Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Dr. Karina Dwi Astari
Pendamping :
Dr. Herlina Elisabeth Hutapea
Disusun untuk Memenuhi Syarat dalam MenjalanI Program Internsip Dokter Indonesia di
Puskesmas Pangkalan Susu Periode Juni 2017 - Juni 2018
Disusun Oleh :
Dr. Karina Dwi Astari
Pendamping :
Dr. Herlina Elisabeth Hutapea
Dokter Internsip,
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya,
sehingga pada akhirnya mini project dengan judul “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan
Ibu Terhadap Tumbuh Kembang Anak di Desa Sei Meran Kecamatan Pangkalan Susu
Kabupaten Langkat” dapat terselesaikan dengan baik.
Mini project ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dalam menjalani Program
Internsip Dokter Indonesia di Puskesmas Pangkalan Susu Periode Juni 2017 - Juni 2018.
Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, mini
project ini sangatlah sulit untuk dapat diselesaikan. Oleh karena itu, peneliti ingin
mengucapkan terima kasih kepada pembimbing; Dr. Herlina Elisabeth Hutapea dan staff-
staff Puskesmas Pangkalan Susu atas bimbingan dan arahannya selama peneliti mengikuti
program internsip ini.
Peneliti berharap agar mini project ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat,
walupun mini project ini masih memiliki berbagai kekurangan dikarenakan segala keterbatasan
yang ada. Oleh karena itu, diharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca
agar selanjutnya mini project ini dapat menjadi lebih baik lagi.
Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR SKEMA vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Tujuan Penelitian 2
1.4. Manfaat Penelitian 2
DAFTAR PUSTAKA 21
LAMPIRAN 22
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional Intervensi Penyuluhan 9
Tabel 3.2 Definisi Operasional Pengetahuan HIV/AIDS 9
Tabel 5.1 Karakteristik Sampel Penelitian 15
Tabel 5.2 Normalitas Distribusi Data Pre Test dan Post Test HIV/AIDS 16
Tabel 5.3 Rerata Nilai Pre Test dan Post Test HIV/AIDS 16
Tabel 5.4 Distribusi Nilai Pre Test dan Post Test HIV/AIDS 17
Tabel 5.5 Uji Kemaknaan Post Test HIV/AIDS 17
Tabel 5.6 Persentase Pengetahuan HIV/AIDS 17
DAFTAR SKEMA
Halaman
Skema 3.1 Kerangka Konseptual 9
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian 22
Lampiran 2 Frequency Table 24
Lampiran 3 Normalitas Distribusi Data 25
Lampiran 4 Descriptive Table 26
Lampiran 5 Wilcoxon 27
Lampiran 6 Dokumentasi 28
BAB 1
PENDAHULUAN
2.1. Pengetahuan
2.1.1. Definisi
Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’ dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang.3
Pertumbuhan atau growth berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah
ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa dilakukan dengan ukuran
berat gram, pound, kilogram, ukuran panjang (cm, meter), umur dan keseimbangan metabolik
(retensi, kalsium, dan nitrogen tubuh). Perkembangan atau development adalah bertambahnya
kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan misalnya diferensiasi dari fungsi organ,
perkembangan emosi intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya.4
Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler, berarti
bertambah arti sebagian atau keseluruhan. Sehingga dapat diukur dengan mempergunakan
satuan panjang atau satuan berat. Sedangkan perkembangan ialah bertambahnya kemampuan
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, jadi bersifat kualitatif yang pengukurannya
jauh lebih sulit dari pada pengukuran pertumbuhan. Tumbuh kembang yang optimal dapat
tercapai pada potensi biologis seseorang dan merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang
saling berkaitan, meliputi faktor genetik, lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial dan perilaku.
Proses yang baik dan hasil akhir yang berbeda-beda yang memberikan ciri tersendiri pada
setiap anak.5
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi pada setiap makhluk
hidup. Pada manusia, terutama anak-anak, proses tumbuh kembang ini terjadi dengan sangat
cepat terutama pada periode tertentu. Proses pertumbuhan dan perkembangan anak terjadi
sejak dalam masa kandungan. Setiap organ dan fungsinya mempunyai kecepatan tumbuh yang
berbeda-beda. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada
masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak
selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran
sosial, emosional, dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan berikutnya.1,2
Sedangkan pada usia prasekolah, anak adalah konsumen aktif yaitu mereka dapat memilih
makanan yang disukainya. Pada usia ini, anak mulai bergaul dengan lingkungannya atau
bersekolah seperti playgroup sehingga anak mengalami beberapa perubahan dalam perilaku.
Pada masa ini, anak mencapai fase gemar memprotes sehingga mereka akan mengatakan
”tidak” terhadap setiap ajakan. Perilaku ini disebut negativistic. Akibat pergaulan dengan
lingkungannya terutama dengan anak-anak yang lebih besar, anak mulai senang jajan. Jajanan
yang dipilih dapat mengurangi asupan zat gizi yang diperlukan bagi tubuhnya sehingga anak
kurang gizi. Sebaliknya, jika jajanan tersebut dimakan terus menerus dengan kandungan energi
berlebihan dapat menyebabkan anak overweight, bahkan obesitas.4
a. Status gizi
Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan ukuran tubuh, tetapi
lebih dari itu memberikan gambaran tentang keseimbangan antara asupan dan kebutuhan gizi
(status gizi). Oleh karena itu pertumbuhan merupakan indikator yang baik dari perkembangan
status gizi anak. Status gizi ini dapat membantu untuk mendeteksi lebih dini risiko terjadinya
masalah kesehatan. Pemantauan status gizi dapat digunakan sebagai bentuk antisipasi dalam
merencanakan perbaikan status kesehatan anak.2
Berdasarkan Soekirman dalam materi Aksi Pangan dan Gizi Nasional, penyebab kurang
gizi yaitu berdasarkan penyebab langsung, yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang
mungkin diderita anak. Penyebab gizi kurang tidak hanya disebabkan makanan yang kurang
tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang baik tetapi karena sering sakit
diare atau demam dapat menderita kurang gizi. Demikian pada anak yang makannya tidak
cukup baik maka daya tahan tubuh akan melemah dan mudah terserang penyakit dan penyebab
tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan
kesehatan dan kesehatan lingkungan.2
1.2) Protein, pada usia 1-3 tahun, protein sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
kekuatan tubuhnya, dalam jumlah sekitar 1,5/kg berat badan. Jumlah ini lebih sedikit
daripada kebutuhan protein pada masa bayi yaitu sekitar 2,0 – 2,5 g/kg BB. Protein
hewani (daging, ikan, telur, susu) dan nabati (kacang – kacangan, tempe, tahu)
merupakan sumber protein yang dapat diberikan kepada anak yang disajikan dalam
menu makanan keluarga.
Nilai gizi protein ditentukan oleh kadar asam aminonya, dimana pada umumnya
protein hewani mempunyai nilai gizi protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan
protein nabati. Pada anak usia 1 – 3 tahun ini, kebutuhan protein dapat dipenuhi dengan
paling tidak minum susu dua kali 150 ml dan dua porsi makanan yang mengandung
protein. Dalam pemilihan daging sebagai sumber protein sebaiknya diberikan daging
yang tidak banyak kandungan lemaknya.
1.3) Lemak dan asam lemak esensial, asupan lemak bagi anak sebaiknya sekitar 20
– 25 % dari total kalori yang dibutuhkan. Jangan membiasakan memberi makanan yang
berlemak tinggi kepada anak karena bisa menimbulkan rasa ketagihan untuk
mengkonsumsi terus- menerus. Akibatnya anak akan menjadi cepat gemuk dan hal ini
menjadi kebiasaan yang akan terbawa di masa dewasa sehingga menyebabkan risiko
berbagai penyakit di masa dewasa.
Sebaliknya, asam lemak esensial sangat penting untuk perkembangan otak dan
retina mata pada anak. Pertumbuhan sel-sel otak berlangsung sangat cepat pada usia 0
– 1 tahun, terutama 6 bulan pertama usia kehidupan dan berhenti pada usia anak 6
bulan. Pertumbuhan otak akan disempurnakan hingga usia 2 – 3 tahun, dimana pada
masa ini berat dan besar sel – sel otak yang akan bertambah. Oleh karena itu,
kekurangan gizi yang terjadi pada masa dini kehidupan akan mempengaruhi tumbuh
kembang otak yang selanjutnya dapat mengurangi kecerdasan anak di kemudian hari.
1.4) Vitamin, pada usia ini sistem pencernaan anak mulai berkembang sempurna
karena enzim – enzim pencernaan mulai berfungsi sempurna sehingga mampu
mengolah dan menyerap makanan berbentuk padat. Vitamin B kompleks sangat
penting untuk fungsi sistem pencernaan karena berperan dalam berbagai proses
metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Makanan yang bervariasi mencukupi
kebutuhan vitamin B kompleks, dimana sumbernya banyak terdapat pada jagung,
sayuran hijau, ayam, dan daging merah. Vitamin D sangat berperan dalam proses
pembentukan tulang. Vitamin ini turut menjaga proses mineralisasi dengan
meningkatkan penyerapan kalsium dan fosfat, dan membantu penyimpanan kalsium di
tulang dan gigi. Sumber vitamin D didapat dari susu, minyak hati ikan cod dan sebagian
besar dari sinar matahari. Vitamin C sangat dibutuhkan oleh anak usia ini karena
berperan untuk mempertahankan daya tahan tubuh, membantu penyerapan zat besi non
hem, dan sebagai antioksidan.
1.5) Mineral, mineral yang penting untuk anak usia 1 – 3 tahun adalah zat besi,
kalsium, dan seng. Kekurangan zat besi di usia ini banyak dijumpai karena berbagai
faktor antara lain kurangnya asupan makanan yang mengandung zat besi, adanya
penyakit infeksi atau penyakit bawaan sehubungan dengan metabolisme zat besi.
Kebutuhan zat besi di usia ini cukup tinggi untuk jaringan dan mencukupi cadangan zat
besi dan penyerapan zat besi dari berbagai makanan yang mengandung daging (hem
iron) terutama daging merah seperti daging sapi, kambing yaitu sekitar 15 %, dan
penyerapan akan lebih rendah pada makanan yang tidak mengandung daging tersebut.
Sumber zat besi lain (non-hem iron) yaitu sayur – sayuran hijau seperti daun singkong.
Kalsium berperan dalam proses pembentukan gigi dan tulang.
Pada usia ini pertumbuhan gigi susu membutuhkan asupan kalsium yang
adekuat, dan kebutuhan kalsium sangat meningkat pada masa pertumbuhan untuk
membangun sistem tulang yang kuat. Penyerapan kalsium dari makanan adalah sekitar
35 % dan sumber kalsium banyak dijumpai pada susu, keju, yoghurt, dan brokoli. Seng
merupakan mineral yang penting bagi pertumbuhan, sistem imun, dan
mempertahankan nafsu makan anak. Asupan seng perlu diperhatikan untuk anak – anak
terutama setelah 1 tahun ketika sudah makan berbagai ragam makanan. Sumber
makanan yang banyak mengandung seng antara lain ikan, tiram, daging merah, kacang
– kacangan, biji – bijian, dan gandum.
1.6) Serat, memasuki usia 1 tahun, anak harus mulai diberikan makanan yang
bertekstur karena anak sudah bisa mengkonsumsi makanan padat. Sumber makanan
berserat antara lain sayur – sayuran yang dipotong dengan ukuran yang mudah
dikunyah serta buah – buahan yang dipotong dan tidak dihaluskan lagi. Kebutuhan serat
bagi anak usia diatas 2 tahun dianjurkan dalam jumlah yang dapat dihitung dengan
formula: umur (dalam gram) + 5 g/hari. Kebutuhan serat ini dapat terpenuhi dengan
konsumsi makanan mengandung serat paling tidak pada 3 kali makan utama atau 2
porsi makan utama dan 1 selingan.
Konsumsi serat anak pada usia 1 – 2 tahun tidak boleh terlalu banyak karena
anak akan cepat merasa kenyang. Disamping itu konsumsi serat yang mengandung
asam fitat dapat mengganggu penyerapan zat – zat gizi yang lain seperti zat besi,
kalsium, dan seng.
2.3) Vitamin B kompleks dan asam lemak esensial, keduanya sangat diperlukan
untuk perkembangan otak karena pada usia ini anak mulai menggunakan kemampuan
berpikir untuk belajar. Zat gizi utama yang dibutuhkan untuk proses berpikir dan
konsentrasi adalah asam lemak esensial omega-3 yang terdapat pada minyak ikan,
kacang – kacangan, serta vitamin B kompleks.
2.4) Mineral (Seng, Selenium, Zat Besi), Seng yang banyak ditemukan pada tiram,
daging sapi, ayam, telur dan juga selenium yang terdapat pada karang dan makanan
laut merupakan dua mineral utama yang dibutuhkan oleh tubuh dalam meningkatkan
sistem daya tahan tubuh terhadap penyakit. Zat besi penting dalam pembentukan daya
tahan tubuh karena dibutuhkan dalam pembentukan sel darah merah yang membawa
oksigen dan zat – zat gizi dalam darah ke seluruh bagian tubuh. Kekurangan zat besi
dapat menyebabkan anemia. Zat besi terdapat pada daging merah, hati dan telur, juga
pada buah pisang, alpukat, sayuran brokoli, kentang, dan beras merah.
3) Perkembangan bahasa
3.1) Usia 1 bulan
a) Mendekut
b) Membuat suara seperti huruf hidup
c) Bersuara
d) Berceloteh
3) Perkembangan Bahasa
3.1) Usia 15 bulan
a) Mulai mengkombinasikan kata-kata (mobil papa, mama berdiri)
4) Perkembangan personal-sosial
4.1) Usia 12 – 18 bulan
a) Menunjukkan apa yang diinginkan dengan menunjuk tanpa menangis . merengek,
anak bisa mengeluarkan atau menarik tangan ibu
b) Memeluk orang tua
c) Memperlihatkan rasa cemburu
3) Perkembangan sensoris
3.1) Usia 4 tahun
a) Persepsi ruang sangat terbatas
b) Dapat mengidentifikasi satu dua warna
4) Perkembangan Bahasa
4.1) Usia 3 tahun
a) Banyak bertanya
b) Berbicara saat ada maupun tidak ada orang
c) Menggunakan pembicaraan telegrafis (tanpa kata preposisi, kata sifat, kata
keterangan, dll)
d) Mengucapkan konsonan berikut; d , b , t , k , dan y
e) Menghilangkan w dari pembicaraannya
f) Mempunyai peebendaharaan kata sebanyak 900 kata
g) Memakai kalimat tiga kata (subyek-kata kerja-objek)
h) Menyatakan namanya sendiri
i) Membuat kesalahan suara spesifik (s , sh , ch , z , th , r , dan l )
j) Menjamakkan kata-kata
k) Mengulangi ungkapan dan kata-kata dengan tanpa tujuan
5) Perkembangan sosialisasi
5.1) Usia 2 sampai 4 tahun
a) Sikat gigi dengan bantuan
b) Mencuci dan mengeringkan tangan
c) Mulai membentuk hubungan sosial dan bermain bersama-sama dengan anak lain
d) Menggunakan bahasa untuk komunikasi dengan ditambah penggunaan gerakan
isyarat
e) Menyebut nama teman
f) Memakai t-shirt
Pengetahuan ibu
Tingkat
Intervensi
Pendidikan mengenai
Penyuluhan
Ibu Tumbang balita
3.3. Hipotesis
H0 : Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap tumbuh kembang anak
balita di Desa Sei Meran Kec. Pangkalan Susu Kab. Langkat tahun 2018
Ha : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap tumbuh kembang anak balita
di Desa Sei Meran Kec. Pangkalan Susu Kab. LAngkat tahub 2018
BAB 4
METODE PENELITIAN
5.1. Hasil
5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Wilayah kerja Puskesmas Pangkalan Susu terletak di Kecamatan Pangkalan Susu
terletak di antara 04°16’06” - 04°03’11” Lintang Utara serta 98°17’06” dan 98°03’10” Bujur
Timur dengan luas wilayah sebesar 112,38 Km2 dengan batas wilayah sebagai berikut:
● Sebelah Utara: Selat Malaka
● Sebelah Timur: Desa Sei Siur
● Sebelah Selatan: Desa Paya Tampak
● Sebelah Barat: Kecamatan Pematang Jaya
Secara administratif, wilayah kerja Puskesmas Pangkalan Susu terdiri dari 1 Kelurahan
dan 5 Desa dan 41 Dusun/Lingkungan dengan jumlah penduduk sebesar 21.705 jiwa dengan
komposisi menurut umur sebagai berikut:
● Umur 0-14 tahun : 6734 jiwa
● Umur 15-64 tahun : 14.069 jiwa
● Umur 65 tahun ke atas : 901 jiwa
5.2.2. Pengetahuan
Pada penelitian ini, pengetahuan dikategorikan secara kualitatif sehingga dapat
memberikan analisis deskriptif terhadap tingkatan pengetahuan pada hasil pre dan post test
HIV/AIDS. Interpretasi untuk tingkat pengetahuan dibagi menjadi 3 tingakatn berdasarkan
hasil penilaian persentasenya:
a. Pengetahuan baik : 76 - 100%
b. Pengetahuan cukup : 56 - 75%
c. Pengetahuan kurang : ≤ 56%
5.2.3. Pengetahuan HIV/AIDS
Untuk menentukan apakah perbedaan haasil pre test dan post test HIV/AIDS bermakna
secara statistik, maka pertama kali dilakukan uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov
dengan nilai signifikansi α = 5%. Hasil uji didapatkan nilai p = 0.012 < 0.05 pada pretest dan
nilai p = 0.000 < 0.05 pada post-test yang menyatakan data tidak berdistribusi normal (Tabel
5.2).
Tabel 5.2 Normalitas Distribusi Data Pre Test dan Post Test HIV/AIDS
Kolmogorov- Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pre-test .199 25 .012 .897 25 .016
Post-test .437 25 .000 .598 25 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Rerata nilai pre test HIV/AIDS sebesar 27.60% ≤ 56% (rentang nilai 10-40) sehingga
pengetahuan HIV/AIDS kurang sebelum diberikan penyuluhan. Rerata nilai post test
HIV/AIDS sebesar 95.60% > 75% (rentang nilai 80-100) sehingga pengetahuan HIV/AIDS
sudah baik setelah diberikan intervensi berupa penyuluhan (Tabel 5.3).
Tabel 5.3 Rerata Nilai Pre dan Post Test HIV/AIDS
Pre Test Post Test
Valid 25 25
N
Missing 0 0
Mean 27.60 95.60
Range 30 20
Minimum 10 80
Maximum 40 100
Secara keseluruhan, 100% responden memperoleh nilai post test lebih besar dari pre
test (Tabel 5.4). Penilaian apakah perbedaan hasil pre test dan post test HIV/AIDS bermakna
secara statistik digunakan uji Wilcoxon karena data tidak berdistribusi normal. Hasil statistik
menyatakan nilai p = 0.000 < 0.05 sehingga H0 ditolak atau Ha diterima yaitu terdapat
perbedaan bermakna pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan HIV/AIDS (Tabel 5.5).
Tabel 5.4 Distribusi Nilai Pre Test dan Post Test HIV/AIDS
N Mean Rank Sum of Ranks
Post Test - Pre Negative Ranks 0a .00 .00
Test Positive Ranks 25b 13.00 325.00
Ties 0c
Total 25
a. Post Test < Pre Test
b. Post Test > Pre Test
c. Post Test = Pre Test
Dari tabel di atas, diketahui bahwa persentase pengetahuan siswa/i terhadap definisi
HIV/AIDS saat pre test adalah kurang (26%<56%) dan pada saat post test adalah baik (96% >
75%). Untuk persentase penyebab adalah kurang sebelum pre test (28%<56%) dan baik pada
saat post test (84%). Begitu pula dengan persentase pengetahuan pada penularan, yaitu kurang
pada saat pre test (36% < 56%) dan baik setelah diberikan intervensi penyuluhan dengan
persentase post test (92% > 75%). Hal yang sama juga terlihat dari persentase gejala dimana
sebelum diberikan intervensi penyuluhan, persentasenya adalah kurang (20% < 56%) dan baik
pada saat post test (96% > 75%). Hasil perhitungan persentase untuk pencegahan juga
mendapatkan hasil yang sama, yakni kurang pada saat pre test (44% < 56%) dan baik pada saat
post test (100% > 75%).
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Ha diterima
yaitu ada perbedaan pengetahuan tenatang HIV/AIDS sebelum dan sesudah intervensi
penyuluhan pada siswa/i SMP Yayasan Pendidikan Pangkalan Susu tahun 2017.
Tingkat pengetahuan siswa - siswi sebelum diberikan intervensi penyuluhan (pre test)
adalah kurang dan setelah intervensi (post test) adalah baik.
7.1. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, saran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut:
1. Agar pihak sekolah dapat melakukan sosialisasi terhadap siswa/i-nya mengenai bahaya
dari penggunaan narkoba ataupun seks bebas yang kemudian berkaitan dengan kejadian
HIV/AIDS.
2. Agar Pemerintah terutama Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat dapat lebih meningkatkan
program-program edukasi kepada masyarakat tentang HIV/AIDS.
DAFTAR PUSTAKA
1. Narendra M., Titi S., & Soetjiningsih., 2008. Buku Ajar I Tumbuh Kembang Anak dan
Remaja. Jakarta: CV Sagung Seto pp. 1-60.
2. Kusuma R. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Tumbuh Kembang Anak
dan Perkembangan Motorik Halus Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Penumping
Surakarta, Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Naskah Publikasi. Available
(http://eprints.ums.ac.id/18580/19/Naskah_publikasi.pdf, diakses 20 Januari 2018), 2012.
3. Melva VD. Studi Literatur Pemantuan Perkembangan Anak. Available
(http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/79/85, diakses 20 Januari
2018), 2010.
4. Khairayeni K. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Perkembangan Anak usia
Balita di Puskesmas Pangambiran Kota Padang tahun 2015, Padang: Politeknik
Kesehatan Kemenkes Padang. Karya Tulis Ilmiah. Available (http://pustaka.poltekkes-
pdg.ac.id/repository/KTI.KuntumKhairayeni.pdf, diakses 20 Januari 2018), 2015.
5. Gunarsa S & Yulia S., 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT BPK
Gunung Mulia pp. 4-13.
6. Muchsin. Evaluasi Status Gizi Berdasarkan Antropometri. Available
(http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-muksing2a2-5767-2-babii.pdf,
diakses 20 Januari 2018), 2015.
LAMPIRAN 1
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP TUMBUH KEMBANG ANAK
BALITA DI DUSUN 2 SEI MERAN KEC. PANGKALAN SUSU KAB. LANGKAT
SUMATERA UTARA 2018
No Responden :
Nama :
Usia :
Pekerjaan :
Pendidikan terakhir :
Anak ke …. dari …. Saudara
PERTANYAAN
BB anak :
PB/TB anak :
1. Pada usia berapa anak ibu dapat mulai mengangkat kepala dengan tegak?
Jawab :
2. Pada usia berapa anak ibu dapat telungkup?
Jawab :
3. Pada usia berapa anak ibu dapat duduk?
Jawab :
4. Pada usia berapa anak ibu mulai belajar berjalan?
Jawab :
5. Pada usia berapa anak ibu mampu memegang benda?
Jawab :
6. Pada usia berapa anak ibu dapat memanggil “maa-maa”?
Jawab :
7. Pada usia berapa anak ibu mulai belajar mencoret-coret?
Jawab :
8. Pada usia berapa anak ibu mampu untuk berteriak dan tertawa?
Jawab :
9. Pada usia berapa anak ibu mampu untuk bertepuk tangan ketika diperintah?
Jawab :
10. Pada usia berapa anak ibu sudah bisa menendang bola?
Jawab :
11. Pada usia berapa anak ibu mampu mengucapkan “mama papa” dengan jelas?
Jawab :
LAMPIRAN 6
DOKUMENTASI