You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Varises merupakan pembuluh darah balik yang mengalami pelebaran.
Kita bisa melihat varises di bawah kulit kita. Bentuknya biasanya memanjang
dan menonjol, menyerupai bentuk kabel yang agak panjang. Pembuluh darah
tersebut berwarna biru gelap bahkan cenderung ungu karena kadar oksigennya
sedikit.
Varises esofagus adalah penyakit yang ditandai dengan pembesaran
abnormal pembuluh darah vena di esofagus bagian bawah. Varises esofagus
terjadi jika aliran darah menuju hati terhalang. Aliran tersebut akan mencari jalan
lain, yaitu ke pembuluh darah di esofagus, lambung, atau rektum yang lebih kecil
dan lebih mudah pecah.
Varises tidak hanya timbul di kaki tapi juga pada bagian lainnya seperti
vulva (bibir vagina), testis pada lelaki, anus yang berujung pada ambien dan juga
daerah kerongkongan.
Meskipun urat-urat halus ini tidak berbahaya namun seringkali
menimbulkan masalah dengan penampilan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian varises esofagus?


2. Apa etiologi dari varises esofagus?
3. Bagaimana patofisiologi dari varises esofagus?
4. Bagaimana komplikasi dari varises esofagus?
5. Bagaimana tanda dan gejala dari varises esophagus ?
6. Bagaimana Penatalaksanaan pada varises esophagus ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang pada varises esophagus ?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan Kritis pada varises esophagus?
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Mahir Medikal Bedah.

1
2. Untuk mengetahui bagaimana pengertian, etiologi dan dampak yang
ditimbulkan dari varises esophagus.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

Menambah wawasan pengetahuan dan ilmu tentang varises esophagus.

2. Bagi Pembaca

Mendapatkan wawasan pengetahuan dan ilmu tentang varises esophagus.

BAB II
ISI

2
A. KONSEP DASAR VARISES ESOFAGUS

1. PENGERTIAN
Varises esofagus adalah penyakit yang ditandai dengan pembesaran abnormal
pembuluh darah vena di esofagus bagian bawah. Esofagus adalah saluran yang
menghubungkan antara kerongkongan dan lambung (buku panduan kerja
mahasiwa STIK Muhammadiyah Pontianak).
Varises esofagus adalah kondisi yang biasanya berhubungan dengan sirosis
dan hipertensi portal dimana vena di esofagus kecil menjadi distensi serta ruptur
akibat dari peningkatan tekanan dalam sistem portal (Yasmin Asih dkk, 1998)
Varises esofagus adalah penyakit yang ditandai dengan pembesaran abnormal
pembuluh darah vena di esofagus bagian bawah. Varises esofagus terjadi jika
aliran darah menuju hati terhalang. Aliran tersebut akan mencari jalan lain, yaitu
ke pembuluh darah di esofagus, lambung, atau rektum yang lebih kecil dan lebih
mudah pecah. (buku ajar patologi vol.2)
Menurut kelompok varises esofagus adalah pembesaran abnormal pada
pembuluh darah vena. Akibat ketidakseimbangan antara tekanan aliran darah dan
kemampuan pembuluh darah maka muncul lah pembesaran abnormal pada
pembuluh darah vena

2. ETIOLOGI
Berbagai penyakit terlibat dalam aliran darah vena porta dan menghasilkan
peningkatan tekanan vena porta sehingga membentuk varises esophagus.
Penyebab peningkatan vena porta bisa diklasifikasikan berdasarkan prehepatik,
intrahepatic dan posthepatic.
Varises esofagus biasanya merupakan komplikasi sirosis hati. Sirosis adalah
penyakit yang ditandai dengan pembentukan jaringan parut di gati. Penyebabnya
antara lain hepatitis B dan C atau konsumsi alkohol dalam jumlah besar. Penyakit
lain yang dapat menyebabkan sirosis adalah tersumbatnya saluran empedu.

3
Beberapa keadaan lain yang juga dapat menyebabkan varises esofaghus antara
lain:
a. Trombosis
Adanya bekuan darah di vena porta atau vena splenikus. Suatu bekuan darah
dalam vena portal atau di vena lienalis yang feed ke dalam vena portal, bisa
menyebabkan varises esophagus.
b. Sarkoidosis
Ini penyakit radang dimulai di paru – paru, tetapi dapat mempengaruhi hampir
setiap organ dalam tubuh termasuk hati. Hal ini jarang menyebabkan sirosis.
c. Schistomiasi
Infeksi parasit ini mempengaruhi jutaan orang di negara berkembang,
khususnya bagian Afrika, Amerika Selatan, Karibia, Timur Tengah dan Asia
Tenggara. Hal ini dapat merusak hati serta paru-paru, usus dan kandung
kemih.
d. Sindrom Budd – Chiari
Dalam kondisi yang jarang, gumpalan darah menyumbat pembuluh darah
yang membawa darah keluar dari hati Anda.
e. Gagal jantung kongestif yang parah
Hal ini terjadi ketika hati tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi
kebutuhan tubuh. Pada gagal jantung kongestif, darah punggung sampai ke
vena antara hati dan sisi kanan jantung anda, meningkatkan tekanan darah
dalam vena portal.

3. PATOFISIOLOGI
Varises esofagus terjadi jika aliran darah menuju hati terhalang. Aliran
tersebut akan mencari jalan lain yaitu ke pembuluh darah di esofagus, lambung
atau rektum yang lebih kecil dan lebih mudah pecah. Tidak imbangnya antara
tekanan aliran darah dengan kemampuan pembuluh darah mengakibatkan
pembesaran pembuluh darah (varises).
Mayoritas darah dari kerongkongan yang dikeringkan melalui vena esofagus
yang membawa terdeoksigenasi darah dari kerongkongan ke vena azigos yang
pada gilirannya mengalir langsung ke dalam vena cava superior. Vena ini tidak
memiliki bagian dalam pengembangan varises kerongkongan. Darah yang tersisa
dari kerongkongan yang mengalir ke vena permukaan lapisan mukosa esofagus,

4
yang mengalir ke pembuluh darah koroner (\kiri vena lambung) yang pada
gilirannya mengalir langsung ke dalam vena portal. Vena superfisial (biasanya
hanya sekitar 1mm diameter) menjadi buncit sampai dengan 1 – 2 cm diameter
dalam hubungan dengan hipertensi portal. Tekanan normal portal adalah sekitar 9
mmHg dibandingkan dengan tekanan vena cava inferior dari 2-6 mmHg. Hal ini
menciptakan gradien tekanan normal 3-7 mmHg. Jika naik tekanan portal diatas
12mmHg, gradien ini meningkat menjadi 7-10 mmHg. Sebuah gradien yang
lebih besar dari 5 mmHg dianggap hipertensi portal . Pada gradien yang lebih
besar dari 10 mmHg.
Aliran darah meskipun sistem portal hepatik yang diarahkan dari hati ke
daerah dengan tekanan vena rendah. Ini berarti bahwa sirkulasi agunan
berkembang di bawah kerongkongan , dinding perut, perut, dan rektum.
Pembuluh darah kecil di daerah ini menjadi buncit, menjadi lebih tipis
berdinding, dan muncul sebagai varicosities. Selain itu, kapal ini kurang
didukung oleh struktur lain, karena mereka tidak dirancang untuk tekanan tinggi.
Dalam situasi di mana portal tekanan meningkat, seperti dengan sirosis, ada
pelebaran pembuluh darah di anastomosis, yang mengarah ke varises
kerongkongan. Trombosis vena limpa adalah suatu kondisi yang jarang yang
menyebabkan varises kerongkongan tanpa tekanan portal mengangkat.
splenektomi dapat menyembuhkan pendarahan variceal karena trombosis vena
limpa. Varises juga dapat terbentuk di daerah lain dari tubuh, termasuk perut
( varises lambung ), duodenum ( varises duodenum ), dan rektum ( varises
dubur ). Pengobatan jenis varises mungkin berbeda.
4. KOMPLIKASI
Kompikasi utama varises esofaghus adalah perdarahan. Varises esofaghus
biasanya rentan tejadi perdarahan ulang, terutama dalam 48 jam pertama.
Kemungkinan terjadi perdarahan ulang juga meningkat pada penderita usia tua,
gagal hati atau ginjal dan pada peminum alkohol.
Komplikas varises esofaghus adalah :
a. Syok hipovolemik

5
Karena adanya varises esophagus mengakibatkan terjadinya pendarahan,
sehingga pasien akan mengalami syok hipovolemik yang mengakibatkan
pasien kehilangan darah secara akut/kehilangan cairan.
b. Ensefalopati
Ensefalopati berarti penyakit pada otak.contohnya ensefalopati anoksik
umumnya merujuk pada kerusakan otak permanen.
c. Infeksi, misalnya pneumonia aspirasi

5. TANDA dan GEJALA


Adapun tanda dan gejala dari perdarahan varises esofagus antara lain (buku
panduan kerja mahasiswa STIK muhammadiyah pontianak) :
a. Syok;
b. Pusing;
c. Sangat haus;
d. Muntah darah;
e. Tinja hitam seperti ter;
f. Kencing menjadi sedikit.

6. PENATALAKSANAAN
Perdarahan pada varises esofagus harus segera diatasi, jika tidak dapat terjadi
kematian. Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi perdarahan antara lain :
a. Ligasi varises
Mengikat pembuluh darah yang sedang berdarah dengan pita elastis.
Ini adalah pengobatan pilihan untuk perdarahan varices esophagus. Selama
prosedur ini, dokter menggunakan endoskopi untuk menjerat varises dengan
band elastis, yang pada dasarnya mencekik pembuluh darah. Ligasi Variceal
biasanya menyebabkan komplikasi serius lebih sedikit daripada perlakuan
lainnya. Ini juga kurang kemungkinan mengakibatkan pendarahan berulang.
b. Terapi injeksi endoskopi

6
Menyuntik pembuluh darah dengan larutan tertentu agar pembuluh
darah tersebut berhenti berdarah. Pada prosedur ini, perdarahan varises yang
disuntikkan dengan solusi yang menyusut mereka. Pendarahan biasanya
dikendalikan setelah perawatan satu atau dua, namun komplikasi dapat terjadi,
termasuk perforasi kerongkongan dan parut pada esofagus yang dapat
menyebabkan gangguan menelan (disfagia).
c. Obat – obatan
Obat berjudul A octreotide (Sandostatin, Sandostatin LAR sering
digunakan dalam kombinasi dengan terapi endoskopi untuk mengobati
perdarahan dari varises kerongkongan. Octreotide bekerja dengan mengurangi
tekanan di varises. Obat ini biasanya berlangsung selama lima hari setelah
episode perdarahan.
d. Balon tamponade
Prosedur ini kadang-kadang digunakan untuk menghentikan
pendarahan parah sambil menunggu prosedur yang lebih permanen. Tabung A
dimasukkan melalui hidung dan ke dalam perut dan kemudian meningkat.
Tekanan terhadap pembuluh darah sementara dapat menghentikan
pendarahan.

e. Pintasan portosistemik intrahepatik transjugularis.


Shunt Dalam prosedur ini, disebut portosystemic shunt intrahepatik
transjugular (TIPS), tabung kecil yang disebut shunt ditempatkan antara vena
portal dan vena hati, yang membawa darah dari hati kembali ke jantung.
Tabung ini tetap terbuka dengan stent logam. Dengan menyediakan jalur
buatan untuk darah melalui hati, shunt sering dapat mengontrol perdarahan
dari varises kerongkongan. Tapi TIPS dapat menyebabkan sejumlah
komplikasi serius, termasuk gagal hati dan ensefalopati, yang dapat
berkembang ketika racun yang biasanya akan disaring oleh hati dilewatkan
melalui shunt langsung ke dalam aliran darah. TIPS terutama digunakan
ketika semua pengobatan lain gagal atau sebagai tindakan sementara pada
orang menunggu pencangkokan hati.

7
B. ASUHAN KEPERAWATAN VARISES ESOPAGHUS

1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan varises esofagus, meliputi pengkajian
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pengkajian diagnostik. Pada pengkajian
anamnesis, keluhan utama pada pasien varises esofagus bervariasi sesuai dengan
manifestasi klinik yang terjadi akibat dari varises esofagus yang mempengaruhi
sistem organ. Pada varises esofagus tanpa perdarahan biasanya keluhan masih
umum, tetapi biasa mendapatkan keluhan ketidaknyamanan abdomen, mual,
muntah, serta anoreksia atau keram otot – otot abdomen. Pada pasien varises
esofagus dengan perdarahan, keluhan utama yang sering ditemukan adalah
hematemesis dan melena.
Pengkajian riwayat kesehatan dilakukan untuk menggali permasalahan pada
pasien varises esofagus. Pada riwayat keshatan didapatkan adanya keluhan utama
lemah, malaise, penurunan berat badan, perubahan pada urin menjadi ikterik atau
menjadi gelap, gatal – gatal (biasanya berhubungan dengan obstruksi kantung
empedu atau sirosis hati), edema atau asites, dan impotensi atau gangguan
seksual.

8
Penting bagi perawat untunk mengkaji penyakit masa lalu, riwayat dirawat
dengan penyakit hati atau riwayat hematemeis atau melena serta riwayat
pengguanan obat – obatan masa lalu yang baisa digunakan. Perawat juga
mengkaji pola hidup tentang adanya kebiasaan penggunaan alkohol. Pengkajian
riwayat keluarga dilakukan untuk mengidentifikasi adanya hubungan penyakit
wilson pada generasi terdahulu (Azer,2009). Pengkajian psikososial didapatkan
adanya kecemasan akan kondisi penyakit dan pada beberapa pasien perlu
mendapat pemenuhaninformasi kesehatan.
Pada pemerikasaan fisik, perawat memulai dengan pemeriksaan keadaan
umum dan tingkat kesadaran, khususnya apabila ada riwayat hematemesis-
melena masif. Pemeriksaan TTV merupakan pemeriksaan penting yang harus
dilakukan pada saat penemuan pertama kali. Hipotensi dan brakardia biasa
didapatkan. Hal ini untuk mendeteksi adanya tanda-tanda syok hipovolemik
akibat perdarahan masif. Pada kondisi kronis biasanya didapatkan pasien terlihat
kurus dan penurunan berat badan

Pemeriksaan fokus pada varises esofagus adalah:


a. Inspeksi
Pasien biasanya terlihat pucat (berhubungan dengan pengeluaran darah dari
intravaskular secara progresif), ikterus (berhubungan dengan kegagalan fungsi
hati), sianosis akibat penurunan saturasi oksigen. Peningkatan frekuensi napas
dan usaha bernapas. Ketidaknyaman pada abdomen, ekspresi nyeri pada saat
palpasi ringan abdomen, edema, asites, hematemesis, melena. Periksa adanya
distensi vena abdominal. Didapatkan adanya perubahan urine menjadi kuning
tua (ikterik) atau menjadi gelap dan dan atrofi dari testis (Azer,2009). Pada
pemeriksaan rektal, lihat adanya perubahan warna feses menjadi lebih gelap
menandakan perdarahan saluran gastroentestinal atas.
b. Auskultasi
Peningkatan peristaltik usus
c. Perkusi
Nyeri ketuk abdomen
d. Palpasi

9
Nyeri tekan abdomen region hipokondrium kanan dan kiri atau dibawah iga
(Azer,2009). Didapatkan adanya pembesaran kelenjar parotis (yang didapat
pada pasien disertai alkoholisme dan malnutrisi), pembesaran limpa
(splenomegali).

2. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah akut;
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kapasitas angkut
oksigen dan faktor-faktor resiko aspirasi;
c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan aliran intravena.
d. Ketakutan (cemas) / ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
e. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit , prognosis, dan kebutuhan
pengobatan b/d kurangnya terpapr informasi.

3. INTERVENSI
Diagnosa Tujuan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
Defisit volume Pasien akan tetap 1. Perhatikan dan catat intake dan output yang
cairan tetap stabil secara akurat.
2. Monitor vital sign.
berhubungan hemodinamik
3. Pemberian cairan melalui intravena.
dengan 4. Monitor tingkat Hb dan hematokrit
5. Pantau elektrolit
kehilangan darah
6. Atur kemungkinan dan persiapan transfusi.
akut 7. Tirang baring total, baringkan pasien
terlentang dengan kaki di tinggikan untuk
meningkatkan preload jika pasien
mengalami hipotensi. Jika terjadi
normotensi tempatkan tinggi bagian kepala
tempat tidur pada 450 untuk mencegah
aspirasi isi lambung
8. Kolaborasi dokter : pemberian terapi cairan,
transfuse darah dan obat-obatan tertentu.

10
Gangguan Pasien akan 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
pertukaran gas mempertahankan ventilasi.
2. Monitor respirasi dan status oksigen.
berhubungan oksigenasi dan
3. Respiratory monitoring :
dengan penurunan pertukaran gas - Monitor rata-rata, kedalaman, irama
kapasitas angkut yang adekuat, dan usaha respirasi.
- Monitor suara napas, pola napas.
oksigen dan tanda-tanda vital
- Catat pergerakan dada, amati
faktor-faktor pasien berada
kesimetrisan, penggunaan otot
resiko aspirasi dalam rentang
tambahan.
normal.
Resiko tinggi Pasien bebas dari 1. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi
terhadap infeksi tanda dan gejala sistemik dan lokal.
2. Pertahankan teknik aseptik pada pasien
berhubungan infeksi.
yang beresiko.
dengan aliran
3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
intravena.
tindakan keperawatan.
4. Instruksikan kepada pengunjung untuk
mencuci tangan sebelum berkunjung dan
setelah meninggalkan pasien serta ajarkan
mengenai tanda dan gejala infeksi.
5. Ganti letak i.v line perifer dan line central
(48-72 jam sekali atau jika perlu) sesuai
dengan petunjuk umum.
6. Observasi suhu dan tanda-tanda vital.
7. Monitor kadar leukosit.
8. Kolaborasi dokter : pemberian antibiotik
bila diperlukan.
Ketakutan Klien 1. Pahami perspektif pasien terhadap situasi
(cemas) / ansietas menunjukkan stress.
2. Dorong pasien untuk mengungkapkan
berhubungan relaks dan laporan
perasaan, ketakutan dan persepsi.
dengan perubahan ansietas menurun
3. Bantu pasien mengenal situasi yang
status kesehatan sampai tingkat
menimbulkan kecemasan.
dapat ditangani 4. Kolaborasi dokter : berikan obat sesuai
indikasi misal diazeapam (valium);
klorazepat (tranxene); alprazolam (xanax).
Kurangnya Klien menyatakan 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien terhadap

11
pengetahuan pemahaman kondisi kesehatan pasien.
2. Berikan dan kaji ulang pemahaman
tentang proses penyebab
pasien/keluarga mengenai kondisi penyakit
penyakit , perdarahannya
pasien.
prognosis, dan sendiri (bila tahu)
3. Dorong pasien untuk bertanya.
kebutuhan dan penggunaan
pengobatan b/d tindakan
kurangnya terpapr pengobatan
informasi.

BAB III
PENUTUP

12
A. Kesimpulan
Varises esofagus adalah penyakit yang ditandai dengan pembesaran abnormal
pembuluh darah vena di esofagus bagian bawah. Berbagai penyakit terlibat
dalam aliran darah vena porta dan menghasilkan peningkatan tekanan vena porta
sehingga membentuk varises esophagus. Varises terjadi ketika katup vena
melemah atau rusak dan dinding vena menjadi renggang. Sementara, varises
esofagus akan muncul apabila aliran darah menuju hati terhalang oleh
penggumpalan atau jaringan parut pada hati. Penyumbatan inilah yang memicu
adanya aliran darah ke pembuluh darah yang berukuran kecil di sekitarnya.
Varises esofagus biasanya merupakan komplikasi sirosis hati. Sirosis adalah
penyakit yang ditandai dengan pembentukan jaringan parut di gati. Penyebabnya
antara lain hepatitis B dan C atau konsumsi alkohol dalam jumlah besar. Varises
esofagus terjadi jika aliran darah menuju hati terhalang. Aliran tersebut akan
mencari jalan lain yaitu ke pembuluh darah di esofagus, lambung atau rektum
yang lebih kecil dan lebih mudah pecah. Kompikasi utama varises esofaghus
adalah perdarahan. Varises esofaghus biasanya rentan tejadi perdarahan ulang,
terutama dalam 48 jam pertama. Perdarahan pada varises esofagus harus segera
diatasi, jika tidak dapat terjadi kematian.

B. Saran
Penulis hanya dapat memberikan sedikit pengetahuan mengenai varises
esofagus harapan penulis pembaca dapat memahami dan menerapkan alikasi
keperawatan mengenai varises esofagus.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.catatandokter.com/2008/02/varises-esofagus.html

13
Robins.2007. Buku Ajar Patologi Volume 2. Jakarta :EGC.

Doenges E Marilynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :EGC.

Nurarif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 2. Mediaction Publishing.

14

You might also like