Professional Documents
Culture Documents
BAB II
PEMBAHASAN
E. Manifestasi Klinis
Gejala klinis dari leukemia pada umumnya adalah sebagai berikut.
a. Anemia
Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari kegagalan
sumsum tulang memproduksi sel darah merah. Ditandai dengan berkurangnya
konsentrasi hemoglobin, turunnya hematokrit, jumlah sel darah merah kurang.
Anak yang menderita leukemia mengalami pucat, mudah lelah, kadang-kadang
sesak nafas.
b. Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi
Disebabkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan
menurunkan daya tahan tubuh karena leukosit yang berfungsi untuk
mempertahankan daya tahan tubuh tidak dapat bekerja secara optimal.
c. Perdarahan
Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan
mukosa seperti gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan bawah kulit yang sering
disebut petekia. Perdarahan ini dapat terjadi secara spontan atau karena trauma.
Apabila kadar trombosit sangat rendah, perdarahan dapat terjadi secara spontan.
d. Penurunan kesadaran
Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat menyebabkan
berbagai gangguan seperti kejang sampai koma.
e. Penurunan nafsu makan
f. Kelemahan dan kelelahan fisik
Manifestasi Klinik Berdasarkan Klasifikasinya
1. Leukemia Limfositik Akut
Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan kegagalan
sumsum tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia (mudah lelah, letargi,
pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan perdarahan. Selain itu juga ditemukan
anoreksi, nyeri tulang dan sendi, hipermetabolisme. Nyeri tulang bisa dijumpai
terutama pada sternum, tibia dan femur.
2. Leukemia Mielogenus Akut
Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang disebabkan
oleh sindrom kegagalan sumsum tulang. perdarahan biasanya terjadi dalam
bentuk purpura atau petekia. Penderita LMA dengan leukosit yang sangat tinggi
(lebih dari 100 ribu/mm3) biasanya mengalami gangguan kesadaran, napas sesak,
nyeri dada dan priapismus. Selain itu juga menimbulkan gangguan metabolisme
yaitu hiperurisemia dan hipoglikemia.
3. Leukemia Limfositik Kronik
Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK yang
mengalami gejala biasanya ditemukan limfadenopati generalisata, penurunan
berat badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu makan dan
penurunan kemampuan latihan atau olahraga. Demam, keringat malam dan
infeksi semakin parah sejalan dengan perjalanan penyakitnya.
4. Leukemia Mielogenus Kronik
LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blas. Pada
fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang akibat desakan
limpa dan lambung. Penurunan berat badan terjadi setelah penyakit berlangsung
lama. Pada fase akselerasi ditemukan keluhan anemia yang bertambah berat,
petekie, ekimosis dan demam yang disertai infeksi.
F. Komplikasi
Leukemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, diantaranya yaitu:
a. Gagal sumsum tulang (Bone marrow failure). Sumsum tulang gagal memproduksi
sel darah merah dalam umlah yang memadai, yaitu berupa:
Lemah dan sesak nafas, karena anemia(sel darah merah terlalu sedikit)
Infeksi dan demam, karena berkurangnya jumlah sel darah putih
Perdarahan, karena jumlah trombosit yang terlalu sedikit.
b. Infeksi. Leukosit yang diproduksi saat keadaan LGK adalah abnormal, tidak
menjalankan fungsi imun yang seharusnya. Hal ini menyebabkan pasien menjadi
lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan LGK juga dapat menurunkan
kadar leukosit hingga terlalu rendah, sehingga sistem imun tidak efektif.
c. Hepatomegali (Pembesaran Hati). Membesarnya hati melebihi ukurannya yang
normal.
d. Splenomegali (Pembesaran Limpa). Kelebihan sel-sel darah yang diproduksi saat
keadaan LGK sebagian berakumulasi di limpa. Hal ini menyebabkan limpa
bertambah besar, bahkan beresiko untuk pecah.
e. Limpadenopati. Limfadenopati merujuk kepada ketidaknormalan kelenjar getah
bening dalam ukuran, konsistensi, ataupun jumlahnya.
f. Kematian
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah tepi dan
pemeriksaan sumsum tulang.
a. Pemeriksaan Darah Tepi
Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis (60%) dan kadang-
kadang leukopenia (25%). Pada penderita LMA ditemukan penurunan eritrosit dan
trombosit. Pada penderita LLK ditemukan limfositosis lebih dari 50.000/mm3,
sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan leukositosis lebih dari
50.000/mm3.
b. Pemeriksaan Sumsum Tulang
Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut ditemukan keadaan
hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia (blast), terdapat
perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang matang tanpa sel antara
(leukemic gap). Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum tulang.
Pada penderita LLK ditemukan adanya infiltrasi merata oleh limfosit kecil yaitu
lebih dari 40% dari total sel yang berinti. Kurang lebih 95% pasien LLK disebabkan
oleh peningkatan limfosit B. Sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan
keadaan hiperselular dengan peningkatan jumlah megakariosit dan aktivitas
granulopoeisis. Jumlah granulosit lebih dari 30.000/mm3.
H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan darah lengkap (CBC) : anak dengan CBC kurang dari 10.000/mm3
saat didiagnosis memiliki prognosis paling baik; jumlah leukosit lebih dari
50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak.
Aspirasi sumsum tulang (bmp): hiperseluler terutama banyak sel muda.
Jika ditemukannya 25% sel blas akan memperkuat diagnosis.
Lumbal punksi untuk mengetahui apakah syaraf pusat terinfiltrasi.
Hitung trombosit untuk menunjukan kapasitas pembekuan.
I. Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan medis
Tranfusi darah, biasanya diberikan jika kadar HB kurang dari 6 g%. Pada
trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan tranfusi
trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan Heparin.
Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya). Setelah sicapai
remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
Sistostatika. Selain sitostatika yang lama (6-markaptopurin atau 6-mp, metotreksat
atau MTX) pada waktu ini dipakai juga yang baru dan lebih poten seperti vinkristin
(Oncovin), rubidomisin (daunorubycine) dan berbagai nama obat lainnya.
Umumnya sitaostatika diberikan dalam kombinasi bersama-sama dengan
prednison. Pada pemberian obat-obatan ini sering terdapat akibat samping berupa
alopesia (botak), stomatitis, leukopenia, infeksi skunder atau kandidiasis. Bila
jumlah leukosit kurang dari 2000/mm pemberian harus hati-hati.
Infeksi sekunder dihindarkan (lebih baik pasien dirawat yang suci hama)
Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai remisi dan
jumlah sel leukemia cukup rendah, imunoterapi mulai diberikan (mengenai cara
pengobatan yang terbaru masih dalam pengembangan).
Transplantasi sumsum tulang sebagai terapi.
b) Penatalaksanaan Keperawatan
Masalah pasien yang perlu diperhatikan umumnya sama dengan pasien lain
yang menderita penyakit darah. Tetapi karena prognosis pasien pada umumnya
kurang menggembirakan (sama seperti pasien kanker lainnya) maka pendekatan
pisikososial harus diutamakan. Yang perlu dipersiapkan ruangan aseptik dan cara
bekerja yang aseptik pula. Sikap perawat yang ramah dan lembut diharapkan tidak
hanya untuk pasien saja tetapi juga pada keluarga yang dalam hal ini sangat peka
perasaannya jika mengetahui penyakit anaknya.
Infection Protection
Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
Monitor hitung
granulosit, WBC
Monitor kerentanan
terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Nutrition Monitoring
BB dalam batas
normal
Monitor adanya
penurunan berat badan
Monitor lingkungan
selera makan
Monitor turgor kulit
Monitor mual dan
muntah
Monior kalori dan in
take nutrisi
4. Nyeri berhubungan NOC NIC
dengan efek fisiologis Pain level Pain management
dari leukimia Pain control Lakukan pengkajian
Comfort level nyeri secara
Kriteria hasil : komprehensif
Mampu mengontrol Observasi reaksi
nyeri nonverbal dari
Melaporkan bahwa ketidaknyamanan
nyeri berkurang dengan Kontrol lingkungan
menggunakan yang dapat
manajemen nyeri mempengaruhi nyeri
Mampu mengenali Pilih penanganan nyeri
nyeri baik farmakologi
Menyatakan rasa maupun non
nyaman setelah nyeri farmakologi
berkurang Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri
Tingkatkan istirahat
Analgesic
administration
Tentukan lokasi,
karakteristik,dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Cek intruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik
tergantung tipe dan
berat nyeri
Monitor tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali