Disfungsi organ Gagal jantung Hemosiderosis Hemokromatosis Infeksi F. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah tepi : Hb rendah dapat sampai 2-3 g% Gambaran morfologi eritrosit : mikrositik hipokromik, sel target, anisositosis berat dengan makroovalositosis, mikrosferosit, polikromasi, basophilic stippling, benda Howell-Jolly, poikilositosis dan sel target. Gambaran ini lebih kurang khas. Retikulosit meningkat. 2. Sumsum tulang (tidak menentukan diagnosis) : Hiperplasi sistem eritropoesis dengan normoblas terbanyak dari jenis asidofil. Granula Fe (dengan pengecatan Prussian biru) meningkat. 3. Pemeriksaan khusus :Hb F meningkat : 20%-90% Hb total Elektroforesis Hb : hemoglobinopati lain dan mengukur kadar Hb F. Pemeriksaan pedigree: kedua orangtua pasien thalassemia mayor merupakan trait (carrier) dengan Hb A2 meningkat (> 3,5% dari Hb total). 4. Pemeriksaan lain : Foto Ro tulang kepala : gambaran hair on end, korteks menipis, diploe melebar dengan trabekula tegak lurus pada korteks. Foto tulang pipih dan ujung tulang panjang : perluasan sumsum tulang sehingga trabekula tampak jelas. G. Penatalaksanaan 1. Medikamentosa Pemberian iron chelating agent (desferoxamine): diberikan setelah kadar feritin serum sudah mencapai 1000 g/l atau saturasi transferin lebih 50%, atau sekitar 10-20 kali transfusi darah. Desferoxamine, dosis 25-50 mg/kg berat badan/hari subkutan melalui pompa infus dalam waktu 8-12 jam dengan minimal selama 5 hari berturut setiap selesai transfusi darah. Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian kelasi besi, untuk meningkatkan efek kelasi besi Asam folat 2-5 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat. Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapat memperpanjang umur sel darah merah. 2. Bedah Splenektomi, dengan indikasi: limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita, menimbulkan peningkatan tekanan intraabdominal dan bahaya terjadinya ruptur hipersplenisme ditandai dengan peningkatan kebutuhan transfusi darah atau kebutuhan suspensi eritrosit (PRC) melebihi 250 ml/kg berat badan dalam satu tahun. 3. Suportif Transfusi darah : Hb penderita dipertahankan antara 8 g/dl sampai 9,5 g/dl. Dengan kedaan ini akan memberikan supresi sumsum tualang yang adekuat, menurunkan tingkat akumulasi besi, dan dapat mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan penderita. Pemberian darah dalam bentuk PRC (packed red cell), 3 ml/kg BB untuk setiap kenaikan Hb 1 g/dl. 4. Lain-lain (rujukan subspesialis, rujukan spesialisasi lainnya) Tumbuh kembang, kardiologi, Gizi, endokrinologi, radiologi, Gigi.
3.2 Konsep Teoritis
A. Pengkajian a. Data Biografi (Nama, Tempat,Tanggal Lahir, Jenis Kelamin, Agama, Alamat,No.MR, Tanggal Masuk, Diagnosa, Penangging Jawab) b. Riwayat Kesehatan Keluhan Utama (Nyeri Kepala, Pasien Lemah, sesak nafas, badan kekuningan) Riwayat Kesehatan Sekarang (Kepala pusing dan badan terus semakin lemah bila digunakan beraktivitas dan badan kekuningan) Riwayat Kesehatan Dahulu (Antenatal : Diturunkan secara autosom dari ibu atau ayah yang menderita thalasemia Natal : peningkatan Hb F Prenatal : Penghambatan pembentukan rantai b) Riwayat Kesehatan Keluarga (Ada salah satu keluarga atau kedua orangtuanya menderita penyakit thalesemia) c. ADL (Activity Daily Living) Nutrisi : Nafsu makan menurun/anoreksia,mual,muntah. Istirahat tidur : Gelisah, Rewel Personal Hygiene : ketergantungan pada orang lain atau orangtua Aktivitas : Kelemahan,Keletihan/Kelelehan Eliminasi : Diare d. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Tanda-tanda vital (- Tekanan darah :Hipotensi - Nadi :Takikardi - Pernafasan : Takipnea - Suhu : naik/turun) Pemeriksaan Fisik Kepala : Muka mongoloid,deformitas pada muka dan hipersplenisme Mata : Kuning, konjungtiva pucat Hidung : nyeri sinus maxilla Mulut : bibir pucat, gusi pucat, pertumbuhan gizi buruk Thorak : tarikan intercostae, suara jantung murmur, pembesaran jantung Abdomen : terdapat hepatos plenomegali, pembesaran limfe Ekstremitas : tulang menjadi tipis danterjadi fraktur patologik B. Diagnosa Keperawatan 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhberhubungan dengan kurangnya selera makan. 2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan cardiac output 3. Perubahan eliminasi (konstipasi/ diare) berhungan dengan penurunan makanan diet,perubahan proses pencernaan,efek samping terpai obat C. Perencanaan/Intervensi 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhberhubungan dengan kurangnya selera makan. Kriteria Hasil : tidak mengalami malnutrisi Intervensi: Observasi riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai Timbang berat badan setiap hari Mengijinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan Observasi dan catat masukan makanan pasien 2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan cardiac output Kriteria Hasil : Menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal dan paru bersih Intervensi: Tinggikan kepala dan bantu mengubag posisi. Bangunkan pasien untuk turun dari tempat tidur dan ambulasi sesegera mungkin Obsevasi frekuensi,kedalam pernafasan dan ekspansi dada Berikan oksigen tambahan Pertahankan perilaku tenag,bantu pasien untuk kontrol diri dengan menggunakan pernafasan lebih lambatdan dalam 3. Perubahan eliminasi (konstipasi/ diare) berhungan dengan penurunan makanan diet,perubahan proses pencernaan,efek samping terpai obat Krirteria Hasil : individu akan memperlihatkan peningkatan eliminasi usu Intervensi: Anjurkan minum segelas air hangat 30 menit sebelum sarapan pagi Hindari makanan yang bergas Berikan masukan air sedikitnya 6 sampai 10 gelas.