You are on page 1of 10

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN TRIAGE

DI IGD RUMAH SAKIT BHAYANGKARA


PALEMBANG TAHUN 2017

Deyan Novika, Dhona Andhini, Eka Yulia Fitri


Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

ABSTRACT

Triage implementations is most depend on emergency room worker as specially nurse of


emergency room. The purpose this research was to find out correlation of nurse’s
characteristics (age, sex, level of education, culture, marital status, length of experience,
knowledge and training of emergency) with triage implementations in the emergency
room of Bhayangkara hospital Palembang. This study uses comparative analytic design
with cross sectional approach. Using total sampling against the 17 sample. The result
showed that there was a significant correlation between length of experience with triage
implementations in the emergency room of Bhayangkara hospital Palembang (P= 0.000).
Variable age, sex, level of education, culture, marital status, knowledge and training of
emergency not significantly correlated with triage implementations in the emergency
room of Bhayangkara hospital Palembang. Based on result this research, nurse who have
length of experience more than 5 year can achieve high quality of triage implementation.
Right triage Implementation must be doing from nurse who have length of experience
patient admitted to the emergency room.
Keyword : Nurse’s characteristics, Triage implementations
Library : 43 (1997 – 2017)

Abstrak

Pelaksanaan triage di IGD sangat bergantung pada petugas kesehatan terutama


perawat yang ada di IGD. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
karakteristik (usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, suku budaya, status
perkawinan, lama kerja, pengetahuan dan pelatihan yang diikuti) perawat dengan
pelaksanaan triage di IGD Rumah Sakit Bhayangkara Palembang. Desain penelitian
ini adalah deskriptif komparatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah perawat IGD yang berjumlah 17 orang. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah total sampling. Hasil penelitian ini menunjukan ada
hubungan bermakna lama kerja dengan pelaksanaan triage ( p= 0.000) .Variabel usia,
jenis kelamin, pendidikan terakhir, suku budaya, status perkawinan, pengetahuan dan
pelatihan yang diikuti tidak memiliki hubungan bermakna dengan pelaksanaan triage
di IGD RS Bhayangkara Palembang. Berdasarkan penelitian ini perawat yang
memiliki lama kerja lebih dari 5 tahun baik dalam melakukan tindakan triage.
Pelaksanaan triage dapat dilakukan dengan tepat oleh perawat yang memiliki
pengalaman dalam menangani pasien gawat darurat.
Kata kunci : Karakteristik perawat, pelaksanaan triage
Kepustakaan : 43 (1997 – 2017)
PENDAHULUAN Pelaksanaan triage yang tidak tepat
biasanya disebabkan oleh
Instalasi Gawat Darurat permasalahan komunikasi antara
(IGD) merupakan pelayanan rumah pasien dan perawat, keributan,
sakit untuk keadaan gawat darurat kurangnya privasi serta intrupsi
yang harus diberikan pertolongan (segala sesuatu yang menyebabkan
pertama dengan tujuan mengatasi perawat menunda/ menghentikan
kondisi berbahaya yang dialami pelaksanaan triage selama kebih dari
penderita. IGD merupakan pelayanan 40 detik)(Bambi et al., 2016).
terdepan rumah sakit yang Pelaksanaan triage yang tidak tepat
menyediakan pelayanan untuk dapat menyebabkan kesalahan
keadaan gawat darurat selama 24 diagnosa, kesalahan tindakan yang
jam. Keadaan gawat darurat diberikan serta dapat menyebabkan
merupakan kondisi yang tidak dapat kematian pasien di IGD (Limantara,
diperkirakan terjadi dan 2015).
membutuhkan pertolongan medis Berdasarkan data IGD rumah
yang cepat untuk menyelamatkan sakit Bhayangkara, jumlah
nyawa dan kecacatan lebih lanjut kunjungan di IGD tahun 2016 ada
(Depkes, 2011). sebanyak 15.211 pasien rata - rata
Pasien dengan kondisi 1267 pasien per bulan atau 42 pasien
gawat darurat harus dapat ditangani per hari. Perawat IGD rumah sakit
dengan cepat agar terhindar dari Bhayangkara berjumlah 20 orang
kondisi kritis yang mengancam jiwa. dengan klasifikasi pendidikan 6
Pasien gawat darurat harus orang berpendidikan S1, 13 orang
ditentukan tingkat berpendidikan D3 dan 1 orang
kegawatdaruratanya terlebih dahulu berpendidikan SPK. Berdasarkan
agar dapat ditangani dengan tindakan studi pendahuluan yang dilakukan,
yang tepat. Untuk mengetahui dari 5 orang perawat di ruang IGD
tingkatan kegawatdaruratan pasien yang diwawancarai, mengatakan
tersebut, di instalasi gawat darurat bahwa pelaksanaan triage di IGD
terdapat sistem triage (Evie, 2016). lebih sering dilaksanakan perawat.
Sistem triage adalah sistem Dalam pelayanan IGD Sumah Sakit
penggolongan kegawatdaruratan Bhayangkara Palembang belum
pasien untuk menentukan prioritas adanya perawat atau dokter yang
penanganan lebih lanjut. Sistem ditunjuk khusus sebagai dokter
triage memiliki bebeberapa tipe triage maupun perawat triage.
sesuai dengan kebijakan IGD rumah Pelaksanaan triage dilakukan oleh
sakit. Beberapa rumah sakit petugas kesehatan yang saat itu
menerapkan sistem triage sedang bertugas. Dari hasil observasi
internasional yang sesuai dengan standar operasional triage masih
kebijakan IGD masing - masing. Di belum tepat dan belum
Indonesia, triage standar nasional menggambarkan secara keseluruhan
belum diterapkan dengan baik antara peran perawat dan peran
(Ardiyani,2015). dokter. Dari latar belakang di atas,
maka perlu dilakukan penelitian
untuk melihat apakah ada hubungan
antara karakteristik dalam Pada penelitian ini usia dibagi menjadi
pelaksanaan triage di IGD rumah usia 20 - 29 tahun dan 30 – 39 tahun
sakit Bhayangkara Palembang. berdasarkan kelompok usia pekerja yang ada
di ruang IGD Rumah sakit Bhayangkara
Palembang. Hasil penelitian didapatkan
BAHAN DAN CARA sebagian besar (58,8%) perawat yang
Penelitian ini merupakan bekerja di IGD berusia 20 – 29 tahun. Jenis
penelitian kuantitatif dengan kelamin responden mayoritas adalah laki-
menggunakan metode penelitian laki sebanyak 52,9%. hasil sebagian besar
cross sectional. Dalam penelitian yaitu sebanyak 1 responden (5,9%) SPK, 11
ini data diperoleh melalui data responden (64,7%) berada pada tingkat
primer dan data sekunder. Data Pendidikan Diploma keperawatan, 5
primer diperoleh melalui pengisian responden (29,4%) berada pada tingkat
lembar observasi untuk pendidikan Sarjana Keperawatan. Dalam
mrngobservasi perawat yang penelitian ini kebudayaan dibedakan
merupakan responden penelitian. menjadi dua kategori yaitu berkebudayaan
Populasi dalam penelitian ini Sumatera Selatan dan Bukan berkebudayaan
berjumlah Teknik sampling yang Sumatera Selatan. Berdasasrkan hasil
digunakan adalah total sampling penelitian diperoleh data perawat di IGD
dimana populasi seluruhnya Rumah Sakit Bhayangkara Palembang
dijadikan sampel penelitian. Jumlah sebagian besar (52,9%) merupakan
sampel yang digunakan ada 17 orang penduduk asli Sumatera Selatan. mayoritas
perawat yang merupakan perawat perawat sudah memiliki status kawin
IGD RS Bhayangkara Palembang. (58,8%). Kategori lama kerja dalam
penelitian ini adalah < 5 tahun, 5 - 10 tahun
HASIL DAN PEMBAHASAN
dan >10 tahun. Hasil penelitian diperoleh
yaitu 11 responden (64,7%) lama kerja < 5
Analisis Univariat
tahun, 4 responden (23,5%) lama kerja 5 –
10 tahun sedangkan sisanya sebanyak 2
a. Karakteristik Perawat
responden (11,8%) lama kerja >10 tahun.
Kategori Pengetahuan dalam penelitian ini
adalah baik, cukup dan rendah. Hasil
penelitian yang diperoleh perawat yang
berpengetahuan baik 67 responden (41,2%),
berpengetahuan cukup 7 responden (41,2%)
dan berpengetahuan rendah 3 responden
(17,6 %). Pada penelitian ini diperoleh
perawat yang mengikuti pelatihan update
sebanyak 13 responden (76,5%).
b. Pelaksanaan Triage
Pada penelitian ini diperoleh
responden yang melaksanakan triage
yang tidak tepat sebesar 47,1%

Analisis Bivariat

a. Hubungan Usia Responden dengan


Pelaksanaan Triage di IGD
melakukan pengkajian secara
menyeluruh dan sering tidak
menggunakan APD. Hasil analisis
bivariat diperoleh nilai p-value 0,399
yang lebih besar dari nilai alpha (0,05).
Hal ini menunjukkan tidak ada
hubungan antara jenis kelamin dengan
pelaksanaan triage di Ruang IGD
Hasil penelitian yang dilakukan Rumah Sakit Bhayangkara Palembang.
tidak adanya hubungan usia responden Tidak terdapatnya hubungan ini
dengan pelaksanaan triage di IGD kemungkinan disebabkan oleh jumlah
Rumah sakit ditunjukkan dengan P- responden yang berjenis kelamin laki-
value 0,218. Pada lembar observasi yang laki lebih banyak daripada responden
didapat, perawat dengan usia 20 - 29 yang berjenis kelamin perempuan. Hasil
tahun sering tidak berkomunikasi dengan ini didukung oleh teori bahwa jenis
pasien atau pun keluarganya. Sedangkan kelamin tidak mempengaruhi perilaku
pada perawat usia 30 – 39 tahun sering secara langsung (Soekamto, 2012).
tidak menggunakan APD saat Kemudian Robiins (2003)
melaksanakan tindakan pemeriksaan. menambahkan tidak terdapat suatu
Hasil penelitian ini sejalan dengan perbedaan yang konsisten antara laki-
penelitian Sudrajat (2008) bahwa tidak laki dan perempuan dalam
terdapat hubungan usia dengan kemampuannya memecahkan masalah,
pemenuhan hak-hak pasien dan berpola keterampilan analisis masalah, motivasi
positif, dalam penelitian Nomiko (2007) dan kemampuan belajar.
bahwa usia tidak mempengaruhi kinerja
seseorang. c. Hubungan Pendidikan Terakhir dengan
Pelaksanaan Triage di IGD
b. Hubungan Jenis Kelamin Responden
dengan Pelaksanaan Triage di IGD.
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian
besar perawat di ruang IGD Rumah
Sakit Bhayangkara berjenis kelamin laki
- laki yaitu sebanyak 9 orang (52,9%)
dari total responden sebanyak 17 orang. Hasil penelitian menunjukkan
Kemudian didapatkan pula hasil bahwa tingkat pendidikan responden
penelitian bahwa 35,3 % perawat yang yang paling banyak adalah kategori SPK
melaksanakan triage tidak tepat berjenis dan D3 yang melaksanakan triage yan
kelamin perempuan. Pada lembar tidak tepat yaitu sebanyak 6 responden
observasi perawat perempuan tidak (35,3%). Perawat yang status
pendidikannya D3 serta S1 tidak
melakukan pengkajian pernapasan serta
sirkulasi dan melaksanakan tindakan
lebih dari 5 menit. Hasil analisa bivariat
menunjukkan nilai p-value 0,563 lebih
besar dari nilai alpha (0,05), hal ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara tingkat Hasil penelitian yang dilakukan tidak
pendidikan dengan pelaksanaan triage di adanya hubungan status perkawinan
IGD. responden dengan pelaksanaan triage di
IGD Rumah sakit ditunjukkan dengan P-
d. Hubungan Suku Budaya dengan value 0,117. Mayoritas perawat yang
pelaksanaan Triage di IGD. telah melakukan perkawinan yang
bekerja di ruang IGD melaksanakan
triage tidak tepat adalah 5 responden
(24,9%). Hal ini tidak sejalan dengan
penelitian Purwadi dan Sofiana (2006)
bahwa individu yang telah melakukan
pekawinan memiliki pemikiran yang
matang dan bijaksana hingga membuat
kinerja meningkat. Pada penelitian ini
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh tidak terdapat hubungan status
data lebih dari setengah (52,9%) yaitu perkawinan dengan perawat
sebanyak 9 responden berkebudayaan melaksanakan tindakan triage dengan
Sumatera Selatan. Sedangkan sisanya tepat atau tidak. Hal ini dapat
sebanyak 8 orang adalah pendatang (di disebabkan karena hampir sebagian
luar Sumatra Selatan). Kemudian dari perawat yang bekerja di IGD sudah
hasil analisa bivariat diketahui nilai p- menikah dan usia rata- rata perawat di
value 0,238 lebih besar dari nilai alpha IGD RS Bhayangkara Palembang yaitu
(0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak 28 tahun dan memasuki usia menikah,
terdapat hubungan antara suku budaya dimana batas usia minimal menikah di
dengan pelaksanaan triage di IGD. Indonesia menurut BKKBN adalah pada
Tidak terdapatnya hubungan ini usia 20 tahun.
kemungkinan disebabkan karena
mayoritas responden berkebudayaan f. Hubungan Lama Kerja dengan
Sumatera Selatan dengan karateristik pelaksanaan Triage di IGD.
yang berbeda dengan kebudayaan lain.
Menurut Geert Hofstede dalam Dessler
(2000) bahwa perbedaan budaya dapat
mempengaruhi kebijakan sumber daya
manusia.
e. Hubungan Status Perkawinan dengan
pelaksanaan Triage di IGD.
baik tentang triage (35,3%) dan tidak
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan bermakna antara
diketahui bahwa terdapat hubungan lama penetahuan dengan peelaksanaan triage
kerja dengan Pelaksanaan triage di IGD di IGD ditunjukan dengan P-value 0,563
dengan P-value 0,016. Perawat dengan > nilai alpha 0,05.
lama kerja < 5 tahun melaksanakan triage Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan tidak tepat yaitu 9 responden (52,9 dengan penelitian Gurning (2014) bahwa
%). Pada lembar observasi didapatkan pengetahuan merupakan hal yang sangat
bahwa perawat dengan pengalaman kerja penting dalam membentuk suatu
lebih dari 10 tahun melakukan tindakan. Semakin rendah pengetahuan
pemeriksaan secara cepat tetapi sering seseorang tentang triage maka tindakan
tidak menggunakan APD. Perawat dengan terhadap triage berdasarkan prioritas
pengalaman lebih dari 5 tahun juga sering tidak akan sesuai. tindakan seseorang
tidak melakukan dokumentasi, hal ini dapat dipengaruhi oleh pengetahuan
mungkin dapat disebabkan karena kondisi yang dimilikinya, jika individu memiliki
atau keadaan yang tidak memungkinkan pengetahuan yang tinggi maka akan
perawat mencatat status pasien karena melaksanakan tindakan dengan sesuai.
keadaan pasien yang tidak memungkinkan. h. Hubungan Pelatihan yang diikuti
Hasil penelitian ini didukung oleh dengan pelaksanaan Triage di IGD.
penelitian Setyo Uji (2015) bahwa lama
kerja dapat mempengaruhi pengetahuan
serta keterampilan melaksanakan tindakan
triage dengan tepat. Lama kerja
merupakan pengalaman yang akan
menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan
dan jabatan juga dapat menunjukan waktu
seseorang dalam suatu pekerjaan (Siagian,
2008). Masa kerja pegawai akan Hasil penelitian diperoleh seluruh
menunjukkan pengalamannya dan perawat telah mengikuti pelatihan,
merupakan prediksi yang baik untuk mayoritas perawat mengikuti pelatihan
menilai produktivitasnya (Robbins & yang update tetapi masih melaksanakan
Timothy, 2009) triage tidak tepat ada 7 responden
g. Hubungan Pengetahuan dengan (41,2%). Hasil pada penelitian ini
pelaksanaan Triage di IGD diperoleh tidak adanya hubungan
pelatihan yang diikuti dengan
pelaksanaan triage di IGD ditunjukan
dengan P-value 0,335 > 0,05 (nilai
alpha). Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian Janssen et all (2011)
bahwa pelatihan merupakan salah satu
factor yang berhubungan dengan
melaksanakan tindakan triage di IGD.
Chen et al (2010) dalam Evie (2016)
Hasil penelitian didapatkan menyatakan bahwa pelatihan yang
mayoritas perawat yang melaksanakan diikuti memiliki hubungan signifikan
triage yang tepat memiliki pengetahuan dengan pelaksanaaan triage di IGD.
Pelatihan bertujuan untuk meningkatkan pelaksanaan triage di IGD RS
psikomotor seseorang dalam mengambil Bhayangkara Palembang
keputusan dan intevensi kegawatan dengan P-value 0,000.
(Dadashzadeh et al, 2013). Berdasarkan 8. Tidak ada hubungan yang
penelitian ini, pelatihan yang diikuti signifikan antara pengetahuan
dapat menjadi salah satu faktor yang dengan pelaksanaan triage di
mempengaruhi pelaksanaan triage. IGD RS Bhayangkara
Palembang dengan P-value
KESIMPULAN DAN SARAN 0,563.
a. Kesimpulan 9. Tidak ada hubungan yang
1. Sebagian besar (52,9%) signifikan antara pelatihan
perawat di ruang IGD RS yang diikuti dengan
Bhayangkara Palembang masih pelaksanaan triage di IGD RS
belum melaksanakan triage Bhayangkara Palembang
dengan tepat. dengan P-value 0,335.
2. Tidak ada hubungan yang Saran
signifikan antara usia dengan 1. Bagi Tempat Peneliti
pelaksanaan triage di IGD RS Rumah sakit
Bhayangkara Palembang disarankan untuk dapat
dengan P-value 0,218. meningkatkan kualitas
3. Tidak ada hubungan yang tindakan triage yang
signifikan antara jenis kelamin dilaksanakan dengan
dengan pelaksanaan triage di mewajibkan perawat yang
IGD RS Bhayangkara bertugas di IGD untuk terus
Palembang dengan P-value memperluas pengetahuan
0,399. dengan mengikuti pelatihan
4. Tidak ada hubungan yang keperawatan emergency.
signifikan antara pendidikan 2. Bagi Perawat
terakhir dengan pelaksanaan Perawat IGD diharapkan
triage di IGD RS Bhayangkara dapat meningkatkan
Palembang dengan P-value kualitas tindakan
0,563. keprawatan yang dilakukan
5. Tidak ada hubungan yang dengan mengikuti pelatihan
signifikan antara suku budaya serta memperhatikan
dengan pelaksanaan triage di standar operasional
IGD RS Bhayangkara prosedur (SOP) setiap
Palembang dengan P-value meelaksanakan tindakan.
0,238. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
6. Tidak ada hubungan yang Kepada peneliti
signifikan antara status selanjutnya dapat
perkawinan dengan melanjutkan penelitian ini
pelaksanaan triage di IGD RS dalam skala yang lebih
Bhayangkara Palembang luas lagi agar dapat
dengan P-value 0,117. menggambarkan lebih jelas
7. Ada hubungan yang signifikan gambaran pelaksanaan
antara lama kerja dengan triage di IGD rumah sakit
khususnya rumah sakit tipe paramedic students. European Journal
C yang menjadi tempat of Emergency Medicine, 18(6), 314–
rujukan pertama 321.
masyarakat setelah https://doi.org/10.1097/MEJ.0b013e32
puskesmas. 8345d6fd
Daftar Pustaka DepKes, (2011). Pedoman pelayanan
keperawatan gawat darurat, Jakarta

Ardiyani.2015. Analisis Peran Perawat Dippenaar, E., & Bruijns, S. 2016. Triage Is
Triage Terhadap Waiting Time Dan Easy, Said No Triage Nurse Ever.
Length Of Stay Pada Ruang Triage Di International Emergency Nursing, 2 9,
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit 1–2.
dr Saiful Anwar Malang.Jawa Tengah. https://doi.org/10.1016/j.ienj.2016.09.0
Jurnal Care, 3(1), 39–50. 05

Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian : Dessler, G. 2000. Human Resource Manage-


th
Suatu pendekatan praktik. Jakarta : ment (8 ed.). New Jersey: Prentice
Asdi Mahasatya. Hall, Inc.

Bagus B (2007) Pengetahuan dan Elliot, D., Aitken, L. & Chaboyer, W.


ketrampilan perawat dalam hubungan (2007) ACCN’s critical care nursing,
Australia : Elsevier
kepuasan pasien dalam pelayanan rawat
inap di Magelang. Artikel Skripsi. Evie,S. (2016). Analisis faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan triage di
Bambi.2016. Emergency Department Triage
Performance Timing. A regional IGD rumah sakit tipe C , Jurnal
multicenter descriptive study in Italy. ilmiahkesehatan keperawatan, vol 12
International Emergency Nursing, 29, 32– hal 144-153.
37.
https://doi.org/10.1016/j.ienj.2015.10.005 Faizin, ahmad (2008). hubungan tingkat
pendidikan dan lama kerja perawat
Brooker. C (Editor). (2009). Ensiklopedia
dengan kinerja perawat di RSU
keperawatan (churchill livingstone’s
Boyolali.Berita ilmu keperawatan
mini encyclopedia of nursing),
vol.1 no.3.
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Faris, I.A. (2014). Pengaruh perilaku tenaga
Christ, M., et al. (2010). Modern Triage In The
Emergency Department. Deutsches kerja dan lingkungan kerja yang
Ärzteblatt International, 107(50), 892–8. dimoderasi faktor pengalaman kerja dan
https://doi.org/10.3238/arztebl.2010.0892 tingkat pendidikan terhadap kecelakaan
Carpenito, LJ (2008). Nursing diagnosis : kerja konstruksi di Surabaya. Seminar
Aplication to clinical practice, MosbySt
Nasional X – 2014 Teknik Sipil ITS
Louis
Cone, D. C., et al.2011. Comparison of the Surabaya.
SALT and Smart triage systems using a
virtual reality simulator with
Fuadbahsin. (2008). Tinjauan umum Notoatmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan
pengetahuan. Diakses dari http://click- dan ilmu perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
gtg.com/2008/12/kniwledge-apa-
ukurannya.htm tanggal 8 Juni 2015. Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu kesehatan
masyarakat: Prinsip-prinsip Dasar.
Gurning, Y. (2014). Hubungan tingkat Cetakan ke-2. Jakarta. Rineka Cipta.
pengetahuan dan sikap petugas
kesehatan IGD terhadap tindakan Nurhayati, S., Pranowo. Dan Jumaini.
triage berdasarkan prioritas. Artikel (2008). Upaya peningkatan
Skripsi. Program Studi Keperawatan pengetahuan dan ketermpilan
Universitas Riau masyarakat dalam memberikan bhd
pada kejadian gawat darurat kelautan
Hasan, I. (2008). Analisis data penelitian di Kelurahan Cilacap Kecamatan
dengan statistik. Jakarta : Bumi Cilacap Kabupaten Cilacap Propinsi
Aksara. Jawa Barat Tahun 2006. Artikel
Skripsi.
Hogan, B.E. and Burstein, B.L. (2007).
Disaster medicine. Second Edition. Nursalam. (2008). Manajemen keperawatan
Lippincott William & Wilkins. A aplikasi dalam praktek keperawatan
Wolter Kluwer Bussines. profesional. Jakarta : Salemba
Medika.
Izzudin. (2006). Analisis pengaruh faktor
personality terhadap asuhan Oman, K.S. (2008). Panduan belajar
keperawatan pada perawat rawat inap keperawatan emergensi. Jakarta :
RSJ dr. Amino Gondohutomo EGC
Semarang. Diambil pada tanggal 12
Mei 2015 dari Pusponegoro, D A. et al, (2010) Buku
http://eprints.undip.ac.id/17936/1/Izzu panduan basic trauma and cardiac life
din_SD.pdf support, Jakarta : Diklat Ambulance
AGD 118
Kartikawati (2012). Dasar - dasar
keperawatan gawat darurat.Jakarta : Rowles C.J and Moss,R (2007). Nursing
Salemba Medika manajemen :Staff nurse job
satisfaction and managenent style. WB
Kozier, B. et al (2011). Buku ajar Saunder Company. Philadelpia
fundamental keperawatan edisi 7 vol
1. Jakarta :EGC Rutenberg, Carol. (2009). Telephone triage:
Timelly tips. American Academy of
Notoatmodjo, S. ( 2010 ). Metodologi Ambulatory Clinical Nursing
penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka (AAACN). diakses tanggal 26 Maret
Cipta. 2015 melalui
http://web.ebscohost.com/ehost/pdfvi
ewe
Sabriyati, W.O.N.I. (2012). Faktor-faktor
yang berhubungan dengan ketepatan
waktu tanggap penanganan kasus pada
response time i di instalasi gawat
darurat bedah dan non-bedah RSUP
DR. Wahidin Sudirohusodo. Artikel
Skripsi. Fakultas Kedokteran,
Universitas Hasanuddin.

Sudrajat,A.(2015).Hubungan pengetahuan
dan pengalaman perawat dengan
keterampilan triase pasien di IGD
RSCM.Jurnal keperawatan,vol 2 no.3,
hal 118-129.

Sugiyono. (2011). Metode penelitian


kualitatif kuantitatif dan R&D.
Bandung : Alfabeta.

Taufik, M. (2010). Asal-usul pengetahuan


dan hakekat pengetahuan. Artikel.
Bogor: Institut Pertanian Bogor

Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang


Rumah Sakit.

Utami, W,Y. & Supratman. (2009).


Pendokumentasian dilihat dari beban
kerja perawat. Berita ilmu
keperawatan, 2, (I), 7-12.

Warner, M. & Joynt, P. 2002. Introduc-tion:


Cross-Cultural Perspectives. Managing
Across Cultures: Issues and
Perspective. London: Thomson
Learning.

Widaningsih (2015). Pengaruh karakteristik


terhadap kinerja perawat di ruang
perawatan intensif rumah sakit kelas A
dan B di Indonesia.hal 1-7.

You might also like