You are on page 1of 33

LAPORAN KASUS

LUKA TEMBAK
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat

Disusun oleh :
Kelompok AJ1/B19

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Luka
Terdapat empat teori luka yaitu:
1. Keparahan luka tembak ditentukan oleh dua faktor:
a. Kerusakan pada jaringan yang disebabkan oleh interaksi mekanik antara peluru dan
lapisan otot/jaringan.
b. Pengaruh rongga sementara yang diakibatkan oleh peluru.
2. Sekali peluru menembus tubuh, pilin yang diakibatkan oleh alur pilin tidak memadai
untuk mengkompensasi bertambahnya kepadatan jaringan.
a. Peluru mulai mengoleng, atau terhuyung-huyung pada jalur proyeksinya. Olengannya
adalah sudut antara jalur proyeksi dan poros membujur dari peluru.
b. Saat peluru meluncur menerobosi jaringan, olengannya bertambah. Kalau jalurnya
cukup panjang, olengannya akan mencapai 90°, jadi menonjolkan sisi pembukaan yang
maksimum.
c. Kalau peluru terus meluncur, maka akan terjadi putaran balik 180° dan meluncur
dengan gerakan mundur.
3. Sebagai tambahan pada kerusakan mekanis jaringan, peluru yang bergerak merusak
tatanan lapisan jaringan sama seperti sebuah speed-boat yang merusak ketenangan air saat
meluncur di atas danau.
a. Semakin besar energi kinetis yang dikeluarkan oleh peluru, semakin banyak energi
yang hilang, dan kerusakan tatanan jaringanpun semakin besar.
b. Jaringan terhempas dari jalur peluru yang menyebabkan terjadinya rongga sementara.
c. Rongga yang secara alamiah bersifat sementara hanya bertahan seper-5 sampai 10
ribu detik saja.
1) Sejak mulai terasa sampai pingsan, peluru melewati beberapa berangsur-angsur
meliwati getaran dan kontraksi yang semakin sebelum hilang sama sekali,
meninggalkan bekas luka yang permanent.
2) Rongga sementara dapat menjadi 11 kali lebih besar dari diameter peluru.
3) Titik pelebaran maksimum rongga oleh sebuah peluru non-fragmen, yang merusak
bentuk akan terjadi bilamana peluru meluncur pada sisinya.
d. Kerusakan paling parah pada rongga sementara terjadi pada luka tembak di kepala.
Disini struktur yang tengkorak kepala yang keras hanya dapat mengurangi tekanan
dengan cara meledak/pecah.
e. Besarnya rongga sementara dan tekanan yang dihasilkan oleh terhempasnya jaringan
hanya berperan kecil, kalaupun ada, peran karena luka oleh peluru pistol, karena pada
kenyataannya peluru pistol hanya memiliki energi kinetik yang relatif kecil.
f. Hal ini berbeda dengan peluru senapan center fire yang oleh sifat dari kecepatan
tingginya memiliki jumlah energi kinitik yang sangat besar. Rongga besar dan tekanan
gelombang besar dapat dihasilkan yang sebenarnya dapat mengkacaukan,
memecahkan, dan juga dapat merobek organ-organ yang tidak terkena secara langsung
oleh peluru, tetapi itupun hanya dalam jarak yang dekat dengan jalurnya.
memperlihatkan kecepatan tinggi dan energi kinetik dari aneka macam jenis amunisi.
4. Ujung yang kosong dan halus dari peluru senapan cenderung merobek tubuh yang
meninggalkan luka yang lebih parah dibanding dengan jika tidak sobek. Sebaliknya peluru
senjata militer cenderung untuk tidak merobek tubuh. Kecuali dalam peluru M16 (5.56 x
45 mm).

B. Arti Klinis Luka Tembak


Kulit terdiri dari lapisan epidermis, dermis dan subkutis. Jika dilihat dari elastisitasnya,
epidermis kurang elastis bila dibandingkan dengan dermis. Bila sebutir peluru menembus
tubuh, maka cacat pada epidermis lebih luas dari pada dermis. Diameter luka pada epidermis
kurang lebih sama dengan diameter anak peluru, sedangkan diameter luka pada dermis lebih
kecil. Keadaan tersebut dikenal sebagai kelim memar (contusio ring).
Contusio ring ini didapatkan pada luka tembak masuk dan luasnya tergantung pada arah
peluru pada kulit. Peluru yang masuk tegak lurus, maka contusio ringnya akan besar,
sedangkan peluru yang masuknya miring, contusio ringnya akan lebih lebar dibagian dimana
peluru membentuk mulut yang terkecil pada kulit. Peluru juga mengandung lemak pembersih
senjata. Lemak ini juga akan memberi gambaran pada luka tembak berupa kelim lemak yang
berupa pita hitam, tetapi kelim lemak ini tidak selalu terdapat misalnya pada senjata yang
jarang dibersihkan. Pada waktu senjata ditembakkan, maka yang keluar dari laras senjata api
adalah9:
1. Api
2. Mesiu yang sama sekali terbakar (jelaga, roetneerslag)
3. Mesiu yang hanya sebagian saja yang terbakar
4. Mesiu yang tidak terbakar
5. Kotoran minyak senjata, karatan dan lain sebagainya
6. Anak pelurunya sendiri

C. Mekanisme Luka Tembak


Dengan pengecualian efek perlambatan pada luka yang disebabkan pada semua trauma
mekanik seperti pukulan, tusukan, atau tendangan, terjadi karena adanya transfer energi dari
luar menuju ke jaringan. Ini juga terjadi pada luka tembak. Kerusakan yang terjadi pada
jaringan tergantung pada absorpsi energi kinetiknya, yang juga akan menghamburkan panas,
suara serta gangguan mekanik yang lainya.
Untuk menjamin transfer energi ke suatu jaringan, beberapa peluru dimodifikasi akan
berhenti atau menurun kecepatanya sesampainya di tubuh. Anak peluru yang lunak didesain
akan segera menjadi pecahan kecil saat ditembakkan. Peluru dumdum banyak digunakan pada
muncung roket yang mempunyai ruang udara pada ujungnya diperuntukkan agar pada saat
benturan akan terjadi pengurangan kecepatan dan terjadi transfer energi yang besar dan
kerusakan jaringan yamg hebat. Ledakan peluru ini juga pernah digunakan saat usaha
pembunuhan presiden Reagen. Lintasan peluru juga dapat menilai besar dan kecepatan dari
energi yang diberikan pada suatu target.
Jumlah dari energi kinetik yang terdapat pada proyektil sesuai dari masa dan kecepatan.
Industri militer modern telah mengambil banyak manfaat untuk pengembangan senjata dengan
dasar masa yang rendah dengan kecepatan yang tinggi sehingga menghasilkan energi kinetic
yang maksimum untuk kerusakan jaringan.Rata-rata kecepatan peluru berkisar 340m/s,
dimana banyak digunakan pada panah, senapan angin, serta revolver. Dari system mekanik ini
akan mengakibatkan daya dorong peluru ke suatu jaringan sehingga terjadi laserasi, kerusakan
sekunder terjadi kalau adanya rupture pembuluh darah atau struktur lainnya dan terjadi luka
yang sedikit lebih besar dari diameter peluru. Jika kecepatan melebihi kecepatan udara,
lintasan dari peluru yang menembus jaringan akan terjadi gelombang tekanan yang
mengkompresi jika terjadi pada jaringan seperti otak, hati ataupun otot akan mengakibatkan
kerusakan dengan adanya zona-zona disekitar luka.
Dengan adanya lesatan peluru dengan kecepatan tinggi akan membentuk rongga
disebabkan gerakan sentrifugal pada peluru sampai keluar dari jaringan dan diameter rongga
ini lebih besar dari diameter peluru, dan rongga ini akan mengecil sesaat setelah peluru
berhenti, dengan ukuran luka tetap sama. Organ dengan konsistensi yang padat tingkat
kerusakan lebih tinggi daripada yang berongga. Efek luka juga berhubungan dengan gaya
gravitasi. Pada pemeriksaan harus dipikirkan adanya kerusakan sekunder seperti infark atau
infeksi.

Gambar 1.1. Mekanisme luka tembak

D. Deskripsi Luka Tembak


Kepentingan medikolegal deskripsi yang adekuat dari luka senjata api bergantung pada
besarnya potensi seorang korban meninggal. Jika korban masih hidup, deskripsi singkat dan
tidak terlalu detail. Dokter mempunyai tanggung jawab yang utama untuk memberikan
penatalaksanaan gawat darurat. Membersihkan luka, membuka dan mengeksplorasi,
debridement dan menutupnya, kemudian membalut adalah bagian penting dari merawat pasien
bagi dokter. Penggambaran luka secara detail akan dilakukan nanti, setelah semua kondisi
gawat darurat dapat disingkirkan. Oleh karena singkatnya waktu yang dimiliki untuk
mempelajari medikolegal, seringkali dokter merasa tidak mempunyai kewajiban untuk
mendeskripskan luka secara detail.
Deskripsi luka yang minimal untuk pasien hidup terdiri dari:
1. Lokasi
a. Jarak dari puncak kepala atau telapak kaki serta ke kanan dan kiri garis pertengahan
tubuh
b. Lokasi secara umum terhadap bagian tubuh
2. Deskripsi luka luar
a. Ukuran dan bentuk
b. Lingkaran abrasi, tebal dan pusatnya
c. Luka bakar
d. Lipatan kulit, utuh atau tidak
e. Tekanan ujung senjata
3. Residu tembakan yang terlihat
a. Grains powder
b. Deposit bubuk hitam, termasuk korona
c. Tattoo
d. Metal stippling
4. Perubahan
a. Oleh tenaga medis
b. Oleh bagian pemakaman
5. Track
a. Penetrasi organ
b. Arah
1) Depan ke belakang (belakang ke depan)
2) Kanan ke kiri(kiri ke kanan)
3) Atas ke bawah
c. Kerusakan sekunder
1) Perdarahan
2) Daerah sekitar luka
d. Kerusakan organ individu
6. Penyembuhan luka tembakan
a. Titik penyembuhan
b. Tipe misil
c. Tanda identifikasi
d. Susunan
7. Luka keluar
a. Lokasi
b. Karakteristik
8. Penyembuhan fragmen luka tembak
9. Pengambilan jaringan untuk menguji residu

Pada korban mati, tidak ada tuntutan dalam mengatasi gawat darurat. Meskipun demikian,
tubuhnya dapat saja sudah mengalami perubahan akibat penanganan gawat darurat dari pihak
lain. Sebagai tambahan, tubuh bisa berubah akibat perlakuan orang-orang yang
mempersiapkan tubuhnya untuk dikirimkan kepada pihak yang bertanggung jawab untuk
menerimanya. Di lain pihak, tubuh mungkin sudah dibersihkan, bahkan sudah disiapkan untuk
penguburan, luka sudah ditutup dengan lilin atau material lain. Penting untuk mengetahui siapa
dan apa yang telah dikerjakannya terhadap tubuh korban, untuk mengetahui gambaran luka.
1. Jarak Tembakan
Efek gas, bubuk mesiu, dan anak peluru terhadap target dapat digunakan dalam
keilmuan forensik untuk memperkirakan jarak target dari tembakan dilepaskan. Perkiraan
tersebut memiliki kepentingan sebagai berikut : untuk membuktikan atau menyangkal
tuntutan; untuk menyatakan atau menyingkirkan kemungkinan bunuh diri; membantu
menilai ciri alami luka akibat kecelakaan. Meski kisaran jarak tembak tidak dapat dinilai
dengan ketajaman absolut, luka tembak dapat diklasifikasikan sebagai luka tembak jarak
dekat, sedang, dan jauh.
2. Arah Tembakan
Tembak yang tepat akan membentuk lubang yang sirkuler serta perubahan warna pada
kulit, jika sudut penembakan olique akan mengakibatkan luka tembak berbentuk ellips,
panjang luka dihubungkan dengan pengurangan sudut tembak. Senapan akan memproduksi
lebih sedikit kotoran, kecuali jika jarak dekat. Petunjuk ini berguna untuk pembanding
dengan shotgun. Luka tembak yang disebabkan shotgun dengan sudut olique akan
membentuk luka seperti anak tangga. Jaringan juga berperan serta dalam perubahan
gambaran luka karena adanya kontraksi otot. Petunjuk lain yang penting untuk
menginterpretasikan, yaitu :
a. Jika peluru mengenai lapisan keras tulang atau organ, dimana akan dialihkan arah
keluarnya dan lintasan peluru yang terbentuk.
b. Posisi tubuh korban secepatnya dinilai.
Telah dikatakan bahwa, pada saat penembakan ada pada sudut yang benar dari permukaan
tubuh, bentuk dari luka akan simetrris dan lingkaran. Tembakan senjata api dengan “Sallow
Cone” akan melewati setiap bagian tubuh tapi pada bagian permukaan tangensial tubuh. Posisi
yang paling sering ditemukan kemungkinan pada samping dada, dibawah axilla.Jika lengan
dinaikkan tidak akan ikut terkena, sebaliknya akan terlihat luka pada dinding dada, dan bagian
sisi dalam lengan atas. Daerah lainnya adalah bagian samping wajah, dimana jika terkena
tembakan, bagian wajah tersebut akan terkoyak dan kemungkinan telinga akan ikut terkoyak.
Pada dada meskipun penetrasi tembakan minimal kerusakan berat pada pleura dan paru
dapat terjadi, dan kematian dapat terjadi karena Hematothorak dengan atau tanpa luka laserasi
atau memar pada paru. Ketika bagian kepala terkena, menghancurkan tulang tengkorak atau
wajah dan dapat terjadi kerusakan intracranial, meskipun peluru logam tidak menembus
kranium. Enapan juga dapat menyebabkan luka tangensial.
Beberapa penampilan luka yang berbeda disebabkan oleh shotguns dan rifled firearms.
Perbedaan luka tersebut juga disebabkan karena adanya perbedaan peluru saat
ditembakkan. Perbedaan ini bervariasi dalam hal ukuran dengan diameter rata-rata 22 kaliber.
Bentuk dan karakteristik luka juga sangat tergantung dari jarak tembak. Pada jarak tembak yang
dekat, tembakan berupa satu bentuk peluru silinder yang besar. Pada jarak tembak sedang,
bentuk lukanya tidak beraturan dan punya penampakan moth eaten. Dengan adanya
penambahan diameter, pecahan dari tembakan menjadi lebih besar dan terlihat defek tembakan
berupa satelit yang awalnya menutupi defek utama tetapi kemudian menyebar. Pada tembakan
jarak jauh, tidak terlihat defek yang besar dan tembakan membuat luka kecil tunggal. Deposit
tembakan dan klim tato terjadi akibat luka tembak pada jarak dekat dan sedang.
Ada tiga jenis tembakan yakni Birdshot, buckshot, dan rifled slugs. Birdshot digunakan
untuk membunuh ungsa dan hewan yang sangat kecil. Tembakannya sangat kecil dengan
diameter 0.05 sampai 0.150 inci. Buckshot lebih besar dari Birdshot, dengan diameter 0,24
sampai 0,33 inci. Tipe foster dari Rifled slugs digunakan di AS. Luka akibat Rifled slugs berupa
defek soliter .
Karakteristik dari luka tembak tidak dapat dilihat kecuali pada Birdshot yang kontak dengan
lukanya dekat, buckshot yang lebih besar, dan rifled slugs. Karakteristik luka lain dari luka
tembak adalah wad mark. Wad mark dapat ditemukan pada luka tembak dengan perbedaan
berdasarkan jarak tembak.
Beberapa wad dibuat dari gabus atau partikel yang menyerupai gabus, yang akan terbentuk
pada tembakan dekat. Fragmen wad yang kecil akan menghantam kulit dan menyebabkan luka
yang kecil dan tidak beraturan.

E. Identifikasi Luka Tembak


1. Luka Tembak Masuk
Menembak seseorang dari belakang yang menjauhi anda, dibandingkan dengan
menembak seseorang pada dada, pada saat mempertahankan diri anda dari serangan yang
bersifat fatal, adalah penting untuk membedakan luka masuk dari luka keluar. Dalam
hukum kriminal, membedakan secara tepat, antara kedua hal tersebut, berarti dapat
membedakan antara tuntutan pembunuhan tingkat pertama dan kemungkinan hukuman
mati atau tindakan mempertahankan diri dan tidak ada tuntutan. Untungnya, aplikasi dari
beberapa konsep dasar biasanya akan memperbolehkan diferensiasi akurasi dari luka
masuk dan luka keluar.
Ciri luka masuk biasanya dalam bentuk yang berentetan dengan abrasi tepi yang
melingkar di sekeliling defek yang dihasilkan oleh peluru. Abrasi tepi tersebut berupa
goresan atau lecet pada kulit yang disebabkan oleh peluru ketika menekan masuk ke dalam
tubuh. Abrasi tepi dapat bersifat konsentris ataupun eksentris. Ketika ujung peluru
melakukan penetrasi ke dalam kulit, maka hal tersebut akan menghasilkan abrasi tepi yang
konsentris, yaitu goresan pada kulit berbentuk cincin dengan ketebalan yang sama, oleh
karena peluru masuk secara tegak lurus terhadap kulit. Ketika ujung peluru melakukan
penetrasi pada kulit dengan membentuk sudut, maka hal ini akan menghasilkan abrasi tepi
yang eksentris, yaitu bentuk cincin yang lebih tebal pada satu area. Area yang tebal dari
abrasi tepi yang eksentris mengindikasikan arah datangnya peluru. Sebagai tambahan,
semakin tebal abrasi tepi, semakin kecil sudut peluru pada saat mengenai kulit.
Luka masuk yang tidak khas berbentuk ireguler dan mungkin memiliki sobekan pada
tepi luka. Jenis luka masuk seperti ini biasanya terjadi ketika peluru kehilangan putaran
oleh karena menembak di dalam laras senjata. Bahkan dalam perjalananya dengan terpilin,
peluru bergerak secara terhuyung ketika menabrak kulit sehingga sering memberikan
gambaran bentuk D pada luka. Luka masuk yang tidak khas dapat disebabkan oleh senjata
yang tidak berfungsi baik atau oleh karena amunisi yang rusak, tetapi lebih sering
dihasilkan dari peluru jenis Ricochets atau peluru yang mengenai benda lain terlebih dulu,
seperti jendela yang bergerak otomatis, sebelum mengena tubuh. Kecepatan peluru
teredam setelah mengena media perantara, hal ini yang menyebabkan terbentuknya abrasi
tepi yang tidak khas pada luka tembak masuk, ketika peluru mengena kulit. Jenis lain dari
luka masuk yang tidak khas terjadi ketika mulut senjata api mengalami kontak langsung
dengan kulit di atas permukaan tulang, seperti pada tulang tengkorak atau sternum. Ketika
senjata ditembakkan, maka hal ini akan menghentikan gas secara langsung dari mulut
senjata ke dalam luka di sekitar peluru. Gas akan mengalami penetrasi ke dalam jaringan
subkutan, dimana gas tersebut meluas sehingga menyebabkan kulit di sekitar luka tembak
masuk menjadi meregang dan robek. Luka robek atau laserasi menyebar dari bagian tengah
dengan memberikan defek berbentuk stellata atau penampakan seperti bintang.
Luka tembak masuk dapat dibedakan lagi, yaitu :
a. Luka tembak masuk jarak jauh. Luka tembak masuk ini dibentuk oleh komponen anak
peluru.
b. Luka tembak masuk jarak dekat. Luka tembak masuk ini dibentuk oleh komponen anak
peluru dan butir-butir mesin yang tidak habis terbakar.
c. Luka tembak masuk jarak sangat dekat atau menempel dengan kulit. Dibentuk oleh
komponen anak peluru, butir mesin, jelaga dan panas api.
Pada saat seseorang melepaskan tembakan dan kebetulan mengenai sasaran yaitu tubuh
korban, maka pada tubuh korban, maka pada tubuh korban tersebut akan didapatkan
perubahan yang diakibatkan oleh berbagai unsur atau komponen yang keluar dari laras
senjata api tersebut .
2. Luka Tembak Keluar
Ketika luka tembak mengenai tubuh, dapat menghasilkan luka tembak keluar. Ketika
senjata caliber kecil mengenai tubuh, energi sisa pada tiap peluru biasanya tidak cukup
untuk menembus. Luka pada ekstremitas, leher dan kepala akan mudah untuk dilalui. Jarak
juga dapat mempengaruhi efek luka tembak keluar.
Peluru yang berhasil melewati tubuh akan keluar dan menghasilkan luka tembak
keluar. Biasanya karakteristik luka berbeda dengan luka tembak masuk. Bentuknya tidak
sirkular melainkan bervariasi dari seperti celah (slitlike), seperti bintang, iregular, atau
berjarak (gaping). Bentuk luka tembak keluar tidak dapat di prediksi.
Latar belakang variasi bentuknya adalah sebagai berikut:
a. Anak peluru terpental dari dalam tubuh sehingga keluar dari tempatnya masuk
b. Anak peluru mengalami perubahan bentuk selama melewati tubuh sehingga memberi
bentuk iregular saat keluar.
c. Anak peluru hancur di dalam tubuh, sehingga keluar tidak dalam 1 kesatuan melainkan
dalam potongan-potongan kecil. Jika memiliki jaket, maka jaket dapat terpisah komplit
atau sebagian.
d. Anak peluru yang mengenai tulang atau tulang rawan, dapat membuat fragmen tulang
tersebut ikut terlontar keluar bersama anak peluru.
e. Anak peluru yang melewati kulit yang tidak ditopang oleh struktur anatomi apapun
akan membuat kulit tersebut koyak, hal ini sedikit berhubungan dengan bentuk anak
peluru yang menyebabkannya.
Luka tembak keluar akan meghasilkan gambaran acak atau tdak teratur, tergantung
pada struktur anatominya serta tulang dan jaringan, khasnya bergerigi,laserasi yang tidak
teratur dengan sisi luar yang membuka dan kemungkinan fraktur komunitf. Luka tembak
pada dada dan perut selalu sulit keluar karena adanya hambatan yang cukup besar. Tidak
adanya penahan pada kulit akan menyebabkan anak peluru mengoyak kulit pada saat
keluar. Dalam beberapa keadaan dimana kulit memiliki penahan, maka bentuk luka tembak
sirkular atau mendekati mendekati sirkular yang disekelilingnya dibatasi oleh abrasi.
Teka-teki ilmiah forensik klasik membedakan luka tembak masuk dan luka tembak
keluar. Luka tembak masuk dan luka tembak keluar sulit dibedakan apabila pada luka
tembak luar terdapat penahan kulit, pada luka tembak masuk terdapat pakaian yang
menghalangi residu lain, senjata yang digunakan kaliber kecil (kaliber 22), dan tulang tidak
langsung berada di bawah kulit.
Luka tembak luar bentuk shored umumnya ditemukan pada pemakaian pakaian, pada
posisi bagian tubuh tertentu seperti pakaian yang sangat ketat, bagian ikat pinggang dari
celana panjang, celana pendek, atau celana dalam, bra, kerah baju, dan dasi. Luka jenis
sama juga terjadi karena bagian tangan menahan tempat keluar anak peluru kemudian
posisi pasien tiduran, duduk, atau menempel pada objek yang keras. Tidak semua anak
peluru dapat keluar dari tubuh. Terdapat banyak tulang dan jaringan padat yang dapat
menghalangi lewatnya peluru. Peluru jarang dapat dihentikan oleh tulang, terutama tulang-
tulang yang tipis seperti skapula dan ileum atau bagian tipis dari tenglorak. Kebanyakan
anak peluru masuk ke dalam tubuh dan menghabiskan energi kinetiknya di kulit. Kulit
adalah penghalang kedua yang paling menghalangi lewatnya anak peluru. Anak peluru
yang mengenai lokasi yang tidak biasa dapat menyebabkan luka dan kematian tetapi luka
tembak masuk akan sangat sulit untuk ditemukan. Contohnya telinga, cuping hidung,
mulut, ketiak, vagina, dan rektum.
F. Klasifikasi Luka Tembak
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa luka tembak terdiri atas luka tembak masuk
dan luka tembak keluar. Namun di sini, akan dijelaskan karakteristiknya masing-masing,
yaitu:
1. Luka Tembak Masuk
a. Luka tembak tempel (kontak)
Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa pembakaran bubuk mesiu saat
tembakan terjadi menghasilkan sejumlah besar gas. Gas inilah yang mendorong anak
peluru keluar dari selongsongnya, dan selanjutnya menimbulkan suara yang keras. Gas
tersebut sangat panas dan kemungkinan tampak seperti kilatan cahaya, yang jelas pada
malam hari atau ruangan yang gelap.
Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi bentuk luka yaitu hasil kombinasi antara
gas dan anak peluru: (1) sejumlah gas yang diproduksi oleh pembakaran bubuk mesiu;
(2) efektivitas pelindung antara kulit dan anak peluru; dan (3) ada tidaknya tulang
dibawah jaringan yang terkena tembakan. Faktor pertama, jumlah gas yang diproduksi
oleh bubuk mesiu yang terbakar memilik hubungan dengan kecepatan melontar senjata.
Secara jelas dapat dikatakan dengan meningkatkan kecepatan melontar berarti juga
meningkatkan kecepatan anak peluru. Meningkatnya jumlah gas yang diproduksi
merupakan suatu prinsip untuk meningkatkan dorongan terhadap anak peluru. Faktor
kedua yang berpengaruh terhadap efektifitas pelindung antara kulit dan anak peluru.
Makin efisien pelindung tersebut makin banyak gas yang gagal ditiupkan di sekitar
moncong senjata sehingga makin banyak gas yang dapat ditemukan di jaringan tubuh.
Faktor terakhir adalah keberadaan lapisan tulang dalam jarak yang dekat di bawah kulit
yang dapat dibuktikan menjadi pembatas terhadap penetrasi yang masif dan ekspansi
gas menuju jaringan yang lebih dalam.
Ketika senjata ditembakkan dengan menempel pada kulit, gambaran akan tampak
bermacam-macam tergantung apakah moncong senjata ditekan ke permukaan kulit
sehingga melekat erat, atau apakah tidak menempel pada kulit. Gambaran akan tampak
beda jika terdapat pakaian diantara moncong senjata dan kulit. Pada jaringan lunak,
seperti ekstremitas, abdomen, dan juga dada, luka akan tampak kecil dan sirkuler. Akan
ada pembakaran dan penghitaman pada dinding luka,. Jika antara moncong senjata
denga kulit menempel kuat akan ada sedikit bahkan tidak ada nyala api dan debu,
kecuali kalau pakaian menutupinya. Dalam luka, pada jaringan akan ada beberapa
bintilk-bintik kotoran dengan jelaga atau partikel-partikel amunisi. Kebanyakan
amunisi senjata tampak bersih, dibandingkan dengan peluru senjata api sehingga jelaga
bisa tidak ditemukan.Biasanya hyperemia terdapat disebelah luar cetakan diameter
moncong senjata, dan karbon monoksida akan diserap oleh Hemoglobin dan Mioglobin
disekitar kulit luka dan pada bekas yang lebih dalam. Kemungkinan akan ada luka
memar yang kadang meluas meskipun bentuknya tidak simetris dan jarang. Perluasan
jaringan karena gas yang masuk memaksa kulit lebih keras melawan ujung laras, dan
jejak moncong senjata mungkin akan terbentuk. Jika luka tempel di atas tulang
terutama tulang tengkorak, terjadi fenomena yan sama dengan luka senjata api. Tampak
gambaran linier atau seperti bintang.
Pada umumnya luka tembak masuk kontak adalah merupakan perbuatan bunuh
diri. Cara yang biasa dilakukan antara lain:
1) Ujung laras ditempelkan pada kulit dengan satu tangan menarik alat penarik
senjata.
2) Adakalanya tangan yang lain memegang laras supaya tidak bergerak dan tidak
miring.
Sasarannya, yaitu :
- Daerah temporal
- Dahi sampai occiput
- Dalam mulut, telinga, wajah dibawah dagu dengan arah yang menuju otak.
Luka pada kulit tidak bulat, tetapi berbentuk bintang dan sering ditemukan
cetakan/jejas ujung laras daun mata pejera. Terjadinya luka berbentuk bintang
disebabkan karena ujung laras ditempelkan keras pada kulit, maka seluruh gas masuk
kedalam dan akan keluar melalui lubang anak peluru. Desakan keluar ini
menembakkan cetakan laras dan robeknya kulit. Bila korban menggunakan senjata api
dengan picu, maka picu akan menimbulkan luka lecet pada kulit antara ibu jari dan jari
telunjuk. Luka lecet ini dinamakan schot hand.
Pada tembakan tempel di kepala, sisa mesiu yang ikut menembus kulit, dapat
dicari antara kulit dengan tulang kepala (tabula eksterna), dan antara tulang kepala
dengan selaput otak keras (tabula interna).

Gambar 1.2 luka tembak tempel


b. Luka tembak jarak dekat
Tanda luka tembak dengan jarak senjata ke kulit hanya beberapa inci adalah adanya
kelim jelaga disekitar tempat masuk anak peluru. Luasnya kelim jelaga tergantung
kepada jumlah gas yang dihasilkan, luasnya bubuk mesiu yang terbakar, jumlah grafit
yang dipakai untuk menyelimuti bubuk mesiu. Pada luka tembak jarak dekat, bubuk
mesiu bebas dapat ditemukan didalam atau di sekitar tepi luka dan disepanjang saluran
luka. Kelim tato yang biasa tampak pada luka jarak sedang, tidak tampak pada luka
jarak pendek kemungkina karena efek penapisan oleh jelaga.
Pada luka tembak jarak dekat, sejumlah gas yang dilepaskan membakar kulit secara
langsung. Area disekitarnya yang ikut terbakar dapat terlihat. Terbakarnya rambut pada
area tersebut dapat saja terjadi, namun jarang diperhatikan karena sifat rambut terbakar
yang rapuh sehingga patah dan mudah diterbangkan sehingga tidak ditemukan kembali
saat dilakukan pemeriksaan. Rambut terbakar dapat ditemukan pada luka yang
disebabkan senjata apapun.
Pada umumnya luka tembak masuk jarak dekat ini disebabkan oleh peristiwa
pembunuhan, sedangkan untuk bunuh diri biasanya ditemukan tanda-tanda schot hand.
Jarak dekat disini diartikan tembakan dari suatu jarak dimana pada sekitar luka tembak
masuk masih didapatkan sisa-sisa mesiu yang habis terbakar. Jarak ini tergantung:
1) Jenis senjata, laras panjang atau pendek
2) Jenis mesiu, mesiu hitam atau smokeless
Tanda utama adalah adanya kelim tato yang disebabkan oleh bubuk mesiu yang
tidak terbakar yang terbang kearah kulit korban. Disekitar zona tato terdapat zona kecil
berwarna magenta. Adanya tumbukan berkecepatan tinggi dapat menyebabkan
pecahnya pembuluh darah kecil dan menghasilkan perdarahan kecil.Bentuk tato
memberikan petunjuk mengenai tipe bubuk mesiu yang digunakan. Serpihan mesiu
menyebabkan tato dengan bentuk yang beraneka ragam, tergantung bagaimana masing-
masing mesiu membentur kulit dengan bentuk pipih pada tepinya. Gumpalan mesiu,
berbentuk bulat atau bulat telur, menyebabkan tato bentuk bintik-bintik atau titik-titik.
Karena bentuk gumpalan lebih kecil dari bentuk serpihan sehingga daerah berkelim
tato pada gumpalan lebih halus.
Luas area tato menunjukkan jarak tembak. Makin besar jarak tersebut, makin besar
area, namun semakin halus. Metode pengukuran luas yang umum dipakai adalah
dengan mengukur dua koordinat, potongan longitudinal dan transversal. Untuk
kemudian dibuat luka percobaan, dengan menggunakan senjata yang sama, amunisis
yang sama, kondisi lingkungan yang sama dengan hasil luka terlihat yang sama persis
dengan korban, dapat di ukur jarak tembak.

Gambar 1.3. Luka Tembak Jarak Dekat


c. Luka tembak jarak jauh
Tidak ada bubuk mesiu maupun gas yang bisa terbawa hingga jarak jauh. Hanya
anak peluru yang dapat terlontar memebihi beberapa kaki. Sehingga luka yang ada
disebabkan oleh anak peluru saja. Terdapat beberapa karakteristik luka yang dapat
dinilai. Umumnya luka berbentuk sirkular atau mendekati sirkular. Tepi luka compang-
camping. Jika anak peluru berjalan dengan gaya non-perpendikular maka tepi
compang-camping tersebut akan melebar pada salah satu sisi. Pemeriksaan ini berguna
untuk menentukan arah anak peluru.
Pada luka tembak masuk jarak jauh memberi arti yang besar terhadap pengusutan
perkara. Hal ini karena luka jenis ini menyingkirkan kemungkinan penembakan
terhadap diri sendiri, baik sengaja tau tidak. Terdapat 4 pengecualian, yaitu (1) Senjata
telah di set sedemikian rupa sehingga dapat di tembakkan sendiri oleh korban dari jarak
jauh; (2) kesalahan hasil pemeriksaan karena bentuk luka tembak tempel yang mirip
luka tembak jarak jauh; (3) Kesulitan interpretasi karena adanya pakaian yang
menghalangi jelaga atau bubuk mesiu mencapai kulit; dan (4) Jelaga atau bubuk mesiu
telah tersingkir. Hal tersebut terjadi bila tidak ada pengetahuan pemeriksa dan dapat
berakibat serius terhadap penyelidikan.
Pada luka tembak masuk jarak jauh ini, yang mengenai sasaran hanyalah anak
peluru saja. Sedangkan partikel lainnya tidak didapatkan. Pada luka tembak jarak jauh
ini hanya ditemukan luka bersih dengan contusio ring. Pada arah tembakan tegak lurus
permukaan sasaran (tangensial) bentuk contusio ringnya konsentris, bundar.
Sedangkan pada tembakan miring bentuk contusio ringnya oval.
Luka tembak pada jaringan lunak sukar dibedakan antara inshoot dan outshoot, oleh
karena itu perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis, untuk mencari adanya pigmen
mesiu, jelaga, minyak senjata atau adanya serat pakaian yang ikut masuk kedalam luka.
Luka tembak jarak jauh adalah luka tembak dimana jarak antara moncong senjata
dengan korban diatas 50 cm, atau diluar jarak tempuh atau jangkauan butir-butir mesiu.
1) Terjadi bila jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban di luar jangkauan
atau jarak tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau terbakar sebagian.
2) Luka berbentuk bundar atau oval dengan disertai adanya kelim lecet.
3) Bila senjata sering dirawat (diberi minyak) maka pada kelim lecet dapat dilihat
pengotoran bewarna hitam berminyak, jadi ada kelim kesat atau kelim lemak.

Gambar 1.4 Luka Tembak Jarak Jauh

2. Luka Tembak Keluar (Luka Tembus)


Luka tembak keluar ini ialah bahwa setelah peluru membuat luka tembak masuk dan
saluran luka tembakan maka akhirnya peluru akan mengenai kulit lagi dari sebelah dalam
dan kulit terdorong ke luar. Kalau batas kekenyalan kulit dilampaui, maka kulit dari dalam
menjadi robek dan akhirnya timbul suatu lubang luka baru lagi, dan luka baru inilah yang
dinamakan luka tembak keluar.
Jika sebuah peluru setelah membuat lubang luka tembakan masuk dan mengenai tulang
(benda keras), maka bentuk dari pada peluru tadi menjadi berubah. Tulang-tulang yang
kena peluru tadi akan menjadi patah pecah atau kadang-kadang remuk. Akibatnya waktu
peluru menembus terus dan membuat lubang luka tembak keluar, tidak hanya peluru yang
berubah bentuknya, tapi juga diikuti oleh pecahan-pecahan tulang tadi oleh karena ikut
terlempar karena dorongan dari peluru. Tulang-tulang inipun kadang-kadang mempunyai
kekuatan menembus juga. Kejadian inilah yang mengakibatkan luka tembakan keluar yang
besar dan lebar, sedangkan bentuknya tidak tertentu. Sering kali besar luka tembak keluar
berlipat ganda dari pada besarnya luka tembakan masuk. Misalnya saja luka tembakan
masuk beserta contusio ring sebesar kira-kira 8 mm dan luka tembakan keluar sebesar uang
logam. Berdasarkan ukurannya maka ada beberapa kemungkinan, yaitu:
a. Bila luka tembak keluar ukurannya lebih besar dari luka tembak masuk, maka biasanya
sebelum keluar anak peluru telah mengenai tulang hingga berpecahan dan beberapa
serpihannya ikut keluar. Serpihan tulang ini bisa menjadi peluru baru yang membuat
luka keluar menjadi lebih lebar.
b. Bila luka tembak keluar ukurannya sama dengan luka tembak masuk, maka hal ini
didapatkan bila anak peluru hanya mengenai jaringan lunak tubuh dan daya tembus
waktu keluar dari kulit masih cukup besar.

Adapun faktor–faktor yang menyebabkan luka tembak keluar lebih besar dari luka tembak
masuk adalah:
a. Perubahan luas peluru, oleh karena terjadi deformitas sewaktu peluru berada dalam
tubuh dan membentur tulang.
b. Peluru sewaktu berada dalam tubuh mengalami perubahan gerak, misalnya karena
terbentur bagian tubuh yang keras, peluru bergerak berputar dari ujung ke ujung (end to
end), keadaan ini disebut “tumbling”.
c. Pergerakan peluru yang lurus menjadi tidak beraturan, disebut “yawing”.
d. Peluru pecah menjadi beberapa fragmen. Fragmen-fragmen ini menyebabkan luka
tembak keluar menjadi lebih besar.
e. Bila peluru mengenai tulang dan fragmen tulang tersebut turut terbawa keluar, maka
fragmen tulang tersebut akan membuat robekan tambahan sehingga akan memperbesar
luka tembak keluarnya.
f. Pada beberapa keadaan luka tembak keluar lebih kecil dari luka tembak masuk, hal ini
disebabkan:
1) Kecepatan atau velocity peluru sewaktu akan menembus keluar berkurang, sehingga
kerusakannya (lubang luka tembak keluar) akan lebih kecil, perlu diketahui bahwa
kemampuan peluru untuk dapat menimbulkan kerusakan berhubungan langsung
dengan ukuran peluru dan velocity.
2) Adanya benda menahan atau menekan kulit pada daerah dimana peluru akan keluar
yang berarti menghambat kecepatan peluru, luka tembak keluar akan lebih kecil bila
dibandingkan dengan luka tembak masuk.
Beberapa variasi luka tembak keluar
a. Luka tembak keluar sebagian (partial exit wound), hal ini dimungkinkan oleh karena
tenaga peluru tersebut hampir habis atau ada penghalang yang menekan pada tempat
dimana peluru akan keluar, dengan demikian luka dapat hanya berbentuk celah dan tidak
jarang peluru tampak menonjol sedikit pada celah tersebut.
b. Jumlah luka tembak keluar lebih banyak dari jumlah peluru yang ditembakkan, ini
dimungkinkan karena :
c. Peluru pecah dan masing-masing pecahan membuat sendiri luka tembak keluar.
d. Peluru menyebabkan ada tulang yang patah dan tulang tersebut terdorong keluar pada
tempat yang berbeda dengan tempat keluarnya peluru.
Dua peluru masuk ke dalam tubuh melalui satu luka tembak masuk (“tandem bullet
injury”), dan di dalam tubuh ke dua peluru tersebut berpisah dan keluar melalui tempat
yang berbeda.
G. Perbedaan Luka Tembak Masuk dan Luka Tembak Keluar
Tabel 1. Perbedaan Luka Tembak Masuk dan Luka Tembak Keluar
Luka tembak masuk Luka tembak keluar
1. Ukurannya kecil, karena peluru menembus Ukurannya lebih besar dan lebih tidak teratur
kulit seperti bor dengan kecepatan tinggi dibandingkan luka tembak masuk, karena
kecepatan peluru berkurang sehingga
menyebabkan robekan jaringan
2. Pinggiran luka melekuk kearah dalam karena Pinggiran luka melekuk keluar karena peluru
peluru menembus kulit dari luar melekuk keluar
3. Pinggiran luka mengalami abrasi Pinggiran luka tidak mengalami abrasi
4. Bisa tampak kelim lemak Tidak terdapat kelim lemak
5. Pakaian masuk ke dalam luka, dibawa oleh Tidak ada
peluru yang masuk
6. Pada luka bisa tampak hitam, terbakar, kelim Tidak ada
tato, atau jelaga
7. Pada tulang tengkorak, pinggiran luka bagus Tampak seperti gambaran mirip kerucut
bentuknya
8. Bisa tampak warna merah terang akibat Tidak ada
adanya zat karbon monoksida
9. Disekitar luka terdapat kelim ekimosis Tidak ada
10. Perdarahan hanya sedikit Perdarahan lebih banyak
11. Pemeriksaan radiologi atau analisa aktivitas Tidak ada
netron mengungkapkan adanya lingkaran
timah atau zat besi di sekitar luka

H. Efek Luka Tembak


Pada saat seseorang melepaskan tembakan dan kebetulan mengenai sasaran yaitu tubuh
korban, maka pada tubuh korban tersebut akan didapatkan perubahan yang diakibatkan oleh
berbagai unsur atau komponen yang keluar dari laras senjata api tersebut. Adapun komponen
atau unsur-unsur yang keluar pada setiap penembakan adalah:
1. Anak peluru
2. Butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar
3. Asap atau jelaga
4. Api
5. Partikel logam
Bila senjata yang dipergunakan sering diberi minyak pelumas, maka minyak yang
melekat pada anak peluru dapat terbawa dan melekat pada luka. Bila penembakan dilakukan
dengan posisi moncong senjata menempel dengan erat pada tubuh korban, maka akan terdapat
jejas laras. Selain itu bila senjata yang dipakai termasuk senjata yang tidak beralur (smooth
bore), maka komponen yang keluar adalah anak peluru dalam satu kesatuan atau tersebar dalam
bentuk pellet, tutup dari peluru itu sendiri juga dapat menimbulkan kelainan dalam bentuk luka.
Komponen atau unsur-unsur yang keluar pada setiap peristiwa penembakan akan menimbulkan
kelainan pada tubuh korban sebagai berikut:
1. Akibat anak peluru (bullet effect): luka terbuka
Luka terbuka yang terjadi dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:
a. Kecepatan
b. Posisi peluru pada saat masuk ke dalam tubuh
c. Bentuk dan ukuran peluru
d. Densitas jaringan tubuh di mana peluru masuk
Peluru yang mempunyai kecepatan tinggi (high velocity), akan menimbulkan luka yang
relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan peluru yang kecepatannya lebih rendah (low
velocity). Kerusakan jaringan tubuh akan lebih berat bila peluru mengenai bagian tubuh
yang densitasnya lebih besar.
Pada organ tubuh yang berongga seperti jantung dan kandung kencing, bila terkena
tembakan dan kedua organ tersebut sedang terisi penuh (jantung dalam fase diastole), maka
kerusakan yang terjadi akan lebih hebat bila dibandingkan dengan jantung dalam fase
sistole dan kandung kencing yang kosong; hal tersebut disebabkan karena adanya
penyebaran tekanan hidrostatik ke seluruh bagian.
Mekanisme terbentuknya luka dan kelim lecet akibat anak peluru:
a. Pada saat peluru mengenai kulit, kulit akan teregang
b. Bila kekuatan anak peluru lebih besar dari kulit maka akan terjadi robekan
c. Oleh karena terjadi gerakan rotasi dari peluru (pada senjata yang beralur atau rifle
bore), terjadi gesekan antara badan peluru dengan tepi robekan sehingga terjadi kelim
lecet (abrasion ring)
d. Oleh karena tenaga penetrasi peluru dan gerakan rotasi akan diteruskan ke segala arah,
maka sewaktu anak peluru berada dan melintas dalam tubuh akan terbentuk lubang
yang lebih besar dari diameter peluru
e. Bila peluru telah meninggalkan tubuh atau keluar, lubang atau robekan yang terjadi
akan mengecil kembali, hal ini dimungkinkan oleh adanya elastisitas dari jaringan
f. Bila peluru masuk ke dalam tubuh secara tegak lurus maka kelim lecet yang terbentuk
akan sama lebarnya pada setiap arah
g. Peluru yang masuk secara membentuk sudut atau serong akan dapat diketahui dari
bentuk kelim lecet
h. Kelim lecet paling lebar merupakan petunjuk bahwa peluru masuk dari arah tersebut
i. Pada senjata yang dirawat baik, maka pada klim lecet akan dijumpai pewarnaan
kehitaman akibat minyak pelumas, hal ini disebut kelim kesat atau kelim lemak (grease
ring/ grease mark)
j. Bila peluru masuk pada daerah di mana densitasnya rendah, maka bentuk luka yang
terjadi adalah bentuk bundar, bila jaringan di bawahnya mempunyai densitas besar
seperti tulang, maka sebagian tenaga dari peluru disertai pula dengan gas yang
terbentuk akan memantul dan mengangkat kulit di atasnya, sehingga robekan yang
tejadi menjadi tidak beraturan atau berbentuk bintang
k. Perkiraan diameter anak peluru merupakan penjumlahan antara diameter lubang luka
ditambah dengan lebar kelim lecet yang tegak lurus dengan arah masuknya peluru
l. Peluru yang hanya menyerempet tubuh korban akan menimbulkan robekan dangkal,
disebut bullet slap atau bullet graze
m. Bila peluru menyebabkan luka terbuka dimana luka tembak masuk bersatu dengan luka
tembak keluar, luka yang terbentuk disebut gutter wound
2. Akibat butir-butir mesiu (gunpowder effect): tattoo, stipling
a. Butir – butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar akan masuk ke dalam
kulit
b. Daerah di mana butir-butir mesiu tersebut masuk akan tampak berbintik-bintik hitam
dan bercampur dengan perdarahan
c. Oleh karena penetrasi butir mesiu tadi cukup dalam, maka bintik-bintik hitam tersebut
tidak dapat dihapus dengan kain dari luar
d. Jangkauan butir-butir mesiu untuk senjata genggam berkisar sekitar 60 cm
e. Black powder adalah butir mesiu yang komposisinya terdiri dari nitrit, tiosianat,
tiosulfat, kalium karbonat, kalium sulfat, kalium sulfida, sedangkan smoke less powder
terdiri dari nitrit dan selulosa nitrat yang dicampur dengan karbon dan gravid
3. Akibat asap (smoke effect): jelaga
a. Oleh karena setiap proses pembakaran itu tidak sempurna, maka terbentuk asap atau
jelaga
b. Jelaga yang berasal dari black powder komposisinya CO2 (50%) nitrogen 35%, CO
10%, hydrogen sulfide 3%, hydrogen 2 % serta sedikit oksigen dan methane
c. Smoke less powder akan menghasilkan asap yang jauh lebih sedikit
d. Jangkauan jelaga untuk senjata genggam berkisar sekitar 30 cm
e. Oleh karena jelaga itu ringan, jelaga hanya menempel pada permukaan kulit, sehingga
bila dihapus akan menghilang.
4. Akibat api (flame effect): luka bakar
a. Terbakarnya butir-butir mesiu akan menghasilkan api serta gas panas yang akan
mengakibatkan kulit akan tampak hangus terbakar (scorching, charring)
b. Jika tembakan terjadi pada daerah yang berambut, maka rambut akan terbakar
c. Jarak tempuh api serta gas panas untuk senjata genggam sekitar 15 cm, sedangkan untuk
senjata yang kalibernya lebih kecil, jaraknya sekitar 7,5 cm
5. Akibat partikel logam (metal effect): fouling
a. Oleh karena diameter peluru lebih besar dari diameter laras, maka sewaktu peluru
bergulir pada laras yang beralur akan terjadi pelepasan partikel logam sebagai akibat
pergesekan tersebut
b. Partikel atau fragmen logam tersebut akan menimbulkan luka lecet atau luka terbuka
dangkal yang kecil-kecil pada tubuh korban
c. Partikel tersebut dapat masuk ke dalam kulit atau tertahan pada pakaian korban.
6. Akibat moncong senjata (muzzle effect): jejas laras
a. Jejas laras dapat terjadi pada luka tembak tempel, baik luka tembak tempel yang erat
(hard contact) maupun yang hanya sebagian menempel (soft contact)
b. Jejas laras dapat terjadi bila moncong senjata ditempelkan pada bagian tubuh, dimana di
bawahnya ada bagian yang keras (tulang)
c. Jejas laras terjadi oleh karena adanya tenaga yang terpantul oleh tulang dan mengangkat
kulit sehingga terjadi benturan yang cukup kuat antara kulit dan moncong senjata
d. Jejas laras dapat pula terjadi jika si penembak memukulkan moncong senjatanya dengan
cukup keras pada tubuh korban, akan tetapi hal ini jarang terjadi
e. Pada hard contact, jejas laras tampak jelas mengelilingi lubang luka, sedangkan pada
soft contact, jejas laras sebetulnya luka lecet tekan tersebut akan tampak sebagian
sebagai garis lengkung
f. Bila pada hard contact tidak akan dijumpai kelim jelaga atau kelim tato, oleh karena
tertutup rapat oleh laras senjata, maka pada soft contact jelaga dan butir mesiu ada yang
keluar melalui celah antara moncong senjata dan kulit, sehingga terdapat adanya kelim
jelaga dan kelim tato.

7. Pengaruh pakaian pada luka tembak masuk


Jika tembakan mengenai tubuh korban yang ditutup pakaian, dan pakaiannya cukup tebal,
maka dapat terjadi:
a. Asap, butir-butir mesiu dan api dapat tertahan pakaian
b. Fragmen atau partikel logam dapat tertahan oleh pakaian
c. Serat-serat pakaian dapat terbawa oleh peluru dan masuk ke dalam lubang luka tembak
I. Pemeriksaan Khusus pada Luka Tembak
Pada beberapa keadaan, pemeriksaan terhadap luka tembak masuk sering dipersulit oleh
adanya pengotoran oleh darah, sehingga pemeriksaan tidak dapat dilakukan dengan baik,
akibat penafsiran atau kesimpulan mungkin sekali tidak tepat. Untuk menghadapi penyulit
pada pemeriksaan tersebut dapat dilakukan prosedur sebagai berikut: Luka tembak dibersihkan
dengan hidrogen perokside (3% by volume). Setelah 2-3 menit luka tersebut dicuci dengan air,
untuk membersihkan busa yang terjadi dan membersihkan darah. Dengan pemberian hidrogen
perokside tadi, luka tembak akan bersih, dan tampak jelas, sehingga diskripsi dari luka dapat
dilakukan dengan akurat. Selain secara makroskopik, yaitu dengan karakteristik pada luka
tembak masuk, tidak jarang diperlukan pemeriksaan khusus untuk menentukan secara pasti
bahwa luka tersebut luka tembak masuk; ini disebabkan oleh karena tidak selamanya luka
tembak masuk memperlihatkan ciri-ciri yang jelas. Adapun pemeriksaan khusus yang
dimaksud adalah: pemeriksaan mikroskopik, pemeriksaan kimiawi, dan pemeriksaan
radiologik.
1. Pemeriksaan Mikroskopik
Perubahan mikroskopis yang tampak diakibatkan oleh dua faktor, yaitu akibat trauma
mekanis dan termis. Luka tembak tempel dan luka tembak jarak dekat :
a. Kompresi ephitel,di sekitar luka tampak epithel yang normal dan yang mengalami
kompresi,elongasi,dan menjadi pipihnya sel-sel epidermal serta elongasi dari inti sel,
b. Distorsi dari sel epidermis di tepi luka yang dapat bercampur dengan butir-butir mesiu.
c. Epitel mengalami nekrose koagulatif,epitel sembab,vakuolisasi sel-sel basal,
d. Akibat panas, jaringan kolagen menyatu dengan pewarnaan HE, akan lebih banyak
mengambil warna biru (basofilik staining)
e. Tampak perdarahan yang masih baru dalam epidermis (kelainan ini paling dominan),
dan adanyabutir-butir mesiu
f. Sel-sel pada dermis intinya mengkerut, vakuolisasi dan pignotik
g. Butir-butir mesiu tampak sebagai benda tidak beraturan, berwarna hitam atau hitam
kecoklatan
1) Pada luka tembak tempel “hard contact” permukaan kulit sekitar luka tidak
terdapat butir-butir mesiu atau hanya sedikit sekali, butir-butir mesiu akan tampak
banyak dilapisan bawahnya, khususnya disepanjang tepi saluran luka
2) Pada luka tembak tempel “soft contact” butir-butir mesiu terdapat pada kulit dan
jaringan dibawah kulit.
3) Pada luka tembak jarak dekat, butir-butir mesiu terutama terdapat pada permukaan
kulit, hanya sedikit yang ada pada lapisan-lapisan kulit
2. Pemeriksaan Kimiawi
Pada “black gun powder” dapat ditemukan kalium, karbon, nitrit, nitrat, sulfis, sulfat,
karbonat, tiosianat dan tiosulfat. ,Pada “smokeles gun powder” dapat ditemukan nitrit dan
selulosa nitrat. Pada senjata api yang modern, unsur kimia yang dapat ditemukan ialah
timah, barium, antimon, dan merkuri.Unsur-unsur kimia yang berasal dari laras senjata
dan dari peluru sendiri dapat di temukan ialah timah, antimon, nikel, tembaga, bismut
perak dan thalium. Pemeriksaan atas unsur-unsur tersebut dapat dilakukan terhadap
pakaian, didalam atau di sekitar luka. Pada pelaku penembakan, unsur-unsur tersebut
dapat dideteksi pada tangan yang menggenggam senjata1.
3. Pemeriksaan dengan Sinar-X
Pemeriksaan foto rontgen pada luka tembak kurang bermanfaat. Ada beberapa alasan
penggunaan fotot rontgen yakni:
a. Untuk mengetahui lokasi peluru.
b. Untuk mengetahui lokasi pecahan peluru. Meskipun luka tembaknya merupakan luka
tembak terbuka, peluru mungkin pecah dan berada dalam tubuh.
c. Untuk mengetahui saluran peluru
d. Untuk mengetahui defek pada tulang
e. Untuk mengetahui adanya emboli udara berkaitan dengan adanya bahaya pada
pembuluh darah yang besar akibat peluru.
f. Sebagai bukti tertulis bahwa tubuh korban telah diperiksa dan adanya luka akibat
peluru
g. Untuk menyingkirkan adanya peluru dalam tubuh.
Radiografi dapat juga digunakan pada pasien hidup untuk menentukan beberapa
karakteristik adanya peluru dalam tubuh. Terdapat masalah yang tidak diharapkan saat
radiografi digunakan sebagai pemeriksaan rutin untuk memeriksa luka tembak.
Foto rontgen dapat menyatakan ada peluru yang mungkin tidak berhubungan dengan
penembakan yang sedang diselidiki. Yang kedua, kaliber dari peluru tidak dapat
ditentukan dengan tepat dengan menggunakan foto rontgen. Adanya distorsi dengan
menggunakan foto rontgen besar dan tergantung jarak peluru dari film X ray. Sangat sulit
memperkirakan kaliber yang tepat dari peluru berdasarkan penampilan peluru di foto
rontgen. Pemeriksaan radiografi yang lain kadang-kadang digunakan pada pemeriksaan
luka tembak. Ini terdiri dari soft X-rays yang terkadang dinamakan grenz rays.
Pemeriksaan secara radiologik dengan sinar-X ini pada umumnya untuk memudahkan
dalam mengetahui letak peluru dalam tubuh korban, demikian pula bila ada partikel-
partikel yang tertinggal. Pada “tandem bullet injury” dapat ditemukan dua peluru
walaupun luka tembak masuknya hanya satu. Bila pada tubuh korban tampak banyak
pellet tersebar, maka dapat dipastikan bahwa korban ditembak dengan senjata jenis “shoot
gun” , yang tidak beralur, dimana dalam satu peluru terdiri dari berpuluh pellet. Bila pada
tubuh korban tampak satu peluru, maka korban ditembak oleh senjata jenis rifled.
Pada keadaan dimana tubuh korban telah membusuk lanjut atau telah rusak
sedemikian rupa, sehingga pemeriksaan sulit, maka dengan pemeriksaan radiologi ini
akan dengan mudah menentukan kasusnya, yaitu dengan ditemukannya anak peluru pada
foto rongent (Idris, 1997). Pramono (1996) menyatakan luka tembak masuk dilukis dalam
keadaan asli atau dibuat foto. Pada luka tembak jarak dekat dibuat percobaan parafin,
yang kegunaannya untuk menentukan sisa mesiu pada tangan penembak atau sisa-sisa
mesiu sekitar luka tembak untuk jarak dekat.

4. Pemeriksaan baju pada korban luka tembak


Pemeriksaan korban luka tembak tidak lengkap tanpa pemeriksaan defek baju yang
dibuat oleh peluru. Beberapa cara pemeriksaannya :
a. Idealnya baju korban harus dilepaskan tanpa merusak baju tersebut.
b. Untuk mengidentifikasi korban, dapat dicari barang-barang yang ada di saku.
c. Baju harus dilepaskan dari korban, tapi jika hal ini dapat merusak maka dilakukan
manipulasi sehingga luka dapat dilihat.
d. Korban yang meninggal, sekarat, dan potensial untuk resusitasi kardiopulmonologi
dirawat oleh petugas medis. Berkaitan dengan hal ini, baju koraban harus dipotong
atau dirobek.
Pemeriksaan baju pada korban dapat dilakukan dengan menggunakan tehnik yang berbeda.
Ini meliputi :
a. Dengan mata telanjang
b. Dengan menggunakan gelas
c. Dengan mikroskop binocular
d. Dengan fotografi inframerah
BAB 2
ILUSTRASI KASUS

Pada tanggal 12 Januari 2015 pukul 12.05 WIB telah dilakukan pemeriksaan luar terhadap mayat
laki-laki yang berusia 44 tahun.
Hasil pemeriksaan didapatkan:
1. Korban datang dalam keadaan meninggal
2. Refleks Pupil dan Cahaya negatif
3. Keadaan bungkus dan pakaian mayat:
a. Label mayat: Tidak ada
b. Tutup/bungkus mayat : Tidak ada
c. Perhiasan mayat: Tidak ada
d. Pakaian mayat :
1) Kaos lengan pendek, warna dasar abu-abu dengan motif garis berwarna merah muda,
tanpa kerah, merk NEVADA, ukran XL, pada bagian depan berkancing dua
2) Celana dalam merk CROCODILE berwarna abu-abu, ukuran XL
e. Benda di samping mayat: Tidak ada
4. Luka-luka :
a. Pada kelopak atas mata kanan terdapat memar berwarna keunguan ukuran tiga kali nol
koma lima sentimeter
b. Pada pipi kanan, lima sentimeter dari garis pertengahan depan, satu sentimeter dari
dibawah sudut luar mata, terdapat memar berwarna keunguan ukuran empat kali dua koma
lima sentimeter
c. Pada pipi kiri, lima sentimeter dari garis petengahan depan, satu sentimeter dibawah sudut
luar mata, terdapat memar berwarna keunguan ukuran lima kali tiga sentimeter
d. Pada rahang terdapat memar berwarna keunguan berbentuk garis mendatar dari kiri ke
kanansepanjang lima sentimeter
e. Pada rahang kiri, lima sentimeter dari garis pertengahan depan, terdapat memar berwarna
keunguan ukuran dua koma lima kali nol koma tujuh sentimeter
f. Pada dada kanan, tujuh sentimeter dari garis petengahan depan, dua puluh tujuh sentimeter
dibawah puncak bahu, terdapat lecet tekan disertai memar berwarna merah keunguan
ukuran nol koma lima kali nol koma empat sentimeter
g. Pada dada, tepat pada garis pertengahan depan, enam koma lima sentimeter dibawah puting
susu, terdapat luka lecet tekan disertai memar berwarna merah keunguan ukuran satu koma
tiga kali nol koma depalan sentimeter
h. Pada dada kiri, tujuh belas sentimeter dari garis pertengahan depan, enam koma lima
sentimeter dibawah putting susu, terdapat beberapa memar berwarna keunguan ukuran
terkecil berbentuk titik, ukuran terbesar dua kali satu koma tiga sentimeter, meliputi area
seluas delapan kali tujuh sentimeter
i. Pada paha kanan dan kiri sisi depan sampai belakang terdapat memar berwarna ungu
j. Pada tungkai kanan sisi depan, tepat pada tepi lutut sisi bawah, empat puluh dua sentimeter
di atas tumit, seratus enam sentimeter dibawah puncak bahu, seratus tigapuluh satu
sentimeter dibawah puncak kepala,terdapat luka berbentuk lubang bundar, diameter tujuh
millimeter
k. Pada lipat kaki kanan, terdapat luka berbentuk lubang bundar diameter lima millimeter
dikelilingi lecet kiri bawah empat millimeter, kanan atas dua millimeter, kiri atas dua
millimeter, kanan bawah dua millimeter. Pada tepi lubang luka terdapat kelim asap. Pada
daerah sekitar luka terdapat kelim tato berbentuk bundar dengan diameter satu koma
delapan sentimeter---------------------------------
l. Pada tungkai kiri sisi belakang, tigabelas sentimeter dibawah lipat kaki, seratus duapuluh
sentimeter dibawah puncak bahu, seratus tigapuluh Sembilan sentimeter dibawah puncak
kepala,tigapuluh empat sentimeter diatas tumit, terdapat luka berbentuk lubang bundar
diameter lima millimeter dikelilingi kelim lecet pada sisi atas berukuran dua millimeter,
sisi kanan dua millimeter, sisi kiri dua millimeter, sisi bawah dua millimeter, pada tepi lecet
terdapat jelaga dan pada sekitar luka terdapat kelim tato
m. Pada tungkai kiri sisi belakang, tigapuluh sentimeter dibawah lipat kaki, seratus tigapuluh
tujuh koma lima sentimeter dibawah puncak bahu, seratus enam puluh sentimeter dibawah
puncak kepala, tujuh belas sentimeter diatas tumit, terdapat luka berbentuk lubang bundar
diameter lima millimeterdikelilingi kelim lecet pada sisi kanan atas berukuran satu koa
lima sentimeter, sisi kiri bawah dua millimeter, kanan bawah dua millimeter, kiri atas dua
millimeter
n. Pada tungkai kiri sisi dalam, enambelas sentimeter dibawah lutut, seratus duapuluh
sentimeter dibawah puncak bahu, seratus empatpuluh tiga sentimeter dibawah puncak
kepala, tigapuluh koma lima sentimeter diatas tumit, terdapat luka berbentuk lubang
dengan tepi pecah diameter Sembilan millimeter.
Kesimpulan Hasil Pemeriksaan Luar:
1. Pada korban laki-laki berusia kurang lebih: 45 tahun
2. Datang dalam keadaan: Meninggal
3. Telah ditemukan beberapa tanda kekerasan senjata api.
BAB 3
PEMBAHASAN

Pada kasus ini, didapatkan beberapa luka akibat kekerasan senjata api berupa Luka
berbentuk lubang bundar sebanyak 5 buah. Berdasarkan pemeriksaan tiga diantaranya merupakan
luka tembak masuk dan dua diantaranya merupakan luka tembak keluar. Kesimpulan tersebut
didapatkan berdasarkan cirri-ciri luka tembak masuk yakni memiliki bentuk luka yang biasanya
dalam bentuk berentetan dengan abrasi tepi yang melingkar di sekeliling defek yang dihasilkan
oleh peluru. Abrasi tepi tersebut berupa goresan atau lecet pada kulit yang disebabkan oleh peluru
ketika menekan masuk ke dalam tubuh. Abrasi tepi dapat bersifat konsentris ataupun eksentris.
Ketika ujung peluru melakukan penetrasi ke dalam kulit, maka hal tersebut akan menghasilkan
abrasi tepi yang konsentris, yaitu goresan pada kulit berbentuk cincin dengan ketebalan yang sama,
oleh karena peluru masuk secara tegak lurus terhadap kulit. Ketika ujung peluru melakukan
penetrasi pada kulit dengan membentuk sudut, maka hal ini akan menghasilkan abrasi tepi yang
eksentris, yaitu bentuk cincin yang lebih tebal pada satu area. Area yang tebal dari abrasi tepi yang
eksentris mengindikasikan arah datangnya peluru. Sebagai tambahan, semakin tebal abrasi tepi,
semakin kecil sudut peluru pada saat mengenai kulit.
Pada kasus ini didapatkan 3 luka tembak masuk yang masing masing :
1. Pada lipat kaki kanan, terdapat luka berbentuk lubang bundar diameter lima millimeter
dikelilingi lecet kiri bawah empat millimeter, kanan atas dua millimeter, kiri atas dua
millimeter, kanan bawah dua millimeter. Pada tepi lubang luka terdapat kelim asap. Pada
daerah sekitar luka terdapat kelim tato berbentuk bundar dengan diameter satu koma delapan
sentimeter
2. Pada tungkai kiri sisi belakang, tigabelas sentimeter dibawah lipat kaki, seratus duapuluh
sentimeter dibawah puncak bahu, seratus tigapuluh Sembilan sentimeter dibawah puncak
kepala,tigapuluh empat sentimeter diatas tumit, terdapat luka berbentuk lubang bundar
diameter lima millimeter dikelilingi kelim lecet pada sisi atas berukuran dua millimeter, sisi
kanan dua millimeter, sisi kiri dua millimeter, sisi bawah dua millimeter, pada tepi lecet
terdapat jelaga dan pada sekitar luka terdapat kelim tato
3. Pada tungkai kiri sisi belakang, tigapuluh sentimeter dibawah lipat kaki, seratus tigapuluh tujuh
koma lima sentimeter dibawah puncak bahu, seratus enam puluh sentimeter dibawah puncak
kepala, tujuh belas sentimeter diatas tumit, terdapat luka berbentuk lubang bundar diameter
lima millimeterdikelilingi kelim lecet pada sisi kanan atas berukuran satu koa lima sentimeter,
sisi kiri bawah dua millimeter, kanan bawah dua millimeter, kiri atas dua millimeter.
Sedangkan ciri-ciri luka tembak keluar adalah biasanya ukurannya lebih besar dan lebih tidak
teratur dibandingkan luka tembak masuk, karena kecepatan peluru berkurang sehingga
menyebabkan robekan jaringan. Jika sebuah peluru setelah membuat lubang luka tembakan masuk
dan mengenai tulang (benda keras), maka bentuk dari pada peluru tadi menjadi berubah. Tulang-
tulang yang kena peluru tadi akan menjadi patah pecah atau kadang-kadang remuk. Akibatnya
waktu peluru menembus terus dan membuat lubang luka tembak keluar, tidak hanya peluru yang
berubah bentuknya, tapi juga diikuti oleh pecahan-pecahan tulang tadi oleh karena ikut terlempar
karena dorongan dari peluru. Tulang-tulang inipun kadang-kadang mempunyai kekuatan
menembus juga. Kejadian inilah yang mengakibatkan luka tembakan keluar yang besar dan lebar,
sedangkan bentuknya tidak tertentu. Sering kali besar luka tembak keluar berlipat ganda dari pada
besarnya luka tembakan masuk.
Berdasarkan ukurannya maka ada beberapa kemungkinan, yaitu:
1. Bila luka tembak keluar ukurannya lebih besar dari luka tembak masuk, maka biasanya
sebelum keluar anak peluru telah mengenai tulang hingga berpecahan dan beberapa
serpihannya ikut keluar. Serpihan tulang ini bisa menjadi peluru baru yang membuat luka
keluar menjadi lebih lebar.
2. Bila luka tembak keluar ukurannya sama dengan luka tembak masuk, maka hal ini didapatkan
bila anak peluru hanya mengenai jaringan lunak tubuh dan daya tembus waktu keluar dari kulit
masih cukup besar.
Pada kasus ini didapatkan 2 luka tembak keluar yang masing masing :
1. Pada tungkai kanan sisi depan, tepat pada tepi lutut sisi bawah, empat puluh dua sentimeter di
atas tumit, seratus enam sentimeter dibawah puncak bahu, seratus tigapuluh satu sentimeter
dibawah puncak kepala,terdapat luka berbentuk lubang bundar, diameter tujuh millimeter
2. Pada tungkai kiri sisi dalam, enambelas sentimeter dibawah lutut, seratus duapuluh sentimeter
dibawah puncak bahu, seratus empatpuluh tiga sentimeter dibawah puncak kepala, tigapuluh
koma lima sentimeter diatas tumit, terdapat luka berbentuk lubang dengan tepi pecah diameter
Sembilan millimeter.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Algozi. 2011. Luka Tembak. (online). (www.fk.uwks.ac.id/elib/
Arsip/Departemen/Forensik/luka%20tembak.pdf)
Ashari irwan. 2011. Luka Tembak. (online). (http://www.irwanashari.com/luka-tembak/,).
Chadha P.V. 1995. Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan Toksikologi. Edisi V. Jakarta : Widya
Medika. Hal. 75-81
Di Maio, V.J.M. 1999. Gunshot Wounds Practical Aspects of Firearms, Ballistics, and Forensic
Techniques.Second Edition. New York : CRC Press. page. 72-140.
Hueske E. 2006. Firearms and Tool Mark The Forensic Laboratory Handbooks, Practice and
Resource.
Idries AM. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta: Binarupa Aksara; p.131-
168.
Indah PS, Lely, Irene, Elena, Luh S. 2011. Gunshot wound. (online). (http://www.freewebs.com/
gunshot_wound/luka tembak pada tulang.htm,,).
Pounder D.J. 2008. Department of Forensic Medicine, University of Dundee, Lecture Note,
Gunshot Wounds. (online). (http://www.dundee.ac.uk/
forensicmedicine/notes/gunshot.pdf,).
Windi, dkk. 2006. Traumatologi Forensik. (online). (http://www.freewebs.com/
traumatologie2/traumatologi.htm,).

You might also like