You are on page 1of 26

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Keluarga


1. Keperawatan Kesehatan Keluarga
a. Pengertian
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat
dekat hubungannya dengan seseorang. Dikeluarga itu
seseorang dibesarkan, bertempat tinggal, berinteraksi satu
dengan yang lain, dibentuknya nilai-nilai, pola pemikiran, dan
kebiasaannya dan berfungsi sebagai saksi segenap budaya
luar, dan mediasi hubungan anak dan lingkungannya (Bussard
dan Ball 2006) Keluarga adalah anggota rumah tangga yang
saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi dan
perkawinan (WHO, 2009).
Keluarga adalah sekumpulan orang yang
dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang
bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang
umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga (setiadi,
2008).
Menurut Helvie (2003) Keluarga adalah sekelompok
manusia yang tinggal dalam satu rumah tangga dalam
kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat.
Menurut Depkes RI (2011) Keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu
tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan.
Menurut Bailon dan Maglaya (2006) Keluarga adalah
dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan

4
5

darah, perkawinan dan adopsi, dalam satu rumah tangga


berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
Menurut UU No. 10 Tahun 1992 Keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri atau
suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan
anaknya (Duval, 2008).
Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup
atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan
jenis yang hidup bersama atau seseorang perempuan yang
sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya
sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga
(Sayekti, 2009)
b. Ciri-Ciri Keluarga
1) Menurut Robert Mac Iver dan Charles Horton (Setiadi,
2008)
a) Keluarga merupakan hubungan perkawinanan.
b) Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan
dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk
atau dipelihara.
c) Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama
(NomenClatur) termasuk perhitungan garis keturunan.
d) Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk
oleh anggota-anggotanya berkaitan dengan
kemampuan untuk mempunyai keturunan dan
membesarkan anak.
e) Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah
atau rumah tangga.
2) Ciri Keluarga Indonesia
a) Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi
semangat gotong royong.
6

b) Dijiwai oleh nilai-nilai kebudayaan ketimuran.


c) Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses
pemutusan dilakukan secsara musyawarah.
c. Tipe Keluarga
Pembagian tipe ini bergantung kepada konteks
keilmuan dan orang yang mengelompokkan menurut Setiadi
(2008) :
1) Secara tradisional
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2
yaitu :
a) Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang
hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh
dari keturunanya atau adopsi atau keduanya.
b) Keluarga besar (Extended Family) adalah keluarga inti
ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai
hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi)
2) Secara modern
Berkembangnya peran individu dan meningkatnya
rasa individualisme maka pengelompokkan tipe keluarga
selain diatas adalah :
a) Tradisional Nuclear
Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam
satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam
suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat
bekerja diluar rumah.
b) Reconsituted Nuclear
Pembentukkan baru dari keluarga inti melalui
perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam
pembentukkan satu rumah dengan anak-anaknya, baik
itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari
7

perkawinan baru, satu/keduanya dapat bekerja diluar


rumah.
c) Nidle Age/Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri
dirumah/kedua-duanya bekerja dirumah, anak-anak
sudah meninggalkan rumah karena
sekolah/perkawinan/meniti karir.
d) Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak
mempunyai anak yang keduanya atau salah satu
bekerja diluar rumah.
e) Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat
perceraian/kematian pasangannya dan anak-anaknya
dapat tinggal dirumah atau diluar rumah.
f) Dual Carrier
Suami istri atau keduanya orang karir dan tanpa anak.
g) Commuter Married
Suami istri atau keduanya orang karir dan tinggal
terpisah pada jarak tertentu. Keduanya saling mencari
pada waktu-waktu tertentu.
h) Single Adult
Wanita atau pria dewasa tinggal sendiri dengan
tidak adanya keinginan untuk menikah.
i) Three Generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu
rumah.
j) Institusional
Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal
dalam satu panti-panti.
8

k) Comunal
Satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan
yang monogami dengan anak-anaknya dan bersama-
sama dalam persedian fasilitas.
l) Group Marriage
Satu perumahan terdiri dari orangtua dan
keturunanya didalam satu kesatuan keluarga dan tiap
individu adalah menikah dengan yang lain dan semua
adalah orangtua dari anak-anak.
m) Unmarried Parent and Child
Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dihendaki,
anaknya diadopsi.
n) Cohibing Coiple
Dua orangtua atau satu pasangan yang tinggal
bersama tanpa menikah.
o) Gay and Lesbian Family
Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang
berjenis kelamin sama.
d. Struktur Keluarga
Struktur keluarga menggambarkan bagaimana
keluarga melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat.
Struktur keluarga terdiri deari bermacam-macam menurut
Setiadi (2008), diantaranya :
1) Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam berbagai generasi, dimana
hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2) Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari
sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana
hubungan itu disusun melalui garis ibu.
3) Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal
bersama keluarga saudara istri.
9

4) Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal


bersama keluarga saudara suami.
5) Keluarga kawin adalah hubungan suami istri sebagai
dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak
saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suamti atau istri.
e. Fungsi Pokok keluarga
Menurut Friedman, 1998 dalam Setiadi (2008), secara
umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
1) Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan
anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.
2) Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan
tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum
meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang
lain diluar rumah.
3) Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan
generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4) Fungsi ekonomi adalah keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan
tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
5) Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan adalah fungsi
untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.
f. Peran Perawat Keluarga
Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan
kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai unti
pelayanan untuk mewujudkan keluarga sehat. Fungsi
perawat membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah
10

kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan


keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan
keluarga (Suprajitno, 2004).
Peran perawat dalam melakukan perawatan
kesehatan keluarga adalah sebagai berikut (Suprajitno,
2004) :
1) Pendidik
Perawat perlu melakukan pendidikan kesehatan
kepada keluarga agar :
a) Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan
secara mandiri.
b) Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan
keluarga
2) Koordinator
Koordinasi diperlukan pada perawatan agar
pelayanan komperhensif dapat dicapai. Koordianasi juga
diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi
dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih
dan pengulangan
3) Pelaksanaan
Perawat dapat memberikan perawatan langsung
kepada klien dan keluarga dengan menggunakan metode
keperawatan
4) Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan harus melaksanakan
hime visit yang teratur untuk mengidentifikasi dan
melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.
5) Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam
mengatasi masalah kesehatan. Agar keluarga mau
meminta nasehat kepada perawat, hubungan perawat dan
11

klien harus terbina dengan baik , kemampuan perawat


dalam menyampaikan informasi yang disampaikan secara
terbuka dapat dipercaya.
6) Kolaborasi
Bekerja sama dengan pelayanan kesehatan seperti
rumah sakit dan anggota tim kesehatan lain untuk
mencapai kesehatan keluarga yang optimal.
7) Fasilisator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala
seperti masalah sosial ekonomi, sehingga perawat harus
mengetahui sistem pelayanan kesehatan seperti rujukan
dan penggunaan dana sehat.
8) Penemu kasus
Menemukan dan mengidentifikasi masalah secar dini
di masyrakat sehingga menghindari dari ledakan kasus
atau wabah.
9) Modifikasi lingkungan
Mampu memodifikasi lingkungan baik lingkungan
rumah maupun masyarakat agar tercipta lingkungan
sehat.
2. Tanggung Jawab Perawat
Seseorang perawat memiliki tanggung jawab dan tanggung
gugat untuk asuhan keperawatan yang diberikannya. Tanggung
jawab mengacu pada pelaksanaan tugas yang dikaitkan dengan
peran tertentu perawat American Nurses assication (ANA)
(1985). Ketika memberikan medikasi, perawat bertanggung
jawab dalam mengkaji kebutuhan klien terhadap obat-obatan
memberikannya dengan benar dan dalam dosis yang aman
serta mengevaluasi responnya. Seorang perawat yang
bertindak secara bertanggung jawab akan meningkatkan rasa
percaya klien dan profesional lainnya. Seorang perawat yang
12

bertanggung jawab akan tetap kompeten dalam pengetahuan


dan kemampuan, serta menunjukkan keinginan untuk bertindak
menurut paduan etik profesi.
Tanggung gugat artinya dapat memberikan alasan atas
tindakannya. Seorang perawat bertanggung gugat terhadap
dirinya sendiri, klien, profesi, atasan dan masyarakat. Jika dosis
medikasi salah diberikan, perawat bertanggung gugat pada klien
yang menerima medikasi tersebut, dokter yang
memprogramkan tindakan, pearawat yang menetapkan standar
prilaku yang diharapkan, serta masyarakat, yang semuanya
menghendaki prilaku profesional. Untuk dapat melakukan
tanggung gugat, perawat harus bertindak menurut kode etik
profesional.
Jika suatu kesalahan terjadi, perawat melaporkannya dan
memulai perawatan untuk mencegah trauma lebih lanjut.
Tanggung jawab memicu evaluasi efektifitas perawat dalam
praktik. Tanggung gugat profesional memiliki tujuan sebagai
berikut :
a. Untuk mengevaluasi praktisi profesional baru dan mengkaji
ulang yang telah ada.
b. Untuk mempertahankan standar perawatan kesehatan.
c. Untuk memudahkan refleksi pribadi, pemikiran etis, dan
pertumbuhan pribadi pada pihak profesional perawatan
kesehatan.
d. Untuk memberikan dasar pengambilan keputusan etis.
3. Ruang Lingkup Keperawatan Keluarga
Ruang lingkup keperawatan keluarga meliputi :
a. Promosi kesehatan.
b. Pencegahan penyakit  pencegahan spesifik keluarga
bebas dari cedera, immunisasi, pencegahanmerokok,
program kebugaran fisik, screening dan follow up care
13

berbagai kasus ( hipertensi, pencegahan komplikasi klien


dm, dan osteoporosis, dll.
c. Intervensi keperawatan untuk proses penyembuhan (terapi
keperawatan)  intervensi keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia pada anggota keluarga melalui
terpi modalitas dan terapi kompelementer.
d. Pemulihan kesehatan  rehabilitai fisik, mental dam sosial
meningkatkan kemampuan keluarga dan anggota keluarga
unutk berfungsi secara optimal.

B. Konsep Penyakit Asam Urat


1. Pengkajian
Tahap pertama pada asuhan keperawatan keluarga, yaitu
perawat melakukan pengkajian dengan menggunakan formulir
yang dapat digunakan pada semua tahap perkembangan
keluarga (Suprajitno, 2008).
Meskipun demikian perawat perlu melakukan pengkajian
fokus pada tiap perkembangan yang didasarkan oleh Menurut
Suprajitno (2008),
a. Dalam tiap tahap perkembangan keluarga, karakteristik
keluarga akan berbeda karena adda perubahan anggota
keluarga (dapat bertambah atau berkurang)
b. Pada tiap tahap perkembangan, keluarga mempunyai tugas
perkembangan keluarga yang harus dilakukan.
c. Pada tiap tahap perkembangan keluarga, kewajiban
keluarga berbeda.
Pengkajian data fokus keluarga dengan anak usia remaja
dalam Suprajitno (2008) meliputi:
a. Bagaimana karakteristik teman disekolah atau di lingkungan
rumah.
b. Bagaimana kebiasaan anak menggunakan waktu luang.
14

c. Bagaimana perilaku anak selama dirumah.


d. Bagaimana hubungan antara anak remaja dengan adiknya,
dengan teman sekolah atau bermain.
e. Siapa saja yang berada dirumah selama anak remaja
dirumah.
f. Bagaimana prestasi anak disekolah dan prestasi apa yang
pernah diperoleh anak.
g. Apa kegiatan diluar rumah selain disekolah, berapa kali,
berapa lama, dan dimana.
h. Apa kebiasaan anak dirumah.
i. Apa fasilitas yang digunakan anak secara bersamaan atau
sendiri.
j. Berapa lama waktu yang disediakan orang tua untuk anak
k. Siapa yang menjadi figur bagi anak.
l. Seberapa peran yang menjadi figur bagi anak.
m. Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga
2. Perumusan Diagnosa Keperawatan
Pada tahap ini ada beberapa kegiatan yang perlu dilakukan
perawat sebagai berikut (Suprajitno, 2008) :
a. Pengelompokan Data
Kegiatan ini tidak berbeda dengan analisis dan
sintesis pada asuhan keperawatan klinik. Perawat
mengelompokan data hasil pengkajian dalam data subjektif
dan objektif setiap kelompok diagnosis keperawatan.
b. Perumusan Diagnosis Keperawatan
Perumusan diagnosis keperawatan dapat diarahkan
kepada sasaran individu dan atau keluarga. Kompenen
diagnosis keperawatan meliputi masalah (problem),
penyebab (etiologi), dan atau tanda (sign).
15

Perumusan diagnosis keperawatan keluarga


menggunakan aturan yang sudah disepakati, terdiri dari:
1) Masalah (problem, P) adalah suatu pernyataan tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh
keluarga atau anggota (individu) keluarga
2) Penyebab (etiologi, E) adalah suatu pernyataan yang
dapat menyebabkan masalah dengan mengacu kepada
lima tugas keluarga, yaitu mengenal masalah, mengambil
keputusan yang tepat, merawat anggota keluarga,
memelihara lingkungan, atau memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan
3) Tanda (sign, S) adalah sekumpulan data objektif dan data
subjektif yang diperoleh perawat dari keluarga secara
langsung atau tidak yang mendukung masalah dan
penyebab.
Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan
menjadi tiga kelompok yaitu:
1) Diagnosis actual
Diagnosis aktual yaitu masalah keperawatan yang
sedang dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan dari
perawat dengan cepat
2) Diagnosis resiko
Diagnosis resiko yaitu masalah keperawatan yang
belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah
keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak
segera mendapat bantuan perawat.
3) Diagnosis potensial
Diagnosis potensial yaitu suatu keadaaan sejahtera
dari keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi
kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang
kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan.
16

Masalah keperawatan sampai saat ini masih


menggunakan daftar masalah keperawatan yang dibuat oleh
asosiasi perawat Amerika (NANDA ) yang meliputi masalah
aktual, resiko atau resiko tinggi, dan potensial. Penyebab
merujuk pada tugas keluarga dibidang kesehatan, yaitu
mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk
tindakan, merawat anggota keluarga, memodifikasi lingkungan,
atau memanfaatkan fasilitas layanan kesehatan sesuai data
yang telah dikumpulkan dalam pengkajian. Sedang tanda dapat
dituliskan atau tidak karena telah diidentifikasi pada angkah
awal.
Daftar masalah keperawatan (NANDA) yang dapat
digunakan sebagai berikut:
1) Gangguan proses keluarga
2) Gangguan pemeliharaan kesehatan
3) Perubahan kebutuhan nutrisi: kurang atau lebih dari
kebutuhan tubuh
4) Gangguan peran menjadi orang tua
5) Gangguan pola eliminasi
6) Kondisi sanitasi tidak memenuhi syarat kesehatan
7) Gangguan penampilan peran
8) Gangguan pola seksual
9) Ketidakmampuan antisipasi dukungan berkepanjangan
10) Konflik pengambilan keputusan
11) Adaptasi kedukaan yang tidak fungsional
12) Potensial berkembanganya koping keluarga
13) Koping keluarga tidak efektif
14) Gangguan manajemen pemeliharaan rumah
15) Hambatan intraksi social
16) Defisit pengetahuan
17) Konflik peran keluarga
17

18) Resiko perubahan peran orang tua


19) Resiko terjadi trauma
20) Resiko tinggi perilaku kekerasan
21) Ketidakberdayaan
22) Terjadinya isolasi social
c. Penilaian ( skoring ) diagnosis keperawatan
Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosis
keperawatan lebih dari satu. Proses skoring menggunakan
skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglaya (2008).
Proses skoringnya dilakukan untuk setiap diagnosis
keperawatan:
1) Tentukan skornya sesuai dengan kreteria yang dibuat
perawat
2) Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan
dengan bobot Skor yang diperoleh X bobot Skor tertinggi
3) Jumlah skor untuk semua kreteria ( skor maksimum sama
dengan jumlah bobot, yaitu 5 )
Penentuan prioritas sesuai dengan kreteria skala:
1) Untuk kreteria pertama, prioritas utama diberika pada tidak
atau kurang sehat karena perlu tindakan segera dan
biasanya didasari oleh keluaraga
2) Untuk kreteria kedua perlu diperhatikan:
a) Pengetahuan yang ada sekarang, tekhnologi, dan tindakan
untuk menangani masalah
b) Sumber daya keluarga: fisik, keuangan, tenaga
c) Sumber daya perawat: pengetahuan, keterampilan, waktu
d) Sumber daya lingkungan: fasilitas, organisasi, dan dukungan
3) Untuk kreteria ketiga perlu diperhatikan:
a) Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit
atau masalah
b) Lamanya masalah yang berhububgan dengan jangka waktu
18

c) Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk


memperbaiki masalah
d) Adanya kelompok yang berisiko untuk dicegah agar tidak
aktual dan menjadi parah.
e) Untuk kreteria keempat, perawat perlu menilai persepsi atau
bagaimana keluarga menilai masalah keperawatan tersebut.
d. Penyusunan prioritas diagnosis keperawatan
Prioritas didasarkan pada diagnosa keperawatan
yang mempunyai skor tertinggi dan disusun berurutan
sampai yang mempunyai skor terendah. Namun, perawat
perlu mempertimbangkan juga persepsi keluarga terhadap
masalah keperawatan mana yang perlu diatasi segera.
3. Perencanaan Keperawatan Keluarga
Perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan khusus
yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kreteria
dan standar yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya
merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada
kreteria dan standar (Suprajitno, 2008).
Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga, meliputi
kegiatan-kegiatan yang bertujuan ( Suprajitno, 2008) :
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
maslah dan kebutuhan kesehatan dengan cara:
1) Memberi informasi yang tepat
2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang
kesehatan
3) Mendorong sikap emosi yang mendukung upaya kesehatan
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
tepat, dengan cara :
1) Mengidentifikasi konsekuensinya bila tidak melakukan
tindakan
19

2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki dan ada di


sekitar keluarga
3) Mendiskusikan tentang konsekuensi tipe tindakan
c. Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota
keluarga yang sakit, dengan cara :
1) Mendemonstrasikan cara perawatan
2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah
3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan
d. Membantu keluarga untuk memelihara (memodifikasi
lingkungan) yang dapat meningkatkan kesehatan keluarga
dengan cara:
1) Menemukan seumber-sumber yang dapat digunakan
keluarga
2) Melakukan perubahan lingkungan bersama keluargha
seoptimal mungkin
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada disekitarnya, dengan cara
1) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di sekitar
lingkungan keluarga
2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang
ada
Hal penting dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan
(Suprajitno, 2008 ) :
a. Tujuan hendaknya logis, sesuai masalah, dan mempunyai
jangka waktu yang sesuai dengan kondisi klien
b. Kriteria hasil hendaknya dapat diukur dengan alat ukur dan
diobservasi dengan pancaindra perawat yang objektif
c. Rencana tindakan disesuaikan dengan sunber daya dan dana
yang dimiliki oleh keluarga dan mengarah ke kemandirian klien
sehingga tingkat ketergantungan dapat diminimalisasi
20

Rencana tindakan diarahkan untuk mengubah pengetahuan,


sikap, dan tindakan keluarganya (Calgary, 2009) sehingga pada
akhirnya keluarga mampu memenuhi keebutuhan kesehatan anggota
kelurganya dengan bantuan minimal dari perawat. Saat menyusun
rencana intervensi, sebaiknya perawat melibatkan keluarga secara
aktif karena keluarga memiliki tanggung jawab akhir dalam mengatur
hidup mereka sendiri, dan merupakan cara untuk menghormati dan
menghargai keluarga (Carey, 2009). Efektivitas yang akan diperoleh
perawat, yaitu ada efek positif terhadap interaksi dengan keluarga,
keluarga tidak menentang karena telah dilibatkan sebelumnya, dan
keluarga cendrung bertanggung jawab ( Suprajitno, 2008 ).

C. Konsep Penyakit
1. Definisi
Asam urat adalah produk akhir atau produk buangan
yang dihasilkan dari metabolisme/pemecahan purin. Asam urat
sebenarnya merupakan antioksidan dari manusia dan hewan,
tetapi bila dalam jumlah berlebihan dalam darah akan
mengalami pengkristalan dan dapat menimbulkan gout. Asam
urat mempunyai peran sebagai antioksi dan bila kadarnya tidak
berlebihan dalam darah, namun bila kadarnya berlebih asam
urat akan berperan sebagai prooksidan (Mansjoer. 2010).
Kadar asam urat dapat diketahui melalui hasil
pemeriksaan darahdan urin. Nilai rujukan kadar darah asam urat
normal pada laki-laki yaitu 3.6 - 8.2 mg/dl sedangkan pada
perempuan yaitu 2.3 - 6.1 mg/dl (Mansjoer. 2010).
2. Penyebab
Menurut Vita Health (2007), penyebab dari asam urat
sebagai berikut :
a. Faktor keturunan dengan adanya riwayat gout dalam silsilah
keluarga
21

b. Meningkatnya kadar asam urat karena diet tinggi protein dan


makanan kaya senyawa purin lainnya. Purin adalah senyawa
yang akan dirombak menjadi asam urat dalam tubuh\
c. Konsumsi alkohol berlebih, karena alkohol merupakan salah
satu sumber purin yang juga dapat menghambat
pembuangan urin melalui ginjal.
d. Ekskresi asam urat berkurang karena fungsi ginjal terganggu
misalnya kegagalan fungsi glomerulus atau adanya obstruksi
sehingga kadar asam urat dalam darah meningkat. Kondisi ini
disebut hiperurikemia, dan dapat membentuk kristal asam urat
/ batu ginjal yang akan membentuk sumbatan pada ureter.
Pasien disarankan meminum cairan dalam jumlah banyak.
Minum air sebanyak 2 liter atau lebih tiap harinya membantu
pembuangan urat, dan meminimalkan pengendapan urat
dalam saluran kemih.
e. Beberapa macam obat seperti obat pelancar kencing
(diuretika golongan tiazid), asetosal dosis rendah,
fenilbutazon dan pirazinamid dapat meningkatkan ekskresi
cairan tubuh, namun menurunkan eksresi
f. Penggunaan antibiotika berlebihan yang menyebabkan
berkembangnya jamur, bakteri dan virus yang lebih ganas.
g. Penyakit tertentu seperti gout, Lesch-Nyhan syndrome,
endogenous nucleic acid metabolism, kanker, kadar
abnormal eritrosit dalam darah karena destruksi sel darah
merah, polisitemia, anemia pernisiosa, leukemia, gangguan
genetik metabolisme purin, gangguan metabolik asam urat
bawaan (peningkatan sintesis asam urat endogen),
alkoholisme yang meningkatkan laktikasidemia,
hipertrigliseridemia, gangguan pada fungsi ginjal dan
obesitas, asidosis ketotik, asidosislaktat, ketoasidosis,
laktosidosis, dan psoriasis.
22

h. Faktor lain seperti stress, diet ketat, cidera sendi, darah


tinggi dan olahraga berlebihan.
3. Klasifikasi Asam Urat
Menurut Mandell (2008), klasifikasi dari asam urat
sebagai berikut :
a. Penyakit gout primer penyebabnya belum diketahui. Diduga
berkaitan dengan kombinasi faktor genetic dan factor
hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang
dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat atau
bisa juga di akibatkan karena berkurangnya pengeluaran
asam uart daam tubuh.
b. Penyakit gout sekunder disebabkan antara lain karena
meningkatnya produksi asam urat karena nutrisi, yaitu
mengonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi
4. Manifestasi Klinis
Menurut VitaHealth(2007), adapun tanda dan gejala dari
asam urat sebagai berikut :
a. Nyeri hebat yang tiba-tiba menyerang sendi pada saat
tengah malam, biasanya pada ibu jari kaki (sendi
metatarsofalangeal pertama) atau jari kaki (sendi tarsal)
b. Kulit berwarna kemerahan, terasa panas, bengkak, dan
sangat nyeri
c. Pembengkakan sendi umumnya terjadi secara asimetris
(satu sisi tubuh)
d. Demam, dengan suhu tubuh 38,30C atau lebih, tidak
menurun lebih dari tiga hari walau telah dilakukan perawatan
e. Bengkak pada kaki dan peningkatan berat badan yang tiba-
tiba.
23

5. Patofisiologi

6. Penatalaksanaan
Menurut Pudiyono (2011), penatalaksanaan dari asam
urat sebagai berikut :
a. Melakukan pengobatan hingga kadar asam urat kembali
normal. Kadar normalnya adalah wanita (2,4-6 mg/dL dan
pria 3,0-7 mg/dL).
b. Diet rendah purin : kontrol makanan yang dikonsumsi tidak
24

banyak mengandung purin (hati, ginjal, ikan sarden dan


daging)
c. Banyak minum air putih 2-3 liter/hari, karena dapat
membantu membuang purin dalam tubuh/ melarutkan asam
urat.
d. Hindari minum alkohol
e. Bed rest / tirah baring minimal 24 jam setelah serangan.
Gout akan cepat kambuh jika terlalu cepat bergerak.
f. Pengobatan jangka panjang hingga sembuh tuntas, bukan
minum obat ketika sakit

C. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas : Nama, jenis kelamin, usia, alamat, suku/bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, golongan darah.
b. Riwayat Kesehatan : Keluhan utama, riwayat kesehatan
sekarang, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan
keluarga.
c. Pemeriksaan fisik : Breathing (pernapasan), Blood (darah),
Brain, (otak), Bladder, Bowel, dan Bone (tulang).
d. Kebutuhan dasar
1) Aktivitas / istirahat : Sebelum sakit klien dapat melakukan
aktivitas normal tanpa keluhan. Selama sakit klien tiap kali
melakukan aktivitas umum mengeluh sakit sendi.
2) Pola persepsi : Sebelum sakit klien menanggani bahwa
mengangap nyeri adalah hal yang biasa. Selama sakit
klien patuh terhadap pengobatan/keperawatan.
3) Nutrisi dan metabolisme : Sebelum sakit kien biasanya
makan 3x sehari dan minum 7-8 gelas/hari. Selama sakit
klien merasa mual sehingga intake makanan tidak
adekuat.
25

4) Eliminasi : Sebelum sakit klien BAB dan BAK normal 3-4


x/hari. Selama sakit klien kesulitan BAB dan BAK karena
intake nutrisi tidak adekuat.
5) Istirahat dan tidur : Sebelum sakit klien biasanya tidur
pada pukul 21.00 malam dan bangun pada pukul 04.00
pagi. Selama sakit klien manegalami gangguan pola tidur
berhubungan dengan nyeri sendi dan kognitif.
6) Sensori dan kognitif : Pada klien gout biasanya tidak ada
gangguan pada panca indera
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Nanda (2013), adapun diagnosa keperawatan
pada asam urat sebagai berikut :
a. Nyeri akut/kronis peradangan sendi, penimbunan kristal
pada membran sinovial, tulang rawan/kerusakan integritas
jaringan sekunder terhadap gout.
b. Hambatan mobilitas fisik penurunan rentang gerak,
kelamahan otot, nyeri pada gerakan, dan kekakuan pada
sendi.
c. Gangguan citra diri perubahan bentuk kaki dan terbentuknya
tofus.
d. Intoleransi aktivitas perubahan otot
e. Resiko tinggi cedera penurunan fungsi tulang
26

3. Intervensi Keperawatan
Menurut Nanda NIC NOC (2013), adapun intervensi yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Diagnosa
No Tujuan NIC Rasional
Keperawatan
1 Nyeri akut/kronis Setelah dilakukan 1. Kaji dan observasi lokasi, 1. Untuk mengetahui respon
berhubungan dengan tindakan keperawatan 1 intensitas, dan tipe nyeri subjektif pasien dalam
peradangan sendi, x 24 jam nyeri 2. Bantu pasien dalam melaporkan nyerinya.
penimbunan kristal berkurang / hilang mengidentifikasi faktor 2. Untuk mengetahui faktor
pada membran Kriteria hasil: pencetus. pencetus nyeri
sinovial, tulang 1. Pasien tampak rileks 3. Jelaskan dan bantu pasien
rawan/kerusakan terkait dengan tindakan 3. Untuk mengetahui keefektifan
integritas jaringan 2. Pasien melaporkan pereda nyeri non dalam mengurangi nyeri
sekunder terhadap penurunan nyeri farmakologi
gout. 3. Nyeri berkurang 4. Ajarkan teknik relaksasi 4. Akan melancarkan peredaran
4. Skala nyeri berkurang terkait ketegangan otot darah sehingga kebutuhan
rangka yang dapat oksigen terpenuhi dan
mengurangi intensitas nyeri mengurangi nyeri
5. Kolaborasi dengan tim
medis untuk pemberian 5. Menurunkan kadar adam urat
obat analgetik dan serum dan mengurangi nyeri
allopurinol pasien
2 Hambatan mobilitas Setelah dilakukan 1. Kaji mobilitas yang ada dan 1. Mengetahui tingkat
fisik berhubungan tindakan keperawatan 1 observasi adanya kemampuan pasien dalam
dengan penurunan x 24 jam klien mampu peningaan kerusakan melakukan aktivitas
rentang gerak, melaksanakan aktivitas 2. Anjurkan pasien melakukan 2. Gerakan aktif memberi massa,
kelamahan otot, nyeri fisik sesuai dengan latihan gerak aktif apada tonus dan kekuatan otot, serta
pada gerakan, dan kemampuan ektermitas yang tidak sakit memperbaiki fugi jantung dan
kekakuan pada sendi. Kriteria hasil: 3. Bantu pasien melakukan pernapasan
27

1. Pasien tidak latihan dan perawatan diri 3. Untuk mempertahankan sendi


mengalami kontraktur 4. Kolaborasi dengan ahli sesuai kemampuannya
sendi fisioterapi untuk latihan fisik 4. Kemampuan mobilisasi
2. Kekuatan otot pasien ekstremitas dapat ditingkatkan
bertambah dengan latihan fisik dari tim
3. Pasien dapat fisioterapi
melakukan aktivitas
tanpa bantu
3 Gangguan citra diri Setelah dilakukan 1. Kaji perubahan persepsi 1. Menentukan bantuan individual
berhubungan dengan tindakan keperawatan 1 dan berhubungan dengan dalam menyusun rencana
perubahan bentuk x 24 jam diharapkan derajat ketidakmampuan perawatan atau pemilihan
kaki dan terbentuknya citra diri klien meningkat 2. Ingatkan kembali realita intervensi
tofus. Kriteria hasil: bahwa masih dapat meng- 2. Membantu klien bahwa
1. Klien mampu gunakan sisi yang sakit dan perawat menerima kedua
menyatakan belajar mengkontrol sisi bagian dari seluruh tubuh
penerimaan diri yang sehat
terhadap situasi 3. Bantu dan anjurkan
2. Klien menunjukkan perawatan yang baik dan 3. Membantu meningkatkan
penerimaan memperbaiki kebiasaan perasaan harga diri dan
penampilan 4. Dukungan perilaku / usaha mengontrolnya
3. Mengenali perubahan peningkatan minat
aktual pada fungsi partisipasi dalam aktivitas 4. Klien dapat beradaptasi
tubuh rehabilitasi terhadap perubahan dan
memahami peran individu
dimasa mendatang
5. Kolaborasi dengan ahli
neuropsikologi dan
koseling bila ada indikasi
5. Dapat memfasilitasi perubahan
28

peran yang penting untuk


perkembangan perasaan

4 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Pertahankan istirahat tirah 1. Untuk mencegah kelelahan dan
berhubungan dengan tindakan keperawatan 1 baring / duduk jika mempertahankan kekuatan
perubahan otot x 24 jam klien mampu diperlukan 2. Meningkatkan fungsi sendi,
beraktivitas dengan 2. Bantu bergerak dengan kekuatan otot dan stamina
mandiri bantuan seminimal umum
Kriteria hasil: mungkin 3. Memaksimalakan fungsi sendi
1. Klien mampu 3. Dorong klien dan mempertahankan mobilitas
berpatisipasi pada mempertahankan postur
aktivitas yang tegak, duduk tinggi, berdiri 4. Untuk menekan inflamasi
diingnkan dan berjalan sistemik akut
2. Klien mampu 4. Berikan lingkungan yang
beraktivitas dengan aman dan menganjurkan
mandiri untuk menggunakan alat
bantu
5 Resiko tinggi cedera Setelah dilakukan 1. Kendalikan lingkungan 1. Lingkungan yang bebas
berhubungan dengan tindakan keperawatan 1 dengan : menyingkirkan bahaya akan mengurangi
penurunan fungsi x 24 jam diharapkan bahaya yang tampak jelas, resiko cedera dan
tulang tidak terjadi cedera mengurangi potensial membebaskan keluaga dari
Kriteria hasil: cedera akibat jatuh ketika kekhawatiran yang konstan
1. Klien dapat tidur
mempertahankan 2. Memantau regimen 2. Hal ini akan memberikan
keselamata fisik medikasi pasien merasa otonomi,
restrain dapat meningkatan
agitasi, mengagetkan klien
akan meningkatkan ansietas
3. Izinkan kemandirian dan
29

kebebasan maksimum
dengan memberikan
kebebasan dalam
lingkungan yang aman

You might also like