You are on page 1of 10

2.

1 Anatomi Jantung dan Paru


2.1.1 Anatomi Jantung
Jantung terletak di rongga toraks di antara paru – paru. Lokasi ini dinamakan
mediastinum. Jantung memiliki panjang kira-kira 12 cm (5 in.), lebar 9 cm (3,5 in.), dan tebal
6 cm (2,5 in.), dengan massa rata – rata 250 g pada wanita dewasa dan 300 g pada pria
dewasa. Dua pertiga massa jantung berada di sebelah kiri dari garis tengah tubuh. Pangkal
jantung berada di bagian paling atas, di belakang sternum, dan semua pembuluh darah besar
masuk dan keluar dari daerah ini. Apeks jantung yang dibentuk oleh ujung ventrikel kiri
menunjuk ke arah anterior, inferior, dan kiri, serta berada di atas diafragma.
Membran yang membungkus dan melindungi jantung disebut perikardium.
Perikardium menahan posisi jantung agar tetap berada di dalam mediastinum, namum tetap
memberikan cukup kebebasan untuk kontraksi jantung yang cepat dan kuat. Perikardium
terdiri dari dua bagian, yaitu perikardium fibrosa dan perikardium serosa. Perikardium fibrosa
terdiri dari jaringan ikat yang kuat, padat, dan tidak elastis. Sedangkan perikardium serosa
lebih tipis dan lebih lembut dan membentuk dua lapisan mengelilingi jantung. Lapisan
parietal dari perikardium serosa bergabung dengan perikardium fibrosa. Lapisan viseral dari
perikardium serosa, disebut juga epikardium, melekat kuat pada permukaan jantung. Di
antara perikardium parietal dan viseral terdapat cairan serosa yang diproduksi oleh sel
perikardial. Cairan perikardial ini berfungsi untuk mengurangi gesekan antara lapisan –
lapisan perikardium serosa saar jantung berdenyut. Rongga yang berisi cairan perikardial
disebut sebagai kavitas perikardial.
Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan, yaitu epikardium (lapisan paling luar),
miokardium (lapisan bagian tengah), dan endokardium (lapisan paling dalam). Seperti yang
telah disebutkan di atas, lapisan epikardium merupakan lapisan viseral perikardium serosa
yang disusun oleh mesotelium dan jaringan ikat lunak, sehingga tekstur permukaan luar
jantung terlihat lunak dan licin. Miokardium merupakan jaringan otot jantung yang menyusun
hampir 95% dinding jantung. Miokardium bertanggung jawab untuk pemompaan jantung.
Meskipun menyerupai otot rangka, otot jantung ini bekerja involunter seperti otot polos dan
seratnya tersusun melingkari jantung. Lapisan terdalam dinding jantung, endokardium,
merupakan lapisan tipis endotelium yang menutupi lapisan tipis jaringan ikat dan
membungkus katup jantung.
Jantung mempunyai empat ruangan. Dua ruangan penerima di bagian superior adalah
atrium, sedangkan dua ruangan pemompa di bagian inferior adalah ventrikel. Atrium kanan
membentuk batas kanan dari jantung dan menerima darah dari vena kava superior di bagian
posterior atas, vena kava inferior, dan sinus koroner di bagian lebih bawah. Atrium kanan ini
memiliki ketebalan sekitar 2 – 3 mm (0,08 – 0,12 in.). Dinding posterior dan anteriornya
sangat berbeda, dinding posteriornya halus, sedangkan dinding anteriornya kasar karena
adanya bubungan otot yang disebut pectinate muscles. Antara atrium kanan dan kiri ada sekat
tipis yang dinamakan septum interatrial. Darah mengalir dari atrium kanan ke ventrikel kanan
melewati suatu katup yang dinamakan katup trikuspid atau katup atrioventrikular (AV)
kanan.
Ventrikel kanan membentuk pemukaan anterior jantung dengan ketebalan sekitar 4 – 5
mm (0,16 – 0,2 in.) dan bagian dalamnya dijumpai bubungan - bubungan yang dibentuk oleh
peninggian serat otot jantung yang disebut trabeculae carneae. Ventrikel kanan dan ventrikel
kiri dipisahkan oleh septum interventrikular. Darah mengalir dari ventrikel kanan melewati
katup pulmonal ke arteri besar yang dinamakan trunkus pulmonal. Darah dari trunkus
pulmonal kemudian dibawa ke paru – paru. Atrium kiri memiliki ketebalan yang hampir
sama dengan atrium kanan dan membentuk hampir keseluruhan pangkal dari jantung. Darah
dari atrium kiri mengalir ke ventrikel kiri melewati katup bikuspid (mitral) atau katup AV
kiri. Ventrikel kiri merupakan bagian tertebal dari jantung, ketebalan sekitar 10 – 15 mm (0,4
– 0,6 in.) dan membentuk apeks dari jantung. Sama dengan ventrikel kanan, ventrikel kiri
mempunyai trabeculae carneae dan chordae tendineae yang menempel pada muskulus
papilaris. Darah dari ventrikel kiri ini akan melewati katup aorta ke ascending aorta.
Sebagian darah akan mengalir ke arteri koroner dan membawa darah ke dinding jantung.
2.1.2 Anatomi Paru-Paru
Bagian-bagian utama paru-paru adalah alveoli, trachea, diafragma, bronchi, dan
bronchioles.Trachea atau batang tenggorokan berupa pipa tempat lalunya udara. Udara yang
dihirup dari hidung dan mulut akan ditarik ke trachea menuju paru-paru. Bronchi merupakan
batang yang menghubungkan paru-paru kanan dan kiri dengan trachea. Udara dari trachea
akan di bawa ke paru-paru lewat batang ini. Bronchioles merupakan cabang-cabang dari
bronchi berupa tabung-tabung kecil yang jumlahnya sekitar 30.000 buah untuk satu paru-
paru. Bronchioles ini akan membawa oksigen lebih jauh ke dalam paru-
paru. Alveoli merupakan ujung dari bronchioles yang jumlahnya sekitar 600 juta pada paru-
paru manusia dewasa. Pada aveoli ini oksigen akan didifusi menjadi karbondioksida yang
diambil dari dalam darah.
Apeks Pulmo
Berbentuk bundar menonjol ke arah dasar yang melebar melewati apartura torasis
superior 2,5-4 cm di atas ujung iga pertama.
Basis Pulmo
Pada paru-paru kanan, bagian yang berada di atas permukaan cembung diafragma
akan lebih menonjol ke atas daripada paru-paru bagian kiri, maka basis paru kanan lebih
kontak dari pada paru-paru kiri.
Insisura atau Pulmo
Dengan adanya fisura yang ada pada umumnya, paru-paru dapat dibagi menjadi
beberapa lobus. Letak insisura dan lobus dapat digunakan untuk menentukan diagnosis. Pada
paru-paru kiri terdapat insisura yaitu insisura obligus. Insisura ini membagi paru-paru kiri
atas menjadi dua lobus yaitu:
1. Lobus superior adalah bagian paru-paru yang terletak di atas dan sebagian di depan
insisura.
2. Lobus inferior adalah bagian paru-paru yang terletak di belakang dan di bawah
insisura. Paru-paru kanan memeliki dua insisura yaitu insisura obligue dan insisura
interlobularies sekunder.
3. Insisura obligue (interlobularies primer): mulai daerah atas dan ke belakang sampai ke
hilus setinggi vertebrata torakalis ke-4 terus ke bawah dan ke depan searah dengan iga
ke-6 sampai linie aksilaris media ke ruang interkostal ke-6 memotong margo inferior
setinggi artikulasi iga ke-6 dan kembali ke hilus.
4. Insisura interlobularies sekunder: mulai insisura obligue pada aksilaris media berjalan
horizontal memotong margo anterior pada artikulasio kosta kondralis keenam terus ke
hilus. Insisura obligue memisahkan lobus inferior dari lobus medius dan lobus
posterior. Insisura horizontal memisahkan lobus medius dari lobus superior.

Radiks Pulmonalis
Susunan dalam jaringan penyambung media spenalis dikelilingi oleh garis peralihan
pleura, susunan alat utama bronkus, arteri pulmonalis, dan vena pulmonalis segmen
pulmonari. Dari bronkus lobaris radiks pulmonari bercabang menjadi bronkus segmentorum.
Segmen bronkus pulmonary adalah daerah yang diurus oleh cabang-cabang bronkus
segmentorum, dan mendapat darah dari arteri yang berjalan bersama bronkus segmentorum
yang berdekatan, sedangkan darah vena diatur oleh vena-vena yang terletak intersegmental.

Segmen Paru-Paru Kanan


Pleura
Pleura adalah suatu membran serosa yang halus membentuk suatu kantong tempat
paru-paru berada yang berjumlah dua buah yaitu kiri dan kanan, serta saling berhubungan.
Pleura mempunyai dua lapisan yaitu permukaan parietalis dan permukaan viseralis.
1. Lapisan permukaan disebut pleura parietalis yang langsung berhubungan dengan
paru-paru serta memasuki fisura paru-paru dan memisahkan lobu-lobus dari paru-
paru.
2. Lapisan dalam disebut pleura viseralis. Lapisa ini berhubungan dengan fasia
endotoraskia dan merupakan permukaan dalam dari dinding toraks. Sesuai dengan
letaknya pleura parietalis yang langsung memeliki empat bagian sebagai berikut.
3. Pleura kostalis: menghadap ke permukaan lengkun kosta dan otot-otot yang terdapt
diantaranya. Bagian depan dari pleura kostalis mencapai sternum, sedangkan bagian
belakangnya melewati iga-iga di samping vertebrata. Bagian ini merupakan bagian
yang paling tebal dan yang paling kuat dalam dinding toraks.
4. Pleura servikalis: bagian pleura yang melewati apartura torasis superior, memiliki
dasar lebar, berbentuk seperti kubah, dan diperkuat oleh membran suprapleura.
5. Pleura diafragmatika: bagian pleura yang berada di atas diafragma.
6. Diafragma mediastinalis: bagian pleura yang menutup permukaan lateral mediastinum
serta susunan yang terletak di dalamnya.

Sinus Pleura
Tidak seluruh kantong yang dibentuk oleh lapisan pleura diisi secara sempurna oleh
paru-paru baik k earah bawah maupun ke arah depan. Kavum pleura hanya dibentuk oleh
lapisan pleura parietalis, rongga ini disebut sinus pleura (recessus pleura). Pada waktiu
inspirasi, bagian paru-paru akan memasuki sinus dan pada waktu ekspirasi akan ditarik
kembali dari rongga tersebut. Sinus pleura terdiri atas dua bagian yaitu yaitu sinus
kostomediastinalis dan sinus frenikokostalis.
1. Sinus kostomediastinalis: terbentuk pada pertemuan pleura mediastinalis dengan
pleura kostalis. Pada waktu inspirasi sinus ini hampir semua terisi oleh paru-paru.
2. Sinus frenikokostalis: terbentuk pada pertemuan pleura diafragmatika denga pleura
kostalis. Pada inspirasi yang sangat dalam bagian ini belum dapat diisi oleh
pengembangan paru-paru.

Ligamentum Pulmonale
Radiks pulmonalis bagian depan, atas dan belakang ditutupi oleh pertemuan pleura
parietalis dan pleura viseralis. Bagian bawah radiks yang berasal dari depan dan belakang
bergabung membentuk lipatan yang disebut ligamentum pulmontale. Ligamentum ini
terdapat di antara bagian bawah fasies mediastinalis dan perikardium, kemudian berakhir
pada tepi yang bulat.

Pembuluh Limfe
Di dalam paru-paru terdapt dua pasang pembuluh limfe yang saling berhubungan.
Bagian superfisial pembuluh limfe yang terletak dalam pleura ini berkurang relatif besar dan
membatasi lobus di permukaan paru. Pembuluh limfe tanpak hitam karena penghisapan zat
karbon khususnya pada individu yang tinggal di perkotaan.
Pembuluh limfe yang lebih kecil membentuk jala-jala halus pada tepi lobulus.
Pembuluh superfisial ini mengalir sepanjang tepi paru-paru menuju ke hilus. Bagian profunda
atau pulmonal berjalan bersama ke bronkus sedangkan arteri pulmonalis dan bronki meluas
hanya sampai ke duktus alviolaris bagian tepi. Semua mengalir ke bagian pusat hilus dan
bertemu dengan pembuluh limfe eferen superfisial. Nodus limfatikus banyak dijumpai di
bagian hilus.

2.2 Fisiologi Jantung dan Paru


2.2.1 Fisiologi Jantung
Siklus Jantung
Siklus jantung terdiri dari periode sistol (kontraksi dan pengosongan isi) dan diastol
(relaksasi dan pengisian jantung). Atrium dan ventrikel mengalami siklus sistol dan diastol
yang terpisah. Kontraksi terjadi akibat penyebaran eksitasi ke seluruh jantung, sedangkan
relaksasi timbul setelah repolarisasi jantung.
Selama diastol ventrikel dini, atrium juga masih berada dalam keadaan diastol. Karena
aliran masuk darah yang kontinu dari sistem vena ke dalam atrium, tekanan atrium sedikit
melebihi tekanan ventrikel walaupun kedua bilik tersebut melemas. Karena perbedaan
tekanan ini, katup AV terbuka, dan darah mengalir langsung dari atrium ke dalam ventrikel
selama diastol ventrikel. Akhirnya, volume ventrikel perlahan – lahan meningkat bahkan
sebelum atrium berkontraksi. Pada akhir diastol ventrikel, nodus sinoatrium (SA) mencapai
ambang dan membentuk potensial aksi. Impuls menyebar ke seluruh atrium dan
menimbulkan kontraksi atrium. Setelah eksitasi atrium, impuls berjalan melalui nodus AV
dan sistem penghantar khusus untuk merangsang ventrikel. Ketika kontraksi ventrikel
dimulai, tekanan ventrikel segera melebihi tekanan atrium. Perbedaan tekanan yang terbalik
inilah yang mendorong katup AV tertutup.
Setelah tekanan ventrikel melebihi tekanan atrium dan katup AV sudah menutup,
tekanan ventrikel harus terus meningkat sampai tekanan tersebut cukup untuk membuka
katup semilunar (aorta dan pulmonal). Dengan demikian, terdapat periode waktu singkat
antara penutupan katup AV dan pembukaan katup aorta. Karena semua katup tertutup, tidak
ada darah yang masuk atau keluar dari ventrikel selama waktu ini. Interval ini disebut sebagai
periode kontraksi ventrikel isometrik. Pada saat tekanan ventrikel kiri melebihi 80 mmHg dan
tekanan ventrikel kanan melebihi 8 mmHg, katup semilunar akan terdorong dan membuka.
Darah segera terpompa keluar dan terjadilah fase ejeksi ventrikel. Pada akhir sistolik, terjadi
relaksasi ventrikel dan penurunan tekanan intraventrikular secara cepat. Peningkatan tekanan
di arteri besar menyebabkan pendorongan darah kembali ke ventrikel sehingga terjadi
penutupan katup semilunar. Tidak ada lagi darah yang keluar dari ventrikel selama siklus ini,
namun katup AV belum terbuka karena tekanan ventrikel masih lebih tinggi dari tekanan
atrium. Dengan demikian, semua katup sekali lagi tertutup dalam waktu singkat yang dikenal
sebagai relaksasi ventrikel isovolumetrik.
Curah Jantung dan Kontrolnya
Curah jantung (cardiac output) adalah volume darah yang dipompa oleh tiap – tiap
ventrikel per menit (bukan jumlah total darah yang dipompa oleh jantung). Selama satu
periode waktu tertentu, volume darah yang mengalir melalui sirkulasi paru ekivalen dengan
volume darah yang mengalir melalui sirkulasi sistemik. Dengan demikian, curah jantung dari
kedua ventrikel dalam keadaan normal identik, walaupun apabila diperbandingkan denyut
demi denyut, dapat terjadi variasi minor. Dua faktor penentu curah jantung adalah kecepatan
denyut jantung (denyut per menit) dan volume sekuncup (volume darah yang dipompa per
denyut). Kecepatan denyut jantung rata – rata adalah 70 kali per menit, yang ditentukam oleh
irama sinus SA, sedangkan volume sekuncup rata –rata adalah 70 ml per denyut, sehingga
curah jantung rata – rata adalah 4.900 ml/menit atau mendekati 5 liter/menit.
Kecepatan denyut jantung terutama ditentukan oleh pengaruh otonom pada nodus SA.
Nodus SA dalam keadaan normal adalah pemacu jantung karena memiliki kecepatan
depolarisasi spontan tertinggi. Ketika nodus SA mencapai ambang, terbentuk potensial aksi
yang menyebar ke seluruh jantung dan menginduksi jantung berkontraksi. Hal ini
berlangsung sekitar 70 kali per menit, sehingga kecepatan denyut rata – rata adalah 70 kali
per menit. Jantung dipersarafi oleh kedua divisi sistem saraf otonom, yang dapat
memodifikasi kecepatan serta kekuatan kontraksi. Saraf parasimpatis ke jantung yaitu saraf
vagus mempersarafi atrium, terutama nodus SA dan nodus atrioventrikel (AV). Pengaruh
sistem saraf parasimpatis pada nodus SA adalah menurunkan kecepatan denyut jantung,
sedangkan pengaruhnya ke nodus AV adalah menurunkan eksitabilitas nodus tersebut dan
memperpanjang transmisi impuls ke ventrikel. Dengan demikian, di bawah pengaruh
parasimpatis jantung akan berdenyut lebih lambat, waktu antara kontraksi atrium dan
ventrikel memanjang, dan kontraksi atrium melemah.
Sebaliknya, sistem saraf simpatis, yamg mengontrol kerja jantung pada situasi-situasi
darurat atau sewaktu berolahraga, mempercepat denyut jantung melalui efeknya pada
jaringan pemacu. Efek utama stimulasi simpatis pada nodus SA adalah meningkatkan
keceptan depolarisasi, sehingga ambang lebih cepat dicapai. Stimulasi simpatis pada nodus
AV mengurangi perlambatan nodus AV dengan meningkatkan kecepatan penghantaran.
Selain itu, stimulasi simpatis mempercepat penyebaran potensial aksi di seluruh jalur
penghantar khusus.
Komponen lain yang menentukan curah jantung adalah volume sekuncup. Terdapat
dua jenis kontrol yang mempengaruhi volume sekuncup, yaitu kontrol intrinsik yang
berkaitan dengan seberapa banyak aliran balik vena dan kontrol ekstrinsik yang berkaitan
dengan tingkat stimulasi simpatis pada jantung. Kedua faktor ini meningkatkan volume
sekuncup dengan meningkatkan kontraksi otot jantung. Hubungan langsung antara volume
diastolik akhir dan volume sekuncup membentuk kontrol intrinsik atas volume sekuncup,
yang mengacu pada kemampuan inheren jantung untuk mengubah volume sekuncup.
Semakin besar pengisian saat diastol, semakin besar volume diastolik akhir dan jantung
semakin teregang. Semakin teregang jantung, semakin meningkat panjang serat otot awal
sebelum kontraksi. Peningkatan panjang menghasilkan gaya yang lebih kuat, sehingga
volume sekuncup menjadi lebih besar. Hubungan antara volume diastolik akhir dan volume
sekuncup ini dikenal sebagai hukum Frank-Starling pada jantung.
Secara sederhana, hukum Frank-Starling menyatakan bahwa jantung dalam keadaan
normal memompa semua darah yang dikembalikan kepadanya, peningkatan aliran balik vena
menyebabkan peningkatan volume sekuncup. Tingkat pengisian diastolik disebut sebagai
preload, karena merupakan beban kerja yang diberikan ke jantung sebelum kontraksi mulai.
Sedangkan tekanan darah di arteri yang harus diatasi ventrikel saat berkontraksi disebut
sebagai afterload karena merupakan beban kerja yang ditimpakan ke jantung setelah
kontraksi di mulai. Selain kontrol intrinsik, volume sekuncup juga menjadi subjek bagi
kontrol ekstrinsik oleh faktor – faktor yang berasal dari luar jantung, diantaranya adalah efek
saraf simpatis jantung dan epinefrin.
Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan hidrostatik yang diakibatkan karena penekanan darah
pada dinding pembuluh darah. Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah tertinggi yang
dicapai arteri selama sistol, sedangkan tekanan darah diastolik adalah tekanan darah terendah
yang dicapai arteri selama diastol. Tekanan arteri rata – rata (mean arterial pressure) adalah
tekanan rata – rata yang bertanggung jawab mendorong darah maju ke jaringan selama
seluruh siklus jantung. Perkiraan tekanan arteri rata – rata dapat dihitung dengan
menggunakan rumus berikut: Tekanan arteri rata – rata = tekanan darah diastolik + 1/3
(tekanan darah sistolik – tekanan darah diastolik)
Pengaturan tekanan arteri rata – rata bergantung pada dua kontrol utamanya, yaitu
curah jantung dan resistensi perifer total. Kontrol curah jantung bergantung pada pengaturan
kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup, sementara resistensi perifer total terutama
ditentukan oleh derajat vasokonstriksi arteriol.
Pengaturan jangka pendek tekanan darah terutama dilakukan oleh reflex baroreseptor.
Baroreseptor sinus karotikus dan lengkung aorta secara terus – menerus memantau tekanan
arteri rata – rata. Kontrol jangka panjang tekanan darah melibatkan pemeliharaan volume
plasma yang sesuai melalui kontrol keseimbangan garam dan air oleh ginjal.

2.2.2 Fisiologi Paru-Paru


Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan yang terdapat
antara atmosfir dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Seperti yang telah diketahui,
dinding toraks berfungsi sebagai penembus. Selama inspirasi, volume toraks bertambah besar
karena diafragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi beberapa otot yaitu
sternokleidomastoideus mengangkat sternum ke atas dan otot seratus, skalenus dan
interkostalis eksternus mengangkat iga-iga.
Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat elastisitas
dinding dada dan paru-paru. Pada waktu otot interkostalis eksternus relaksasi, dinding dada
turun dan lengkung diafragma naik ke atas ke dalam rongga toraks, menyebabkan volume
toraks berkurang. Pengurangan volume toraks ini meningkatkan tekanan intrapleura maupun
tekanan intrapulmonal. Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik,
sehingga udara mengalir keluar dari paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir menjadi
sama kembali pada akhir ekspirasi.
Tahap kedua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gas-gas melintasi
membrane alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 μm). Kekuatan pendorong
untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara darah dan fase gas. Tekanan
parsial oksigen dalam atmosfir pada permukaan laut besarnya sekitar 149 mmHg. Pada waktu
oksigen diinspirasi dan sampai di alveolus maka tekanan parsial ini akan mengalami
penurunan sampai sekiktar 103 mmHg. Penurunan tekanan parsial ini terjadi berdasarkan
fakta bahwa udara inspirasi tercampur dengan udara dalam ruangan sepi anatomic saluran
udara dan dengan uap air. Perbedaan tekanan karbondioksida antara darah dan alveolus yang
jauh lebih rendah menyebabkan karbondioksida berdifusi kedalam alveolus. Karbondioksida
ini kemudian dikeluarkan ke atmosfir.
Dalam keadaan beristirahat normal, difusi dan keseimbangan oksigen di kapiler darah
paru-paru dan alveolus berlangsung kira-kira 0,25 detik dari total waktu kontak selama 0,75
detik. Hal ini menimbulkan kesan bahwa paru-paru normal memiliki cukup cadangan waktu
difusi. Pada beberapa penyakit misal; fibosis paru, udara dapat menebal dan difusi melambat
sehingga ekuilibrium mungkin tidak lengkap, terutama sewaktu berolahraga dimana waktu
kontak total berkurang. Jadi, blok difusi dapat mendukung terjadinya hipoksemia, tetapi tidak
diakui sebagai faktor utama.

Sistem Pertahanan Paru


Paru-paru mempunyai pertahanan khusus dalam mengatasi berbagai kemungkinan
terjadinya kontak dengan aerogen dalam mempertahankan tubuh. Sebagaimana mekanisme
tubuh pada umumnya, maka paru-paru mempunyai pertahanan seluler dan humoral. Beberapa
mekanisme pertahanan tubuh yang penting pada paru-paru dibagi atas:
1. Filtrasi udara
Partikel debu yang masuk melalui organ hidung akan :
- Yang berdiameter 5-7 μ akan tertahan di orofaring.
- Yang berdiameter 0,5-5 μ akan masuk sampai ke paru-paru.
- Yang berdiameter 0,5 μ dapat masuk sampai ke alveoli, akan tetapi dapat pula di
keluarkan bersama sekresi.
2. Mukolisia
Baik mucus maupun partikel yang terbungkus di dalam mucus akan digerakkan
oleh silia keluar menuju laring. Keberhasilan dalam mengeluarkan mucus ini
tergantung pada kekentalan mucus, luas permukaan bronkus dan aktivitas silia yang
mungkin terganggu oleh iritasi, baik oleh asap rokok, hipoksemia maupun
hiperkapnia.
3. Sekresi Humoral Lokal
Zat-zat yang melapisi permukaan bronkus antara lain, terdiri dari :
- Lisozim, dimana dapat melisis bakteri
- Laktoferon, suatu zat yang dapat mengikat ferrum dan bersifat bakteriostatik
- Interferon, protein dengan berat molekul rendah mempunyai kemampuan dalam
membunuh virus.
- Ig A yang dikeluarkan oleh sel plasma berperan dalam mencegah terjadinya infeksi
virus. Kekurangan Ig A akan memudahkan terjadinya infeksi paru yang berulang.
4. Fagositosis
Sel fagositosis yang berperan dalam memfagositkan mikroorganisme dan kemudian
menghancurkannya. Makrofag yang mungkin sebagai derivate monosit berperan
sebagai fagositer. Untuk proses ini diperlukan opsonim dan komplemen.
Faktor yang mempengaruhi pembersihan mikroba di dalam alveoli adalah :
- Gerakan mukosiliar.
- Faktor humoral lokal.
- Reaksi sel.
- Virulensi dari kuman yang masuk.
- Reaksi imunologis yang terjadi. Berbagai faktor bahan-bahan kimia yang
menurunkan daya tahan paru, seperti alkohol, stress, udara dingin, kortekosteroid,
dan sitostatik.

You might also like