Professional Documents
Culture Documents
ABSES CEREBRI
A. PENGERTIAN
Abses otak / abses serebri adalah proses infeksi dengan pernanahan yang terlokalisir
diantara jaringan otak yang disebabkan oleh berbagai macam variasi bakteri, fungi dan
protozoa. .( Asniati. 2016 )
Abses otak adalah suatu proses infeksi yang melibatkan parenkim otak; terutama
disebabkan oleh penyebaran infeksi dari fokus yang berdekatan oleh penyebaran infeksi dari
fokus yang berdekatan atau melaui sistem vaskular.( Asniati. 2016 )
KLASIFIKASI
FAKTOR PREDISPOSISI
1. Penyebaran secara hematogen dari infeksi paru sistemik( empyema, abses paru,
bronkhiektase,pneumonia)
2. Penyakit immunologik (AIDS, pemberian steroid dalam jangka lama)
3. Infeksi pada sinus (paranasalis, ethoidalis, sphenoidalis dan maxilaris)
4. Infeksi pada telinga tengah dan mastoid.
5. Trauma intracranial atau pembedahan (luka tusuk pada otak)
6. Penyakit jantung bawaan Tetralogy of Fallot
B. ETIOLOGI
Berbagai mikroorganisme dapat ditemukan pada abses otak, yaitu bakteri, jamur dan parasit.
1. Bakteri yang tersering adalah Staphylococcus aureus, Streptococcus anaerob,
Streptococcus beta hemolyticus, Streptococcus alpha hemolyticus, E. coli dan Baeteroides.
Abses oleh Staphylococcus biasanya berkembang dari perjalanan otitis media atau fraktur
kranii. Bila infeksi berasal dari sinus paranasalis penyebabnya adalah Streptococcus aerob
dan anaerob, Staphylococcus dan Haemophilus influenzae. Abses oleh Streptococcus dan
Pneumococcus sering merupakan komplikasi infeksi paru. Abses pada penderita jantung
bawaan sianotik umumnya oleh Streptococcus anaerob.
2. Jamur penyebab abses otak antara lain Nocardia asteroides, Cladosporium trichoides dan
spesies Candida dan Aspergillus.
3. Walaupun jarang, Entamuba histolitica, suatu parasit amuba usus dapat menimbulkan
abses otak secara hematogen.
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala Infeksi pada umumnya : Demam, malaise, muntah nyeri kepala
2. Terjadi peningkatan tekanan intracranial : nyeri kepala hebat, muntah-muntah, penglihatan
kabur dan pada pemeriksaan funduskopi tampak adanya papil edema
3. Kejang – kejang
4. Gejala fokal yang terlihat pada abses otak Lobus :
5. Frontalis mengantuk, tidak ada perhatian, hambatan dalam mengambil keputusan, Gangguan
intelegensi, kadang-kadang kejang
6. Temporalis tidak mampu menyebut objek; tidak mampu membaca, menulis atau, mengerti
kata-kata; hemianopia.
7. Parietalis gangguan sensasi posisi dan persepsi stereognostik, kejang fokal, hemianopia
homonim, disfasia, akalkulia, agrafia. Serebelum sakit kepala suboksipital, leher kaku,
gangguan koordinasi, nistagmus, tremor intensional.
D. WOC
Edema serebral Penekanan area pengatur kesadaran Kejang dan nyeri kepala
F. PENATALAKSANAAN
a. Medik
1. Menghilangkan proses infeksi, effek massa dan oedema terhadap otak
2. Pemberian Antibiotik yang tepat sesuai uji kultur selama 6-8 minggu untuk mengecilkan
abses dan 10 minggu untuk menghilangkan effek massa dari abses otak.
3. Pemberian kortikosteroid dapat diberikan untuk merununkan peradangan edema serebri.
4. Obat-obatan antikonvulsan dapat diberikan untuk mencegah terjadinya kejang
b. Keperawatan
a) Penatalaksaan Umum
1. Support nutrisi: tinggi kalori dan tinggi protein.
2. Terapi peningktan TIK
3. Support fungsi tanda vital
4. Fisioterapi
5. Pembedahan
6. Pengobatan
b) Antibiotik: Penicillin G, Chlorampenicol, Nafcillin, Matronidazole.
c) Glococorticosteroid: Dexamethasone
d) Anticonvulsants: Oilantin.
G. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Biodata :
Identitas klien ; usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tgl MRS, askes, jamsostek dst.
2. Riwayat Penyakit :
Keluhan utama ; nyeri kepala disertai dengan penurunan kesadaran dan mengalami
kejang serta muntah.
Riwayat penyakit sekarang ; demam, anoreksi dan malaise, penurunan penglihatan,
kelemahan ekstermitas, peninggian tekanan intrakranial serta gejala neurologik fokal .
Riwayat penyakit dahulu ; pernah atau tidak menderita infeksi telinga (otitis media,
mastoiditis ) atau infeksi paru-paru (bronkiektaksis,abses paru,empiema) jantung (
endokarditis ), organ pelvis, gigi dan kulit.
Riwayat penyakit keluarga : apakah dalam keluarga ada atau tidak yang mempunyai
penyakit infeksi paru – paru, jantung, AIDS
3. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum pasien : apakah ada penurunan tk. Kesadaran secara drastis, TTV; TD,
N, RR, S.(Suhu badan mengalami peningkatan 38-41C)
b) Kepala : bentuk kepala simetis/tidak, ada ketombe/tidak, pertumbuhan rambut, ada
lesi/tidak, ada nyeri tekan/tidak. Apakah pernah mengalami cidera kepala
c) Kulit : Warna kulit, turgor kulit cepat kembali/tidak, tanda peradangan ada/tidak, adanya
lesi/tidak, oedema/tidak.
d) Penglihatan : Bola mata simetris/tidak, gerakan bola mata, reflek pupil thd cahaya
ada/tidak, kornea benik/tidak, konjungtiva anemis/tidak, sclera ada ikterik/tidak,
ketajaman penglihatan normal/tidak, (pupil terlihat unisokor tanda adanya peningkatan
TIK, oedema pupil, terdapat fotophobia )
e) Penciuman : Bentuk simetris/tidak, fungsi penciuman baik/tidak, peradangan ada/tidak,
ada polip/tidak, pemeriksaan sinus maxilaris kemungkinan ada peradangan.
f) Pendengaran : Bentuk daun telinga (simetris/tidak), letaknya(simetris/tidak), peradangan
(ada/tidak), fungsi pendengaran(baik/tidak), ada serumen/tidak, ada cairan purulent
/tidak.
g) Mulut : Bibir (warnanya pucat/cyanosis/merah), kering/tidak, pecah/tidak,
Gigi(bersih/tidak), gusi (ada berdarah/peradangan/tidak), tonsil (radang/tidak),
lidah(tremor/tidak,kotor/tidak), fungsi pengecapan (baik/tidak), mucosa
mulut(warnanya), ada stomatitis/tidak.
h) Leher : Benjolan/massa(ada/tidak), ada kekakuan/tidak, ada nyeri tekan/tidak,
pergerakan leher (ROM):bisa bergerak fleksi/ tidak, rotasi/tidak, lateral fleksi/tidak,
hiperekstension/tidak, tenggorokan: ovula (simetris/tidak), kedudukan trachea
(normal/tidak) ,gangguan bicara(ada/tidak).
i) Dada : Bentuk(simetris/tidak),bentuk dan pergerakan dinding dada (simetris/tidak), ada
bunyi/irama pernapasan seperti:teratur/tidak,ada cheynes stokes/tidak,ada irama
kussmaul/tidak, stridor/tidak, wheezing ada/tidak, ronchi/tidak, pleural friction-
Rub/tidak, ada nyeri tekan pada daerah dada/tidak, ada/tidak bunyi jantung seperti:
BJ I yaitu bunyi menutupnya katup mitral dan trikuspidalis,
BJ II yaitu bunyi menutupnya katup aorta dan pulmonalis,Bising jantung/Murmur
j) Abdomen : Bentuk(simetris/tidak),datar/tidak,ada nyeri tekan pada epigastrik/tidak,ada
peningkatan peristaltic usus/tidak,ada nyeri tekan pada daerah suprapubik/tidak,ada
oedem/tidak
k) Genetalia : Ada radang pada genitalia eksterna/tidak,ada lesi/tidak,siklus menstruasi
teratur/tida,ada pengeluaran cairan/tidak.
l) Ekstremitas atas/bawah : Ada pembatasan gerak/tidak,ada odem/tidak,varises ada/tidak,
tromboplebitis ada/tidak,nyeri/kemerahan(ada/tidak),tanda-tanda infeksi(ada/tidak),ada
kelemahan tungkai/tidak. (Terdapat penurunan dalam gerakan motoric, kekuatan otot
menurun tidak ada koordinasi dengan otak, gangguan keseimbangan otot)
4. Pola fungsi kesehatan :
a) Aktivitas/istirahat :
Tanda ;ataksia,masalah berjalan,kelumpuhan,gerakan involunter.
b) Personal Higiene
Tanda ; ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri(pada periode akut)
c) Nutrisi
Gejala ; kehilangan nafsu makan,disfagia (pada periode akut )
Tanda ; anoreksia,muntah.turgor kulit jelek,membran mukosa kering.
d) Eliminasi
Tanda;adanya inkontensia dan/atau retensi
e) Seksualitas
Tanda : terdapat gangguan pemenuhan kebutuhan seksual, penurunan tingkat kesadaran.
f) Psikososial
Observasi terhadap perilaku dan penampilan diri pasien, pantau setiap aktivitas motorik,
hubungan dengan keluarga mengalami penurunan juga hubungan dengan masyarakat.
g) Spiritual
Melaksanakan kegiatan keagamaan secara rutin dan taat.
5. Prosedur diagnostik
Pemeriksaan laboratorium
LED meningkat dan mungkin disertai leukositosis.
CT Scan
Angiografi
MRI
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan akumulasi secret, kemampuan
batuk menurun akibat penurunan kesadaran.
2. Gangguan perfusi jaringan otak berhubungan dengan peradangan dan edema pada otak dan
selaput otak
3. Hypertermia berhubungan dengan Inflamasi sekunder pada pusat pengatur suhu tubuh.
4. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi selaput dan jaringan otak
5. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Ketidakmampuan menelan, keadaan hypermetabolik.
6. Gangguan persepsi sensorik berhubungan dengan kerusakan penerima rangsangan sensorik,
transmisi sensorik dan integrasi sensorik.
7. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan prognosis penyakit, perubahan
psikososial, perubahan persepsi kognitif, perubahan actual dalam struktur dan fungsi,
ketidakberdayaan dan merasa tidak ada harapan.
I. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi secret, kemampuan
batuk menurun akibat penurunan kesadaran.
Definisi: ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas
untuk mempertahankan bersihan jalan nafas
Batasan karakteristik
4. Hipertermi berhubungan dengan Inflamasi sekunder pada pusat pengatur suhu tubuh.
Definisi : Suhu inti tubuh di atas kisaran normal diurnal karena kegagalan termoregulasi
Tujuan :setelah di lakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam hipertermi klien teratasi
KriteriaHasil :
1.peningkatansuhukulit (5)
2.hipertermia (5)
3. dehidrasi (5)
4. sakitkepala (5)
Rencana Intervensi:
RENCANA INTERVENSI RASIONAL
1. Dorongkonsumsicairan 1. Cairan yang terpenuhi mengurangi
dehidrasi pasien karna hipertermi
2. Monitor suhu sesering mungkin
2. Mengetahui tingkat perkembangan
klien
3. Berikan kompres hangat pada pasien
pada lipat paha dan aksila 3. Kompres hangat membukapori
porikulit yang mempercepat proses
penguapan suhu tubuh
4. Kolaborasi dengan tim dokter dalam
pemberian antipiretik
4. Pemberian antipiretik yang tepat
mempercepat proses penyembuhan
pasien
J. REFERENSI
Herdman, T.Heather, dkk. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017.
Jakarta: EGC
Moorhed, (et al). 2015. Nursing Outcomes Classifications (NOC). Missouri: Mosby Elsevier
Bulechek, Gloria M, dkk. 2015. Nursing Interventions Classifications (NIC). Missouri: Mosby
Elsevier
Asniati. 2016. Laporan Pendahuluan Abses Serebri .Makassar: Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Yayasan Perawat Sulawesi Selatan.
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/Batu Batu-Buli .pdf/1Batu Buli-Buli89.htm di akses
tanggal 06 februari 2018 jam 15.15 WIB