Professional Documents
Culture Documents
DI
OLEH :
01423013039
BAB I
PENGANTAR UMUM
BENCANA
A. DEFINISI BENCANA
Apabila menyebut kata “bencana”, mungkin banyak orang yang membayangkan
bencana alam seperti angin topan atau gempa, namun fenomena alam tidak sama dengan
bencana. Dengan terjadinya gempa belum tentu berarti terjadi “bencana”. Fenomena alam
seperti gempa dll merupakan penyebab timbulnya bencana tetapi bukan “bencana” (disaster)
seutuhnya. Fenomena atau kondisi yang menjadi penyebab bencana disebut hazard.Hazard
didefinisikan “membawa pengaruh negative terhadap nyawa manusia atau harta, aktifitas, dan
keadaan karena ulah manusia atau fenomena alam yang jarang dan darurat (PBB)”.
Bagaimana pendefinisian bencana (disaster)? Didalam hokum “Undang-undang Pokok
Kebijakan Bencana” yang menjadi dasar kebijakan bencana di Jepang didefinisikan sebagai
“kerugian yang muncul karena sebab-sebab yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah
yang mana mengelompokkan tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh fenomena alam yang
tidak normal seperti badai, hujan dan salju yang lebat, banjir, gelombang pasang laut, gempa,
tsunami, letusan gunung api atau kebakaran skala maupun peledakan bom”.
Sebagai definisi yang digunakan di seluruh dunia, S.W.A. Gunn berpendapat “kondisi
secara tiba-tiba dan serius yang terjadi dengan skala hingga diperlukan bantuan dari luar
komunitas lokasi bencana dan usaha darurat dari masyarakat yang menjadi korban bencana
untuk merespon dampak kerusakan secara luas dalam kaitannya dengan ekologi antara
lingkungan dan manusia”.Kemudian sebagai organisasi yang melakukan pemeriksaan atau
penelitian yang berkaitan dengan bencana, PBB mendefinisika “kehancuran berat pada fungsi
masyarakat yang menimbulkan jatuhnya korban, kerugian materi dan lingkungan dalam ruang
lingkup yang luas dan melebihi kemampuan merespon hanya dengan memanfaatkan sumber
yang dimiliki oleh masyarakat yang dilanda kerusakan”.
Sedang WHO (organisasi kesehatan dunia) mendefinisikan “fenomoena secara tiba-tiba
yang membawa dampak sangat parah pada lingkungan timpat tinggal dan memerlukan bantuan
dari luar komunitas lokasi kejadian”.
Hazard Kerentanan masyarakat
Fenomena alam Faktor alami
Peristiwa ulah Bencana
manusia Faktor sosial
Dari definisi seperti dijelaskan diatas, dapat dikatakan bahwa “bencana” adalah kondisi
dimana fenomena alam yang tidak normal dan peristiwa akibat ulah manusia menjadi penyebab
munculnya kerugian seperti membawa dampak yang besar terhadap nyawa atau kesehatan
dan kehidupan orang banyak, bahkan pada jiwa seseorang.
Bencana (Disaster)
Kerentanan (Vulnerability)
Tingkat kerugian yang berdampak pada nyawa ataupun kehidupan
ketika terjadi hazard. Dapat dikurangi dengan peningkatan kapasitas
Respon penduduk lokal dan komunitas masyarakat.
1. Kerentanan Masyarakat
Kerentanan memiliki 2 aspek, yaitu factor alami dan factor social
a. Faktor Alami
Factor alami merupakan keadaan mudah terjadinya bencana atau kerentanan
tergantung kondisi alam seperti bentuk geografis, geologi, cuaca, iklim dsb.
b. Faktor Sosial
Yang dimaksud dengan factor social adalah kerentanan akibat ulah/perbuatan
manusia.
Unsur Kerentanan karena unsur alami
Alami - Bentuk geografis
- Geologi
- Cuaca, iklim, dll
Unsur Kerentanan akibat aktifitas manusia
Social - Pembangunan di daerah berbahaya (tanah miring dan
lemah fondasinya)
- Pemusatan dan meningkatnya pertumbuhan penduduk serta
pesatnya urbanisasi
- Kerusakan lingkungan
- Kemiskinan
- Situasi masyarakat dan kondisi ekonomi yang tidak stabil
- Pengendalian bencana yang tidak tepat atau tidak
mencukupi, dll
Risiko = Hazard
x Kerentanan
Gb : Risiko
C. JENIS BENCANA
1. Bencana Alam (Natural Disaster)
Bencana alam adalah peristiwa yang terjadi akibat kerusakan atau ancaman ekosistem
dan telah terjadi kelebihan kapasitas komunitas yang terkena dampaknya. Bencana alam
mencakup gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, topan, banjir dll. Dapat dijumpai
terputusnya alat penunjang kehidupan (lifeline) dan tidak berfungsinya institusi medis.Bencana
alam yang representative dan kerusakan yang tipikal ditunjukkan pada table dibawah ini.
Jenis
Kerusakan Tipikal
Bencana
Gempa (Kerusakan fisik) Kerusakan bangunan atau sarana dan prasarana, bencana kebakaran,
kerusakan dam (bendungan), tanah longsor, banjir dll.
(Pra korban) Banyak korban. Terutama disekitar lokasi sumber bencana atau daerah
pemusatan penduduk, wilayah yang belum tertata bangunan yang bukan tahan gempa.
(Masalah kesehatan) Cacat karena patah tulang atau tertindih, masalah yang
disebabkan oleh kerusakan lingkungan sanitasi.
(Suplai air) Menjadi masalah besar karena kerusakan fasilitas suplai.
Tsunami (Kerusakan fisik) Kerusakan bangunan atau tanah, kerusakan bangunan dan sarana
dan prasarana akibat banjir setelah tsunami.
(Masalah kesehatan) Banyak korban meninggal karena tenggelam atau terjebak dalam
puing-puing bangunan.
(Suplai air) Kesulitan persediaan air bersih akibat tercampur air laut dan kerusakan
fasilitas suplai air dan puing-puing bangunan.
(Suplai makanan) Kerugian dan kerusakan akibat air laut, yang berkaitan dengan suplai
makanan seperti tanah pertanian, stok makanan dan kapal nelayan.
Letusan (Masalah kesehatan) Kematian, luka, luka bakar yang disebabkan oleh benda piroklastik
gunung api (seperti abu atau batu apung), gas, lava dll. Serta gangguan pernafasan karena gas dan
abu vulkanik.
(Tempat tinggal, sarana dan prasarana, dan pertanian) Semua rusak karena aliran
awan panas dan aliran lava. Kerusakan bangunan, banjir akibat tertutupnya sungai,
terputusnya system komunikasi dan transportasi yang disebabkan oleh tumpukan abu
vulkanik dalam jumlah besar.
(Suplai makanan) Hasil tanaman pada aliran awan panas dan aliran lava menjadi
musnah. Kerusakan pohon akibat abu vulkanik dan pencemaran padang rumput. Hewan
ternak terkena dampak karena menghirup gas dan abu vulkanik.
Tanah (Kerusakan fisik) Daerah tanah longsor semuanya rusak. Terputusnya sungai,
longsor transportasi dan komunikasi karena tanah dan pasir. Secara tidak langsung rusaknya
produktivitas pada produksi pertanian dan hutan, banjir, dan menurunnya nilai kekayaan.
(Masalah kesehatan) Banyak korban tewas dan luka karena terjebak dalam tanah dan
pasir.
Angin topan (Kerusakan fisik) Kerusakan banguna dan tanah longsor karena angin kencang, banjir,
badai dll.
(Masalah kesehatan) Luka akibat puing-puing yang beterbangan, tenggelam karena
banjir, munculnya penyakit menular karena polusi.
(Suplai air) Ada kemungkinan fasilitas air minum tercemar akibat banjir.
(Suplai makanan) Hasil tanaman, pohon, dan buaha-buahan terkena dampak akibat
badai hujan atau angin kencang.
(Jaringan komunikasi dan transportasi) Kehancuran pada jalur komunikasi, antena
dan fasilitas satelit karena angin kencang dan berdampak pada jaringan transportasi.
Banjir (Kerusakan fisik) Rusaknya bangunan karena terbawa air, kerusakan akibat kayu
terapung dan puing-puing bangunan, serta tanah longsor.
(Masalah kesehatan) Tenggelam. Jumlah korban luka tidak banyak. Munculnya penyakit
yang tersebar melalui air.
(Suplai air)Fasilitas air minum (PAM) dan saluran drainase tercemar, dan sulit mensuplai
air bersih.
(Suplai makanan) Berdampak pada hasil panen dan stok makanan. Dan juga merugikan
hewan ternak dan mesin dan fasilitas pertanian.
2. Bencana Buatan Manusia / Akibat Ulah Manusia
Penyebab secara langsung adalah ditimbulkan karena aktivitas manusia, contohnya
kecelakaan kereta, pesawat dan kecelakaan lalu lintas yang besar seperti kecelakaan antar
mobil, kecelakaan industri seperti bom, kebocoran bahan kimia dan ledakan gas dipabrik kimia,
kecelakaan radiologi, bencana kebakaran dalam skala besar, dan aksi teroris.
Bencana akibat perbuatan/ulah manusia berawal dari ilmu teknologi yang dibuat oleh
manusia, maka disebut dengan bencana teknologi (technological disaster). Selain bencana
teknologi, ada konflik antar suku, konflik bersenjata, perang saudara, dan perang antar negara.
Ini semua disebut dengan bencan komplek (complex disaster / complex humanitarian
emergencies).
3. Bencana Khusus
Dapat digolongkan menjadi 4 yaitu, tipe menyebar ke wilayah yang luas (penyebaran
polusi radioaktif dan bahan-bahan beracun), tipe komplek (terjadi bencan kedua dan ketiga, dan
penyebarannya), tipe gabungan atau campuran (campuran bencan alam dan bencana akibat
perbuatan/ulah manusia), dan tipe jangka panjang (memerlukan waktu pengecekan lokasi
kejadian dan penyelamatan korban).
BAB II
MANAJEMEN BENCANA
Dampak Bencana
Apapun sebabnya akan terjadi gangguan
Keseimbangan kebutuhan dan persediaan pada
Pelayanan medis dan sanitasi publik
B. SIKLUS BENCANA
Dalam menanggulangi bencana, maka bencana tersebut akan dibagi memjadi beberapa
fase. Secara umum terbagi menjadi 4 fase yaitu:
1. Fase pencegahan dan kesiapsiagaan bencana (prevention and preparedness
phase)
2. Fase tindakan (response phase) yang terdiri dari fase akut (acute phase) dan fase
sub akut (sub acute phase)
3. Fase pemulihan (recovery phase)
4. Fase rehabilitasi/rekonstruksi (rehabilitation /reconstruction phase)
APAKAH KEPERAWATAN
BENCAN ITU?
Keperawatan gawat darurat dan keperawatn bencana (fase akut) memiliki persamaan
dimana keduanya melakukan “pengobatan darurat terhadap pasien yang muncul dalam
berbagai kejadian”. Perbedaan utama diantara keduanya terletak pada keseimbangan antara
“kebutuhan peraatan kesehatan dan pengobatan” dan “sumber-sumber medis (tenaga
kesehatan, obat-obatan, dan peralatan)”.
Prioritas utama dilokasi bencana adalah untuk menyelamatkan korban yang terluka.
Pada fase ini untuk menyelamatkan orangorang yang bertahan hidup, sangat penting adanya
kerja sama dari berbagai pihak, tidak hanya petugas medis, namun juga anggota militer,
pemadan kebakaran (paramedis) dan tenaga sukarelawan. Karena terbatasnya waktu untuk
menyelamatkan hidup, maka perlu ditentukan perioritas dalam menyelamatkan orang yang sakit
dan terluka dengan melakukan triase. (tabel : 1)
Gb 2: Mayoritas Luka Luar pada saat Gempa Bumi di Prefektur Hyogo bagian Selatan
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
Kepala/Leher Dada Abdomen Ekstremitas beragam Luka
Pada bencana yang memakan banyak korban, triase (Triage) sangatlah penting untuk
dilakukan. Triase adalah proses untuk mengkategorikan orang-orang yang terluka pada saat
bencana berdasarkan tingkat keparahan luka mereka (luka ringan, sedang, dan berat) dan
menyiapkan perawatan medis sesuai tingkat prioritasnya. Langkah selanjutnya ialah
menyekeksi antara korban-korban yang memerlukan perawatan medis darurat (Treatment) dan
yang bisa dibawa pulang, dengan korban-korban yang harus dipindahkan ke lokasi lain
(Transportation) untuk mendapatkan perawatan medis khusus. 3T Bencana akan menjadi kunci
dalam menyelamatkan lebih banyak orang pada saat bencana.
1. Triase / Triage
Triase (Triage) berasal dari kata Perancis yang berarti “menyeleksi”. Triase bencana
adalah suatu sistem untuk menetapkan prioritas perawatan medis berdasarkan berat ringannya
suatu penyakit atau tingkat kedaruratannya, agar dapat dilakukan perawatan medis yang
terbaik kepala korban yang sebanyak-banyaknya, dalam kondisi dimana tenaga medis maupun
sumber-sumber materi lainnya serba terbatas.
2. Prinsip-Prinsip Triase
- Triase umumnya dilakukan untuk seluruh pasien
- Waktu untuk triase setiap orang harus tidak lebih dari 30 menit
- Prinsip untama triase adalah melaksankan prioritas dengan urutan “Nyawa” >
“Fungsi” > “Penampilan”
- Pada saat melakukan triase, maka kartu triase akan dipasangkan kepada korban
luka untuk memastikan urutan prioritasnya
- Triase dilakukan secara berulanh-ulang
3. Medote Triase
Simple Triage And rapit Treatment (START) adlah metode yang telah dikembangkan
atas pemikiran bahwa triase harus “akurat”, “cepat”, dan “universal”. Metode tersebut
menggunakan 4 macam observasi yaitu, “bisa berjalan”, “bernafas”, “sirkulasi darah”, dan
“tingkat kesadaran” untuk menentukan tindakan dan penting sekali bagi seluruh anggota medis
untuk mampu melakukan triase dengan menggunakan metode ini. (Gb : 3)
4. Kategori Triase
Korban yang nyawanya dalam keadaan kritis dan memerlukan priorotas pertama dalam
pengobatan medis diberi kartu merah. Korban yang dapat menunggu untuk beberapa jam
diberi kartu kuning, sedangkan korban yang dapat berjalan sendiri diberi kartu hijau. Korban
yang telah melampaui kondisi kritis dan kecil kemungkinannya untuk diselamatkan atau telah
meninggal diberikan kartu hitam.
Bisa berjalan Ringan
Pernafasan
Ya Tidak
Parah Sirkulasi
Bernafas Tidak bernasaf
Parah Mati
Parah Sedang
VI-1
KEPERAWATAN BENCANA BAGI IBU HAMIL
DAN MELAHIRKAN
2.