You are on page 1of 21

RESUME KEPERAWATAN BENCANA

DI

OLEH :

ADE RISKA RAMADHANI

01423013039
BAB I

PENGANTAR UMUM

BENCANA

A. DEFINISI BENCANA
Apabila menyebut kata “bencana”, mungkin banyak orang yang membayangkan
bencana alam seperti angin topan atau gempa, namun fenomena alam tidak sama dengan
bencana. Dengan terjadinya gempa belum tentu berarti terjadi “bencana”. Fenomena alam
seperti gempa dll merupakan penyebab timbulnya bencana tetapi bukan “bencana” (disaster)
seutuhnya. Fenomena atau kondisi yang menjadi penyebab bencana disebut hazard.Hazard
didefinisikan “membawa pengaruh negative terhadap nyawa manusia atau harta, aktifitas, dan
keadaan karena ulah manusia atau fenomena alam yang jarang dan darurat (PBB)”.
Bagaimana pendefinisian bencana (disaster)? Didalam hokum “Undang-undang Pokok
Kebijakan Bencana” yang menjadi dasar kebijakan bencana di Jepang didefinisikan sebagai
“kerugian yang muncul karena sebab-sebab yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah
yang mana mengelompokkan tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh fenomena alam yang
tidak normal seperti badai, hujan dan salju yang lebat, banjir, gelombang pasang laut, gempa,
tsunami, letusan gunung api atau kebakaran skala maupun peledakan bom”.
Sebagai definisi yang digunakan di seluruh dunia, S.W.A. Gunn berpendapat “kondisi
secara tiba-tiba dan serius yang terjadi dengan skala hingga diperlukan bantuan dari luar
komunitas lokasi bencana dan usaha darurat dari masyarakat yang menjadi korban bencana
untuk merespon dampak kerusakan secara luas dalam kaitannya dengan ekologi antara
lingkungan dan manusia”.Kemudian sebagai organisasi yang melakukan pemeriksaan atau
penelitian yang berkaitan dengan bencana, PBB mendefinisika “kehancuran berat pada fungsi
masyarakat yang menimbulkan jatuhnya korban, kerugian materi dan lingkungan dalam ruang
lingkup yang luas dan melebihi kemampuan merespon hanya dengan memanfaatkan sumber
yang dimiliki oleh masyarakat yang dilanda kerusakan”.
Sedang WHO (organisasi kesehatan dunia) mendefinisikan “fenomoena secara tiba-tiba
yang membawa dampak sangat parah pada lingkungan timpat tinggal dan memerlukan bantuan
dari luar komunitas lokasi kejadian”.
Hazard Kerentanan masyarakat
Fenomena alam Faktor alami
Peristiwa ulah Bencana
manusia Faktor sosial

Gb. 1 :Hazard dan Bencana

Dari definisi seperti dijelaskan diatas, dapat dikatakan bahwa “bencana” adalah kondisi
dimana fenomena alam yang tidak normal dan peristiwa akibat ulah manusia menjadi penyebab
munculnya kerugian seperti membawa dampak yang besar terhadap nyawa atau kesehatan
dan kehidupan orang banyak, bahkan pada jiwa seseorang.

Bencana (Disaster)

Fenomena kerusakan ekosistem yang


melampaui batas dan mutlak memerlukan
bantuan dari pihak luar karena telah melebihi
kapsitas respon masyarakat lokal.

B. BENCANA DAN HAZARD


Hazard menjadi penyebab terjadinya bencana. Namun bukan berarti jika ada hazard
maka akan terjadi bencana. Contohnya, jika badai angin ataupun angin topan dengan kekuatan
yang sama melanda wilayah yang tidak ada penghuninya, hal itu tidak dapat dianggap sebagai
bencana karena tidak berdampak pada nyawa atau kehidupan penduduk.
Oleh karena itu, kejadian bencana harus dipikirkan hubungan anatara hazard dengan
tempat terjadinya hazard dan tempat hidup orang-orang.Lalu yang menjadi permasalahannya di
sini adalah tempat hidup dan kerentanan (Vulnerability) masyarakat.Kerentanan masyarakat
berkaitan dengan berapa besar kekuatan tingkat persiapn masyarakat terhadap kejadian yang
menjadi penyebab bencana.
Hazard
Sesuatu yang mengancam nyawa manusia dan harta benda serta
lingkungan hidup karena peristiwa akibat ulah manusia ataupun
fenomena alam.

Kerentanan (Vulnerability)
Tingkat kerugian yang berdampak pada nyawa ataupun kehidupan
ketika terjadi hazard. Dapat dikurangi dengan peningkatan kapasitas
Respon penduduk lokal dan komunitas masyarakat.

1. Kerentanan Masyarakat
Kerentanan memiliki 2 aspek, yaitu factor alami dan factor social
a. Faktor Alami
Factor alami merupakan keadaan mudah terjadinya bencana atau kerentanan
tergantung kondisi alam seperti bentuk geografis, geologi, cuaca, iklim dsb.
b. Faktor Sosial
Yang dimaksud dengan factor social adalah kerentanan akibat ulah/perbuatan
manusia.
Unsur Kerentanan karena unsur alami
Alami - Bentuk geografis
- Geologi
- Cuaca, iklim, dll
Unsur Kerentanan akibat aktifitas manusia
Social - Pembangunan di daerah berbahaya (tanah miring dan
lemah fondasinya)
- Pemusatan dan meningkatnya pertumbuhan penduduk serta
pesatnya urbanisasi
- Kerusakan lingkungan
- Kemiskinan
- Situasi masyarakat dan kondisi ekonomi yang tidak stabil
- Pengendalian bencana yang tidak tepat atau tidak
mencukupi, dll
Risiko = Hazard
x Kerentanan

Gb : Risiko

C. JENIS BENCANA
1. Bencana Alam (Natural Disaster)
Bencana alam adalah peristiwa yang terjadi akibat kerusakan atau ancaman ekosistem
dan telah terjadi kelebihan kapasitas komunitas yang terkena dampaknya. Bencana alam
mencakup gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, topan, banjir dll. Dapat dijumpai
terputusnya alat penunjang kehidupan (lifeline) dan tidak berfungsinya institusi medis.Bencana
alam yang representative dan kerusakan yang tipikal ditunjukkan pada table dibawah ini.

Jenis
Kerusakan Tipikal
Bencana
Gempa (Kerusakan fisik) Kerusakan bangunan atau sarana dan prasarana, bencana kebakaran,
kerusakan dam (bendungan), tanah longsor, banjir dll.
(Pra korban) Banyak korban. Terutama disekitar lokasi sumber bencana atau daerah
pemusatan penduduk, wilayah yang belum tertata bangunan yang bukan tahan gempa.
(Masalah kesehatan) Cacat karena patah tulang atau tertindih, masalah yang
disebabkan oleh kerusakan lingkungan sanitasi.
(Suplai air) Menjadi masalah besar karena kerusakan fasilitas suplai.
Tsunami (Kerusakan fisik) Kerusakan bangunan atau tanah, kerusakan bangunan dan sarana
dan prasarana akibat banjir setelah tsunami.
(Masalah kesehatan) Banyak korban meninggal karena tenggelam atau terjebak dalam
puing-puing bangunan.
(Suplai air) Kesulitan persediaan air bersih akibat tercampur air laut dan kerusakan
fasilitas suplai air dan puing-puing bangunan.
(Suplai makanan) Kerugian dan kerusakan akibat air laut, yang berkaitan dengan suplai
makanan seperti tanah pertanian, stok makanan dan kapal nelayan.
Letusan (Masalah kesehatan) Kematian, luka, luka bakar yang disebabkan oleh benda piroklastik
gunung api (seperti abu atau batu apung), gas, lava dll. Serta gangguan pernafasan karena gas dan
abu vulkanik.
(Tempat tinggal, sarana dan prasarana, dan pertanian) Semua rusak karena aliran
awan panas dan aliran lava. Kerusakan bangunan, banjir akibat tertutupnya sungai,
terputusnya system komunikasi dan transportasi yang disebabkan oleh tumpukan abu
vulkanik dalam jumlah besar.
(Suplai makanan) Hasil tanaman pada aliran awan panas dan aliran lava menjadi
musnah. Kerusakan pohon akibat abu vulkanik dan pencemaran padang rumput. Hewan
ternak terkena dampak karena menghirup gas dan abu vulkanik.
Tanah (Kerusakan fisik) Daerah tanah longsor semuanya rusak. Terputusnya sungai,
longsor transportasi dan komunikasi karena tanah dan pasir. Secara tidak langsung rusaknya
produktivitas pada produksi pertanian dan hutan, banjir, dan menurunnya nilai kekayaan.
(Masalah kesehatan) Banyak korban tewas dan luka karena terjebak dalam tanah dan
pasir.
Angin topan (Kerusakan fisik) Kerusakan banguna dan tanah longsor karena angin kencang, banjir,
badai dll.
(Masalah kesehatan) Luka akibat puing-puing yang beterbangan, tenggelam karena
banjir, munculnya penyakit menular karena polusi.
(Suplai air) Ada kemungkinan fasilitas air minum tercemar akibat banjir.
(Suplai makanan) Hasil tanaman, pohon, dan buaha-buahan terkena dampak akibat
badai hujan atau angin kencang.
(Jaringan komunikasi dan transportasi) Kehancuran pada jalur komunikasi, antena
dan fasilitas satelit karena angin kencang dan berdampak pada jaringan transportasi.
Banjir (Kerusakan fisik) Rusaknya bangunan karena terbawa air, kerusakan akibat kayu
terapung dan puing-puing bangunan, serta tanah longsor.
(Masalah kesehatan) Tenggelam. Jumlah korban luka tidak banyak. Munculnya penyakit
yang tersebar melalui air.
(Suplai air)Fasilitas air minum (PAM) dan saluran drainase tercemar, dan sulit mensuplai
air bersih.
(Suplai makanan) Berdampak pada hasil panen dan stok makanan. Dan juga merugikan
hewan ternak dan mesin dan fasilitas pertanian.
2. Bencana Buatan Manusia / Akibat Ulah Manusia
Penyebab secara langsung adalah ditimbulkan karena aktivitas manusia, contohnya
kecelakaan kereta, pesawat dan kecelakaan lalu lintas yang besar seperti kecelakaan antar
mobil, kecelakaan industri seperti bom, kebocoran bahan kimia dan ledakan gas dipabrik kimia,
kecelakaan radiologi, bencana kebakaran dalam skala besar, dan aksi teroris.
Bencana akibat perbuatan/ulah manusia berawal dari ilmu teknologi yang dibuat oleh
manusia, maka disebut dengan bencana teknologi (technological disaster). Selain bencana
teknologi, ada konflik antar suku, konflik bersenjata, perang saudara, dan perang antar negara.
Ini semua disebut dengan bencan komplek (complex disaster / complex humanitarian
emergencies).
3. Bencana Khusus
Dapat digolongkan menjadi 4 yaitu, tipe menyebar ke wilayah yang luas (penyebaran
polusi radioaktif dan bahan-bahan beracun), tipe komplek (terjadi bencan kedua dan ketiga, dan
penyebarannya), tipe gabungan atau campuran (campuran bencan alam dan bencana akibat
perbuatan/ulah manusia), dan tipe jangka panjang (memerlukan waktu pengecekan lokasi
kejadian dan penyelamatan korban).
BAB II
MANAJEMEN BENCANA

Manajemen bencana adalah proses yang sistematis dimana didalamnya termasuk


berbagai macam kegiatan yang memanfaatkan kemampuan dari kebijakan pemerintah, juga
kemampuan komunitas dan individu untuk menyesuaikan diri dalam rangka meminimalisir
kerugian.
A. MANAJEMEN BENCANA
Dalam kondisi yang tidak stabil, tujuan akhir yang diharapkan dari pelayanan medis dan
keperawatan bencana adalah “memberikan pelayanan medis dan keperawatan terbaik kepada
korban tewas atau luka-luka yang jumlahnya banyak”. Karena itu, tujuan manajemen bencana
pada berbagai fasilitas kesehatan medis adalah memelihara lingkungan yang aman dan terus
memberikan pelayanan dasar pada saat bencana.

Dampak Bencana
Apapun sebabnya akan terjadi gangguan
Keseimbangan kebutuhan dan persediaan pada
Pelayanan medis dan sanitasi publik

Sumber medis (SDM,


Kebutuhan obat-obatan, dan
Pelayanan peralatan)
Medis dan
Sanitasi publik

Gb : Dampak bencana pada kesehatan medis

B. SIKLUS BENCANA
Dalam menanggulangi bencana, maka bencana tersebut akan dibagi memjadi beberapa
fase. Secara umum terbagi menjadi 4 fase yaitu:
1. Fase pencegahan dan kesiapsiagaan bencana (prevention and preparedness
phase)
2. Fase tindakan (response phase) yang terdiri dari fase akut (acute phase) dan fase
sub akut (sub acute phase)
3. Fase pemulihan (recovery phase)
4. Fase rehabilitasi/rekonstruksi (rehabilitation /reconstruction phase)

a. Fase Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana


Fase kesiapsiagaan adalah fase dimana dilakukan persiapan yang baik dan
memikirkan berbagai tindakan untuk meminimalisir kerugian yang ditimbulkan akibat
terjadinya bencana dan menyusun perencanaan agar dapat melakukan kegiatan
pertolongan serta perawatan yang efektif pada saat terjadi bencana. Menurut PBB
tindakan terhadap bencana ada 9 kerangka yaitu :
1. Pengkajian terhadap kerentanan
2. Membuat perencanaan (pencegahan bencana)
3. Pengorganisasian
4. Sistem informasi
5. Pengumpulan sumber daya
6. Sistem alarm
7. Mekanisme tindakan
8. Pendidikan dan pelatihan penduduk
9. Gladi resik
b. Fase Tindakan
Fase tindakan adalah fase dimana dilakukan berbagai aksi darurat yang nyata
untuk menjaga diri sendiri atau harta kekayaan. Aktifitas ynag dilakukan secara
kongkret, yaitu :
1. Instruksi pengungsian
2. Pencarian dan penyelamatan korban
3. Menjamin keamanan dilokasi bencana
4. Pengkajian terhadap kerugian akibat bencana
5. Pembagian dan penggunaan alat perlengkapan pada kondisi darurat
6. Pengiriman dan penyerahan barang material
7. Menyediakan tempat pengungsian, dll
c. Fase Pemulihan
Fase ini merupakan fase dimana individu atau maasyarakat dengan
kemmapuannya sendiri dapat memulihkan fungsinya seperti sedia kala (sebelum
terjadi bencana). Fase ini bagaimanapun juga hanya merupakan fase pemulihan dan
tidak sampai mengembalikan fungsi-fungsi normal seperti sebelum bencana terjadi.
Dengan kata lain fase ini merupakan masa peralihan dari kondisi darurat ke kondisi
tenang.
d. Fase Rahabilitasi/Rekonstruksi
Ini merupakan fase dimana individu atau masyarakat berusahan mengembalikan
fungsi-fungsinya seperti sebelum bencana dan merencanakan rehabilitasi terhadap
seluruh komunitas.

C. PELAYANAN MEDIS BENCANA BERDASARKAN SIKLUS BENCANA


a. Fase Akut pada Siklus Bencana
Untuk menyelamatkan korban luka sebanyak mungkin, maka sangat diperlukan
lancarnya pelaksanaan Triage (triase), Treatment (pertolongan pertama), dan
Transportation (transportasi) pada korbann luka, yang dalam pelayanan medis
bencana disebut dengan 3T.
b. Fase Menengah dan Panjang Pada Siklus Bencana
Pada fase ini, teerjadi perubahan pada lingkungan tempat tinggal, yaitu dari
tempat pengungsian ke rumah sementara dan rumah yang direhabilitasi. Hal yang
dilakukan adalah memperhatikan segi keamanan supaya dapat menjalankan aktifitas
hidup yang nyaman dan tenang, membantu terapi kejiwaan korban bencana,
membantu kegiatan-kegiatan untuk memulihkan kesehatan hidup dan membangun
kembali komunikasi sosial.
c. Fase Tenang Pada Siklus Bencana
Pada fase tenang dimana tidak terjadi becana, diperlukan pendidikan
penanggulangan bencana sebagai antisiipasi pada saat bencana terjadi, pelatihan
pencegahan bencana pada komunitas dengan melibatkan penduduk setempat,
pengecekan dan pemeliharaan fasilitas peralatan pencegahan bencana baik di daerah-
daerah maupun pada fasilitas medis, serta membangun sistem jaringan bantuan.
BAB III

APAKAH KEPERAWATAN

BENCAN ITU?

A. PERBEDAAN ANTARA KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN KEPERAWATAN


BENCANA

Keperawatan gawat darurat dan keperawatn bencana (fase akut) memiliki persamaan
dimana keduanya melakukan “pengobatan darurat terhadap pasien yang muncul dalam
berbagai kejadian”. Perbedaan utama diantara keduanya terletak pada keseimbangan antara
“kebutuhan peraatan kesehatan dan pengobatan” dan “sumber-sumber medis (tenaga
kesehatan, obat-obatan, dan peralatan)”.

B. PENTINGNYA PENGOBATAN DAN PERAWATAN KESEHATAN DI LOKASI BENCANA


PADA FASE AKUT

Prioritas utama dilokasi bencana adalah untuk menyelamatkan korban yang terluka.
Pada fase ini untuk menyelamatkan orangorang yang bertahan hidup, sangat penting adanya
kerja sama dari berbagai pihak, tidak hanya petugas medis, namun juga anggota militer,
pemadan kebakaran (paramedis) dan tenaga sukarelawan. Karena terbatasnya waktu untuk
menyelamatkan hidup, maka perlu ditentukan perioritas dalam menyelamatkan orang yang sakit
dan terluka dengan melakukan triase. (tabel : 1)

Tabel 1 : Batas Waktu Untuk Penyelamatan Hidup


KONDISI WAKTU PROSPEKTIF PROGNOSIS
Terhalangnya jalan nafas 5 menit Kematian
Hemathorax Pneumothorax Beberapa jam Kematian, Syok
Syok perdarahan 1 jam Syok
Crash syndrome Beberapa jam Gagal ginjal, Sepsis
Arteriosklerosis 6 jam Nekrosis, Amputasi
Perforasi saluran cerna 6 jam Peritonitis, Sepsis
Dehidrasi 2-7 hari Gagal ginjal. Kematian
Luka luar yang terjadi pada fase akut suatu bencan seperti gempa bumi, tsunami atau
topan diantaranya adalah laserasi, tersayat, patah tulang, terpisahnya anggota badan, injuri
spinal cord, hemopneumothorax dan ruptur usus. Terjadi juga epidemi luka luar yang
merupakan komplikasi dari beberapa luka luar yang sudah disebutkan tadi. Pada umumnya
luka luar dirawat sebagai luka infeksi dan luka tidak dijahit. Luka hanya ditutup setelah
dilakukan debridement (pembersihan luka) secara berulang dan petugas meyakini bahwa luka
tidak terinfeksi. Jika ada korban yang terperangkap disela puing-puing reruntuhan rumah yang
mungkin sulit untuk diselamatkan. Lebih dari itu para penyelamat juga harus memperkirakan
terjadinya Crash Syndromepada para korban yang keempat organ geraknya tertindih oleh
benda berat. Dalam kasus yang seperti ini maka tim penyelamat yang terlatih atau disebut
dengan DMAT (Disaster Medical Assistencce Team) harus melakukan prosedur CSM (Confined
Space Medicine) agar korban dapat diselamatkan.

Gb 2: Mayoritas Luka Luar pada saat Gempa Bumi di Prefektur Hyogo bagian Selatan

14000

12000

10000

8000

6000

4000

2000

0
Kepala/Leher Dada Abdomen Ekstremitas beragam Luka

Pada bencana yang memakan banyak korban, triase (Triage) sangatlah penting untuk
dilakukan. Triase adalah proses untuk mengkategorikan orang-orang yang terluka pada saat
bencana berdasarkan tingkat keparahan luka mereka (luka ringan, sedang, dan berat) dan
menyiapkan perawatan medis sesuai tingkat prioritasnya. Langkah selanjutnya ialah
menyekeksi antara korban-korban yang memerlukan perawatan medis darurat (Treatment) dan
yang bisa dibawa pulang, dengan korban-korban yang harus dipindahkan ke lokasi lain
(Transportation) untuk mendapatkan perawatan medis khusus. 3T Bencana akan menjadi kunci
dalam menyelamatkan lebih banyak orang pada saat bencana.

1. Triase / Triage
Triase (Triage) berasal dari kata Perancis yang berarti “menyeleksi”. Triase bencana
adalah suatu sistem untuk menetapkan prioritas perawatan medis berdasarkan berat ringannya
suatu penyakit atau tingkat kedaruratannya, agar dapat dilakukan perawatan medis yang
terbaik kepala korban yang sebanyak-banyaknya, dalam kondisi dimana tenaga medis maupun
sumber-sumber materi lainnya serba terbatas.
2. Prinsip-Prinsip Triase
- Triase umumnya dilakukan untuk seluruh pasien
- Waktu untuk triase setiap orang harus tidak lebih dari 30 menit
- Prinsip untama triase adalah melaksankan prioritas dengan urutan “Nyawa” >
“Fungsi” > “Penampilan”
- Pada saat melakukan triase, maka kartu triase akan dipasangkan kepada korban
luka untuk memastikan urutan prioritasnya
- Triase dilakukan secara berulanh-ulang
3. Medote Triase
Simple Triage And rapit Treatment (START) adlah metode yang telah dikembangkan
atas pemikiran bahwa triase harus “akurat”, “cepat”, dan “universal”. Metode tersebut
menggunakan 4 macam observasi yaitu, “bisa berjalan”, “bernafas”, “sirkulasi darah”, dan
“tingkat kesadaran” untuk menentukan tindakan dan penting sekali bagi seluruh anggota medis
untuk mampu melakukan triase dengan menggunakan metode ini. (Gb : 3)
4. Kategori Triase
Korban yang nyawanya dalam keadaan kritis dan memerlukan priorotas pertama dalam
pengobatan medis diberi kartu merah. Korban yang dapat menunggu untuk beberapa jam
diberi kartu kuning, sedangkan korban yang dapat berjalan sendiri diberi kartu hijau. Korban
yang telah melampaui kondisi kritis dan kecil kemungkinannya untuk diselamatkan atau telah
meninggal diberikan kartu hitam.
Bisa berjalan Ringan

Pernafasan

Ya Tidak

30/menit 30/menit Manajemen jalan nafas

Parah Sirkulasi
Bernafas Tidak bernasaf

Parah Mati

Tidak teraba nadi Tes pengisian kapiler Teraba nadi radial


radial

Parah >2 Detik < 2 Detik Kesadaran

Tidak mengikuti Mengikuti


perintah perintah

Parah Sedang

Gb. 3 :Alur Triase


5. Kartu Triase
Hasil triase dicatat secara sederhana di kartu traise, kemudian digantungkan dileher
atau di salah satu tangan dan kaki pasien.
6. Manajemen Transportasi
a. Tempat bencana dan pusat pertolongan pertama
Di tempat bencana buatlah sebuah area untuk membagi para korban luka yang telah
diselamatkan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok pasien yang dapat berjalan
dengan kelompok pasien yang tidak dapat berjalan. Pada area kelompok pasien
yang dapat berjalan sebaiknya menggunakan teknik cattle chute, yaitu denga
membuat pintu masuk yang lebar dan pintu keluar yang sempit. Agar pasien dapat
keluar secara satu per satu dan tanpa kekacauan.
b. Unit perawatan gawat darurat
Pada bencana dengan banyak korban, fasilitas pengobatan pasti akan diserbu oleh
para korban. Oleh karena itu pertama-tama semua pintu masuk harus dituutup dan
menyiapkan sistem untuk melakukan triase. Dan setelah pintu dibuka lakukan triase
ulang guna untuk memastikan kemungkinan terjadinya perubahan mendadak pada
kondisi korban.
B. TEKNIK PENGKAJIAN FISIK YANG DIBUTUUHKAN PADA KEPERAWATAN
BENCANA
Pada bagian ini akan dijelaskan metode-metode pengkajian fisik yang meliputi kondisi
pernafasan, kondisi sirkulasi dan kondisi kesadaran.
1. Pengamatan Pada Pernafasan
Untuk melakukan hal ini, dekatkan diri anda ke wajah pasien, lihat pergerakan
dada, dengarkan suara nafasnya, dan rasakan hembusan nafasnya di pipi anda secara
bersamaan. Jika pasien tidak bernafas maka bebaskan jalan nafas denga metode
“chin lift, head tilt” (naikkan dagu, turunkan dahi) kemudian lakukan cek ulang.
2. Pengamatan Pada Sirkulasi Darah
Lakukan cek urat nadi bersamaan dengan Test Blanch. Test blach adalah tes yang
dilakukan untuk mengamati sirkulasi darah dibagian kuku.
3. Pengamatan Kesadaran
Pada pengamatan kesadaran instruksikan pasien dengan perintah-perintah kecil,
jika pasien dapat merespon maka ia digolongkan kedalam kondisi tidak parah dan
berikan kartu kuning.
C. KARAKTERISTIK KEPERAWATAN BENCANA
Karakteristik keperawatan bencana adalah memberikan pelayanan medis yang terbaik
kepada sebanyak mungkin korban dalam kondisi terbatasnya sumber. Oleh karena itu dituntut
untuk adanya kemampuan membuat keputusan dalam memberikan prioritas pelayanan medis
dengan menggunakan sistem triase. Pengkajian fisik yang digunakan dalam triase bencana,
secara prinsip menuntut perawat untuk menggunakan kelima panca indranya dan
mengoptimalkannya.
BAB IV
KEPERAWATAN TERHADAP KELOMPOK
RENTAN PADA BENCANA

VI-1
KEPERAWATAN BENCANA BAGI IBU HAMIL
DAN MELAHIRKAN

A. PENTINGNYA KEGIATAN BANTUAN EMERGENCY YANG DIFOKUSKAN PADA IBU


HAMIL DAN MELAHIRKAN PADA SAAT BENCANA
1. Kondisi Tubuh Ibu Hamil dan Janin
Penting untuk diingat sebagai petugas, bahwa dalam membantu seorang wanita wamil
adalah sama halnya dengan membantu bayi yang dikandungnya. Dengan kata lain
meningkatkan kondisi fisik dan mental wanita hamil dapat melindungi kehidupan janinnya dalam
berbagai hal.
2. Mengapa Wanita Hamil dan Melahirkan Harus Diprioritaskan?
Pertama, karena ada dua kehidupan, yaitu kehidupan ibu dan janinnya yang harus
dilindungi. Kedua, karena perubahan-perubahan fisiologis mereka, untuk lebih detail akan
dibahas kemudian, petugas mengalami kendala dalam mengkaji kondisi luka dan menganggap
kondisi mereka sebagai kategori yang ringan. Dengan demikian mempertimbangkan kondisi
setelah memperhatikan ciri-ciri fisiologi ibu hamil dan melahirkan merupakan hal yang tidak bisa
diabaikakn oleh perawat.
B. CIRI-CIRI WANITA HAMIL DAN MELAHIRKAN, DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
TRIAGE DALAM OPERASI BANTUAN BENCANA
1. Perubahan Anatomi Pada Wanita Hamil
Pada wanita hamil, berat uterus meningkat kira-kira 50-1000 gr selama hamil, yang
mana dapat meningkatkan tekanan terhadap organ didalam rongga abdomen dan dapat
mempengaruhi fungsi organ tersebut. Termasuk didalamnya adalah perubahan pada sistem
pernafasan, pencernaan, dan urinari.
a. Perubahan pada sistem pernafasan
Saat hamil, diafragma terangkat karena membesarnya uterus akibat pertumbuhan
janin dalam kandungan yang mempercepat gerakan diafragma, dan sedikit
menambah kapasitas paru-paru dan kapasitas pernafasan.
b. Perubahan pada sistem pencernaan
Ukuran lambung mengecil karena adanya tekanan dari pembesaran uterus yang
dapat menurunkan gerakan peristaltik usus dan dapat menyebabkan konstipasi.
Karena makanan dalam lambung tinggal lebih lama maka akan kebih mudah
menyebabkan muntah-muntah dan aspirasi.
c. Perubahan pada sistem urinari
Tekanan pada visika urinaria karena membesarnya uterus dan kepala janin
menyebabkan sering berkemih.
2. Perubahan Fisiologis Pada Kehamilan
a. Perubahan pada sistem metabolis
Konsumsi oksigen pada wanita hamil meningkat kira-kira 20% di atas normal, yang
menyebabkan kecepatan basal metabolisme meningkst kira-kira 8-15% selama
triwulan kedua dari kehamilan. Dengan perubahan metabolisme seperti ini, maka
kebutuhan nutrisi harian selama fase kehamilan juga meningkat ya g diperkirakan
sekitar 350 kkal di atas normal.
b. Perubahan pada sistem sirkulasi
Volume sirkulasi darah ibu hamil meningkat sekitar 20-30% di atas normal setelah
32 minggu kehamilan, dan plasma darah akan meningkat sekitar 40-50%. Selama
30-34 minggu kehamilan kardiak output per menit mencapai titik maksimum yang
kadar peningkatannya adalah 45% dimana hal ini dapat menyebabkan muatan
maksimum terhadap jantung. Kardiak output dan kecepatan jantung per menit
meningkat, sementara tekanan darah masih tetap tidak berubah. Hal ini
disebabkan oleh resistensi vaskuler perifer yang menurun karena dinding
pembuluh darah menjadi lembut akibat pengaruh hormon.
c. Perubahan aliran darah ke uterus
Pada fase tidak hamil aliran darah ke uretus hanya 2% dari kardiak output, namun
pada saat kehamilan aliran darah meningkat 10 kali lipat. Pembuluh darah uterus
mengalami kontraksi akibat stress, yang menyebabkan penurunan aliran darah
kedalam plasenta dan dapat mengancam kehidupan janin.
3. Perubahan Psikologi dan Emosi pada Kehamilan
a. Trimester pertama kehamilan
Pada trimester awal, wanita hamil secara psikologis dan emosional menjadi tidak
stabil dan ambivalen. Di satu sisi mereka merasa senang dengan kehamilannya,
tetapi disisi lain mereka merasa stress yang disebabkan oelh tubuhnya.
b. Trimester kedua kehamilan
Pada stadium ini wanita hamil menyadari kehamilannya dan menyadari gerakan-
gerakan janin dalam kandungannya dan menyebabkan psikologis dan emosinya
stabil.
c. Trimester ketiga kehamilan
Pada tahap akhir kehamilan ini, pergerakan ibu hamil menjadi lambat dan merasa
nyeri dibagian punggung bawah atau kakinya akibat pembesaran uterus.
4. Hubungan Dengan Triage
Pertama, petugas perlu mengukur kecepatan nafas karena hal tersebut menunjukkan
bagaimana ibu hamil merespon bencana. Kecepatan nafas >30 kali/menit dapat
dikategorikan sebagai kondisi yang parah tetapi belum tentu begitu pada ibu hamil. Dan
pengkajian harus dipindah ke level selanjutnya dalam sistem sirkulasi. Petugas perlu
mempertimbangkan mudahnya terjadi sindroma hyperventilasi karena terjad dampak
kecemasan dan stress emosional.
Kedua, petugas dapat mengkaji warna kuku korban. Warna kuku wanita hamil relatif
putih karena mereka mengalami pseudoanemia akibat volume plasma yang lebih
meningkat daripada eritrosit.
Ketiga, petugas perlu mengkaji kesadaran dengan cara mengobservasi apakah
mereka mengikuti perintah atau tidak. Wanita hamil dalam keadaan syok akan sulit untuk
mengikuti perintah.
5. Pengkajian Kesehatan Ibu Hamil dan Melahirkan
Kondisi kesehatan wanita hamil harus dikaji dari bertambahnya berat badan, oedema,
dan anemia dimana hal ini merupakan indikator tanda vital. Kondisi kesehatan janin dalam
kandungan harus dikaji dari point-point seperti gerakan janin, denyut jantung dan
pertumbuhan janin.
a. Indikator pengkajian kesehatan pada tubuh ibu hamil
- Kenaikan berat badan : dalam pengkajian berat badan ibu hamil yang paling
penting adalah ada atau tidak adanya oedema.
- Oedema : jika tidak ada timbangan oedema dapat dikaji dengan menekan
daerah tibia ibu hamil. Gejala-gejala yang mana ibu hamil sulit menggenggam
tangannya, atau menapakkan kakinya kedalam sepatu karena adanya oedema
ditangan, lutut, dan telapak kaki harus diperiksa. Oedema juga dikaji dengan
pengukuran volume urinari.
- Hipertensi : hal ini dapat dikaji dengan persepsi perabaan oleh petugas dengan
melihat gejala-gejala yang dirasakan seperti sakit kepala dan nadi meningkat.
- Anemia : dapat dikaji dengan melihat warna pembuluh darah kapiler. Pada
kasus warna konjungtifa atau kuku pucat, dapat diperkirakan merupakan tanda
anemia.
b. Indikator pengkajian kesehatan janin dalam kandungan
- Gerakan dan denyut jantung janin : kondisi janin dikaji dengan mengukur
gerakan dan denyut jantungnya. Denyut jantung janin dideteksi dengan
menggunakan alat teraube. Setelah mengetahui posisi punggung janin maka
denyut jantung janin dapat didengar dengan cara mendekatkan telinga
menggunakan teroube pada perut ibu.
- Pertumbuhan janin : usia kehamilan dapat ditentukan melalui ukuran uterus.
Ukuran uterus dapat diukur dengan menggunakan jari
6. Pengkajian Kehamilan Tidak Normal
a. Tanda-tanda dan gejala kelahiran prematur (keguguran)
 Kontraksi terjadi setiap 10 menit atau lebih dalam 1 jam
 Keluar cairan melalui vagina (indikator pecahnya ketuban)
 Terjadi kram seperti pada saat mestruasi
 Terjadi nyeri pada pinggang dan abdomen bagian bawah
 Tekanan pada pelvis seperti anak akan lahir
 Terjadi kram abdomen yang dapat disertai diare ataupun tidak
 Keluarnya cairan vagina secara mendadak atau tidak seperti biasa
 Perdarahan vagina atau leher rahim
b. Gejala dan tanda sindrom hipertensi
 Tekanan darah tinggi
 Tekanan sistolik > 140 mmHg
 Tekanan diastolik 90 mmHg
 Oedema
C. DAMPAK BENCANA PADA IBU HAMIL DAN MELAHIRKAN SERTA NILAI-NILAI
PENTING DALAM OPERASI PENYELAMATAN EMERGENCY
1. Dampak Bencana Terhadap Ibu Hamil Dan Melahirkan
a. Ancaman keguguran (abortus imminens) atau kelahiran prematur
Karena stress dan rangsangan fisik seperti gerakan-gerakan dan posisi yang
dibebani abdomen, ibu hamil dapat melahirkan sebelum waktunya (prematur).
b. Perdarahan yang disebabkan oleh luka sada tubuh ibu hamil
Ketika ibu hamil mengalami syok karena perdarahan, maka terjadi kontraksi uterus
dan volume darah ke janin menjadi berkurang. Oleh karena itu harus disediakan oksigen
yang banyak untuk ibu hamil agar konsumsi oksigen bagi janinnya dapat terpenuhi.
c. Pelepasan dini pada plasenta normal dan ruptur uterin
Ketika pelepasan dini pada plasenta normal atau ruptur uterin terjadi, maka ibu
hamil merasakan nyeri yang luar biasa didalamabdomen nya karena terjadi kontraksi
uterus. Dan ada kemungkinan besar janin meninggal jika terjadi hal yang seperti ini
d.

2.

D. BAGAIMANA MEMPERSIAPKAN KELAHIRAN YANG AMAN DAN NILAI-NILAI


PENTING YANG MENDUKUNG IBU MELAHIRAN

You might also like