You are on page 1of 20

Askep Mola Hidatidosa

BAB1

PENDAHULUAN

I. 1 Latar Belakang

Mola hidatidosa adalah jonjot –


jonjot khorion (chorionic villi) yang tumbuh berganda berupa gelembung –
gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur
atau mata ikan, karena itu disebut juga hamil anggur / mata ikan. Kelainan ini
merupakan neoplasma trofoblas yang jinak / benigna. Dari mola yang sifatnya
jinak dapat tumbuh tumor trofoblast yang berpoliferasi, dapat mengadakan invasi
yang umumnya bersifat lokal tetapi dapat juga menyebar ke organ lain menjadi
korikarsinoma / penyakit trofoblast ganas non vilosum. Karena mola hidatidosa
ini begitu membahayakan kondisi ibu perlu pendeteksian secara dini sehingga
klien yang menderita mola hidatidosa mendapatkan penanganan secara adekuat dan
tidak menimbulkan komplikasi lebih lanjut dari kondisi yang sudah buruk,
Mengingat bahaya mola hidatidosa yaitu kemungkinan menjadi ganas dan
menyebabkan kematian maka kami sebagai penulis selain untuk memenuhi tugas
perlu memberikan sedikit wawasan dan pengetahuan untuk pembaca mengenai seluk
beluk mola hidatidosa.

I. 2 Rumusan Masalah

1.2.1. Apa
yang dimaksud dengan Mola Hidatidosa?

1.2.2. Apa
saja klasifikasi dari Mola Hidatidosa?

1.2.3. Apa
yang menyebabkan terjadinya Mola
Hidatidosa?

1.2.4. Bagaimana
patofisiologinya?

1.2.5. Apa saja


manifestasi klinisnya?
1.2.6. Apa
saja yang harus dilakukan dalam pemeriksaan fisik pada pasien Mola Hidatidosa?

1.2.7. Apa
saja pemeriksaan penunjang yang dapat mendukung diagnosa Mola Hidatidosa?

1.2.8. Penyakit
apa saja yang merupakan komplikasi dari Mola Hidatidosa?

1.2.9. Penyakit
apa saja yang dijadikan sebagai diagnosa banding pada Mola Hidatidosa?

1.2.10. Bagaimana
penatalaksanaan terapinya?

1.2.11. Bagaimana
asuahan keperawatan pada Mola Hidatidosa?

I. 3 Tujuan

1.3.1. Mengetahui
definisi Mola Hidatidosa.

1.3.2. Mengetahui
klasifikasi dari Mola Hidatidosa.

1.3.3. Mengetahui
etiologi dari Mola Hidatidosa.

1.3.4. Mengetahui
patofisiologi Mola Hidatidosa.

1.3.5. Mengetahui
manifestasi klinisnya.

1.3.6. Mengetahui
pemeriksaan fisik pada pasien dengan penyakit Mola Hidatidosa.

1.3.7. Mengetahui
berbagai jenis pemeriksaan penunjangnya.
1.3.8. Mengetahui
komplikasi dari Mola Hidatidosa.

1.3.9. Mengetahui
penyakit yang dapat dijadikan sebagai diagnosa banding pada Mola Hidatidosa.

1.3.10. Mengetahui
penatalaksanaan terapinya.

1.3.11. Mengetahui
asuhan keperawatan pada pasien Mola Hidatidosa.

BAB2

TINJAUAN MEDIS

2. 1 DEFINISI

2.1.1 Mola Hidatidosa adalah kehamilan dimana hampir


seluruh vili korialisnya mengalami perubahan hidrofik. (Kapita Selekta
Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I, hal :265)

2. 2 KLASIFIKASI

2.2.1 Mola
Hidatiforma (Kehamilan Mola).

2.2.1.1. Komplet atau klasik.

Merupakan kehamilan abnormal tanpa embrio yang seluruh vili korialisnya


mengalami
degenerasi hidropik yang menyerupai anggur.

2.2.1.2. Inkomplet atau


parsial.

Seperti pada Mola hidatidosa komplet, tetapi masih


ditemukan embrio yang biasanya mati pada masa dini.

2.2.2 Neoplasia trofoblastik gestasional.

2.2.2.1 Non metastatik.


2.2.2.2 Metastatik.

2.2.2.2.1 Resiko rendah.

2.2.2.2.2 Resiko tinggi.

2. 3 ETIOLOGI

Sampai sekarang belum diketahui etiologi dari


penyakit ini, yang baru diketahui adalah faktor resiko, seperti di bawah ini :

1. Faktor
ovum

Ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan.

2. Infeksi
virus dan faktor kromosom yang belum jelas

3. Genetik

Wanita dengan balanced translocation mempunyai resiko tinggi.

4. Gizi

Mola hidatidosa banyak ditemukan pada mereka yang kekurangan protein.

2. 5 MANIFESTASI KLINIS

2.5.1. Amenorhoe & Rahim lebih besar


daripada usia kehamilannya.

2.5.2. Denyut jantung janin tidak dapat


didengar dengan menggunakan auskultasi ultrasonografi setelah minggu kedelapan
– sepuluh.

2.5.3. Perdarahan vagina yang lama dan berat.

2.5.4. Anemia.

2.5.5. Hyperemesis gravidarum.

2.5.6. Hipertensi pada trimester pertama.


2.5.7. Hypertiroidisme.

2.5.8. Tidak ada tanda – tanda adanya janin :


tidak ada ballotterment, tidak ada DJJ dan tidak tampak rangka janin pada
rontgen foto.

2.5.9. Kadar gonadotropin chorion tinggi dalam


darah dan air kencing.

2.5.10. Hemoptisis, batuk, sesak nafas, nyeri


dada. Gejala – gejala pulmonal mencerminkan metastasis ke paru – paru.

2. 6 PEMERIKSAAN KLINIS

2.6.1. Pemeriksaan Fisik.

Unterus tumbuh lebih cepat daripada kehamilan biasa,


pada uterus yang besar ini tidak terdapat tanda – tanda adanya janin
didalamnya.

2.6.2. Rontgen foto.

Kalau ada rangka janin kemungkinan kehamilan biasa


walaupun pada mola partialis kadang – kadang terdapat janin.

2.6.3. Reaksi Biologis.

Kadar hCG dalam darah dan urine sangat tinggi, jauh


lebih tinggi dari kehamilan biasa.

2.6.4. Percobaan sonde.

Pada mola sonde mudah masuk ke dalam covum uteri,


pada kehamilan biasa ada tahanan oleh janin.

2.6.5. Ultrasonografi.

Memberi gambaran yang khas seperti badai salju,


tidak adanya kantong kehamilan.

2. 7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
2.7.1. Pemeriksaan Laboratorik.

T3 dan T4 bila
ada gejala tirotoksikosis.

2.7.2. Foto thoraks.

Ada gambaran emboli udara.

2.7.3. Tes Acosta Sison.

Dengan tang abortus, gelembung mola dapat dikeluarkan.

2.7.4. Pemeriksaan Sonde Uterus (Hanifa)

2.7.5. Ultrasonografi menunjukkan gambaran


badai salju (snow flake pattern).

2.7.6. Peningkatan kadar hCG darah atau urine.

2. 8 KOMPLIKASI

6.8.1 Anemia.

6.8.2 Syok.

6.8.3 Infeksi.

6.8.4 Eklampsia.

6.8.5 Tirotoksikosis.

2. 9 DIAGNOSA BANDING

2.9.1. Kehamilan dengan mioma.

2.9.2. Abortus.

2.9.3. Hidramnion.

2.9.4. Gemeli.
2. 10
PENATALAKSANAAN MEDIS

2.10.1. Perbaiki keadaan umum.

2.10.2. Keluarkan jaringan mola


dengan vakum kuretase dilanjutkan dengan kuter tajam. Lakukan kuretase kedua
bila tinngi fundus uterus lebih dari 20 minggu sesudah hari ketujuh.

2.10.3. Untuk memperbaiki kontraksi, sebelumnya berikan uterotonik


(20 – 40 unit oksitosin dama 250 cc darah atau 50 unit oksitosin dalam 500 ml
NaCl 0,9 %). Bila tidak dapat dilakukukan vakum kuretase, dapat
diambil tindakan histerotomi.

2.10.4. Histerektomi perlu dipertimbangkan pada


wanita yang telah cukup umur dan cukup anak. Batasan yang dipakai ialah umur 35
tahun dengan anak hidup tiga.

2.10.5. Terapi profilaksis dengan sitostatik


metotreksat atau aktinomisin D pada kasus dengan risiko keganasan tinggi
seperti umur tua dan paritas tinggi.

2.10.6. Pemeriksaan ginekologi, radiologi, dam


kadar beta hCG lanjutan untuk deteksi dini keganasan. Terjadinya proses
keganasan bisa berlangsung antara 7 hari sampai 3 tahun pasca mola, yang paling
banyak dalam 6 bulan pertama. Pemeriksaan kadar beta hCG tiap minggu sampai
kadar menjadi negatif selama 3 minggu lalu tiap bulan selama 6 bulan.
Pemeriksaan foto thoraks tiap bulan sampai kadar beta hCG negatif.

2.10.7. Kontrasepsi sebaiknya diberikan preparat


progesteron selama 2 tahun.

B A B III

TINJAUAN KEPERAWATAN

3. 1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN

3.1.1. Aktivitas

a. Kelemahan
b. Kesulitan ambulasi

3.1.2. Sirkulasi

a. Takikardia,
berkeringat, pucat, hipotensi (tanda syok).

b. Edema
jaringan.

c. Perdarahan
pervaginam

d. Sering
ditemukan preeklampsi

3.1.3. Eliminasi

a. Ketidakmampuan
defekasi dan flatus.

b. Diare
(kadang-kadang).

c. Cegukan;
distensi abdomen; aabdomen diam.

d. Penurunan
haluan urine, warna gelap.

e. Penurunan/tak
ada bising usus (ileus); bunyi keras hilang timbul, bising usus kasar (obstruksi);
kekakuan abdomen, nyeri tekan. Hiperesonan/timpani (ileus); hilang suara pekak
diatas hati (udara bebas dalam abdomen).

3.1.4. Cairan

a. Anoreksia,
mual/muntah; haus.

b. Muntah
proyektil.

c. Membran
mukosa kering, lidah bengkak, turgor kulit buruk.
3.1.5. Kenyamanan / nyeri

a. Nyeri
abdomen, Distensi, kaku, nyeri tekan.

3.1.6. Pernafasan

a. Pernapasan
dangkal, takipnea.

3.1.7. Keamanan

a. Riwayat
inflamasi organ pelvik (salpingitis); infeksi pasca-melahirkan, abses
retroperitoneal.

3.1.8. Pemeriksaan fisik

a. Ditemukan perdarahan yang merupakan gejala


mencolok dan dapat bervariasi mulai dari spotting sampai pada perdarahan yang
banyak.

b. Ukuran uterus, lebih sering membesar


lebih cepat sehingga kuran uterus lebih besar daripada usia kehamilan.

c. Aktifitas janin.

Meski uterus cukup membesar secara khas tidak ditemukan aktifitas jantung
janin.

3. 2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

3.2.1. Resiko
tinggi terhadap devisit
volume cairan berhubungan
dengan perdarahan.

3.2.2. Gangguan
Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi.

3.2.3. Gangguan
rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri.
3.2.4. Cemas
berhubungan dengan kurang pengetahuan.

3.2.5. Gangguan
Body image b/d tidakan histerektomi.

3.2.6. Perubahan
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual, muntah, stomatitis, faringitis
sekunder terhadap kemoterapi.

3.3 INTERVENSI
KEPERAWATAN

3.3.1. Resiko
tinggi terhadap devisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan

Tujuan :

Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik
jumlah maupun kualitas.

Intervensi :

a. Kaji
kondisi status hemodinamika

Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki


karekteristik bervariasi

b. Ukur
pengeluaran harian

Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah


dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal

c. Catat haluaran dan pemasukan

Rasional : Mengetahuai penurunanan sirkulasi terhadap destruksi sel darah


merah.

d. Observasi Nadi dan Tensi

Rasional : Mengetahui tanda hipovolume (perdarahan).


e. Berikan diet halus

Rasional : Memudahkan penyerapan diet

f. Nilai hasil lab. HB/HT

Rasional : Menghindari perdarahan spontan karena proliferasi sel


darah merah.

g. Berikan
sejumlah cairan IV sesuai
indikasi

Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan tranfusi


mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan masif

h. Evaluasi
status hemodinamika

Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan


fisik.

3.3.2. Gangguan
Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi

Tujuan :

Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi

Intervensi :

a. Kaji
tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas

Rasional : Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi


perdarahan masif perlu diwaspadai untuk mencegah kondisi klien lebih buruk

b. Kaji
pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan

Rasional : Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ


reproduksi
c. Bantu
klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari

Rasional : Mengistiratkan klilen secara optimal

d. Bantu
klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi klien

Rasional : Mengoptimalkan kondisi klien, pada Mola Hidatidosa, istirahat


mutlak sangat diperlukan

e. Evaluasi
perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas

Rasional : Menilai kondisi umum klien

3.3.3. Gangguan
rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri

Tujuan :

Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami

Intervensi :

a. Kaji
kondisi nyeri yang dialami klien

Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala


maupun diskripsi.

b. Terangkan
nyeri yang diderita klien dan penyebabnya

Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi


nyeri

c. Kolaborasi
pemberian analgetika

Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan


pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik
3.3.4. Cemas
berhubungan dengan kurang pengetahuan

Tujuan :

Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit


meningkat

Intervensi :

a. Kaji
tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit.

Rasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas.

b. Kaji
derajat kecemasan yang dialami klien.

Rasional : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian


objektif klien tentang penyakit.

c. Bantu
klien mengidentifikasi penyebab kecemasan.

Rasional : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan


merupakan support yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran
diri klien.

d. Asistensi
klien menentukan tujuan perawatan bersama.

Rasional : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi


menurunkan kecemasan.

e. Terangkan
hal-hal seputar Mola Hidatidosa yang perlu diketahui oleh klien dan keluarga.

Rasional : Konseling bagi klien


sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun
support system keluarga; untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga.

3.3.7. Gangguan body image b/d tindakan


histerektomy
a. Kaji perasaan – perasaan dan
persepsi klien tentang histerektomy dan alopesia serta akibat terhadap body
image.

b. Kaji persepsi klien tentang akibat


histerektomy terhadap hubungannya dengan pasangannya / orang terdekat untuk
mengidentifikasi adanya penyimpangan.

c. Bantu klien dalam mengekspresikan


tentang perasaan – perasaan kehilangan. Tujuannya untuk mendapatkan dukungan
proses berkabung normal.

d. Beri dorongan atas partisipasi


pasien dalam pelayanan yang memberikan dukungan dan kelompok – kelompok
dalam
masyarakat.

e. Hargai pemecahan masalah yang


konstruktif untuk meningkatkan penampilan. Tujuannya untuk memberikan
penekanan
pada perilaku adaptif.

3.3.8. Perubahan nutrisi : kurang dari


kebutuhan tubuh b/d mual, muntah, stomatitis, faringitis sekunder terhadap
kemoterapi.

a. Bersama klien menegakkan skala


berat badan yang diharapkan.

Rasional : keikutsertaan secara aktif dalam menentukan asupan, klien


akan mempunyai perasaan kontrol terhadap hidup.

b. Menegakkan diit yang ditentukan bekerjasama


dengan ahli gizi.

c. Mengharuskan diit tambahan (yang


diambil 1-2 jam setelah makan).

d. Membantu klien dalam


mengidentifikasi acuan makanan, meliputi makanan yang tinggi protein dan
kompleks karbohidrat.

e. Bantu anggota keluarga dalam


merencanakan makanan yang tinggi kalori dan protein.
f. Berikan dorongan pada keluarga
untuk menghindari pemaksaan diit.

g. Ajarkan kepentingan kebersihan


oral.

h. Jelaskan efek samping pemasangan


sitostatika.

3.4 IMPLEMENTASI

Devisit Volume
Cairan berhubungan dengan Perdarahan

Implementasi

Mengukur jumlah Vol darah +


cairan yang keluar 200 cc keluar, warna merah segar
bergumpal

Menerangkan
bahaya pengeluaran cairan Menyatakan
berlebihan takut dengan perdarahan, dan
menanyakan cara agar perdarahan
berhenti

Intake harian +
Melakukan 1200 cc, Output + 1400 cc.
penghitungan intake dan output

Menyatakan
Mengajarkan mengerti cara pengukuran cairan
cara mengukur kebutuhan cairan
sederhana

Menyatakan akan
berusaha banyak minum
Menganjurkan
klien cukup banyak minum dan
makan
Menyatakan akan
minum air tambahan 2 gelas tiap hari

Mengajarkan
cara menentukan jumlah minum
yang diperlukan selama
perdarahan

Gangguan rasa
nyaman : Nyeri berhubungan dengan Kerusakan jaringgan intrauterine

Implementasi

Menilai derajad Nyeri seperti


nyeri ditekan pada bagian bawah perut

Klien diam,
menyatakan mengerti

Menerangkan
penyebab nyeri Klien
mengangguk

Menganjurkan
klien tidak banyak
bergerak/aktivitas

Klien mengangguk,
Menganjurkan menyatakan akan memperhatikan
klien untuk memberitahu kondisi tubuhnya
perawat bila nyeri bertambah
hebat

Cemas
berhubungan dengan kurang pengetahuan

Implementasi
Menerangkan Mengulang
bahwa ibu saat ini sebenarnya pernyataan bahwa dirinya tidak hamil.
tidak hamil.

Menyatakan ia
Menerangkan akan banyak istirahat
agar ibu banyak istirahat.

Menerangkan
perdarahan yang terjadi

3.5 EVALUASI

3.5.1. Kebutuhan
cairan terpenuhi

3.5.2. Dapat
beraktivitas secara maksimal

3.5.3. Nyeri
berkurang

3.5.4. Cemas
berkurang

3.5.5. Dapat
menerima kondisi (asepten)

3.5.6. Nutrisi
terpenuhi.

BAB 4

PENUTUP
4.1 kESIMPULAN

Mola hidatidosa adalah jonjot –


jonjot khorion (chorionic villi) yang tumbuh berganda berupa gelembung – gelembung kecil
yang mengandung banyak cairan sehingga
menyerupai buah anggur atau mata ikan, karena itu disebut juga hamil anggur / mata
ikan. Kelainan ini merupakan neoplasma trofoblas yang jinak / benigna. Dari
mola yang sifatnya jinak dapat tumbuh tumor trofoblast yang berpoliferasi,
dapat mengadakan invasi yang umumnya bersifat lokal tetapi dapat juga menyebar
ke organ lain menjadi korikarsinoma / penyakit trofoblast ganas non vilosum.

Oleh karena itu pemeriksaan yang


cermat amat diperlukan terutama pada ibu yang hamil tetapi disertai tanda –
tanda mola yang menonjol yaitu perdarahan dari vagina yang terus menerus,
tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan usia kehamilan, tidak terdengar DJJ
yang semestinya sudah bisa didengar pada kehamilan normal. Bila ada tanda –
tanda yang menonjol seperti tersebut diatas segera lakukan pemeriksaan lebih
seksama agar tidak sampai terlambat diagnosa dan penanganannya sehingga angka
kejadian koriokarsinoma bisa dicegah sedini mungkin.

4.2 sARAN & KRITIK

Pada Saat kehamilan


sebaiknya para Ibu hamil memeriksakan kehamilannya secara berkala untuk
mendeteksi secara dini kelainan – kelainan yang mungkin terjadi pada saat
kehamilan yang salah satunya yaitu untuk mendeteksi hamil anggur (mola
hidatidosa). Karena dampaknya jika tidak dideteksi secara dini dan tidak
mendapat penanganan secara adekuat maka bisa menimbulkan komplikasi pada ibu.

Akhirnya tuntas sudah makalah ini di dalam


membahas asuhan keperawatan pada klien dengan mola hidatidosa. Maksud hati
ingin memberikan yang terbaik, namun keterbatasan kemampuanlah yang menyebabkan
kualitas makalah ini masih jauh dari harapan. Sampainya makalah ini di tangan
pembaca bukan maksud untuk dijadikan sebagai bahan referensi, namun tidak lebih
sekedar upaya di dalam mengharapkan kritik dan saran, demi perbaikan
selanjutnya. Untuk itu, penulis memohon maklum atas segala kekurangan, baik di
dalam segi kuantitas maupun kualitas makalah. Kepada Allah jua segala
sesuatu dikembalikan.

Daftar Pustaka
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad.
(1981). Obstetri Patologi, Elstar Offset, Bandung.

Fakultas
Kedokteran UI.2001.Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1.Media
Aesculapius,

You might also like