You are on page 1of 48

MINI PROJECT

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP TUMBUH


KEMBANG ANAK USIA BALITA DI DESA SEI MERAN PANGKALAN SUSU,
KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA

Disusun Oleh :
Dr. Karina Dwi Astari

Pendamping :
Dr. Herlina Elisabeth Hutapea

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
PUSKESMAS PANGKALAN SUSU
LANGKAT - SUMATERA UTARA
2017
MINI PROJECT

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP TUMBUH


KEMBANG ANAK USIA BALITA DI DESA SEI MERAN KECAMATAN
PANGKALAN SUSU, KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA

Disusun untuk Memenuhi Syarat dalam MenjalanI Program Internsip Dokter Indonesia di
Puskesmas Pangkalan Susu Periode Juni 2017 - Juni 2018

Disusun Oleh :
Dr. Karina Dwi Astari

Pendamping :
Dr. Herlina Elisabeth Hutapea

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
PUSKESMAS PANGKALAN SUSU
LANGKAT - SUMATERA UTARA
2017
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Mini Project :

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP TUMBUH


KEMBANG ANAK USIA BALITA DI DESA SEI MERAN KECAMATAN
PANGKALAN SUSU, KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA

Kepala Puskesmas Pangkalan Susu, Pendamping Internship,

dr. Herlina Elisabeth Hutapea dr. Herlina Elisabeth Hutapea


NIP. 19790504 201001 2 023 NIP. 19790504 201001 2 023

Dokter Internsip,

dr. Karina Dwi Astari


KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya,
sehingga pada akhirnya mini project dengan judul “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan
Ibu Terhadap Tumbuh Kembang Anak di Desa Sei Meran Kecamatan Pangkalan Susu
Kabupaten Langkat” dapat terselesaikan dengan baik.
Mini project ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dalam menjalani Program
Internsip Dokter Indonesia di Puskesmas Pangkalan Susu Periode Juni 2017 - Juni 2018.
Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, mini
project ini sangatlah sulit untuk dapat diselesaikan. Oleh karena itu, peneliti ingin
mengucapkan terima kasih kepada pembimbing; Dr. Herlina Elisabeth Hutapea dan staff-
staff Puskesmas Pangkalan Susu atas bimbingan dan arahannya selama peneliti mengikuti
program internsip ini.
Peneliti berharap agar mini project ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat,
walupun mini project ini masih memiliki berbagai kekurangan dikarenakan segala keterbatasan
yang ada. Oleh karena itu, diharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca
agar selanjutnya mini project ini dapat menjadi lebih baik lagi.

Medan, Februari 2018

Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR SKEMA vi
DAFTAR LAMPIRAN vii

BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Tujuan Penelitian 2
1.4. Manfaat Penelitian 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3


2.1. Pengetahuan 3
2.1.1. Definisi 3
2.1.2. Proses Pengetahuan 3
2.1.3. Tingkat Pengetahuan 3
2.2. HIV/AIDS 5
2.2.1. Definisi 5
2.2.2. Etiologi 5
2.2.3. Epidemiologi 5
2.2.4. Manifestasi Klinis 6
2.2.5. Pemeriksaan Penunjang 7
2.2.6. Kriteria Diagnosa 8
2.2.7. Pencegahan 8

BAB 3 KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL & HIPOTESIS 9


3.1. Kerangka Konseptual 9
3.2. Definisi Operasional 9
3.3. Hipotesis 10
BAB 4 METODE PENELITIAN 11
4.1. Ruang Lingkup Penelitian 11
4.1.1 Lingkup Materi 11
4.1.2 Lingkup Tempat 11
4.1.3 Lingkup Waktu 11
4.2. Jenis Penelitian 11
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 11
4.3.1 Populasi Penelitian 11
4.3.2 Sampel 11
4.4. Instrumen Penelitian 12
4.5. Prosedur Penelitian 12
4.6. Pengolahan dan Analisis Data 12

BAB 5 HASIL PENELITIAN 14


5.1. Hasil 14
5.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 14
5.1.2. SMP Yayasan Pendidikan Pangkalan Susu 14
5.2. Hasil Penelitian 15
5.2.1. Karakteristik Sampel Penelitian 15
5.2.2. Pengetahuan 15
5.2.3. Pengetahuan HIV/AIDS 16

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 20


6.1. Kesimpulan 20
6.2. Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 21
LAMPIRAN 22
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional Intervensi Penyuluhan 9
Tabel 3.2 Definisi Operasional Pengetahuan HIV/AIDS 9
Tabel 5.1 Karakteristik Sampel Penelitian 15
Tabel 5.2 Normalitas Distribusi Data Pre Test dan Post Test HIV/AIDS 16
Tabel 5.3 Rerata Nilai Pre Test dan Post Test HIV/AIDS 16
Tabel 5.4 Distribusi Nilai Pre Test dan Post Test HIV/AIDS 17
Tabel 5.5 Uji Kemaknaan Post Test HIV/AIDS 17
Tabel 5.6 Persentase Pengetahuan HIV/AIDS 17
DAFTAR SKEMA

Halaman
Skema 3.1 Kerangka Konseptual 9
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian 22
Lampiran 2 Frequency Table 24
Lampiran 3 Normalitas Distribusi Data 25
Lampiran 4 Descriptive Table 26
Lampiran 5 Wilcoxon 27
Lampiran 6 Dokumentasi 28
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia.
Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan
perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa
yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age
atau masa keemasan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,
jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa dilakukan dengan
ukuran berat gram, pound, kilogram, ukuran panjang (cm, meter), umur, hilang dan
keseimbangan metabolik (retensi, kalsium, dan nitrogen tubuh). Perkembangan (development)
adalah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan misalnya: diferensiasi
dari fungsi organ, perkembangan emosi intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya.1

Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran


sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan berikutnya. Perkembangan moral dan dasar - dasar kepribadian juga dibentuk
pada masa balita ini. Tiga tahun pertama masa kehidupan anak merupakan masa paling rawan
sebab gangguan yang terjadi pada masa ini dapat menyebabkan efek yang menetap. Usia 0-2
tahun adalah periode emas sebab dalam periode ini terjadi perkembangan saraf otak tercepat
khususnya mielinisasi. Berdasarkan penelitian para ahli kecepatan pertumbuhan otak manusia
mencapai puncaknya 2 kali yaitu pada masa janin diusia kehamilan minggu ke 1-20 dan usia
kehamilan minggu ke 30 sampai bayi berusia 18 bulan. Perkembangan anak adalah perubahan
psikofisik hasil proses pematangan fungsi psikis dan fisik anak yang ditunjang oleh faktor
lingkungan dan proses belajar dalam kurun waktu tertentu menuju kedewasaan. Perkembangan
anak terdiri dari: perkembangan motorik, bahasa, bicara, dan perkembangan sosial.
Perkembangan gerakan motorik terdiri dari perkembangan motorik kasar dan motorik halus.
Perkembangan motorik kasar berkaitan dengan gerakan yang dipengaruhi oleh ketrampilan
otot besar seperti duduk, berdiri dan berjalan sedangkan kemampuan motorik halus berkaitan
dengan gerakan yang dipengaruhi oleh ketrampilan saraf-saraf halus seperti: memegang benda
dengan telunjuk dan ibu jari. Kemampuan tersebut berkembang sejalan dengan pertambahan
usia dan kematangan saraf-saraf serta otot-otot anak. Pemantauan perkembangan anak tersebut
salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan KPSP (Kuesioner Praskrining
Perkembangan Anak).2,3
Pengetahuan tentang tumbuh kembang balita merupakan salah satu faktor penting yang
dapat mencegah terjadinyaketerlambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan balita.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik dalam melakukan penelitian dengan judul
“Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Tumbuh Kembang Balita di
Desa Sei Meran Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.”

1.2. Rumusan Masalah


Apakah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang
anak balita di Desa Sei Meran Kecamatan Pangkalan Susu?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu mengenai
pertumbuhan dan perkembangan balita di Desa Sei Meran.
1.3.2 Tujuan Khusus
● Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu yang berhubungan dengan
pertumbuhan anak berdasarkan BB/PB di Desa Sei Meran.
● Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu dengan perkembangan anak
balita di Desa Sei Meran.

1.4. Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan upaya-
upaya pencegahan keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan balita khususnya di
wilayah kerja Puskesmas Pangkalan Susu.
b. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat
mengenai tahapan pertumbuhan dan perkembangan balita.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan
2.1.1. Definisi
Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’ dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang.3

2.1.1. Proses Pengetahuan


Suatu perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih baik dibandingkan dengan
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Adapun proses yang terjadi dalam
pengadopsian perilaku baru, yakni:3
a. Awareness, dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu
terhadap stimulus (objek).
b. Interest, dimana orang merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut.
c. Evaluation, proses terjadinya pertimbangan terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya.
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan stimulus.
e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran,
dan sikapnya terhadap stimulus.

2.1.2. Tingkat Pengetahuan


Enam tingkatan pengetahuan adalah sebagai berikut:3
a. Know
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu
yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh
sebab itu, ‘tahu’ merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Comprehension
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menhelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang
yang telah paham terhadap materi harus dapat menjelaskan, menyimpulkan, dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Application
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai penggunaan
40okum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain.
d. Analysis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan
masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Synthesis
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu
suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluation
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang


menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan
tingkat-tingkat tersebut.
2.2. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BALITA
2.2.1. Definisi Tumbuh Kembang Balita
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular
dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun. Menurut Sutomo B dan Anggraeni DY,
Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun).
Menurut Depkes RI, balita adalah seseorang yang berada direntang umur 0-5 tahun. Saat usia
batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting,
seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah
baik. Namun kemampuan lain masih terbatas. Masa balita merupakan periode penting dalam
proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi
penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa
tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah
terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan.1,2

Pertumbuhan atau growth berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah
ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa dilakukan dengan ukuran
berat gram, pound, kilogram, ukuran panjang (cm, meter), umur dan keseimbangan metabolik
(retensi, kalsium, dan nitrogen tubuh). Perkembangan atau development adalah bertambahnya
kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan misalnya diferensiasi dari fungsi organ,
perkembangan emosi intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya.4

Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler, berarti
bertambah arti sebagian atau keseluruhan. Sehingga dapat diukur dengan mempergunakan
satuan panjang atau satuan berat. Sedangkan perkembangan ialah bertambahnya kemampuan
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, jadi bersifat kualitatif yang pengukurannya
jauh lebih sulit dari pada pengukuran pertumbuhan. Tumbuh kembang yang optimal dapat
tercapai pada potensi biologis seseorang dan merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang
saling berkaitan, meliputi faktor genetik, lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial dan perilaku.
Proses yang baik dan hasil akhir yang berbeda-beda yang memberikan ciri tersendiri pada
setiap anak.5

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi pada setiap makhluk
hidup. Pada manusia, terutama anak-anak, proses tumbuh kembang ini terjadi dengan sangat
cepat terutama pada periode tertentu. Proses pertumbuhan dan perkembangan anak terjadi
sejak dalam masa kandungan. Setiap organ dan fungsinya mempunyai kecepatan tumbuh yang
berbeda-beda. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada
masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak
selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran
sosial, emosional, dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan berikutnya.1,2

2.2.2. Faktor Yang Memengaruhi Tumbuh Kembang Balita


Menurut Soetjiningsih, ada dua faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang yaitu;1,2,4
a. Faktor genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh
kembang anak. Dengan demikian, instruksi genetik dalam sel telur menentukan kualitas dan
kuantitas pertumbuhan.
b. Faktor lingkungan
Lingkungan sangat menentukan tercapainya atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan
bio-psiko-fisik-sosial mcmpengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir
hayatnya. Secara garis besar faktor lingkungan dibagi menjadi:
1) Faktor lingkungan prenatal
Faktor lingkungan prenatal yang mempengaruhi tumbuh kembang janin mulai dari
konsepsi sampai lahir antara lain: gizi ibu pada waktu hamil, mekanis, toksin atau zat
kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress, imunitas, anoksia embrio.
2) Faktor lingkungan post natal
Bayi baru lahir berhasil melalui transisi dari suatu sistem yang teratur menuju suatu
sistem yang tergantung pada kemampuan genetik dan mekanisme homeostatis bayi itu
sendiri. Lingkungan post natal yang memengaruhi tumbuh kembang anak secara umum
digolongkan menjadi:
2.1) Lingkungan biologis, antara lain adalah ras, jenis kelamin, umur, gizi,
perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, fungsi metabolisme, hormon
(sumatrotropin, tiroid, glukokortikoid, hormon seks, insulin like growth factor).
2.2) Faktor fisik, antara lain adalah cuaca, musim, keadaan geografis, sanitasi
keadaan rumah (struktur bangunan, ventilasi, cahaya dan kepadatan hunian) dan
radiasi.
2.3) Faktor psikososial, antara lain adalah stimulasi, motivasi belajar, ganjaran atau
hubungan yang wajar dengan kelompok sebaya, cinta dan kasih sayang serta kualitas
interaksi anak dan orang tua.
2.4) Faktor keluarga/ adat istiadat, antara lain adalah pekerjaan, pendapatan
keluarga, pendidikan, jumlah saudara, jenis kelamin, stabilitas rumah tangga,
kepribadian ayah/ ibu, adat istiadat / norma, agama, urbanisasi dan kehidupan politik
dan masyarakat.

2.2.3. Kebutuhan Tumbuh Kembang Balita


Dalam proses tumbuh kembang, anak memiliki kebutuhan yang harus terpenuhi, kebutuhan
tersebut yakni kebutuhan akan gizi (asuh), kebutuhan emosi dan kasih sayang (asih) dan
kebutuhan stimulasi dini (asah).4
a. Pemenuhan kebutuhan gizi (asuh)
Usia balita adalah periode penting dalam proses tubuh kembang anak yang merupakan
masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia ini, perkembangan kemampuan berbahasa,
berkreativitas, kesadaran sosial, emosional dan inteligensi anak berjalan sangat cepat.
Pemenuhan kebutuhan gizi dalam rangka menopang tumbuh kembang fisik dan biologis balita
perlu diberikan secara tepat dan berimbang. Tepat berarti makanan yang diberikan
mengandung zat-zat gizi yang sesuai kebutuhannya, berdasarkan tingkat usia. Berimbang
berarti komposisi zat-zat gizinya menunjang proses tumbuh kembang sesuai usianya.
Dengan terpenuhinya kebutuhan gizi secara baik, perkembangan otaknya akan berlangsung
optimal. Keterampilan fisiknya pun akan berkembang sebagai dampak perkembangan bagian
otak yang mengatur sistem sensorik dan motoriknya. Pemenuhan kebutuhan fisik atau biologis
yang baik, akan berdampak pada sistem imunitas tubuhnya sehingga daya tahan tubuhnya akan
terjaga dengan baik dan tidak mudah terserang penyakit.

b. Pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang (asih)


Kebutuhan ini meliputi upaya orang tua mengekspresikan perhatian dan kasih sayang, serta
perlindungan yang aman dan nyaman kepada si anak. Orang tua perlu menghargai segala
keunikan dan potensi yang ada pada anak. Pemenuhan yang tepat atas kebutuhan emosi atau
kasih sayang akan menjadikan anak tumbuh cerdas secara emosi, terutama dalam
kemampuannya membina hubungan yang hangat dengan orang lain. Orang tua harus
menempatkan diri sebagai teladan yang baik bagi anak-anaknya. Melalui keteladanan tersebut
anak lebih mudah meniru unsur-unsur positif, jauhi kebiasaan memberi hukuman pada anak
sepanjang hal tersebut dapat diarahkan melalui metode pendekatan berlandaskan kasih sayang.

c. Pemenuhan kebutuhan stimulasi dini (asah)


Stimulasi dini merupakan kegiatan orangtua memberikan rangsangan tertentu pada anak
sedini mungkin. Bahkan hal ini dianjurkan ketika anak masih dalam kandungan dengan tujuan
agar tumbuh kembang anak dapat berjalan dengan optimal. Stimulasi dini meliputi kegiatan
merangsang melalui sentuhan-sentuhan lembut secara bervariasi dan berkelanjutan, kegiatan
mengajari anak berkomunikasi, mengenal objek warna, mengenal huruf dan angka. Selain itu,
stimulasi dini dapat mendorong munculnya pikiran dan emosi positif, kemandirian, kreativitas
dan lain-lain.
Pemenuhan kebutuhan stimulasi dini secara baik dan benar dapat merangsang kecerdasan
majemuk anak. Kecerdasan majemuk ini meliputi, kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-
matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan musical, kecerdasan
intrapribadi (intrapersonal), kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan naturalis.

2.2.4. Pertumbuhan Balita


Secara harfiah balita atau anak bawah lima tahun adalah anak yang mempunyai usia kurang
dari lima tahun. Usia balita merupakan usia penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
fisik anak. Menurut Persagi, berdasarkan karakteristiknya anak usia balita dibedakan menjadi
usia batita (<1 - 3 tahun), dan usia prasekolah (>3 - 5 tahun). Anak usia 1-3 tahun merupakan
konsumen pasif dimana anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Saat itu
gigi-geligi anak sudah tumbuh dan gigi susunya akan lengkap pada usia 2-2,5 tahun. Dengan
kondisi demikian, sebaiknya anak pada usia tersebut diperkenalkan dengan berbagai makanan
yang teksturnya tidak terlalu keras karena walaupun giginya sudah tumbuh, kemampuan untuk
mengerat dan mengunyah masih belum terlalu kuat. Disamping itu, enzim dan cairan
pencernaan yang dikeluarkan oleh organ pencernaan juga belum optimal. Laju pertumbuhan
pada masa batita lebih besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan
yang relatif lebih besar. Namun, perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan
yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak yang usianya lebih
besar.1

Sedangkan pada usia prasekolah, anak adalah konsumen aktif yaitu mereka dapat memilih
makanan yang disukainya. Pada usia ini, anak mulai bergaul dengan lingkungannya atau
bersekolah seperti playgroup sehingga anak mengalami beberapa perubahan dalam perilaku.
Pada masa ini, anak mencapai fase gemar memprotes sehingga mereka akan mengatakan
”tidak” terhadap setiap ajakan. Perilaku ini disebut negativistic. Akibat pergaulan dengan
lingkungannya terutama dengan anak-anak yang lebih besar, anak mulai senang jajan. Jajanan
yang dipilih dapat mengurangi asupan zat gizi yang diperlukan bagi tubuhnya sehingga anak
kurang gizi. Sebaliknya, jika jajanan tersebut dimakan terus menerus dengan kandungan energi
berlebihan dapat menyebabkan anak overweight, bahkan obesitas.4

a. Status gizi
Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan ukuran tubuh, tetapi
lebih dari itu memberikan gambaran tentang keseimbangan antara asupan dan kebutuhan gizi
(status gizi). Oleh karena itu pertumbuhan merupakan indikator yang baik dari perkembangan
status gizi anak. Status gizi ini dapat membantu untuk mendeteksi lebih dini risiko terjadinya
masalah kesehatan. Pemantauan status gizi dapat digunakan sebagai bentuk antisipasi dalam
merencanakan perbaikan status kesehatan anak.2

Berdasarkan Soekirman dalam materi Aksi Pangan dan Gizi Nasional, penyebab kurang
gizi yaitu berdasarkan penyebab langsung, yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang
mungkin diderita anak. Penyebab gizi kurang tidak hanya disebabkan makanan yang kurang
tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang baik tetapi karena sering sakit
diare atau demam dapat menderita kurang gizi. Demikian pada anak yang makannya tidak
cukup baik maka daya tahan tubuh akan melemah dan mudah terserang penyakit dan penyebab
tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan
kesehatan dan kesehatan lingkungan.2

Faktor-faktor tersebut sangat terkait dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan


ketrampilan keluarga. Makin tinggi pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan terdapat
kemungkinan makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan
anak dan keluarga makin banyak memanfaatkan pelayanan yang ada. Ketahanan pangan
keluarga juga terkait dengan ketersediaan pangan, harga pangan, dan daya beli keluarga, serta
pengetahuan tentang gizi dan kesehatan.2

b. Kebutuhan zat gizi


Zat gizi dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu sumber tenaga atau energi, zat
pembangun dan zat pengatur.4
1) Gizi Balita Usia 1 – 3 Tahun
Pemberian zat gizi yang tepat pada usia ini akan membantu pertumbuhan fisik dan juga
mentalnya. Berikut zat – zat gizi penting yang harus diberikan pada usia 1 – 3 tahun:
1.1) Karbohidrat, merupakan zat yang digunakan untuk aktivitas dan energi bagi
tubuh. Sumber makanan yang mengandung karbohidrat diperlukan anak untuk
aktivitasnya mempertahankan panas tubuh dan pertumbuhannya. Kebutuhan energi
dari karbohidrat harus memenuhi sekitar 50 % dari jumlah total kalori yang dibutuhkan
sehari. Di atas usia 2 tahun, dianjurkan sekitar 40 % sumber karbohidrat dari makanan
pokok (nasi, roti, mi, tepung – tepungan, biskuit, sereal) dan gula dari susu yang
dikonsumsi, sedangkan 10 % dari gula sederhana (gula pasir, madu). Setelah usia 2
tahun, juga dianjurkan bahwa kebutuhan energi dipenuhi dari peningkatan konsumsi
makanan pokok yang merupakan sumber utama karbohidrat, dan batasi dari konsumsi
lemak yang terlalu banyak.

1.2) Protein, pada usia 1-3 tahun, protein sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
kekuatan tubuhnya, dalam jumlah sekitar 1,5/kg berat badan. Jumlah ini lebih sedikit
daripada kebutuhan protein pada masa bayi yaitu sekitar 2,0 – 2,5 g/kg BB. Protein
hewani (daging, ikan, telur, susu) dan nabati (kacang – kacangan, tempe, tahu)
merupakan sumber protein yang dapat diberikan kepada anak yang disajikan dalam
menu makanan keluarga.
Nilai gizi protein ditentukan oleh kadar asam aminonya, dimana pada umumnya
protein hewani mempunyai nilai gizi protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan
protein nabati. Pada anak usia 1 – 3 tahun ini, kebutuhan protein dapat dipenuhi dengan
paling tidak minum susu dua kali 150 ml dan dua porsi makanan yang mengandung
protein. Dalam pemilihan daging sebagai sumber protein sebaiknya diberikan daging
yang tidak banyak kandungan lemaknya.

1.3) Lemak dan asam lemak esensial, asupan lemak bagi anak sebaiknya sekitar 20
– 25 % dari total kalori yang dibutuhkan. Jangan membiasakan memberi makanan yang
berlemak tinggi kepada anak karena bisa menimbulkan rasa ketagihan untuk
mengkonsumsi terus- menerus. Akibatnya anak akan menjadi cepat gemuk dan hal ini
menjadi kebiasaan yang akan terbawa di masa dewasa sehingga menyebabkan risiko
berbagai penyakit di masa dewasa.
Sebaliknya, asam lemak esensial sangat penting untuk perkembangan otak dan
retina mata pada anak. Pertumbuhan sel-sel otak berlangsung sangat cepat pada usia 0
– 1 tahun, terutama 6 bulan pertama usia kehidupan dan berhenti pada usia anak 6
bulan. Pertumbuhan otak akan disempurnakan hingga usia 2 – 3 tahun, dimana pada
masa ini berat dan besar sel – sel otak yang akan bertambah. Oleh karena itu,
kekurangan gizi yang terjadi pada masa dini kehidupan akan mempengaruhi tumbuh
kembang otak yang selanjutnya dapat mengurangi kecerdasan anak di kemudian hari.

1.4) Vitamin, pada usia ini sistem pencernaan anak mulai berkembang sempurna
karena enzim – enzim pencernaan mulai berfungsi sempurna sehingga mampu
mengolah dan menyerap makanan berbentuk padat. Vitamin B kompleks sangat
penting untuk fungsi sistem pencernaan karena berperan dalam berbagai proses
metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Makanan yang bervariasi mencukupi
kebutuhan vitamin B kompleks, dimana sumbernya banyak terdapat pada jagung,
sayuran hijau, ayam, dan daging merah. Vitamin D sangat berperan dalam proses
pembentukan tulang. Vitamin ini turut menjaga proses mineralisasi dengan
meningkatkan penyerapan kalsium dan fosfat, dan membantu penyimpanan kalsium di
tulang dan gigi. Sumber vitamin D didapat dari susu, minyak hati ikan cod dan sebagian
besar dari sinar matahari. Vitamin C sangat dibutuhkan oleh anak usia ini karena
berperan untuk mempertahankan daya tahan tubuh, membantu penyerapan zat besi non
hem, dan sebagai antioksidan.

1.5) Mineral, mineral yang penting untuk anak usia 1 – 3 tahun adalah zat besi,
kalsium, dan seng. Kekurangan zat besi di usia ini banyak dijumpai karena berbagai
faktor antara lain kurangnya asupan makanan yang mengandung zat besi, adanya
penyakit infeksi atau penyakit bawaan sehubungan dengan metabolisme zat besi.
Kebutuhan zat besi di usia ini cukup tinggi untuk jaringan dan mencukupi cadangan zat
besi dan penyerapan zat besi dari berbagai makanan yang mengandung daging (hem
iron) terutama daging merah seperti daging sapi, kambing yaitu sekitar 15 %, dan
penyerapan akan lebih rendah pada makanan yang tidak mengandung daging tersebut.
Sumber zat besi lain (non-hem iron) yaitu sayur – sayuran hijau seperti daun singkong.
Kalsium berperan dalam proses pembentukan gigi dan tulang.
Pada usia ini pertumbuhan gigi susu membutuhkan asupan kalsium yang
adekuat, dan kebutuhan kalsium sangat meningkat pada masa pertumbuhan untuk
membangun sistem tulang yang kuat. Penyerapan kalsium dari makanan adalah sekitar
35 % dan sumber kalsium banyak dijumpai pada susu, keju, yoghurt, dan brokoli. Seng
merupakan mineral yang penting bagi pertumbuhan, sistem imun, dan
mempertahankan nafsu makan anak. Asupan seng perlu diperhatikan untuk anak – anak
terutama setelah 1 tahun ketika sudah makan berbagai ragam makanan. Sumber
makanan yang banyak mengandung seng antara lain ikan, tiram, daging merah, kacang
– kacangan, biji – bijian, dan gandum.

1.6) Serat, memasuki usia 1 tahun, anak harus mulai diberikan makanan yang
bertekstur karena anak sudah bisa mengkonsumsi makanan padat. Sumber makanan
berserat antara lain sayur – sayuran yang dipotong dengan ukuran yang mudah
dikunyah serta buah – buahan yang dipotong dan tidak dihaluskan lagi. Kebutuhan serat
bagi anak usia diatas 2 tahun dianjurkan dalam jumlah yang dapat dihitung dengan
formula: umur (dalam gram) + 5 g/hari. Kebutuhan serat ini dapat terpenuhi dengan
konsumsi makanan mengandung serat paling tidak pada 3 kali makan utama atau 2
porsi makan utama dan 1 selingan.
Konsumsi serat anak pada usia 1 – 2 tahun tidak boleh terlalu banyak karena
anak akan cepat merasa kenyang. Disamping itu konsumsi serat yang mengandung
asam fitat dapat mengganggu penyerapan zat – zat gizi yang lain seperti zat besi,
kalsium, dan seng.

2) Gizi Balita Usia 3 – 5 Tahun


Pada tahap usia ini anak mulai belajar berbagai keterampilan sosial. Aktivitas fisik dan
gerak tubuhnya pun beragam, seperti bersepeda, berlarian, berlompatan. Begitu juga
kemampuan berpikirnya seperti mengenal huruf, angka dan warna sudah mulai
dilakukan pada usia ini. Makanan sebagai sumber energi untuk pertumbuhannya
menjadi sangat penting untuk menunjang aktivitas anak. Untuk anak usia 3 – 5 tahun,
zat– zat gizi yang diperlukan akan digunakan tubuh untuk pertumbuhan dan
perkembangan serta memperkuat daya tahan tubuhnya. Berikut zat – zat gizi yang
diperlukan:
2.1) Protein, protein digunakan untuk pertumbuhan, memperbaiki sel – sel yang
rusak dan komponen penting untuk daya tahan tubuh. Protein dapat diperoleh dari
bahan hewani (daging, ayam, telur) dan nabati (tempe, tahu, kacang – kacangan). Pada
usia ini penularan penyakit karena virus atau bakteri bisa terjadi sehingga protein sangat
penting untuk menjaga daya tahan tubuh.

2.2) Vitamin, vitamin A, C, E sangat berguna sebagai pelindung alamiah tubuh.


Vitamin C merupakan zat gizi utama untuk meningkatkan sistem daya tahan tubuh.
Bekerja sama dengan vitamin A dan E, ketiga vitamin ini dapat melindungi tubuh dari
infeksi bakteri dan virus. Sumber makanan yang mengandung vitamin A, C, E harus
dikonsumsi setiap hari. Tubuh manusia tidak dapat menyimpan vitamin C, oleh karena
itu sangat penting untuk mengkonsumsi jeruk, pepaya, sayuran hijau, ubi. Vitamin A
terdapat dalam dua bentuk, yaitu yang berasal dari hewan disebut retinol dan dari
tumbuhan yang disebut beta-karoten. Keduanya sangat diperlukan oleh anak. Retinol
relatif lebih mudah diserap oleh tubuh, maka bagi anak yang kurang suka daging harus
digantikan dengan banyak makan sayuran yang mengandung beta22 karoten. Vitamin
E ditemukan di dalam asam lemak esensial, misalnya pada minyak ikan, kacang –
kacangan dan minyak yang terbuat dari kacang – kacangan.

2.3) Vitamin B kompleks dan asam lemak esensial, keduanya sangat diperlukan
untuk perkembangan otak karena pada usia ini anak mulai menggunakan kemampuan
berpikir untuk belajar. Zat gizi utama yang dibutuhkan untuk proses berpikir dan
konsentrasi adalah asam lemak esensial omega-3 yang terdapat pada minyak ikan,
kacang – kacangan, serta vitamin B kompleks.

2.4) Mineral (Seng, Selenium, Zat Besi), Seng yang banyak ditemukan pada tiram,
daging sapi, ayam, telur dan juga selenium yang terdapat pada karang dan makanan
laut merupakan dua mineral utama yang dibutuhkan oleh tubuh dalam meningkatkan
sistem daya tahan tubuh terhadap penyakit. Zat besi penting dalam pembentukan daya
tahan tubuh karena dibutuhkan dalam pembentukan sel darah merah yang membawa
oksigen dan zat – zat gizi dalam darah ke seluruh bagian tubuh. Kekurangan zat besi
dapat menyebabkan anemia. Zat besi terdapat pada daging merah, hati dan telur, juga
pada buah pisang, alpukat, sayuran brokoli, kentang, dan beras merah.

c. Penilaian status gizi


Penilaian status gizi adalah interpretasi dari data yang didapatkan dengan menggunakan
berbagai metode untuk mengidentifikasi populasi atau individu yang berisiko atau dengan
status gizi buruk. Menurut Supariasa, penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung
maupun tidak langsung.
a) Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat penilaian yaitu
antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.
b) Penilaian secara tidak langsung yaitu melalui survey konsumsi makanan, statistik vital,
dan faktor ekologi.
2.2.5. Perkembangan Balita
Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat kuantitatif,
melainkan kualitatif. Perkembangan tidak ditekankan pada segi material, melainkan pada segi
fungsional. Menurut Yusuf Syamsu, perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami
oleh individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya yang
berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik
(jasmaniah) maupun psikis (rohaniah). Perkembangan bayi dan balita merupakan gejala
kualitatif. Artinya, pada diri bayi dan balita berlangsung proses peningkatan dan pematangan
”kemampuan personal” dan “kemampuan sosial”. Kemampuan personal ditandai
pendayagunaan segenap fungsi alat-alat pengindraan dan sistem organ tubuh lain yang
dimilikinya.6

Perkembangan motorik adalah perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian


gerak tubuh, perkembangan ini erat kaitannya dengan perkembangan pusat motorik diotak.
Perkembangan motorik memungkinkan anak dapat melakukan segala sesuatu yang terkandung
dalam jiwanya dengan sewajarnya. Perkembangan motorik anak yang baik akan makin
memperkaya tingkah laku sehingga memungkinkan anak memperkaya perbendaharaan
mainannya bahkan memungkinkan anak memindahkan aktivitas bermainnya, kreativitas
belajar dan bekerja memungkinkan anak dapat melakukan perintah, memungkinkan anak
melakukan kewajiban, tugas tugas bahkan keinginan-keinginannya sendiri. Motorik kasar
merupakan keterampilan menggerakkan bagian tubuh secara harmonis dan sangat berperan
untuk mencapai keseimbangan yang menunjang motorik halus. Motorik halus merupakan
gerak yang hanya melibatkan bagian tubuh tertentu, otot-otot kecil dan tidak membutuhkan
tenaga yang terlalu besar, namun membutuhkan koordinasi yang cermat antara panca indra
dengan anggota tubuh yang terlibat.5,6
a. Aspek perkembangan anak usia 0-1 tahun
1) Perkembangan motorik kasar
1.1) Usia 1 sampai 4 bulan
a) Mengangkat kepala saat tengkurap
b) Dapat duduk sebentar dengan ditopang
c) Dapat duduk dengan kepala tegak
d) Jatuh terduduk dipangkuan ketika disokong pada posisi berdiri
e) Kontrol kepala sempurna
f) Mengangkat kepala sambil berbaring telentang
g) Berguling dari telentang ke miring
h) Posisi lengan dan tungkai kurang fleksi
i) Berusaha untuk merangkak

1.2) Usia 4 sampai 8 bulan


a) Menahan kepala tegak terus menerus
b) Berayun kedepan dan belakang
c) Berguling dari telantang ke tengkurap
d) Dapat duduk dengan bantuan selama interval singkat

1.3) Usia 8 sampai 12 bulan


a) Duduk dari posisi tegak tanpa bantuan
b) Dapat berdiri tegak dengan bantuan
c) Menjelajah
d) Berdiri tegak tanpa bantuan walaupun hanya sebentar
e) Membuat posisi merangkak
f) Merangkak
g) Berjalan dengan bantuan

2) Perkembangan motorik halus


2.1) Usia 1 sampai 4 bulan
a) Melakukan usaha yang bertujuan untuk memegang suatu objek
b) Mengikuti objek dari sisi ke sisi
c) Mencoba memegang benda tap terlepas
d) Memasukkan benda kedalam mulut
e) Memperhatikan tangan dan kaki
f) Memegang benda dengan kedua tangan
g) Menahan benda ditangan walaupun hanya sebentar
h) Menirukan tindakan sederhana
i) Menunjukan permulaan objek permanen
j) Antisipasi kejadian-kejadian dimasa yang akan datang
k) Menunjukkan kesadaran bahwa diri endiri terpisah dari orang lain

2.2) Usia 8 sampai 12 bulan


a) Mengantisipasi kejadian sebagai sesuatu yang menyenangkan dan tidak
menyenangkan
b) Menunjukkan tingkat kegawatan pada kesengajaan perilaku
c) Menunjukkan perilaku yang mengarah pada tujuan
d) Membuktikan kepermanenant objek
e) Mencari objek-objek yang hilang
f) Dapat mengikuti sejumlah besar tindakan
g) Memahami arti dari kata-kata dan perintah sederhana
h) Menghubungkan sikap dan perilaku dengan symbol
i) Menjadi lebih mandiri dari figur keibuan

3) Perkembangan bahasa
3.1) Usia 1 bulan
a) Mendekut
b) Membuat suara seperti huruf hidup
c) Bersuara
d) Berceloteh

3.2) Usia 2 sampai 6 bulan


a) Menggunakan vokalisasi yang semakin banyak
b) Menggunakan kata-kata yang terdiri dari dua suku kata (“buu”-buu”)
c) Dapat membuat dua bunyi vokal bersamaan ( “baa”)

3.3) Usia 8 sampai 12 bulan


a) Mengucapkan kata-kata pertama
b) Menggunakan bunyi untuk mengidentifikasi objek, orang, dan aktivitas
c) Menirukan berbagai bunyi kata
d) Dapat mengucapkan serangkaian suku kata
e) Memahami arti larangan seperti “jangan”
f) Berespon terhadap panggilan dan orang-orang yang merupakan anggota
keluarga dekat
g) Menunjukkan inflesi kata-kata yang nyata
h) Menggunakan tiga kosa kata
i) Menggunakan kalimat satu kata
4) Perilaku sosialisasi
4.1) Usia 0 sampai 1 bulan
a) Bayi tersenyum tanpa membeda-bedakan

4.2) Usia 1 sampai 4 bulan


a) Tersenyum pada wajah manusia
b) Waktu tidur dalam sehari lebih sedikit dari pada waktu terjaga
c) Membentuk siklus tidur bangun
d) Menangis menjadi sesuatu yang berbeda
e) Membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak dikenal
f) Senang menatap wajah-wajah yang dikenalnya
g) Diam saja jika ada orang asing

4.3) Usia 4 sampai 8 bulan


a) Merasa terpaksa jika ada orang asing
b) Mulai bermain dengan mainan
c) Takut akan kehadiran orang asing
d) Mudah frustasi
e) Memukul-mukulkan lengan dan kaki jika sedang kesal

4.4) Usia 8 sampai 12 bulan


a) Bermain permainan yang sederhana (cilukba)
b) Menangis jika dimarahi
c) Membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh
d) Menunjukkan peningkatan ansietas terhadap perpisahan
e) Lebih menyukai figur pemberi asuhan dari pada orang dewasa lainnya
f) Mengenali anggota keluarga

b. Aspek perkembangan anak usia 1-3 tahun


1) Perkembangan motorik kasar
1.1) Usia 15 bulan
a) Berjalan sendiri dengan jarak kedua kaki lebar
b) Merayapi tangga
c) Dapat melempar objek

1.2) Usia 18 bulan


a) Mulai bisa berlari ; jarang jatuh
b) Menaiki dan menuruni tangga
c) Menaiki perabot
d) Bermain dengan mainan-mainan yang dapat ditarik
e) Dapat mendorong perabot yang ringan ke sekeliling ruangan
f) Duduk sendiri diatas bangku

1.3) Usia 24 bulan


a) Berjalan dengan gaya berjalan yang stabil
b) Berlari dengan sikap yang lebih terkontrol
c) Berjalan naik dan turun tangga dengan menggunakan dua kaki pada setiap
langkah
d) Melompat dengan kasar
e) Membantu membuka baju sendiri
f) Menendang bola tanpa kehilangan keseimbangan

1.4) Usia 30 bulan


a) Dapat menyeimbangkan diri sendiri sementara dengan satu kaki
b) Menggunakan kedua kaki untuk melompat
c) Melompat kebawah dari atas perabot
d) Mengendarai sepeda roda tiga

2) Perkembangan motorik halus


2.1) Usia 15 bulan
a) Membangun menara yang terdiri dari dua balok
b) Membuka kotak
c) Memasukkan jari ke lubang
d) Menggunakan sendok tetapi menumpahkan isinya
e) Membalik halaman buku

2.2) Usia 18 bulan


a) Membangun menara yang terdiri dari tiga balok
b) Mencoret-coret sembarangan
c) Minum dari cangkir
2.3) Usia 24 bulan
a) Minum dari cangkir yang dipegang dengan satu tangan
b) Menggunakan sendok tanpa menumpahkkan isinya
c) Membangun menara yang terdiri dari empat balok
d) Mengosongkan isi botol
e) Menggambar garis vertikal dan bentuk lingkaran

2.4) Usia 30 bulan


a) Memegang krayon dengan jari
b) Menggambar dengan asal
c) Mampu membangun menara yang terdiri dari tiga balok

3) Perkembangan Bahasa
3.1) Usia 15 bulan
a) Mulai mengkombinasikan kata-kata (mobil papa, mama berdiri)

3.2) Usia 16 bulan


a) Menyebutkan nama sendiri

3.3) Usia 18 - 24 bulan


a) Memahami kalimat sederhana
b) Mengucapkan kalimat yang terdiri dari 2 kata / lebih

4) Perkembangan personal-sosial
4.1) Usia 12 – 18 bulan
a) Menunjukkan apa yang diinginkan dengan menunjuk tanpa menangis . merengek,
anak bisa mengeluarkan atau menarik tangan ibu
b) Memeluk orang tua
c) Memperlihatkan rasa cemburu

4.2) Usia 18 – 24 bulan


a) Minum dari cangkir dari kedua tangan
b) Belajar makan sendiri
c) Meniru aktivitas dirumah
d) Mampu mengontrol buang air besar
e) Mencium orang tua
f) Mulai berbagi mainan dan bekerja bersama-sama dengan anak-anak lain
g) Mencari pertolongan bila ada kesukaran

c. Aspek perkembangan anak usia 3-5 tahun


1) Perkembangan motorik kasar
1.1) Usia 36 bulan
a) Pakai dan ganti baju sendiri
b) Berjalan mundur
c) Naik turun tangga, berganti-ganti kaki
d) Berdiri sesaat diatas satu kaki

1.2) Usia 4 tahun


a) Melompat dengan satu kaki
b) Memanjat dan melompat
c) Melempar bola cukup baik

1.3) Usia 5 tahun


a) Melompat melewati tali
b) Berlari tanpa kesulitan
c) Bermain lompat tali dengan cukup baik
d) Main tangka

2) Perkembangan motorik halus


2.1) Usia 3 tahun
a) Memasang manik-manik besar
b) Melukis tanda silang dan bulatan
c) Membuka kancing depan dan samping
d) Menyusun 10 balok tanpa jatuh

2.2) Usia 4 tahun


a) Menggunakan gunting
b) Menggunting gambar sederhana
c) Menggambar bujur sangkar

2.3) Usia 5 tahun


a) Memukul kepala paku dengan palu
b) Mengikat tali sepatu
c) Dapat menulis beberapa huruf alfabet
d) Dapat menulis nama

3) Perkembangan sensoris
3.1) Usia 4 tahun
a) Persepsi ruang sangat terbatas
b) Dapat mengidentifikasi satu dua warna

3.2) Usia 5 tahun


a) Sedikitnya dapat mengenali 4 warna
b) Dapat membedakan objek berdasarkan beratnya
c) Memerankan orang tua dan orang dewasa lainya

4) Perkembangan Bahasa
4.1) Usia 3 tahun
a) Banyak bertanya
b) Berbicara saat ada maupun tidak ada orang
c) Menggunakan pembicaraan telegrafis (tanpa kata preposisi, kata sifat, kata
keterangan, dll)
d) Mengucapkan konsonan berikut; d , b , t , k , dan y
e) Menghilangkan w dari pembicaraannya
f) Mempunyai peebendaharaan kata sebanyak 900 kata
g) Memakai kalimat tiga kata (subyek-kata kerja-objek)
h) Menyatakan namanya sendiri
i) Membuat kesalahan suara spesifik (s , sh , ch , z , th , r , dan l )
j) Menjamakkan kata-kata
k) Mengulangi ungkapan dan kata-kata dengan tanpa tujuan

4.2) Usia 4 tahun


a) Perbendaharaan katanya berjumlah 1500 kata
b) Menghitung sampai tiga
c) Menceritakan cerita Panjang
d) Mengerti pertanyaan sederhana
e) Mengerti dasar hubungan sebab-akibat dari perasaan
f) Pembicaraannya egosentris
g) Membuat kesalahan suara spesifik (s , sh , ch , z , th , r , dan l)
h) Memakai kalimat empat kata

4.3) Usia 5 tahun


a) Perbendaharaan katanya sebanyak 2100 kata
b) Memakai kalimat lima kata
c) Mamakai kata depan dan kata penghubung
d) Memakai kalimat lengkap
e) Mengerti pertanyaan yang berkaitan dengan waktu dan jumlah (berapa banyak
dan kapan)
f) Tetap membuat kesalahan suara
g) Belajar untuk berpartisipasi dalam percakapan social
h) Dapat menyebut hari-hari dalam seminggu

5) Perkembangan sosialisasi
5.1) Usia 2 sampai 4 tahun
a) Sikat gigi dengan bantuan
b) Mencuci dan mengeringkan tangan
c) Mulai membentuk hubungan sosial dan bermain bersama-sama dengan anak lain
d) Menggunakan bahasa untuk komunikasi dengan ditambah penggunaan gerakan
isyarat
e) Menyebut nama teman
f) Memakai t-shirt

5.2) Usia 5 tahun


a) Berpakaian tanpa dibantu
b) Bermain permainan kartu
c) Sikat gigi tanpa bantuan
d) Menyiapkan makanan sendiri
e) Mengembangkan suatu rasa humor
f) Ingin mandiri
g) Bermain dengan beberapa anak dengan memulai nteraksi sosial dan memainkan
peran
h) Bereaksi tenang dan tidak rewel bila ditinggal ibu
BAB 3
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konseptual

Pengetahuan ibu
Tingkat
Intervensi
Pendidikan mengenai
Penyuluhan
Ibu Tumbang balita

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional


Tabel 3.1 Definisi Operasional Intervensi Penyuluhan
Tingkat Pengetahuan Ibu
Definisi Suatu kondisi jenjang pendidikan yang dimiliki oleh ibu
Operasional melalui pendidikan formal yang dipakai oleh pemerintah
serta disahkan oleh departemen pendidikan.
Alat Ukur Kuesioner
Cara Ukur Wawancara
Hasil Ukur Sesudah penyuluhan
Skala Ukur Nominal

Tabel 3.2 Definisi Operasional Tumbuh Kembang Anak Balita


Pengetahuan Tumbuh Kembang Anak Balita
Definisi Operasional Tahu atau tidaknya responden mengenai tahapan
pertumbuhan dan perkembangan anak balita yang dinilai
berdasarkan kemampuan menjawab dengan benar
pertanyaan pada kuesioner
Alat Ukur Kuesioner
Cara Ukur Wawancara
Hasil Ukur Tingkat pengetahuan dibagi menjadi 2 tingkatan yaitu;
a. Baik, jika pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai
usia
b. Kurang, jika pertumbuhan dan perkembangan anak
tidak sesuai usia
Skala Ukur

3.3. Hipotesis
H0 : Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap tumbuh kembang anak
balita di Desa Sei Meran Kec. Pangkalan Susu Kab. Langkat tahun 2018
Ha : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap tumbuh kembang anak balita
di Desa Sei Meran Kec. Pangkalan Susu Kab. LAngkat tahub 2018
BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1. Ruang Lingkup Penelitian


4.1.1. Lingkup Materi
Materi yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah pengetahuan mengenai
pertumbuhan dan perkembangan anak balita di Desa Sei Meran Kec. Pangkalan Susu.

4.1.2. Lingkup Tempat


Penelitian dilakukan di Kantor Kepala Desa Sei Meran Kec. Pangkalan Susu, Kab.
Langkat, Sumatera Utara.

4.1.3. Lingkup Waktu


Waktu pengambilan data dengan kuesioner dan penyuluhan dilakukan pada tanggal 22
Januari 2018. Pengolahan, analisis, dan pelaporan data dilakukan selama bulan Februari 2018.

4.2. Jenis Penelitian


Penelitian ini berupa pre-experimental: one shoot case study. Jenis desain penelitian
ini terdapat suatu kelompok diberi perlakuan yaitu berupa penyuluhan serta pengisian kuisioner
dan selanjutnya diobservasi hasilnya.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian


4.3.1. Populasi Penelitian
Seluruh ibu balita yang hadir dalam penyuluhan tumbuh kembang anak balita di Kantor
Kepala Desa Desa Sei Meran
4.3.2. Sampel
Pengambilan sampel penelitian secara accidental sampling, yaitu seluruh ibu dengan
anak usia balita sebanyak 10 orang yang berada di Kantor Kepala Desa Sei Meran.
Sampel dengan jumlah 10 orang tersebut harus memenuhi kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
● Ibu dengan balita yang hadir dalam kegiatan penyuluhan mengenai tahapan
pertumbuhan dan perkembangan anak balita di Kantor Kepala Desa Sei Meran.
● Ibu dengan balita yang bersedia untuk mengukur berat badan dan panjang badan
balita di Kantor Kepala Desa Sei Meran.
● Ibu dengan balita yang bersedia untuk mengisi kuisioner mengenai tahapan
pertumbuhan dan perkembangan anak balita di Kantor Kepala Desa Sei Meran.
b. Kriteria Eksklusi
● Ibu dengan balita yang tidak hadir dalam kegiatan penyuluhan mengenai tahapan
pertumbuhan dan perkembangan anak balita di Kantor Kepala Desa Sei Meran.
● Ibu dengan balita yang tidak bersedia untuk mengukur berat badan dan Panjang
badan balita di Kantor Kepala Desa Sei Meran.
● Ibu dengan balita yang tidak bersedia untuk mengisi kuisioner mengenai tahapan
pertumbuhan dan perkembangan anak balita di Kantor Kepala Desa Sei Meran.

4.4. Instrumen Penelitian


Instrumen berupa lembar kuisioner, timbangan badan dan alat ukur panjang/ tinggi
badan.

4.5. Prosedur Penelitian


a. Kuesioner sebagai instrumen penelitian dalam menilai indikator keberhasilan pengetahuan
responden penelitian.
b. Pemberian penyuluhan satu kali pada tanggal 22 januari 2018 dengan brosur tahapan
pertumbuhan dan perkembangan anak balita yang diberikan langsung oleh peneliti.
c. Pengisian lembar kuesioner langsung setelah penyuluhan.
d. Penyusunan laporan selama bulan Januari-Februari 2018.

4.6. Pengolahan dan Analisis Data


Metode pengumpulan data terhadap primer dan sekunder dilakukan dengan observasi,
wawancara dan pencatatan. Seluruh data akan diolah dengan menggunakan Statistical Product
and Service Solutions (SPSS) versi 17 mulai dari
editing, entry, coding dan cleaning data. Seluruh uji pengolahan data pada SPSS
menggunakan nilai signifikansi 0.05 atau 5%. Pada penelitian ini juga digunakan analisis
univariat, yaitu analisis yang dilakukan pada setiap variabel sehingga menghasilkan distribusi
dan frekuensi dari variabel yang diteliti.
BAB 5
HASIL PENELITIAN

5.1. Hasil
5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Wilayah kerja Puskesmas Pangkalan Susu terletak di Kecamatan Pangkalan Susu
terletak di antara 04°16’06” - 04°03’11” Lintang Utara serta 98°17’06” dan 98°03’10” Bujur
Timur dengan luas wilayah sebesar 112,38 Km2 dengan batas wilayah sebagai berikut:
● Sebelah Utara: Selat Malaka
● Sebelah Timur: Desa Sei Siur
● Sebelah Selatan: Desa Paya Tampak
● Sebelah Barat: Kecamatan Pematang Jaya

Secara administratif, wilayah kerja Puskesmas Pangkalan Susu terdiri dari 1 Kelurahan
dan 5 Desa dan 41 Dusun/Lingkungan dengan jumlah penduduk sebesar 21.705 jiwa dengan
komposisi menurut umur sebagai berikut:
● Umur 0-14 tahun : 6734 jiwa
● Umur 15-64 tahun : 14.069 jiwa
● Umur 65 tahun ke atas : 901 jiwa

Berdasarkan topografi wilayah kerja Puskesmas Pangkalan Susu dibagi menjadi 2


bagian:
● Daratan, meliputi 4 kelurahan/desa (Bukit Jengkol, Alur Cempedak, Sei Meran,
Pangkalan Siata), dengan luas 54,31 Km2
● Pulau, meliputi 2 kelurahan/desa (Pulau Sembilan, Pulau Kampai), dengan luas
32,77 Km2
5.2. Hasil Penelitian
5.2.1. Karakteristik Sampel Penelitian
Sampel penelitian berasal dari ibu balita yang berada di Kntor Kepala Desa Sei Meran.
Karakteristik sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 5.1

Tabel 5.1 Karakteristik Sampel Penelitian


Tingkat Jumlah %
Pendidikan Ibu
Tidak sekolah 1 10
SD 0 0
SMP 2 20
SMA 7 70
Sarjana 0 0

Tabel di atas menunjukkan bahwa pendidikan terakhir ibu terbanyak yaitu


Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 7 orang (70%), diikuti dengan Sekolah
Menengah Pertama (SMP) sebanyak 2 orang (20%) dan Tidak Sekolah sebanyak 1
orang (10%).

5.2.2. Pengetahuan
Pada penelitian ini, pengetahuan dikategorikan secara kualitatif sehingga dapat
memberikan analisis deskriptif terhadap tingkatan pengetahuan pada hasil pre dan post test
HIV/AIDS. Interpretasi untuk tingkat pengetahuan dibagi menjadi 3 tingakatn berdasarkan
hasil penilaian persentasenya:
a. Pengetahuan baik : 76 - 100%
b. Pengetahuan cukup : 56 - 75%
c. Pengetahuan kurang : ≤ 56%
5.2.3. Pengetahuan HIV/AIDS
Untuk menentukan apakah perbedaan haasil pre test dan post test HIV/AIDS bermakna
secara statistik, maka pertama kali dilakukan uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov
dengan nilai signifikansi α = 5%. Hasil uji didapatkan nilai p = 0.012 < 0.05 pada pretest dan
nilai p = 0.000 < 0.05 pada post-test yang menyatakan data tidak berdistribusi normal (Tabel
5.2).

Tabel 5.2 Normalitas Distribusi Data Pre Test dan Post Test HIV/AIDS
Kolmogorov- Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pre-test .199 25 .012 .897 25 .016
Post-test .437 25 .000 .598 25 .000
a. Lilliefors Significance Correction

Rerata nilai pre test HIV/AIDS sebesar 27.60% ≤ 56% (rentang nilai 10-40) sehingga
pengetahuan HIV/AIDS kurang sebelum diberikan penyuluhan. Rerata nilai post test
HIV/AIDS sebesar 95.60% > 75% (rentang nilai 80-100) sehingga pengetahuan HIV/AIDS
sudah baik setelah diberikan intervensi berupa penyuluhan (Tabel 5.3).
Tabel 5.3 Rerata Nilai Pre dan Post Test HIV/AIDS
Pre Test Post Test
Valid 25 25
N
Missing 0 0
Mean 27.60 95.60
Range 30 20
Minimum 10 80
Maximum 40 100

Secara keseluruhan, 100% responden memperoleh nilai post test lebih besar dari pre
test (Tabel 5.4). Penilaian apakah perbedaan hasil pre test dan post test HIV/AIDS bermakna
secara statistik digunakan uji Wilcoxon karena data tidak berdistribusi normal. Hasil statistik
menyatakan nilai p = 0.000 < 0.05 sehingga H0 ditolak atau Ha diterima yaitu terdapat
perbedaan bermakna pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan HIV/AIDS (Tabel 5.5).
Tabel 5.4 Distribusi Nilai Pre Test dan Post Test HIV/AIDS
N Mean Rank Sum of Ranks
Post Test - Pre Negative Ranks 0a .00 .00
Test Positive Ranks 25b 13.00 325.00
Ties 0c
Total 25
a. Post Test < Pre Test
b. Post Test > Pre Test
c. Post Test = Pre Test

Tabel 5.5 Uji Kemaknaan Post Test HIV/AIDS


Post Test - Pre Test
Z - 4.391a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on negative ranks
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Penilaian pengetahuan HIV/AIDS berupa pengetahuan dalam pengertian, penyebab,


penularan, gejala, dan pencegahan HIV/AIDS (Tabel 5.6).
Tabel 5.6 Persentase Pengetahuan HIV/AIDS
Pre Test Post Test
Definisi Benar 26% 96%
Salah 74% 4%
Penyebab Benar 28% 84%
Salah 72% 16%
Penularan Benar 36% 92%
Salah 64% 8%
Gejala Benar 20% 96%
Salah 80% 4%
Pencegahan Benar 44% 100%
Salah 56% 0%

Dari tabel di atas, diketahui bahwa persentase pengetahuan siswa/i terhadap definisi
HIV/AIDS saat pre test adalah kurang (26%<56%) dan pada saat post test adalah baik (96% >
75%). Untuk persentase penyebab adalah kurang sebelum pre test (28%<56%) dan baik pada
saat post test (84%). Begitu pula dengan persentase pengetahuan pada penularan, yaitu kurang
pada saat pre test (36% < 56%) dan baik setelah diberikan intervensi penyuluhan dengan
persentase post test (92% > 75%). Hal yang sama juga terlihat dari persentase gejala dimana
sebelum diberikan intervensi penyuluhan, persentasenya adalah kurang (20% < 56%) dan baik
pada saat post test (96% > 75%). Hasil perhitungan persentase untuk pencegahan juga
mendapatkan hasil yang sama, yakni kurang pada saat pre test (44% < 56%) dan baik pada saat
post test (100% > 75%).
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Ha diterima
yaitu ada perbedaan pengetahuan tenatang HIV/AIDS sebelum dan sesudah intervensi
penyuluhan pada siswa/i SMP Yayasan Pendidikan Pangkalan Susu tahun 2017.
Tingkat pengetahuan siswa - siswi sebelum diberikan intervensi penyuluhan (pre test)
adalah kurang dan setelah intervensi (post test) adalah baik.

7.1. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, saran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut:
1. Agar pihak sekolah dapat melakukan sosialisasi terhadap siswa/i-nya mengenai bahaya
dari penggunaan narkoba ataupun seks bebas yang kemudian berkaitan dengan kejadian
HIV/AIDS.
2. Agar Pemerintah terutama Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat dapat lebih meningkatkan
program-program edukasi kepada masyarakat tentang HIV/AIDS.
DAFTAR PUSTAKA

1. Narendra M., Titi S., & Soetjiningsih., 2008. Buku Ajar I Tumbuh Kembang Anak dan
Remaja. Jakarta: CV Sagung Seto pp. 1-60.
2. Kusuma R. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Tumbuh Kembang Anak
dan Perkembangan Motorik Halus Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Penumping
Surakarta, Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Naskah Publikasi. Available
(http://eprints.ums.ac.id/18580/19/Naskah_publikasi.pdf, diakses 20 Januari 2018), 2012.
3. Melva VD. Studi Literatur Pemantuan Perkembangan Anak. Available
(http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/79/85, diakses 20 Januari
2018), 2010.
4. Khairayeni K. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Perkembangan Anak usia
Balita di Puskesmas Pangambiran Kota Padang tahun 2015, Padang: Politeknik
Kesehatan Kemenkes Padang. Karya Tulis Ilmiah. Available (http://pustaka.poltekkes-
pdg.ac.id/repository/KTI.KuntumKhairayeni.pdf, diakses 20 Januari 2018), 2015.
5. Gunarsa S & Yulia S., 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT BPK
Gunung Mulia pp. 4-13.
6. Muchsin. Evaluasi Status Gizi Berdasarkan Antropometri. Available
(http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-muksing2a2-5767-2-babii.pdf,
diakses 20 Januari 2018), 2015.
LAMPIRAN 1
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP TUMBUH KEMBANG ANAK
BALITA DI DUSUN 2 SEI MERAN KEC. PANGKALAN SUSU KAB. LANGKAT
SUMATERA UTARA 2018

No Responden :
Nama :
Usia :
Pekerjaan :
Pendidikan terakhir :
Anak ke …. dari …. Saudara

PERTANYAAN
BB anak :
PB/TB anak :
1. Pada usia berapa anak ibu dapat mulai mengangkat kepala dengan tegak?
Jawab :
2. Pada usia berapa anak ibu dapat telungkup?
Jawab :
3. Pada usia berapa anak ibu dapat duduk?
Jawab :
4. Pada usia berapa anak ibu mulai belajar berjalan?
Jawab :
5. Pada usia berapa anak ibu mampu memegang benda?
Jawab :
6. Pada usia berapa anak ibu dapat memanggil “maa-maa”?
Jawab :
7. Pada usia berapa anak ibu mulai belajar mencoret-coret?
Jawab :
8. Pada usia berapa anak ibu mampu untuk berteriak dan tertawa?
Jawab :
9. Pada usia berapa anak ibu mampu untuk bertepuk tangan ketika diperintah?
Jawab :
10. Pada usia berapa anak ibu sudah bisa menendang bola?
Jawab :
11. Pada usia berapa anak ibu mampu mengucapkan “mama papa” dengan jelas?
Jawab :
LAMPIRAN 6
DOKUMENTASI

You might also like