You are on page 1of 11

Antara HAM dan demokrasi memiliki hubungan yang sangat erat.

HAM tidak mungkin eksis di


suatu negara yang bersifat totaliter ( tidak demokratis ), namun sebaliknya negara yang
demokratis pastilah menjamin eksistensi HAM. Suatu negara belum dapat dikatakan demokratis
apabila tidak menghormati dan melindungi HAM. Kondisi yang dibutuhkan untuk memperkokoh
tegaknya HAM adalah alam demokratis di dalam kerangka negara hukum ( rule of law state ).
Konsep negara hukum dapat dianggap mewakili model negara demokratis ( demokrasi ).
Implementasi dari negara yang demokratis diaktualisasikan melalui sistem pemerintahan yang
berdasarkan atas perwakilan ( representative government) yang merupakan refleksi dari
demokrasi tidak langsung. Menurut Julius Stahl dan A.V.Dicey suatu negara hukum haruslah
memenuhi beberapa unsur penting, salah satu unsur tersebut antara lain yaitu adanya jaminan
atas HAM. Dengan demikian untuk disebut sebagai negara hukum harus terdapat perlindungan
dan penghormatan terhadap HAM.[1]

Dari pendapat di atas, sesungguhnya dapat dilihat bagaimana hubungan demokrasi dan Hak
Asasi Manusia. Demokrasi punya keterkaitan yang erat dengan Hak Asasi Manusia karena
sebagaimana dikemukakan tadi, makna terdalam dari demokrasi adalah kedaulatan rakyat, yaitu
rakyatlah sebagai pemegang kekuasaan politik tertinggi dalam suatu negara. Posisi ini berarti,
secara langsung menyatakan adanya jaminan terhadap hak sipil dan politik rakyat (Konvenan
Hak Sipil dan Politik), pada dasarnya dikonsepsikan sebagai rakyat atau warga negara untuk
mencapai kedudukannya sebagai penentu keputusan politik tertinggi. Dalam persepktif kongkret
ukuran untuk menilai demokratis atau tidaknya suatu negara, antara lain; berdasarkan jawaban
atas pertanyaan seberapa besarkah tingkat kebebasan atau kemerdekaan yang dimiliki oleh atau
diberikan kepada warga Negara di Negara itu ? Makin besar tingkat kebebasan, kemerdekaan
dimaksudkan di sini adalah kebebasan, kemerdekaan dan hak sebagaimana dimasukkan dalam
kategori Hak-Hak Asasi Manusia generasi pertama. Misalnya, kebebasan untuk menyatakan
pendapat, kemerdekaan untuk menganut keyakinan politik, hak untuk diperlakukan sama
dihadapan hukum.

Hanya kemudian patut dijelaskan lebih lanjut, bahwa persoalan demokrasi bukanlah sebatas hak
sipil dan politik rakyat namun dalam perkembangannya, demokrasi juga terkait erat dengan
sejauh mana terjaminnya hak-hak ekonomi dan sosial dan budaya rakyat. Sama sebagaimana
parameter yang dipakai di dalam Hak Asasi Manusia generasi pertama (hak sipil dan politik),
maka dalam perspektif yang lebih kongkret negara demokratis juga diukur dari sejauh mana
negara menjamin kesejahteraan warga negaranya, seberapa rendah tingkat pengangguran dan
seberapa jauh negara menjamin hak-hak warga negara dalam mendapatkan penghidupan yang
layak. Hal inilah yang secara langsung ataupun tidak langsung menegaskan bagaimana hubungan
yang terjalin antara demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Secara sederhana dapat dijelaskan
bahwa, Hak Asasi Manusia akan terwujud dan dijamin oleh negara yang demokratis dan
demikian sebaliknya, demokrasi akan terwujud apabila negara mampu manjamin tegaknya Hak
Asasi Manusia. Konsepsi HAM dan demokrasi dalam perkembangannya sangat terkait dengan
konsepsi negara hukum. Dalam sebuah negara hukum, sesungguhnya yang memerintah adalah
hukum, bukan manusia. Hukum dimaknai sebagai kesatuan hirarkis tatanan norma hukum yang
berpuncak pada konstitusi. Hal ini berarti bahwa dalam sebuah negara hukum menghendaki
adanya supremasi konstitusi. Supremasi konstitusi disamping merupakan konsekuensi dari
konsep negara hukum, sekaligus merupakan pelaksanaan demokrasi karena konstitusi adalah
wujud perjanjian sosial tertinggi.
Oleh karena itu tidak terlalu keliru jika Francis Fukuyama mengatakan bahwa “sejarah
telah berakhir (the end of history)”, manakala harus menjelaskan fenomena yang demikian.
Dengan diadopsinya system nilai demokrasi, terutama liberal, maka secara langsung dan tidak
langsung, telah mengakhiri sebuah evolusi persaingan antara dua ideology besar di dunia, yakni
demokrasi liberal yang berdasarkan ekonomi pasar, di satu pihak, melawan komunisme serta
sentralisme ekonomi di pihak lain, dengan ideology yang disebut pertama sebagai pemenangnya,
dimasa yang lalu soviet dan AS adalah kubu yg selalu bertikai, bipolar, amerika yang pro
kebebasan dan soviet yang anti kekerasan, tapi sekarang sudah bubar jadi dunia sekarang seolah
olah miring memihak kepada ide kebebasan, yang oleh fukuhiyama disebut the end of history (
tdk ada lagi otoritarian isu) [2] Pada saat yang sama, mereka melihat banyak negara barat atau
Negara non-barat lainnya yang menerapkan system demokrasi liberal, mengalami kemajuan
yang sangat pesat. Pada tahap inilah pikiran-pikiran demokrasi liberal mencuat ke permukaan.
Apa yang disebut sebagai Gelombang Demokrasi Ketiga, telah menjadi warna dominan dari
wacana bernegara di seluruh dunia. Meski Huntington mengingatkan bahwa tidak berarti
semuanya akan berjalan dengan mulus, namun fenomena global sekarang mengarah pada apa
yang dikatakan Fukuyama tersebut di atas, “The End of History”. [3]

REFERENSI :

Indria Samego, bahan perkuliahan bagi Mahasiswa Angkatan II Magister Ilmu Kepolisian STIK
PTIK Jakarta, disampaikan pada tanggal 25 Maret 2013.

Tim penyusun Kadeham, Pendidikan Kadeham, Universitas trisakti, cetakan pertama, 2003

Indria samego, Disampaikan di depan Peserta Silatnas ICMI, “Kepemimpinan Nasional dalam
Membangun Peradaban”, Jakarta, 19 Desember 2012

[1] Tim penyusun Kadeham, Pendidikan Kadeham, Universitas trisakti, cetakan pertama,
2003

[2] Indria Samego, bahan perkuliahan bagi Mahasiswa Angkatan II Magister Ilmu
Kepolisian STIK PTIK Jakarta, disampaikan pada tanggal 25 Maret 2013.

[3] Indria samego, Disampaikan di depan Peserta Silatnas ICMI, “Kepemimpinan Nasional
dalam Membangun Peradaban”, Jakarta, 19 Desember 2012
9 Hubungan Demokrasi dan HAM di
Indonesia
Demokrasi di Indonesia dapat diartikan pengertian demokrasi bahwa sistem pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Sehingga dengan kata lain demokrasi juga bisa diartikan
secara sederhana, yaitu nama lain dari kedaulatan rakyat. Sedangkan HAM (Hak Asasi Manusia)
memiliki arti umum, yaitu hak-hak dasar yang dimiliki oleh setiap pribadi manusia sebagai
anugerah Tuhan kepada makhluk ciptaan-Nya. Sedemikian sehingga hak asasi tidak dapat
dipisahkan dari keberadaan pribadi manusia itu sendiri.

Dalam prakteknya di Indonesia sendiri mengenai demokrasi tentunya sudah sangat jelas dengan
adanya pemilihan umum yang diselenggarakan untuk memilih presiden dan wakil persiden serta
beberapa waktu rakyat lainnya, mulai dari tingkat daerah hingga tingkat pusat sekalipun.
Semuanya dilaksanakan secara terbuka dan langsung dengan rakyat sebagai pemilihnya. Di mana
pemilihan umum pertama yang dapat terselenggara di Indonesia adalah pada tahun 1955.

Peraturan HAM

Sedangkan untuk HAM sendiri sebenarnya sudah ada bahkan sejak berdirinya Negara Indonesia
ini, sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 meskipun hanya secara implisit atau
tersirat. Keseriusan pihak pemerintah pun kian terlihat dengan berdirinya Komisi Nasional Hak
Asasi Manusia (KOMNAS HAM) pada tahun 1997 setelah adanya Lokakarya Nasional Hak
Asasi Manusia yang yang diselenggarakan pada tahun 1991. Sejak itulah pembicaraan mengenai
HAM memasuki tahap yang sangat serius dan berkesinambungan. Di mana pada tahun 1999,
Indonesia berhasil memiliki sistem hukum yang jelas dan rigid mengenai HAM yang ditulis
dalam UU No. 39 tahun 1999.

Adapun hubungan demokrasi dan HAM di Indonesia dapat ditinjau melalui Undang-Undang
Dasar 1945 (yang sudah berkali-kali mengalami proses amandemen hingga sekarang),
diantaranya:

1. Setiap orang berhak untuk hidup serta mempertahankan hidup dan kehidupannya dan
memiliki hak dan kewajiban warga negara. Mulai dari membentuk keluarga, meneruskan
keturunan melalui pernikahan yang sah secara hukum serta menerima perlindungan
dalam kelangsungan hidupnya termasuk perlindungan terhadap perlukaan yang bersifat
diskriminatif seperti perbudakan. Dalam artian semua warga negara bebas menjalankan
kehidupannya masing-masing dan menerima hak-haknya sebagai warga sipil Negara
Indonesia.
2. Setiap orang bebas untuk memeluk agama dan beribadah sesuai dengan keyakinannya
masing-masing, memilih pekerjaan, pendidikan dan pembelajaran, dan juga tempat
tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ini juga merupakan hak asasi
yang mencakup hak-hak sipil dan ekonomi sebagai warga Negara Indonesia. Di samping
itu, warga Negara juga bebas untuk pindah status kewarganegaraannya ke negara lain dan
berhak pula kembali untuk menjadi warga Negara Indonesia lagi di kemudian hari.Setiap
orang berhak untuk berkomunikasi dengan siapapun, memperoleh informasi dari
siapapun termasuk mengolah, memiliki, dan menyimpannya untuk pengembangan
pribadi dan lingkungan sosialnya. Oleh karena itu semua orang bebas untuk berserikat,
berkumpul serta mengelurkan pendapatnya. Hal ini juga merupakan hak-haknya di
bidang politik, sosial, dan budaya.
3. Setiap orang berhak untuk memperoleh jaminan sosial yang memungkinkan untuk
pengembangan dirinya, kesehatan dirinya, dan lainnya sebagai manusia yang memiliki
martabat. Hal ini dilakukan selain agar terjaminnya hak-hak sipil dan sosialnya, juga
memastikan bahwa setiap warga Negara memiliki kesejahteraan sosial yang sama dan
adil.
4. Setiap warga Negara yang menyandang masalah sosial seperti masyarkat yang tinggal di
daerah-daerah terpencil berhak memperoleh kemudahan dan perlakuan khusus untuk
mendapatkan kesempatan yang sama termasuk dalam hal pembangunan, di mana
biasanya pada dearah terpencil sering tertinggal proses pembangunannya. Hak-hak ini
sesuai dengan hak-hak khusus dan ha katas pembangunan yang menjadi landasan dalam
HAM (Hak Asasi Manusia) di Indonesia agar tidak penyebab terjadinya penyalahgunaan
kewenangan.

5. Semua kebebasan dan hak yang memang menjadi hak-hak dari setiap warga Negara
Indonesia tentunya juga diatur dalam suatu Undang-Undang untuk memenuhi tuntutan
serta mencapai keadilan dengan mempertimbangkan nilai-nilai moral, agama, keamanan,
dan ketertiban umum dalam sebuah masyarakat yang demokratis. Oleh karena itu, semua
warga Negara wajib menghormati dan tunduk pada hukum undang-undang yang berlaku
dan selalu mendapat bimbingan bagaimana cara menanamkan kesadaran hukum pada
masyarakat.
6. Disamping itu, Negara juga harus menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan moral
kemanusiaan yang diajarkan dari segi agama serta menjamin kemerdekaan semua
penduduknya untuk bebas memeluk, menjalankan (mengamalkan), dan menyebarkan
agamanya.
7. Ditambah lagi, meskipun semua warga Negara diberi kebabasan dan hak-hak yang
berhak diterimanya, namun mereka juga harus menaruh rasa hormat kepada kebebasan
dan hak-hak orang lain dalam kehidupan bersama sebagai masyarakat sekaligus warga
Negara. Hal ini sesuai dengan hak asasi sipil dan sosial sebagai warga Negara Indonesia.
8. Terakhir ialah kebebasan dan hak warga Negara untuk terjun langsung dalam dunia
pemerintahan. Dalam artian ikut ambil bagian untuk menjadi badan Negara yang
memegang kendali sistem pemerintahan Negara Indonesia.

Demikian beberapa hubungan antara demokrasi dan HAM di Indonesia yang dapat disebut dan
dijelaskan, di mana hubungan keduanya sangatlah erat dan tidak bisa dipisahkan begitu saja.
Perjalanan keduanya, yaitu demokrasi dan HAM, sudah ada bahkan sejak Negara Indonesia
berdiri hingga sekarang meskipun terjadi banyak sekali jenis jenis pelanggaran HAM yang
terkait dengan HAM. Sudah sepatutnya bahwa Indonesia yang menganut demokrasi dan
menjunjung hak asasi manusia bahwa dalam pemberian serta pelaksaan kebebasan (demokrasi)
tersebut didasari dan dilingkupi oleh hak-hak dasar dasar (hak asasi manusia) tersebut.
Sedemikian sehingga berjalanannya demokrasi dan penegakan HAM menjadi sejalan untuk
mencapai bersama-sama sebuah kesejahteraan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang
satu, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Demokrasi dalam pengertian sedehanan sering diartikan sebagai dari rakyat, oleh rakyat dan
untuk rakyat. Dengan demikian aktualitas demokrasi di dalam suatu Negara sendiri adanya
kedaulatan rakyat. Hal ini merupakan semangat dari terbentuknya suatu Negara yang
menginginkan keadilan dan kemakmuran bagi rakyat.

Praktek bagaimana demokrasi berjalan di Indonesia sangat jelas terlihat melalui adanya pemilu
langsung di Indonesia. Dengan jumlah penduduk yang terbesar keempat di Dunia, menjadikan
Indonesia sebagai Negara demokrasi terbesar di Dunia. Dalam prakteknya pula, Negara
Indonesia menganut sistem presidential, namun dalam prakteknya malah sangat dekat dengan
sistem Parlementer yang dibuktikankan dengan dalam tahun 2010-2011 ini sudah hampir banyak
hak angket yang diajukan dalam Legislatif hampir menguasai praktek perpolitikan di Indonesia
dan dianggap mengganggu pemerintahan.

HAM dan demokrasi merupakan konsepsi kemanusiaan dan relasi sosial yang dilahirkan dari
sejarah peradaban manusia di seluruh penjuru dunia. Sehingga pada dasarnya HAM asasi
manusia pasti ada kalaumanusia yang hisup dalam kehidupan sosialnya.sama saja dengan
melihat hukum itu sendiri dengan istilah ubi societas ibi ius. Bisa dikatakan bahwa sebenarnya
HAM terletak pada keberadaan manusia yang melahirkan demokrasi yang sebenarnya.

Konsepsi HAM dan demokrasi dapat di lacak secara teologis berupa relativitas manusia dan
kemutlakan Tuhan. Konsekuensinya, tidak ada manusia yang dianggap menempati posisi lebih
tinggi, karena hanya satu yang mutlak dan merupakan prima facie, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
Manusia yang diciptakan oleh tuhan sangat mengerti kalau ia adalah mahluk tuhan yang hasrus
menghormati sesama ciptaan tuhan oleh karena itu, dengan sedinrinya demokrasi akan maju
karena refleksi dari kemajuan demokrasi adalah pengakuan dan peghormatan HAM yang didapat
dari memaknai rasa Ketuhanan. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan
seperangkat hak yang menjamin derajatnya sebagai manusia. Hak-hak inilah yang kemudian
disebut dengan hak asasi manusia, yaitu hak yang diperoleh sejak kelahirannya sebagai manusia
yang merupakan karunia Sang Pencipta.[1]

Konsepsi demokrasilah yang memberikan landasan dan mekanisme kekuasaan berdasarkan


prinsip persamaan dan kesederajatan manusia. Hal ini menyangkut kemandirian manusia sebagai
mahluk sosial, dimana manusia tidak bisa hidup sendiri. Jika demokrasi adalah memahami
keinginan hakiki manusia, maka setidaknya ia harus memahami Ham terlebih dahulu. Karena
kemajuan demokrasi dilandasi atas penghormatan hak yang inheren sebagai manusia.

Berdasarkan pada teori kontrak sosial,[2] untuk memenuhi hak-hak tiap manusia tidak mungkin
dicapai oleh masing-masing orang secara individual, tetapi harus bersama-sama. Hal inilah juga
yang mengilhami HAM berkaitan erat dengan demokrasi. Yang dimulai dari sesamaan
kepentingan manusia dan kemudian dibuatkan hukum dan kesepakatan. Kesepakata tersebut
pastinya dimualai dari menghargai diri sendiri sebagai manusia. Dengan menghargai diri sendiri
sebagai manusia setidaknya dapat diwajibkan juga untuk menghargai martabat mausia lainnya
disitulah HAM terbentuk dan kemudian dijadikan dasar memajukan demokrasi.

Konsepsi HAM dan demokrasi dalam perkembangannya sangat terkait dengan konsepsi negara
hukum. Dalam sebuah negara hukum, sesungguhnya yang memerintah adalah hukum, bukan
manusia. Jelas bahwa Indonesia adalah Negara hukum (pasal 1 ayat (3) UUD NRI 1945).
Dengan demikian HAM pula harus diatur degan hukum. Jadi hukum yang digunakan sebagai
instrumen dalam penegakan HAM yang digunakan sebagai ukuran bagaimana demokrasi
dilaksanakan.

Selain itu, prinsip demokrasi atau kedaulatan rakyat dapat menjamin peran serta masyarakat
dalam proses pengambilan keputusan, sehingga setiap peraturan perundang-undangan yang
diterapkan dan ditegakkan benar-benar mencerminkan perasaan keadilan masyarakat. Sesuai
dengan konsep HAM yakni penghormatan sebagai insane manusia, dalam suatu Negara warga
Negara adalah individu manusia yang memiliki hak. Hak itu termasuk hak didengarkan suaranya
melalui DPR. Jadi perasaan keadilan masyarakat didengarkan dan prinsip demokrasi
menjembatani dan sebagai wadah untuk itu.

Jika dirumuskan kembali, maka materi yang sudah diadopsikan ke dalam rumusan Undang-
Undang Dasar 1945 mencakup 27 materi berikut:

1. Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.
2. Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah.
3. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
4. Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun
dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
5. Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tem-
pat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
6. Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan
sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
7. Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.
8. Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya serta berhak untuk mencari, memper-
oleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggu-
nakan segala jenis saluran yang tersedia.
9. Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan
harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan
dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak
asasi.
10. Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan
derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.
11. Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
12. Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.
13. Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya
secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
14. Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh
diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.
15. Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,
berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejah-
teraan umat manusia.
16. Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.
17. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang
adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.
18. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan
layak dalam hubungan kerja.
19. Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
20. Negara, dalam keadaan apapun, tidak dapat mengurangi hak setiap orang untuk hidup,
hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak
untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak
untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut.
21. Negara menjamin penghormatan atas identitas budaya dan hak masyarakat tradisional
selaras dengan perkembangan zaman dan tingkat peradaban bangsa.
22. Negara menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan moral kemanusiaan yang diajarkan oleh
setiap agama, dan menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk dan
menjalankan ajaran agamanya.
23. Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung
jawab negara, terutama pemerintah.
24. Untuk memajukan, menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip
negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur dan
dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.
25. Untuk menjamin pelaksanaan Pasal 4 ayat (5) tersebut di atas, dibentuk Komisi Nasional
Hak Asasi Manusia yang bersifat independen menurut ketentuan yang diatur dengan
undang-undang.
26. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
27. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk
menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama,
keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.

Jika dikaji sesuai dengan Generasi HAM maka rumusan hak asasi manusia dalam Undang-
Undang Dasar dapat mencakup lima kelompok materi sebagai berikut:

1. Kelompok Hak-Hak Sipil yang dapat dirumuskan menjadi:

1. Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan kehidupannya.


2. Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan, perlakuan atau penghukuman lain yang
kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat kemanusiaan.
3. Setiap orang berhak untuk bebas dari segala bentuk perbudakan.
4. Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya.
5. Setiap orang berhak untuk bebas memiliki keyakinan, pikiran dan hati nurani.
6. Setiap orang berhak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum.
7. Setiap orang berhak atas perlakuan yang sama di hadapan hukum dan pemerintahan.
8. Setiap orang berhak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut.
9. Setiap orang berhak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah.
10. Setiap orang berhak akan status kewarganegaraan.
11. Setiap orang berhak untuk bebas bertempat tinggal di wilayah negaranya, meninggalkan
dan kembali ke negaranya.
12. Setiap orang berhak memperoleh suaka politik.
13. Setiap orang berhak bebas dari segala bentuk perlakuan diskriminatif dan berhak
mendapatkan perlindungan hukum dari perlakuan yang bersifat diskriminatif tersebut.

2. Kelompok Hak-Hak Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya

1. Setiap warga negara berhak untuk berserikat, berkumpul dan menyatakan pendapatnya
secara damai.
2. Setiap warga negara berhak untuk memilih dan dipilih dalam rangka lembaga perwakilan
rakyat.
3. Setiap warga negara dapat diangkat untuk menduduki jabatan-jabatan publik.
4. Setiap orang berhak untuk memperoleh dan memilih pekerjaan yang sah dan layak bagi
kemanusiaan.
5. Setiap orang berhak untuk bekerja, mendapat imbalan, dan mendapat perlakuan yang
layak dalam hubungan kerja yang berkeadilan.
6. Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi.
7. Setiap warga negara berhak atas jaminan sosial yang dibutuhkan untuk hidup layak dan
memungkinkan pengembangan dirinya sebagai manusia yang bermartabat.
8. Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi.
9. Setiap orang berhak untuk memperoleh dan memilih pendidikan dan pengajaran.
10. Setiap orang berhak mengembangkan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan
dan teknologi, seni dan budaya untuk peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan umat
manusia.
11. Negara menjamin penghormatan atas identitas budaya dan hak-hak masyarakat lokal
selaras dengan perkembangan zaman dan tingkat peradaban bangsa.
12. Negara mengakui setiap budaya sebagai bagian dari kebudayaan nasional.
13. Negara menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan moral kemanusiaan yang diajarkan oleh
setiap agama, dan menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk dan menja-
lankan ajaran agamanya.
3. Kelompok Hak-Hak Khusus dan Hak Atas Pembangunan

1. Setiap warga negara yang menyandang masalah sosial, termasuk kelompok masyarakat
yang terasing dan yang hidup di lingkungan terpencil, berhak mendapat kemudahan dan
perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan yang sama.
2. Hak perempuan dijamin dan dilindungi untuk mencapai kesetaraan gender dalam
kehidupan nasional.
3. Hak khusus yang melekat pada diri perempuan yang dikarenakan oleh fungsi
reproduksinya dijamin dan dilindungi oleh hukum.
4. Setiap anak berhak atas kasih sayang, perhatian dan perlindungan orangtua, keluarga,
masyarakat dan negara bagi pertumbuhan fisik dan mental serta perkembangan
pribadinya.
5. Setiap warga negara berhak untuk berperan serta dalam pengelolaan dan turut menikmati
manfaat yang diperoleh dari pengelolaan kekayaan alam.
6. Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang bersih dan sehat.
7. Kebijakan, perlakuan atau tindakan khusus yang bersifat sementara dan dituangkan
dalam peraturan perundangan-undangan yang sah yang dimaksudkan untuk
menyetarakan tingkat perkembangan kelompok tertentu yang pernah mengalami
perlakuan diskriminasi dengan kelompok-kelompok lain dalam masyarakat, dan
perlakuan khusus sebagaimana ditentukan dalam ayat (1) pasal ini, tidak termasuk dalam
pengertian diskriminasi sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 ayat (13).

4. Tanggungjawab Negara dan Kewajiban Asasi Manusia

1. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk pada pembatasan
yang ditetapkan oleh undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin
pengakuan dan penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain serta untuk memenuhi
tuntutan keadilan sesuai dengan nilai-nilai agama, moralitas dan kesusilaan, keamanan
dan ketertiban umum dalam masyarakat yang demokratis.
3. Negara bertanggungjawab atas perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak-
hak asasi manusia.
4. Untuk menjamin pelaksanaan hak asasi manusia, dibentuk Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia yang bersifat independen dan tidak memihak yang pembentukan, susunan dan
kedudukannya diatur dengan undang-undang.

[1] Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
mendefinisikan “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”. Lembaran
Negara RI Tahun 1999 No. 165, Tambahan Lembaran Negara RI No. 3886.
[2] Harus diingat bahwa paling tidak terdapat tiga macam teori kontrak sosial masing-masing
dikemukakan oleh John Locke, Thomas Hobbes, dan J.J. Rousseu yang masing-masing
melahirkan konsep negara yang berbeda-beda. Lihat George H. Sabine, A History of Political
Theory, Third Edition, (New York-Chicago-San Fransisco-Toronto-London; Holt, Rinehart and
Winston, 1961), hal. 517 – 596.

You might also like