You are on page 1of 6

Diagnosa dan Penemuan Penderita Penyakit TB Paru

Salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah di masyarakat sampai saat ini
adalah tuberkulosis (TBC) atau yang lebih dikenal dengan TB Paru. Penyakit TB Paru di
Indonesia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan
penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok usia, dan nomor satu dari golongan penyakit
infeksi. Tahun 1999 WHO memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru TB Paru,
dengan kematian sekitar 140.000. Secara kasar diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia
terdapat 130 penderita baru TB Paru BTA positif (Depkes RI, 2002). Bahkan karena jumlahnya
yang cukup besar, Indonesia menempati urutan ketiga di dunia dalam hal penderita TB Paru
setelah India dan China (Achmadi, 2005).

Laporan WHO tahun 1999 menyatakan bahwa Penyakit TB Paru masih menjadi masalah
dunia karena menginfeksi sepertiga penduduk dunia, dan cenderung meningkat terus. Di
Indonesia diperkirakan setiap 100.000 penduduk terdapat 130 penderita baru BTA positif.
Departemen Kesehatan telah menetapkan kebijakan nasional tujuan jangka pendek program
penanggulangan TB Paru yaitu penemuan penderita pada tahun 2005 dapat mencapai 70% dari
perkiraan semua penderita baru BTA Positif (Depkes.RI, 2000).
Definisi Penyakit TB Paru, adalah Penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman,
yaitu : Mycobacterium Tuberculosis TB Paru adalah Tuberkolusis yang menyerang jaringan
Paru, tidak termasuk pleura (Depkes RI 2000)

Penyebab Penyakit TB Paru adalah Kuman Mycobacterium Tuberculosis. Kuman ini berbentuk
batang, mempunyai sifat kkhusus tahan terhadap asam pada pewarnaan. Kuman TB dapat mati
dengansinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang
gelapdan lembab. Dalam jaringan tubuh jaringan ini Dormant atau tertidur lama selama
beberapa tahun.
Sedangkan klasifikasi Penyakit TB Paru menurut Bahar Asril sebagai berikut :

1. Tuberkolusis Paru
2. Bekas Tuberkolusis
3. Tuberkolusis Paru tersangka, dibagi dalam : a). Tuberkolusis TB Paru tersangka yang
diobati adalah sputum BTA negatif tetapi tanda-tanda lain positif; b). Tuberkolusis Paru
tersangka yang tidak diobati berupa sputum BTA negatif dan tanda-tanda lain juga
meragukan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, penyakit TB Paru dibagi dalam :

1. TB Paru BTA positif : a.Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya


BTA positif; b. Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA Positif dan hasil photo rontgen
dada menunjukkan Tuberkulosis aktif.
2. TB Paru BTA Negatif : Pemeriksaan tiga spesimen dahak SPS (sewaktu pagi sewaktu ),
hasil BTA negatif dan photo Rontgen dada menunjukan gambaran Tuberkolusis aktif .

Sedangkan berdasarkan waktu pengambilan dahak untuk keperluan diagnosa TB Paru, dibagi
menjadi jenis pengambilan dahak sewaktu dan pagi:

 Pengambilan dahak S (Sewaktu), merupakan dahak yang dikumpulkan pada saat suspek
TB Paru datang berkunjung pertama kali pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot
dahak untuk mengumpulkan dahak hari ke 2 (dua) .
 Pengambilan dahak P(pagi ), merupakan dahak dikumpulkan dirumah pada pagi
harikedua, segerasetelah bangun. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di
UPK (Unit Pelayanan Kesehatan). Pengambilan dahak S (sewaktu) : dahak dikumpulkan
di Unit Pelayanan Kesehatan pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi

Penemuan penderita TB Paru secara pasif

Penemuan penderita TB Paru secara pasif adalah penjaringan tersangka penderita dilaksanakan
pada mereka yang datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan. Penemuan secara pasif
tersebut didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun
masyarakat, untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka penderita. Cara ini biasa dikenal
dengan sebutan passive promotive case finding. Selain itu semua kontak penderitaTB Paru BTA
positif dengan gejala sama harus diperiksa dahaknya. Seorang petugas kesehatan diharapkan
menemukan tersangka penderita sedini mungkin mengingat TB Paru adalah penyakit menular
yang dapat mengakibatkan kematian. Semua tersangka penderita harus diperiksa spesimen dahak
dalam waktu 2 hari berturut-turut, yaitu Sewaktu-Pagi- Sewaktu.
Penemuan Penderita Secara Pasif
Penemuan penderita berdasarkan adanya orang yang datang mencari pengobatan ke
Puskesmas/sarana kesehatan lainnya atas kemauan sendiri atau saran orang lain.

Faktor-faktor yang menyebabkan penderita terlambat datang yaitu karena:


1. Tidak mengerti tanda dini TB
2. Malu datang ke Puskesmas
3. Tidak tahu bahwa ada obat tersedia gratis di Puskesmas
4. Jarak rumah penderita ke Puskesmas/Sarana kesehatan lainnya terlalu jauh

Penemuan Penderita Secara Aktif


Penemuan penderita secara aktif dapat dilaksanakan melalui beberapa kegiatan:

1. Pemeriksaan kontak (survey kontak)


a. Tujuan:
1) Mencari penderita baru yang mungkin sudah lama ada dan belum berobat (index case)
2) Mencari penderita baru yang mungkin ada
b. Sasaran
Pemeriksaan ditujukan pada semua anggota keluarga yang tinggal serumah dengan
penderita dan tetangga di sekitarnya.
c. Pemeriksaan
Dalam 3 bulan seluruh anggota keluarga harus diperiksa dimulai pada saat anggota
keluarga tersebut dinyatakan sakit TB pertama kali dan perhatian khusus ditujukan pada
kontak tipe MB. Pemeriksaan ini sebaiknya diulang setiap tahun.
d. Pelaksanaan
1) Membawa kartu penderita dan penderita yang sudah tercatat dan kartu penderita
kosong. Alat-alat untuk pemeriksaan serta obat MDT.
2) Mendatangi rumah penderita dan memeriksa semua anggota keluarga penderita yang
tercatat dalam kolom yang tersedia pada kartu penderita.
3) Mendatangi rumah tetangga dan memeriksa tetangga yang sering kontak dengan
penderita
4) Bila ditemukan penderita baru dari pemeriksaan itu, maka dibuatkan kartu baru dan
dicatat sebagai penderita baru, kemudian diberikan obat MDT dosis pertama,
pengobatan selanjutnya dilaksanakan di Puskesmas.
5) Memberikan penyuluhan kepada penderita dan semua anggota keluarga.

2. Pemeriksaan anak sekolah SD/Taman Kanak-Kanak atau sederajat disebut survei


sekolah :
a. Tujuan
1) Mendapatkan kasus baru secara dini
2) Memberikan penyuluhan kepada murid dan guru
b. Sasaran
1) Semua anak SD dan sederajat
2) Taman Kanak-kanak
c. Pemeriksaan
Pemeriksaan anak sekolah dilaksanakan terintegrasi dengan pelaksanaan UKS.
d. Pelaksanaan Pemeriksaan
Untuk melakukan survei sekolah ini perlu dibina kerjasama dengan UKS dan guru-guru
sekolah. Perlu diberikan penyuluhan TB terlebih dahulu kepada murid-murid dan guru-guru.
Pemeriksaan murid dilakukan mulai dan kelas 1 sampai kelas 6. Jika pada pemeriksaan
tersebut, ada yang dicunigai TB maka perlu dirujuk ke Puskesmas untuk pemeriksaan lebih
lanjut. Jumlah anak yang diperiksa dan penderita baru yang di temukan kemudian dicatat.

3. Rapid Village Survey (RVS) dan Chase Survey


Kegiatan ini dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan daerah.
a. Tujuan:
1) Mencari penderita baru dalam lingkup kecil
2) Membina partisipasi masyarakat
b. Sasaran
Desa/kelurahan atau unit yang lebih kecil yaitu dusun yang merupakan daerah kantong.
c. Pelaksanaan
1) Persiapan
Pimpinan Puskesmas membicarakan rencana akan mengadakan kegiatan
penemuan penderita secara aktif dengan Kepala Desa untuk menentukan tanggal
pelaksanaannya, sebaiknya diadakan bersama dengan pertemuan bulanan desa atau
kegiatan lain.
Penggandaan formulir pencatatan tersangka penderita Kepala Desa mengundang
Camat untuk hadir dan memberikan pengarahan pada tanggal yang telah ditetapkan.
Kepala Desa membuat pengumuman kepada masyarakat dan meminta kepada
pemuka pernuka masyarakat untuk hadir pada tanggal yang telah ditetapkan.
2) Pelaksanaan
- Pertemuan diadakan sesuai dengan tanggal yang sudah ditetapkan dan dipimpin oleh
Kepala Desa dengan susunan acara sebagai berikut :
· Penjelasan maksud dan tujuan pertemuan
· Sambutan dan pengarahan Camat
· Penjelasan tanda-tanda dini dan TB dan program pemberantasan penyakit TB oleh
Dokter Puskesmas.
· Tanya jawab

Sesuai dengan waktu yang ditetapkan maka diadakan pemeriksaan terhadap suspek. Bila
ditemukan penderita baru dibuatkan kartu dan diberikan pengobatan serta penyuluhan TB yang
lebih dalam tentang penyakitnya. Kartu penderita diisi dengan lengkap. Bilamana suspek yang
tercatat belum dapat diperiksa, maka nama suspek tersebut dicatat oleh petugas kesehatan dan
direncanakan akan diperiksa di puskesmas.
Bilamana dari suspek yang tercatat belum dapat diperiksa oleh semua petugas kesehatan
pada hari yang ditetapkan, diusahakan dapat diperiksa dalam kurun waktu 3 bulan setelah
pertemuan.

Catatan:
Survey yang mirip dengan RVS adalah Chase Survey. Perbedaannya adalah dalam pelaksanaan
chase survey setelah penyuluhan dilakukan pembagian formulir pencatatan tersangka kepada
peserta pertemuan dan disertai dengari brosur dan kuesioner mengenai tanda-tanda dini penyakit
TB.
Pemeriksaan tersangka dilakukan di Puskesmas.

Survei Khusus
a. Survei Fokus
Dilakukan pada suatu lingkup kecil dimana dalam satu RT proporsi penderita baru MB
minimal 60% dan dijumpai penderita usia muda cukup tinggi.
Caranya:
Terlebih dahulu didaftarkan nama penduduk RT menurut keluarga mulai dan kepala
keluarga dan kemudian diperiksa rumah demi rumah, yang alpa dicari untuk diperiksa. Survei
fokus ini dilakukan satu kali saja kalau perlu diulang di tahun-tahun kemudian.

b. Mass Survei dan random sample survei (survei prevalensi)


Kedua survei ini dilakukan dengan perhitungan statistik dan sekarang tidak dilakukan
lagi.
Leprosy Elimination Campaign (LEC)

a. Tujuan:
1) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemberantasan penyakit kusta.
2) Meningkatkan kemampuan petugas kesehatan di puskesmas dan bidan desa dalam
pemberantasan penyakit kusta.
3) Menemukan dan mengobati kasus kusta
b. Sasaran
Desa/Kelurahan atau unit yang lebih kecil, dusun.
c. Pelaksanaan
1) Pertemuan dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten menjelaskan mengenai kegiatan
LEC, membuat pereneanaan pertemuan lintas sektor dimana Bupati diharapkan sebagai
pelaksana pertemuan.
2) Pertemuan Lintas Sektoral Kabupaten
Meningkatkan kesadaran lintas sektor mengenai pemberantasan penyakit TB dan
mengharapkan bantuannya dalam pelaksanaan LEC.
3) Pelatihan sehari Tim Leader dan Kepala Puskesmas
· Meningkatkan kemampuan peserta dalam mendiagnosa, klasifikasi dan pengobatan penyakit
kusta.
· Membuat jadwal pelatihan tenaga puskesmas dan pertemuan kecamatan.
4) Pelatihan sehari Staf Puskesmas dan Bidan Desa
Meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam mendiagnosa, klasifikasi dan mengobati
penderita kusta.
5) Pertemuan dengan Kepala Desa/Kader Kesehatan dikantor Camat
Memberikan pengetahuan tentang penyakit kusta dan mengharapkan bantuan Kades, Tokoh
Masyarakat dalam pelaksanaan LEC
6) Kunjungan ke Desa
· Hari pertama tim yang terdiri dan Tim Leader, Petugas Puskesmas, Kades/Kader
mengadakan penyuluhan di Balai Desa. Sebelum penyuluhan, poster, leaflet harus dipasang.
· Setelah masyarakat kumpul, Tim Leader/Dokter Puskesm mengadakan penyuluhan dan
mengharapkan masyarakat yang mempunyai kelainan di kulit agar diperiksakan.
· Hari kedua pemeriksaan semua masyarakat yang mempunyai kelainan kulit. Bila ada
tersangka penderita dicatat dan bila ditentukan penderita baru dibuatkan kartu penderita dan
diberi dosis pertama MDT. Untuk selanjutnya meneruskan pengobatan di Puskesmas.

Special Action Program for Elimination Leprosy (SAPEL)

SAPEL merupakan proyek khusus untuk mencapai tujuan eliminasi kusta dan dilaksanakan pada
daerah yang mempunyai geografis yang sulit. Pada kegiatan ini MDT diberikan sekaligus 1
(satu) paket dibawah pengawasan kader atau keluarga.

You might also like