You are on page 1of 10

Hubungan Faktor Ergonomis di Lingkungan Kerja dengan Low Back Pain

ARTIKEL PENELITIAN
Hubungan Faktor Ergonomis di Lingkungan Kerja dengan Low Back Pain

Andi Mohammad Fadillah


Sub-departemen Kedokteran Okupasi, Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas
Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

Abstrak
Latar Belakang : Low back pain (LBP) adalah nyeri punggung bawah, nyeri yang dirasakan
di punggung bagian bawah, bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis untuk suatu
penyakit namun merupakan istilah untuk sindrom nyeri yang dirasakan di area anatomi yang
terkena dengan berbagai variasi lama terjadinya nyeri. Sekitar 80 persen dari populasi pernah
menderita nyeri punggung bawah paling tidak sekali dalam hidupnya. Terdapat beberapa
faktor risiko penting yang terkait dengan kejadian LBP yaitu faktor individu, faktor pekerjaan
dan faktor lingkungan. Faktor individu yaitu terdiri dari usia, jenis kelamin, indeks massa
tubuh, masa kerja, kebiasaan merokok, riwayat pendidikan, tingkat pendapatan, aktivitas fisik
dan riwayat trauma. Faktor pekerjaan yaitu beban kerja, posisi kerja, gerakan repetisi dan
durasi. Faktor lingkungan yaitu getaran dan kebisingan. Pekerjaan mengangkat menjadi
penyebab terlazim dari LBP, yang menyebabkan sekitar 80% kasus.

Metode : Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan Cross
Sectional melalui proses Walk Through Survey. Data yang digunakan berupa kebiasaan
responden, dan data faktor-faktor pencetus Low Back Pain, seperti faktor ergonomis. Data
pengukuran adanya kecenderungan nyeri pada punggung bawah dengan menggunakan check
list. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien dengan diagnosis Low Back Pain yang
mengeluh nyeri punggung saat melakukan pekerjaan. Distribusi sampel penelitian
berdasarkan jenis pekerjaan yang dilakukan, didapatkan hasil 1 karyawan dari 8 karyawan
mengalami nyeri punggung bagian bawah.

Hasil : Prevalensi Low Back Pain sebesar 12,5%. Faktor yang dominan berpengaruh dalam
Low Back Pain berupa faktor ergonomis yaitu postur saat bekerja dengan posisi berdiri dan
membungkuk dengan cukup lama dan berulang.

Page 1
Hubungan Faktor Ergonomis di Lingkungan Kerja dengan Low Back Pain

Kesimpulan : Faktor ergonomis di lingkungan kerja, yaitu saat bekerja dengan postur berdiri
dan membungkuk yang cukup lama dan berulang mempunyai hubungan yang signifikan
dengan terjadinya keluhan nyeri punggung bagian bawah.

Kata kunci: Faktor ergonomis, Low Back Pain, nyeri punggung bawah, postur saat bekerja

Latar Belakang:
Penyakit akibat kerja merupakan sebuah epidemik. Sekitar 80 persen dari
suatu penyakit yang diderita pekerja dalam populasi pernah menderita nyeri
hubungan dengan kerja, baik faktor risiko punggung bawah paling tidak sekali
karena kondisi tempat kerja, peralatan dalam hidupnya4. Prevalensi penyakit
kerja, material yang dipakai, proses musculoskeletal di Indonesia berdasarkan
produksi, cara kerja, limbah perusahaan pernah didiagnosis oleh tenaga kesehatan
dan hasil produksi1. Salah satu penyakit yaitu 11,9 persen dan berdasarkan
akibat kerja yang menjadi masalah diagnosis atau gejala yaitu 24,7 persen
kesehatan yang umum terjadi di dunia dan sedangkan di provinsi Lampung angka
mempengaruhi hampir seluruh populasi prevalensi penyakit musculoskeletal
adalah LBP. Low back pain adalah nyeri berdasarkan diagnosis dan gejala yaitu
punggung bawah, nyeri yang dirasakan di 18,9 persen5. Prevalensi penyakit
punggung bagian bawah, bukan musculoskeletal tertinggi berdasarkan
merupakan penyakit ataupun diagnosis pekerjaan adalah pada petani, nelayan
untuk suatu penyakit namun merupakan atau buruh yaitu 31,2 persen5. Prevalensi
istilah untuk nyeri yang dirasakan di area meningkat terus menerus dan mencapai
anatomi yang terkena dengan berbagai puncaknya antara usia 35 hingga 55
variasi lama terjadinya nyeri2. Nyeri tahun. Semakin bertambahnya usia
punggung bawah tersebut merupakan seseorang, risiko untuk menderita LBP
penyebab utama kecacatan yang akan semakin meningkat karena
mempengaruhi pekerjaan dan terjadinya kelainan pada diskus
kesejahteraan umum. Keluhan LBP dapat intervertebralis pada usia tua.2
terjadi pada setiap orang, baik jenis Low back pain atau nyeri
kelamin, usia, ras, status pendidikan dan punggung bawah, nyeri yang dirasakan di
profesi3. punggung bagian bawah, bukan
Prevalensi nyeri musculoskeletal, merupakan penyakit ataupun diagnosis
termasuk LBP, dideskripsikan sebagai untuk suatu penyakit namun merupakan

Page 2
Hubungan Faktor Ergonomis di Lingkungan Kerja dengan Low Back Pain

istilah untuk nyeri yang dirasakan di area tulang belakang, otot, diskus
anatomi yang terkena dengan berbagai intervertebralis, sendi, maupun struktur
variasi lama terjadinya nyeri. Nyeri ini lain yang menyokong tulang belakang.
dapat berupa nyeri lokal, nyeri radikuler, Kelainan tersebut antara lain kelainan
ataupun keduanya. Nyeri ini terasa kongenital/kelainan perkembangan terdiri
diantara sudut iga terbawah sampai lipat dari spondilosis dan spondilolistesis,
bokong bawah yaitu di daerah lumbal kiposkoliosis, spina bifida, gangguan
atau lumbo-sakral, nyeri dapat menjalar korda spinalis, trauma minor yaitu
hingga ke arah tungkai dan kaki2. regangan dan cedera whiplash, fraktur
Low back pain terdiri dari tiga jenis atau traumatik yaitu jatuh, kecelakaan
yaitu lumbar Spinal Pain atau nyeri di kendaraan bermotor, atraumatik yaitu
daerah yang dibatasi superior oleh garis osteoporosis, infiltrasi neoplastik, steroid
transversal imajiner yang melalui ujung eksogen, herniasi diskus intervertebral,
prosesus spinosus dari vertebreae thorakal degeneratif: kompleks diskus-osteofit,
terakhir, inferior oleh garis transversal gangguan diskus internal, stenosis
imajiner yang melalui ujung prosesus spinalis dengan klaudikasio neurogenik,
spinosus dari vertebrae sacralis pertama gangguan sendi vertebral, gangguan sendi
dan lateral oleh garis vertikal tangensial (misalnya arthritis reumatoid), arthritis:
terhadap batas lateral spina lumbalis, spondilosis, artropati facet atau
sacral spinal pain atau nyeri di daerah sakroiliaka, autoimun (misalnya
yang dibatasi superior oleh garis ankylosing spondilitis, sindrom reiter),
transversal imajiner yang melalui ujung neoplasma: metastasis, hematologic,
processus spinosus vertebreae sacralis tumor tulang primer, infeksi/inflamasi:
pertama, inferior oleh garis transversal osteomyelitis vertebral, abses epidural,
imajiner yang melalui sendi sepsis diskus, meningitis, arachnoiditis
sakrokoksigeal posterior dan lateral oleh lumbalis, metabolik: osteoporosis,
garis imajiner melalui spina iliaka superior hiperparatiroid, imobilitas, osteosklerosis
posterior dan inferior dan lumbosacral (misalnya penyakit paget), vaskular:
Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah daerah aneurisma aorta abdominal, diseksi arteri
lumbar spinal pain dan 1/3 atas daerah vertebral , dan lainnya seperti nyeri alih
sacral spinal pain9. dari gangguan visceral, sikap tubuh,
Nyeri punggung dapat disebabkan psikiatrik, pura-pura sakit serta sindrom
oleh berbagai kelainan yang terjadi pada nyeri kronik10.

Page 3
Hubungan Faktor Ergonomis di Lingkungan Kerja dengan Low Back Pain

Low back pain dapat disebabkan diselesaikan oleh seseorang ataupun


oleh berbagai penyakit muskuloskeletal, sekelompok orang, selama periode waktu
gangguan psikologis dan mobilisasi yang tertentu dalam keadaan normal. Pekerjaan
salah3. Terdapat beberapa faktor risiko atau gerakan yang menggunakan tenaga
penting yang terkait dengan kejadian LBP besar akan memberikan beban mekanik
yaitu usia diatas 35 tahun, perokok, masa yang besar terhadap otot, tendon, ligamen
kerja 5-10 tahun, posisi kerja, kegemukan dan sendi. Beban yang berat akan
dan riwayat keluarga penderita menyebabkan iritasi, inflamasi, kelelahan
musculoskeletal disorder6. Faktor lain otot, kerusakan otot, tendon dan jaringan
yang dapat mempengaruhi timbulnya lainnya7. Penelitian Nurwahyuni
gangguan LBP meliputi karakteristik melaporkan bahwa persentase tertinggi
individu yaitu indeks massa tubuh (IMT), responden yang mengalami keluhan LBP
tinggi badan, kebiasaan olah raga, masa adalah pekerja dengan berat beban > 25
kerja, posisi kerja dan berat beban kerja7. kg11.
Berat beban yang diangkat, Posisi kerja yang janggal adalah
frekuensi angkat serta cara atau teknik posisi tubuh yang menyimpang secara
mengangkat beban sering dapat signifikan dari posisi tubuh normal saat
mempengaruhi kesehatan pekerja berupa melakukan pekerjaan. Bekerja dengan
kecelakaan kerja ataupun timbulnya nyeri posisi janggal dapat meningkatkan jumlah
atau cedera pada punggung8. Sebanyak energi yang dibutuhkan dalam bekerja.
90% kasus LBP bukan disebabkan oleh Posisi janggal dapat menyebabkan kondisi
kelainan organik, melainkan oleh dimana transfer tenaga dari otot ke
kesalahan posisi tubuh dalam bekerja. jaringan rangka tidak efisien sehingga
Pekerjaan mengangkat menjadi penyebab mudah menimbulkan kelelahan. Termasuk
terlazim dari LBP, yang menyebabkan ke dalam posisi janggal adalah
80% kasus. pengulangan atau waktu lama dalam posisi
Beban kerja merupakan beban menggapai, berputar, memiringkan badan,
aktivitas fisik, mental, sosial yang berlutut, jongkok, memegang dalam posisi
diterima oleh seseorang yang harus statis dan menjepit dengan tangan. Posisi
diselesaikan dalam waktu tertentu, sesuai ini melibatkan beberapa area tubuh seperti
dengan kemampuan fisik, maupun bahu, punggung dan lutut karena daerah
keterbatasan pekerja yang menerima inilah yang paling sering mengalami
beban tersebut. Beban kerja adalah cedera12.
sejumlah kegiatan yang harus

Page 4
Hubungan Faktor Ergonomis di Lingkungan Kerja dengan Low Back Pain

Repetisi adalah pengulangan METODE


gerakan kerja dengan pola yang sama. Penelitian ini menggunakan
Frekuensi gerakan yang terlampau sering metode penelitian deskriptif dengan
akan mendorong fatigue dan ketegangan pendekatan cross sectional melalui proses
otot tendon. Ketegangan otot tendon dapat Walk Through Survey. Data yang
dipulihkan apabila ada jeda waktu istirahat digunakan berupa kebiasaan responden,
yang digunakan untuk peregangan otot. dan data faktor-faktor pencetus Low Back
Dampak gerakan berulang akan meningkat Pain, seperti faktor ergonomis berupa
bila gerakan tersebut dilakukan dengan postur saat bekerja dengan posisi berdiri
postur janggal dengan beban yang berat dan membungkuk dengan waktu yang
dalam waktu yang lama. Frekuensi cukup lama dan berulang.
terjadinya sikap tubuh terkait dengan Sampel dalam penelitian ini adalah
berapa kali repetitive motion dalam pasien dengan diagnosis Low Back Pain
melakukan pekerjaan. Keluhan otot terjadi dengan keluhan nyeri punggung bawah
karena otot menerima tekanan akibat yang masih berlangsung saat melakukan
beban terus menerus tanpa memperoleh pekerjaan. Distribusi sampel penelitian
kesempatan untuk relaksasi11. berdasarkan jenis pekerjaan yang
Durasi adalah jumlah waktu dilakukan, didapatkan 1 karyawan dari 8
terpajan faktor risiko. Durasi didefinisikan karyawan. Akan tetapi penelitian pada
sebagai durasi singkat jika < 1 jam per studi cross sectional terdapat beberapa
hari, durasi sedang yaitu 1-2 jam per hari kelemahan yaitu kurangnya jumlah kasus
dan durasi lama yaitu > 2 jam per hari. yang didapatkan, berat-ringannya kasus
Durasi terjadinya postur janggal yang sulit ditentukan, dan kurangnya waktu
berisiko bila postur tersebut dipertahankan yang didapatkan untuk melanjutkan
lebih dari 10 detik. Risiko fisiologis utama survey. Selain itu, penelitian dengan studi
yang dikaitkan dengan gerakan yang ini tidak menggambarkan perjalanan
sering dan berulang-ulang adalah penyakit, insiden, maupun prognosis
kelelahan otot. Selama berkontraksi otot penyakit.
memerlukan oksigen, jika gerakan Bahan yang digunakan pada survey
berulang-ulang dari otot menjadi terlalu ini adalah checklist yang dibuat. Checklist
cepat sehingga oksigen belum mencapai ini dibuat berdasarkan informasi yang
jaringan maka akan terjadi kelelahan diperlukan daripada tujuan survey ini
otot12. dilakukan. Pada survey ini, informasi yang
diperlukan adalah ada tidaknya faktor

Page 5
Hubungan Faktor Ergonomis di Lingkungan Kerja dengan Low Back Pain

hazard, alat kerja apa yang digunakan, alat penyelenggaraan kegiatan Walk Through
pelindung diri yang digunakan, keluhan Survey. Mengenal bahaya, sumber bahaya,
penyakit yang dialami, upaya Keselamatan dan lamanya paparan bahaya terhadap
dan Kesehatan Kerja lainnya, konstruksi karyawan.
bangunan, dan pencegahan serta Pihak okupasi kesehatan dapat
pengelolaan kebakaran. kemudian merekomendasikan monitoring
Peralatan yang digunakan untuk survey untuk memperoleh kadar kuantitas
melakukan Walk Through Survey antara eksposur atau kesehatan okupasi atau
lain: kesehatan okupasi mengenai risk
 Alat tulis menulis: berfungsi sebagai assessment.
media untuk pencatatan selama survey Walk Through Survey ini bertujuan
jalan sepintas untuk memahami proses produksi, denah
 Kamera digital: berfungsi sebagai alat tempat kerja, dan lingkungannya secara
untuk memotret kegiatan dan umum. Selain itu mendengarkan
lingkungan Instalasi Gizi Rumah Sakit pandangan karyawan dan pengawas
Ibnu Sina tentang K3. Memahami pekerjaan dan
 Check List: berfungsi sebagai alat tugas-tugas karyawan, mengantisipasi dan
untuk mendapatkan data primer mengenal potensi bahaya yang ada dan
mengenai survey jalan sepintas yang mungkin akan timbul di tempat kerja atau
dilakukan. pada petugas dan menginventarisir upaya-
Cara survey yang dilakukan adalah upaya K3 yang telah dilakukan mencakup
dengan menggunakan Walk Through kebijakan K3, upaya pengendalian,
Survey. Teknik Walk Through Survey juga pemenuhan peraturan perundang-
dikenal sebagai Occupational Health undangan dan sebagainya.
Hazards. Untuk melakukan survey ini, Survey dilakukan di Instalasi Gizi
dapat dimulai dengan mengetahui tentang Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar dengan
manajemen perencanaan yang benar, jadwal survey selama 5 hari, meliputi:
berdiskusi tentang tujuan melakukan No. Tanggal Kegiatan
survey, dan menemukan keluhan-keluhan 1 03 April - Melapor ke bagian
baru yang relevan. 2017 K3 RS Ibnu Sina
Bahaya apa dan dalam situasi yang - Pengarahan dan
bagaimana bahaya dapat timbul, pembuatan proposal
merupakan sebagai hasil dari Walk Through Survey

Page 6
Hubungan Faktor Ergonomis di Lingkungan Kerja dengan Low Back Pain

2 04 April - Walk Through Survey bekerja dengan posisi berdiri dan


2017 membungkuk dengan waktu yang cukup
3 05 April - Pembuatan laporan lama dan berulang. Didukung dari
2017 Walk Through Survey penelitian lain yang dilakukan menyatakan
4 06 April - Pembuatan bahwa terdapat faktor yang berhubungan
2017 artikel/jurnal Walk dengan kejadian Low Back Pain, baik
Through Survey ditinjau dari umur, jenis kelamin, indeks
5 07 April - Presentasi laporan Walk massa tubuh, riwayat trauma, masa dan
2017 Through Survey lama kerja, beban kerja, dan posisi/sikap
tubuh saat bekerja.
HASIL Bekerja dengan posisi berdiri statis
Pada penelitian ini diambil sampel dalam waktu yang lama cepat melelahkan
dari seluruh karyawan Instalasi Gizi bagian otot vertebral dan pada otot kaki.
Rumah Sakit Ibnu Sina dan dari Seperti karyawan Instalasi Gizi RS Ibnu
perhitungan sampel didapatkan sampel Sina yang bekerja dnegan posisi berdiri
sebanyak 1 dari 8 karyawan (total jumlah dan membungkuk dengan waktu yang
karyawan). lama dan berulang.
Dari rencana waktu yang telah
ditetapkan, terkumpul data yang KETERBATASAN PENELITIAN
didapatkan dari checklist yang dibuat. Dari Penelitian ini tentunya tidak
hasil check list diperoleh 1 karyawan terlepas dari keterbatasan, adapun
perempuan mengeluh mendapatkan keterbatasan dari penelitian ini adalah
keluhan nyeri punggung bawah. Dan checklist yang dibuat hanya menentukan
sisanya mengeluh penyakit yang berbeda, hubungan penyakit akibat kerja, tetapi
yang juga berhubungan dengan pekerjaan tidak dapat menentukan insidens, berat
sebagai karyawan Instalasi Gizi Rumah ringannya penyakit, dan prognosis
Sakit Ibnu Sina. penyakit. Demikian pula untuk survey,
Prevalensi Low Back Pain sebesar diagnosisnya hanya bersifat subjektif,
12,5%. Faktor yang dominan berpengaruh tidak dapat diketahui kapan stressor
dalam Low Back Pain berupa faktor muncul. Keterbatasan lainnya adalah tidak
ergonomis, yaitu kebiasaan responden, dan dilakukan pmeriksaan yang menyeluruh
data faktor-faktor pencetus Low Back Pain terhadap seluruh responden, karena
sepeti faktor ergonomis berupapostur saat keterbatasan saran pemeriksaan, dan
keterbatasan waktu penelitian, karena

Page 7
Hubungan Faktor Ergonomis di Lingkungan Kerja dengan Low Back Pain

untuk menganalisa faktor terjadinya kasus Akhirnya kami berasumsi bahwa


penyakit dengan keluhan nyeri pada bila terdapat keluhan nyeri punggung
punggung bawah perlu diketahui riwayat bawah pada responden dengan hasil survey
penyakit terdahulu dan riwayat penyakit di dan penyakit akibat kerja tidak
tempat lain yang mungkin berhubungan menunjukkan nilai yang berarti, maka
dengan keluhan yang dirasakan sekarang. tidak menutup kemungkinan keluhan yang
Selain itu, checklist yang hanya dirasakan pasien juga karena kontribusi
terfokus pada faktor penyebab panyakit dari faktor individu dan faktor lingkungan
akibat kerja, tidak memenuhi semua poin- lain, selain lingkungan tempat kerja.
poin yang diperlukan untuk mendiagnosis Penelitian ini juga tidak
penyakit dari keluhan yang dirasakan. mengklasifikasikan berat ringannya
Perlu penelitian yang lebih mendalam dan penyakit, berdasarkan keluhan dari
oemeriksaan yang lebih lengkap untuk responden, juga tidak dapat menentukan
dapat menilai secara keseluruhan penatalaksanaan yang tepat untuk
penyebab dari keluhan yang dirasankan mencegah atau mengurangi keluhan yang
oleh responden. dirasakan atau akan dirasakan nanti di
masa yang akan datang.

Page 8
Hubungan Faktor Ergonomis di Lingkungan Kerja dengan Low Back Pain

DAFTAR PUSTAKA

1. Buchari. Penyakit akibat kerja dan Singapore: McGraw-Hill Book Co;


penyakit terkait kerja. Medan: 2008.
Universitas Sumatera Utara; 2007. 12. Kantana T. Faktor-faktor yang
2. WHO. Low back pain: Bulletin of the mempengaruhi keluhan low back pain
World Health Organization 2003; 81: pada kegiatan mengemudi tim
671-6. ekspedisi PT. Enseval Putera
3. WHO. Low back pain: Priority Megatrading Jakarta Tahun 2010.
medicines for Europe and the world Jakarta: Universitas Islam Negeri
2013 update 2013; 1. Syarif Hidayatullah; 2010.
4. Delitto A, George SZ, Dillen LV, 13. Pratiwi M, Setyaningsih Y, Kurniawan
Whitman JM, Sowa G, Shekelle P et B, Martini. Beberapa faktor yang
al. Low back pain clinical practice berpengaruh terhadap nyeri punggung
guidelines linked to the international bawah pada penjual jamu gendong.
classification of functioning, Jurnal Promkes 2009; 4:1.
disability, and health from the 14. Hoy D, Brooks P, Blyth F, Buchbinder
orthopaedic section of the american R. The epidemiology of low back pain.
physical therapy association. J Orthop Best Pract Res Clin Rheumatol
Sports Phys Ther 2012 ; 42(4): A11. 2010;24: 769-81.
5. Riskesdas. Laporan hasil Riset 15. NIOSH. Musculoskeletal disorders and
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) workplace factors: a critical review of
Nasional. Badan Penelitian dan epidemiologic evidence for work-
Pengembangan Kesehatan. Jakarta; related musculoskeletal disorders of
2013. the neck, upper extremity, and low
6. Astuti RD. Analisa pengaruh aktivitas back. NIOSH: Centers for Disease
kerja dan beban angkat terhadap Control and Prevention; 1997.
kelelahan muskuluskeletal. Gema 16. Koentjoro SL. Hubungan antara Indeks
Teknik 2007; 2: 28-9 Masa Tubuh (IMT) dengan derajat
7. Harrianto R. Buku ajar kesehatan osteoarthritis lutut menurut Kellgren
kerja. Jakarta: EGC; 2007. dan Lawrence. Semarang: Universitas
8. Effendi F. Ergonomi bagi pekerja Diponegoro; 2010.
sektor informal. Cermin Dunia 17. Purnamasari. Overweight sebagai
Kedokteran 2007; 34: 1-154. faktor risiko low back pain pada pasien
9. Yuliana. Low back pain. Cermin Dunia poli saraf RSUD Prof. Dr. Margono
Kedokteran 2011; 38(4): 273. Soekarjo Purwokerto. Mandala of
10. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, et al. Health 2010;4.
Back and neck pain. Dalam: Harrison’s 18. Umami AR, Hartanti RI, Dewi A.
Principles of Internal Medicine. 17th Hubungan antara karakteristik
Ed. New York: McGraw-Hill; 2008. responden dan sikap kerja duduk
11. Bridger RS. Introduction to dengan keluhan nyeri punggung bawah
ergonomics international edition. (low back pain) pada pekerja batik

Page 9
Hubungan Faktor Ergonomis di Lingkungan Kerja dengan Low Back Pain

tulis. E-journal Pustaka Kesehatan beberapa rumah sakit di Jakarta. J


2013;2: 72-7. indon Med Assoc 2011; 61(4): 155-60
19. Tana L, Halim FXS. Determinan nyeri
pinggang pada tenaga paramedik di

Page 10

You might also like