You are on page 1of 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Novel Di Bawah Lindungan Kabah karya Hamka terbit pertama kalinya pada tahun 1938
dengan penerbit Balai Pustaka. Novel ini menurut Teeuw (1955: 180), adalah karya yang pelik.
Pelik karena beberapa hal, terutama karena keringkasannya sehingga seolah-olah hanya
menyebutkan yang perlu-perlu saja, cerita yang diangkatnya tidak menimbulkan kebosanan.
Pendapat yang sama dengan Teeuw juga dikemukakan oleh Hamzah. Ditinjau dari komposisi
ceritanya, novel ini menurut Hamzah (1964: 62) dianggap berhasil daripada Tenggelamnya
Kapal Van Der Wick. Di Bawah Lindungan Kabah memiliki kepadatan isi, sedangkan pada
Tenggelammnya Kapal Van Der Wick ceritanya monoton, sentimentil, dan terlalu banyak berisi
surat-surat cinta. Karya ini selain dipandang berhasil dari komposisi ceritanya, juga banyak
diselipkan pikiran-pikiran yang tinggi, ajaran-ajaran keislaman, dan sindiran-sindiran atas adat
masyarakat, yang menurut Hamka tiada baik sama sekali atau berlawanan sekali dengan agama
Islam (Jasin, 1985: 46).
Kelebihan yang dimiliki oleh Novel Di Bawah Lindungan Kabah tersebut menyebabkan
ia menjadi disukai dan pada akhirnya menjadi populer. Dalam rentang waktu antara tahun 1938
sampai dengan tahun 2008 novel ini telah disambut oleh pembacanya dengan menghasilkan
karya berupa film.
Film Para Perintis Kemerdekaan ini pertama kali muncul berjudul sama dengan
novelnya, tetapi rezim Orde Baru Soeharto masa itu meminta mengubah judul film tersebut.
Alasannya, judul itu dianggap berbau politis karena tahun itu bertepatan dengan masa kampanye.
Salah satu partai politik, PPP (Partai Persatuan Pembangunan) memiliki lambang kabah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yang akan dijawab
dalam penelitian ini adalah;
1. Bagaimana tanggapan Asrul Sani dan Hanny R Saputra terhadap novel Di Bawah
Lindungan Kabah karya Hamka?
2. Bagaimana gambaran horizon harapan pembaca terhadap Novel Di Bawah Lindungan
Kabah karya Hamka?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ada dua, yaitu tujuan teoretis dan tujuan praktis. Tujuan teoretis penelitian
ini yaitu;
1. Untuk mendeskripsikan tanggapan Asrul Sani dan Hanny R Saputra terhadap novel Di
Bawah Lindungan Kabah karya Hamka.
2. Untuk mengungkapkan horizon harapan pembaca terhadap novel Di Bawah Lindungan
Kabah karya Hamka.
Tujuan praktis penelitian ini adalah mengakumulasi ilmu terutama yang berkaitan dengan kajian
resepsi sastra.

D. Tinjauan Pustaka
Penelitian dengan topik yang sama dengan penelitian ini, khususnya kajian estetika
resepsi pembaca terhadap novel dan film Di Bawah Lindungan Kabah, sejauh yang dapat
dijangkau belum ditemukan. Akan tetapi, tulisan yang menggunakan sudut pandang yang
berbeda dari penelitian ini yang berkaitan dengan novel Di Bawah Lindungan Kabah sudah
banyak dilakukan. Berikut dikemukakan beberapa tulisan yang berkaitan dengan novel dan film
Di Bawah Lindungan Kabah.
Hubungan Intertekstual Karya Sastra Prosa Indonesia merupakan penelitian yang
dilakukan oleh Rachmad Djoko Pradopo (2009). Penelitian ini mengkhususkan pembahasan
hubungan intertekstual antara Di Bawah Lindungan Kabah karya Hamka dengan Atheis karya
Achdiat Kartamihardja, dan Gairah untuk Hidup dan untuk Mati Karya Nasijah Djamin. Pradopo
menyimpulkan bahwa Di Bawah Lindungan Kabah merupakan hipogram Atheis dan Gairah
untuk Hidup dan Gairah untuk Mati. Hubungan intertekstual ketiga karya tersebut terlihat dalam
struktur cerita (alur) dan pusat pengisahannya. Ketiga karya tersebut memiliki alur sorot balik,
berpusat pengisahan metode orang pertama digabungkan dengan metode orang ketiga.
Al Yatim Karya Mustafa Lutfi Al-Manfaluti dan Di Bawah Lindungan Kabah karya
Hamka: Analisis Intertekstual merupakan penelitian berupa skripsi yang dilakukan oleh Kenyo
Mitrajati (2007). Penelitian ini membahas kedua karya tersebut dengan menggunakan pisau
analisis intertekstual. Analisis itu dilakukan dengan mengungkapkan persamaan-persamaan
unsur intrinsik terutama tema, alur, tokoh, dan penokohan kedua karya. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa kedua karya tersebut memilki persamaan tema, alur tokoh dan penokohan.
Tema utama keduanya adalah adanya perbedaan status sosial ekonomi. Alur flash back dengan
tiga tahapan alur dalam masing-masing karya sastra. Kedua karya tersebut memiliki hubungan
kesejajaran. Hubungan kesejajaran ini pada gilirannya akan menimbulkan asumsi bahwa
keduanya memiliki hubungan kesejarahan dan hubungan intertekstual.
Teeuw juga pernah menulis tentang Hamka. Judul tulisannya adalah Hamka Sebagai
Pengarang Roman. Tulisan ini merupakan bagian dari bukunya yang berjudul Sastra Baru
Indonesia 1 (1980). Dalam tulisan ini Teeuw menggambarkan sosok Hamka dan beberapa
karyanya yang cukup terkenal. Hamka tidak menerima pendidikan Barat. Dia tidak tahu
berbahasa Belanda atau Inggris, dan bakat serta nilaian seninya berkembang oleh pengaruh
kesusatraan Arab modern. Pengaruh ini jelas kelihatan, umpamanya dalam roman pertamanya Di
Bawah Lindungan Kabah. Suatu kisah sentimental tentang seorang pemuda yang karena
cintanya gagal (gagal karena kuasa adat), mencari perlindungan berhampiran dengan tempat suci
Islam yang terkenal di Mekah dan akhirnya meninggal dunia di sana. Hamka adalah pengarang
roman Indonesia yang paling banyak hasil tulisannya tentang agama Islam. Buku-bukunya dulu
dan sekarang masih populer dan berpengaruh di kalangan masyarakat luas. Roman-roman
Hamka digemari oleh sebagian besar masyarakat Islam. Bagi pembaca barat, roman-roman ini
sekurangnya menarik sebagai sumber keterangan tentang masyarakat Indonesia di zaman
sebelum perang.
Jakob Sumardjo juga pernah membahas novel Di Bawah Lindungan Kabah dalam
bukunya yang berjudul Konteks Sosial Novel Indonesia 1920—1977 (1999). Novel Di Bawah
Lindungan Kabah digolongkannya pada zaman kolonial, tepatnya tahun 1930-an. Novel ini
memiliki tema yang sama dengan novel seangkatannya yaitu kawin paksa. Novel yang
seangkatan tersebut adalah Dian Yang Tak Kunjung Padam, Mencari Pencuri Anak Perawan,
Kasih Tak Terlerai, Pertemuan Jodoh, dan Sampaikan Salamku Kepadanya.

E. Landasan Teori
Landasan teori yang digunakan dalam tesis ini adalah estetika resepsi, yang secara khusus
mengerucut pada teori horizon harapan pembaca. Oleh karena itu, dalam bagian landasan teori
ini akan dijabarkan tentang konsep estetika resepsi dan konsep horizon harapan menurut Hans
Robert jauss.

F. Estetika Resepsi
Teori ini melihat pembaca karya sastra di antara jalinan segitiga; pengarang, karya sastra,
dan masyarakat pembaca. Hal ini disebabkan bahwa kehidupan historis sebuah karya sastra tidak
terpikirkan tanpa partisipasi para pembacanya. Pembaca itu mempunyai peranan aktif, bahkan
merupakan kekuatan pembentuk sejarah (Jauss,1983: 12). Estetika resepsi atau estetika
tanggapan adalah estetika (ilmu keindahan) yang didasarkan pada tanggapan-tanggapan atau
resepsi-resepsi pembaca terhadap karya sastra (Pradopo, 2009: 206).

G. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Data
dalam penelitian ini merupakan data kualitatif, karena tidak berupa angka, tetapi berupa
pernyataan-pernyataan mengenai isi, sifat, ciri, keadaan dari sesuatu atau gejala, atau pernyataan
mengenai hubungan-hubungan antara sesuatu dengan sesuatu yang lain (Ahimsa-Putra, 2009:
18).

H. Metode Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan adalah berupa data primer dan data sekunder. Data primer
berupa teks novel Di Bawah Lindungan Kabah karya Hamka yang diterbitkan oleh PT Bulan
Bintang pada tahun 2010 (cetakan ke-31) dengan jumlah halaman 65 halaman yang juga sebagai
objek material, kutipan dialog dan gambar Film Para Perintis Kemerdekaan karya
Asrul Sani yang diproduksi pada tahun 1977, dan kutipan dialog dan gambar Film Di
Bawah Lindungan Kabah karya Hanny R. Saputra yang diproduksi pada tahun 2008 dan
ditayangkan pada tahun 2011.
Selain itu penulis juga menggunakan data sekunder berupa sumber-sumber referensi
tertulis (buku, jurnal, tesis, disertasi, laporan penelitian) yang relevan dengan teks kajian, yaitu
estetika resepsi.

I. Metode Analisis Data


Metode analisis data merupakan seperangkat cara atau teknik penelitian yang merupakan
perpanjangan dari pikiran manusia karena fungsinya bukan untuk mengumpulkan data,
melainkan untuk mencari hubungan antar data yang tidak pernah dinyatakan oleh data itu sendiri
(Faruk, 2012: 25).
Untuk menganalisis data yang berupa novel Di Bawah Lindungan Kabah karya Hamka
ini dan dua film sebagai karya sambutannya, dilakukan dengan menggunakan metode horizon
harapan pembaca.
Cara yang dilakukan dalam mengungkapkan horizon harapan pembaca novel Di Bawah
Lindungan Kabah adalah dengan mengidentifikasi interpretasi atau pemaknaan penyambut
(Asrul Sani dan Hanny R. Saputra) yang tergambar dalam karyanya. Di samping itu juga dilihat
hubungan pemaknaan-pemaknaan tekstual tersebut dengan data-data yang berasal dari teks-teks
di luar kedua film, diantaranya adalah teks-teks yang terkait sosial-budaya masyarakat
Minangkabau dan Indonesia.

You might also like