You are on page 1of 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ABSES CEREBRI

A. PENGERTIAN
Abses otak / abses serebri adalah proses infeksi dengan pernanahan yang terlokalisir
diantara jaringan otak yang disebabkan oleh berbagai macam variasi bakteri, fungi dan
protozoa. .( Asniati. 2016 )
Abses otak adalah suatu proses infeksi yang melibatkan parenkim otak; terutama
disebabkan oleh penyebaran infeksi dari fokus yang berdekatan oleh penyebaran infeksi dari
fokus yang berdekatan atau melaui sistem vaskular.( Asniati. 2016 )

KLASIFIKASI

1. Stadium serebritis dini/ CEREBRITIS EARLY (hari ke 1-3)


2. Stadium serebritis lambat/ CEREBRITIS LATE (hari ke 4-9)
3. Stadium pembentukan kapsul dini/ EARLY CAPSULA FORMATION (hari ke 10-14)
4. Stadium pembentukan kapsul lambat/ LATE CAPSULA FORMATION (setelah hari ke
14)

FAKTOR PREDISPOSISI
1. Penyebaran secara hematogen dari infeksi paru sistemik( empyema, abses paru,
bronkhiektase,pneumonia)
2. Penyakit immunologik (AIDS, pemberian steroid dalam jangka lama)
3. Infeksi pada sinus (paranasalis, ethoidalis, sphenoidalis dan maxilaris)
4. Infeksi pada telinga tengah dan mastoid.
5. Trauma intracranial atau pembedahan (luka tusuk pada otak)
6. Penyakit jantung bawaan Tetralogy of Fallot

B. ETIOLOGI
Berbagai mikroorganisme dapat ditemukan pada abses otak, yaitu bakteri, jamur dan parasit.
1. Bakteri yang tersering adalah Staphylococcus aureus, Streptococcus anaerob,
Streptococcus beta hemolyticus, Streptococcus alpha hemolyticus, E. coli dan Baeteroides.
Abses oleh Staphylococcus biasanya berkembang dari perjalanan otitis media atau fraktur
kranii. Bila infeksi berasal dari sinus paranasalis penyebabnya adalah Streptococcus aerob
dan anaerob, Staphylococcus dan Haemophilus influenzae. Abses oleh Streptococcus dan
Pneumococcus sering merupakan komplikasi infeksi paru. Abses pada penderita jantung
bawaan sianotik umumnya oleh Streptococcus anaerob.
2. Jamur penyebab abses otak antara lain Nocardia asteroides, Cladosporium trichoides dan
spesies Candida dan Aspergillus.
3. Walaupun jarang, Entamuba histolitica, suatu parasit amuba usus dapat menimbulkan
abses otak secara hematogen.

C. MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala Infeksi pada umumnya : Demam, malaise, muntah nyeri kepala
2. Terjadi peningkatan tekanan intracranial : nyeri kepala hebat, muntah-muntah, penglihatan
kabur dan pada pemeriksaan funduskopi tampak adanya papil edema
3. Kejang – kejang
4. Gejala fokal yang terlihat pada abses otak Lobus :
5. Frontalis mengantuk, tidak ada perhatian, hambatan dalam mengambil keputusan, Gangguan
intelegensi, kadang-kadang kejang
6. Temporalis tidak mampu menyebut objek; tidak mampu membaca, menulis atau, mengerti
kata-kata; hemianopia.
7. Parietalis gangguan sensasi posisi dan persepsi stereognostik, kejang fokal, hemianopia
homonim, disfasia, akalkulia, agrafia. Serebelum sakit kepala suboksipital, leher kaku,
gangguan koordinasi, nistagmus, tremor intensional.
D. WOC

Faktor predisposisi; invasi bakteri ke otak langsung,


penyebaran infeksi dari daerah lain, penyebaran infeksi
dari organ lain

Infeksi/septikemia jaringan otak Hipertermia

Proses Supurasi dari meningen

Pembentukan Eksudat Peningkatan TIK Penekanan Area fokal


dan transudat

Edema serebral Penekanan area pengatur kesadaran Kejang dan nyeri kepala

Gangguan perfusi Perubahan tingkat kesadaran; letargi;


Nyeri Akut
jaringan otak perubahan perilaku; disorientasi dan fotofobia

Kesadaran  Koma Kematian

Koping keluarga tidak efektif


Kecemasan keluarga

Perubahan Intake nutrisi tidak Ketidakseimbangan nutrisi


kurang dari kebutuhan
pemenuhan nutrisi adekuat tubuh

Gangguan mobilitas fisik

Gangguan persepsi sensorik

Penumpukan secret, Ketidakefektifan


kemampuan batuk menurun bersihan jalan napas
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemantauan nilai Glasgow Coma Scale/ GCS
2. Foto rontgen untuk mencari kemungkinan fokus infeksi foto tengkorak untuk mencari tanda-
tanda TIK juga mencari sumber infeksi
3. USG
4. Angiografi, menentukan lokalisasi abses
5. EEG. Memperlihat tanda-tanda fokal sloding disekitar abses
6. CT Scan
7. MRI
8. Laboratorium :
Jumlah Leukosit 10.000 – 20.000/cm3 (60-70 %)
LED meningkat ; 45 mm/jam (75-90%)
Pemeriksaan CSS/ Lumbal punksi tidak boleh dilakukan, karena dapat menyebabkan
herniasi otak secara cepat.

F. PENATALAKSANAAN
a. Medik
1. Menghilangkan proses infeksi, effek massa dan oedema terhadap otak
2. Pemberian Antibiotik yang tepat sesuai uji kultur selama 6-8 minggu untuk mengecilkan
abses dan 10 minggu untuk menghilangkan effek massa dari abses otak.
3. Pemberian kortikosteroid dapat diberikan untuk merununkan peradangan edema serebri.
4. Obat-obatan antikonvulsan dapat diberikan untuk mencegah terjadinya kejang
b. Keperawatan
a) Penatalaksaan Umum
1. Support nutrisi: tinggi kalori dan tinggi protein.
2. Terapi peningktan TIK
3. Support fungsi tanda vital
4. Fisioterapi
5. Pembedahan
6. Pengobatan
b) Antibiotik: Penicillin G, Chlorampenicol, Nafcillin, Matronidazole.
c) Glococorticosteroid: Dexamethasone
d) Anticonvulsants: Oilantin.
G. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Biodata :
 Identitas klien ; usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tgl MRS, askes, jamsostek dst.
2. Riwayat Penyakit :
 Keluhan utama ; nyeri kepala disertai dengan penurunan kesadaran dan mengalami
kejang serta muntah.
 Riwayat penyakit sekarang ; demam, anoreksi dan malaise, penurunan penglihatan,
kelemahan ekstermitas, peninggian tekanan intrakranial serta gejala neurologik fokal .
 Riwayat penyakit dahulu ; pernah atau tidak menderita infeksi telinga (otitis media,
mastoiditis ) atau infeksi paru-paru (bronkiektaksis,abses paru,empiema) jantung (
endokarditis ), organ pelvis, gigi dan kulit.
 Riwayat penyakit keluarga : apakah dalam keluarga ada atau tidak yang mempunyai
penyakit infeksi paru – paru, jantung, AIDS
3. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum pasien : apakah ada penurunan tk. Kesadaran secara drastis, TTV; TD,
N, RR, S.(Suhu badan mengalami peningkatan 38-41C)
b) Kepala : bentuk kepala simetis/tidak, ada ketombe/tidak, pertumbuhan rambut, ada
lesi/tidak, ada nyeri tekan/tidak. Apakah pernah mengalami cidera kepala
c) Kulit : Warna kulit, turgor kulit cepat kembali/tidak, tanda peradangan ada/tidak, adanya
lesi/tidak, oedema/tidak.
d) Penglihatan : Bola mata simetris/tidak, gerakan bola mata, reflek pupil thd cahaya
ada/tidak, kornea benik/tidak, konjungtiva anemis/tidak, sclera ada ikterik/tidak,
ketajaman penglihatan normal/tidak, (pupil terlihat unisokor tanda adanya peningkatan
TIK, oedema pupil, terdapat fotophobia )
e) Penciuman : Bentuk simetris/tidak, fungsi penciuman baik/tidak, peradangan ada/tidak,
ada polip/tidak, pemeriksaan sinus maxilaris kemungkinan ada peradangan.
f) Pendengaran : Bentuk daun telinga (simetris/tidak), letaknya(simetris/tidak), peradangan
(ada/tidak), fungsi pendengaran(baik/tidak), ada serumen/tidak, ada cairan purulent
/tidak.
g) Mulut : Bibir (warnanya pucat/cyanosis/merah), kering/tidak, pecah/tidak,
Gigi(bersih/tidak), gusi (ada berdarah/peradangan/tidak), tonsil (radang/tidak),
lidah(tremor/tidak,kotor/tidak), fungsi pengecapan (baik/tidak), mucosa
mulut(warnanya), ada stomatitis/tidak.
h) Leher : Benjolan/massa(ada/tidak), ada kekakuan/tidak, ada nyeri tekan/tidak,
pergerakan leher (ROM):bisa bergerak fleksi/ tidak, rotasi/tidak, lateral fleksi/tidak,
hiperekstension/tidak, tenggorokan: ovula (simetris/tidak), kedudukan trachea
(normal/tidak) ,gangguan bicara(ada/tidak).
i) Dada : Bentuk(simetris/tidak),bentuk dan pergerakan dinding dada (simetris/tidak), ada
bunyi/irama pernapasan seperti:teratur/tidak,ada cheynes stokes/tidak,ada irama
kussmaul/tidak, stridor/tidak, wheezing ada/tidak, ronchi/tidak, pleural friction-
Rub/tidak, ada nyeri tekan pada daerah dada/tidak, ada/tidak bunyi jantung seperti:
BJ I yaitu bunyi menutupnya katup mitral dan trikuspidalis,
BJ II yaitu bunyi menutupnya katup aorta dan pulmonalis,Bising jantung/Murmur
j) Abdomen : Bentuk(simetris/tidak),datar/tidak,ada nyeri tekan pada epigastrik/tidak,ada
peningkatan peristaltic usus/tidak,ada nyeri tekan pada daerah suprapubik/tidak,ada
oedem/tidak
k) Genetalia : Ada radang pada genitalia eksterna/tidak,ada lesi/tidak,siklus menstruasi
teratur/tida,ada pengeluaran cairan/tidak.
l) Ekstremitas atas/bawah : Ada pembatasan gerak/tidak,ada odem/tidak,varises ada/tidak,
tromboplebitis ada/tidak,nyeri/kemerahan(ada/tidak),tanda-tanda infeksi(ada/tidak),ada
kelemahan tungkai/tidak. (Terdapat penurunan dalam gerakan motoric, kekuatan otot
menurun tidak ada koordinasi dengan otak, gangguan keseimbangan otot)
4. Pola fungsi kesehatan :
a) Aktivitas/istirahat :
Tanda ;ataksia,masalah berjalan,kelumpuhan,gerakan involunter.
b) Personal Higiene
Tanda ; ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri(pada periode akut)
c) Nutrisi
Gejala ; kehilangan nafsu makan,disfagia (pada periode akut )
Tanda ; anoreksia,muntah.turgor kulit jelek,membran mukosa kering.
d) Eliminasi
Tanda;adanya inkontensia dan/atau retensi
e) Seksualitas
Tanda : terdapat gangguan pemenuhan kebutuhan seksual, penurunan tingkat kesadaran.
f) Psikososial
Observasi terhadap perilaku dan penampilan diri pasien, pantau setiap aktivitas motorik,
hubungan dengan keluarga mengalami penurunan juga hubungan dengan masyarakat.
g) Spiritual
Melaksanakan kegiatan keagamaan secara rutin dan taat.

5. Prosedur diagnostik
 Pemeriksaan laboratorium
LED meningkat dan mungkin disertai leukositosis.
 CT Scan
 Angiografi
 MRI
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan akumulasi secret, kemampuan
batuk menurun akibat penurunan kesadaran.
2. Gangguan perfusi jaringan otak berhubungan dengan peradangan dan edema pada otak dan
selaput otak
3. Hypertermia berhubungan dengan Inflamasi sekunder pada pusat pengatur suhu tubuh.
4. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi selaput dan jaringan otak
5. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Ketidakmampuan menelan, keadaan hypermetabolik.
6. Gangguan persepsi sensorik berhubungan dengan kerusakan penerima rangsangan sensorik,
transmisi sensorik dan integrasi sensorik.
7. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan prognosis penyakit, perubahan
psikososial, perubahan persepsi kognitif, perubahan actual dalam struktur dan fungsi,
ketidakberdayaan dan merasa tidak ada harapan.

I. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi secret, kemampuan
batuk menurun akibat penurunan kesadaran.
Definisi: ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas
untuk mempertahankan bersihan jalan nafas
Batasan karakteristik

1) Tidak ada batuk 7) Dispnea


2) Suara napas tambahan 8) Sputum dalam jumlah yang
3) Perubahan frekuensi napas berlebihan
4) Sianosis 9) Batuk yang tidak efektif
5) Perubahan irama napas 10) Ortopnea
6) Kesulitan 11) Gelisah
berbicara/mengeluarkan suara
Pernurunn bunyi napas
Faktor berhubungan
Lingkungan  Materi asing dalam jalan napas
 Perokok pasif  Adanya jalan napas buatan
 Menghisap asap rokok  Sekresi yang tertahan/sisa
 Merokok sekresi
Obstruksi jalan napas  Sekresi dalam bronki
 Spasme jalan napas Fisiologis
 Mukus dalam jumlah  Jalan napas alergik
berlebihan  Asma
 Eksudat dalam alveoli  Penyakit paru obstruksi kronis
 Hiperplasia dinding bronkial
 Infeksi
 Disfungsi neuromuskular
Tujuan : Setelah diberikan askep selama 3x 24 jam, diharapkan bersihan jalan nafas klien
kembali efektif.
Kriteria hasil:
1) Frekuensi pernafasan (5) tidak ada deviasi dari kisaran normal
2) Irama pernafasan (5) tidak ada deviasi dari kisaran normal
3) Kedalaman inspirasi (5) tidak ada deviasi dari kisaran normal
4) Kapasitas vital (5) tidak ada deviasi dari kisaran normal
5) Penggunaan otot bantu nafas (5) tidak ada
6) akumulasi sputum (5) tidak ada

RENCANA INTERVENSI RASIONAL


1. Manajemen jalan nafas
a. Posisikan untuk meringankan 1.a dengan memposisikan fowler atau
sesak nafas semi fawler pada pasien sesak dapat
meringankan dan mengoptimalkan
b. Lakukan fisioterapi dada potensial ventilasi
1.b dengan fisioterapi dada dapat
c. Instruksikan bagaimana agar membantu pengeluaran dahak
bisa mengggunakan batuk 1.c agar pasien dapat melakukan batuk
efektif. efektif secara mandiri.
d. Monitor status pernafasan dan 1.d observasi pernafasan untuk
oksigenasi sebagaimana melakukan terapi oksigen sesuai
mestinya. kebutuhan.
2. Monitor pernafasan
a. Minitor kecepatan, irama,
1. 2.a Monitor keadekuatan pernapasan
kedalaman dan kesulitan
2.
bernafas. 3. 2.b Melihat apakah ada obstruksi di salah
b. Catat pergerakan dada, catat satu bronkus atau adanya gangguan pada
ketidaksimetrisan, penggunaan ventilasi
otot otot bantu nafas dan retraksi
1.
pada otot supraclavikulas dan 2. 2.c Menjaga aliran oksigen mencukupi
intercosta. kebutuhan pasien
c. Berikan bantuan terapi napas
jika diperlukan.

2. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi selaput dan jaringan otak


Definisi : pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan
sedemikian rupa (international association for the study of pain) awitan yang tiba – tiba atau
lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau
diprediksi dan berlangsung <6 bulan.
Batasan karakteristik
1) Perubahan selera makan 5) Perilaku distraksi (mis., berjalan
2) Perubahan tekanan darah mondar mandir, mencari orang lain
3) Perubahan frekuensi janutng dan atau aktivitas lain, aktivitas
4) Perubahan frekuensi pernapasan yang berulang)
6) Mengekspresikan perilaku (mis.,
gelisah, merengek, menangis,
waspada, iritabilitas, mendesah)
7) Masker wajah (mis., mata kurang
bercahaya, tampak kacau, gerakan
mata berpencar atau tetap pada satu
fokus, meringis)
8) Diaforesis
9) Sikap melindungi area nyeri
10) Fokus menyempit (mis..,
gangguan persepsi nyeri, hambatan
proses berpikir, penurunan interaksi
dengan orang dan lingkungan)
11) Indikasi nyeri yanh dapat diamati
12) Perubahan posisi untuk
menghindari nyeri
13) Sikap tubuh melindungi
14) Dilatasi pupil
15) Melaporkan nyeri secara verbal
16) Fokus pada diri sendiri
17) Gangguan tidur.
Faktor yang berhubungan
Agens cedera (mis., biologis, zat kimia, fisik, psikologis)
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan asuhan keperawatan selama …x 2 jam, nyeri
yang dirasakan klien berkurang.
KriteriaHasil :
1) Ekspresi nyeri wajah (5) tidak ada
2) Mengerang dan menangis (5) tidak ada
3) Mengenali kapan nyeri terjadi (5) secara konsisten menunjukkan
4) Menggunakan tindakan pencegahan (5) secara konsisten menunjukkan
5) Menggunakan tindakan pengurangan (nyeri) tanpa analgesik (5) secara konsisten
menunjukkan.
Rencana Intervensi:
RENCANA INTERVENSI RASIONAL
1. Manajemen nyeri
a. Berikan informasi mengenai nyeri 1.a mengetahui apakah terjadi
termasuk penyebab nyeri, berapa pengurangan rasa nyeri atau nyeri yang
lama nyeri akan hilang, antisipasi dirasakan klien bertambah.
terhadap ketidaknyamanan dari
prosedur a.
b. Observasi reaksi ketidaknyaman b. 1.b Untuk mengetahui tingkat
secara nonverbal ketidaknyamanan dirasakan oleh pasien
c. Lakukan pengkajianc. 1.c Untuk mengetahui tingkat nyeri
komprehensip terhadap nyeri pasien
termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri dan faktor d.
presipitasi e. 1.d mengetahui tingkat ketidaknyamanan
d. Observasi reaksi ketidaknyaman dirasakan oleh pasien
secara nonverbal
2. Terapi relaksasi a. 2.a jika pasien dapat melakukan tindakan
a. Dapatkan perilaku yang relaksasi maka dapat mempermudah
menunjukkan terjadinya relaksasi pasien untuk mengefektifkan pola
misalnya bernafas dalam, nafasnya.
menguap, pernafasan perut, atau
bayangan yang menenangkan 2.b Respon dari relaksai sangat penting
b. Evaluasi dan dokumentasikan dilakukan karena dapat mengetahui efek
respons terhadap terapi relaksasi setelah dilakukan relaksasi.
3. Pemberian analgesik a. 3.a Pemberian analgetik dapat
a. Ajarkan pemberian analgesik. mengurangi rasa nyeri pasien

3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan menelan, keadaan hypermetabolik.
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebuthan metabolik.
Batasan karakteristik :
1) Kram abdomen 6) Diare
2) Nyeri abdomen 7) Kehilangan rambut berlebihan
3) Menghindari makan 8) Bising usus hiperaktif
4) Berat badan 20% atau lebih 9) Kurang makanan
dibawah berat badan ideal 10) Kurang informasi
5) Kerapuhan kapiler
11) Penurunan berat badan dengan 18) Menegluh asupan makanan kurang
asupan makanan adekuat dari RDA (recommended daily
12) Kurang minat pada makanan allowance)
13) Kesalahan konsepsi 19) Cepat kenyang setelah makan
14) Kesalahan informasi 20) Sariawan rongga mulut
15) Membrane mukosa pucat 21) Stetorea
16) Ketidakmampuan memakan 22) Kelemahan otot pengunyah
makanan 23) Kelemahan otot untuk menelan
17) Tonus otot menurun
Faktor berhubungan
1) Factor biologis
2) Factor ekonomi
3) Ketidakmampuan untuk
mengabsorbsi nutrient
4) Ketidakmampuan untuk mencerna
makanan
5) Ketidakmampuan untuk menelan
makanan
6) Factor psikologi
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 ×24 jam diharapkan pemenuhan
kebutuhan pasien tercukupi
KriteriaHasil :
1) Asupan gizi (5)
2) Asupan cairan (5)
3) Asupan makanan (5)
4) Energi (5)
Rencana Intervensi:
RENCANA INTERVENSI RASIONAL
1. Manajemen nutrisi
a. Berian informasi yang tepat1. 1.a Informasi yang diberikan dapat
terhadap pasien tentang memotivasi pasien untuk meningkatkan
kebutuhan nutrisi yang tepat dan intake nutrisi.
sesuai.
b. Kaji status nutrisi pasien 2. 1.b Pengkajian penting dilakukan untuk
mengetahui status nutrisi pasien sehingga
dapat menentukan intervensi yang
diberikan.
c. Jaga kebersihan mulut, anjurkan3.
untuk selalu melalukan oral4. 1.c Mulut yang bersih dapat
hygiene. meningkatkan nafsu makan
d. Delegatif pemberian nutrisi 1.d Untuk membantu memenuhi
yang sesuai dengan kebutuhan kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan
pasien : diet pasien diabetes pasien.
mellitus. 5.
e. Anjurkan pasien untuk6. 1.e Zat besi dapat membantu tubuh
mengkonsumsi makanan tinggi sebagai zat penambah darah sehingga
zat besi seperti sayuran hijau. mencegah terjadinya anemia atau
kekurangan darah

4. Hipertermi berhubungan dengan Inflamasi sekunder pada pusat pengatur suhu tubuh.
Definisi : Suhu inti tubuh di atas kisaran normal diurnal karena kegagalan termoregulasi
Tujuan :setelah di lakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam hipertermi klien teratasi
KriteriaHasil :
1.peningkatansuhukulit (5)
2.hipertermia (5)
3. dehidrasi (5)
4. sakitkepala (5)
Rencana Intervensi:
RENCANA INTERVENSI RASIONAL
1. Dorongkonsumsicairan 1. Cairan yang terpenuhi mengurangi
dehidrasi pasien karna hipertermi
2. Monitor suhu sesering mungkin
2. Mengetahui tingkat perkembangan
klien
3. Berikan kompres hangat pada pasien
pada lipat paha dan aksila 3. Kompres hangat membukapori
porikulit yang mempercepat proses
penguapan suhu tubuh
4. Kolaborasi dengan tim dokter dalam
pemberian antipiretik
4. Pemberian antipiretik yang tepat
mempercepat proses penyembuhan
pasien
J. REFERENSI
Herdman, T.Heather, dkk. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017.
Jakarta: EGC
Moorhed, (et al). 2015. Nursing Outcomes Classifications (NOC). Missouri: Mosby Elsevier
Bulechek, Gloria M, dkk. 2015. Nursing Interventions Classifications (NIC). Missouri: Mosby
Elsevier
Asniati. 2016. Laporan Pendahuluan Abses Serebri .Makassar: Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Yayasan Perawat Sulawesi Selatan.
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/Batu Batu-Buli .pdf/1Batu Buli-Buli89.htm di akses
tanggal 06 februari 2018 jam 15.15 WIB

You might also like