You are on page 1of 3

PUNGSI PLEURA

Pungsi pleura (torakosintesis) merupakan tindakan invasif dengan menginsersi jarum


melalui dinding toraks untuk mengeluarkan cairan dari rongga pleura. Tindakan ini memiliki
tujuan diagnostik yaitu mendapatkan spesimen cairan pleura untuk pemeriksaan lebih lanjut
dan juga tujuan terapeutik untuk mengurangi tekanan mekanik terhadap paru. Efusi pleura
adalah adanya cairan abnor mal dalam rongga pleura yang dapat disebabkan oleh berbagai
penyakit. Dengan mendapatkan spesimen cairan pleura dapat diperiksa lebih lanjut,
diantaranya apakah tergolong transudat atau eksudat yang akan membantu dalam penegakan
diagnosis penyakit.

INDIKASI
1. Untuk mengambil spesimen cairan pleura untuk pemeriksaa analisa, mikrobiologi dan
sitologi.
2. Mengatasi gangguan respirasi yang diakibatkan penumpukan cairan di dalam rongga pleura.

KONTRA INDIKASI
1. Trombositopenia <20.000 /mm3.
2. Gangguan koagulasi : PT-APTT memanjang > 1,5. Dalam terapi anti koagulan.
3. Batuk atau cegukan yang tidak terkontrol.

PENGAWASAN PASKA TINDAKAN


a. Dilakukan foto toraks kontrol segera untuk melihat keberhasilan pungsi yang telah dilakukan.
b. Amati komplikasi yang mungkin terjadi.

KOMPLIKASI
a. Pneumotoraks.
b. Hematotoraks.
c. Infeksi.

RUJUKAN
1. Loddenkemper R, Wolfang Frank. Invasive Pulmonary Diagnostic Prosedures : Pleural
Diagnostic Prosedures. In Cravo JD, Glassroth et al eds. Pulmonary Diseases, Lippincot
William & Wilins 2004.
2. Broaddus VC, Light RW. Pleural Effusion. In Mason RJ, Broaddus VC, Martin TR, eds.
Textbook of Respiratory Medicine 5th ed. Philedelphia: sauderrs Elsevier 2010.
Prosedur Standar Tindakan Pungsi Efusi Pleura
A. Persiapan
1. Pasien
Sebelum memulai tindakan, seorang klinisi harus memberikan penjelasan kepada pasien
tentang apa yang akan dilakukan, tujuan tindakan, serta risiko yang mungkin terjadi.
Selanjutnya adalah menentukan lokasi pungsi dengan cara pemeriksaan fisis dan foto
thoraks.
Untuk membedakan efusi pleura dan pneumotoraks diperlukan pemeriksaan fisis yang
cermat, karena jenis kelainan akan menentukan lokasi pungsi. Pada efusi pleura, pungsi
dilakukan ditempat yang paling pekak (redup). Pada pneumotoraks, pungsi dilakukan di
tempat tertinggi, dan dapat dilakukan di garis aksilaris anterior ataupun posterior. Setelah
pemeriksaan fisis dilakukan foto thoraks posteroanterior dengan posisi tegak dan lateral
dekubitus dengan sinar horizontal posteroanterior.
Pungsi bisa dilakukan di garis aksilaris anterior ataupun posterior. Tusukan di
garis aksilaris anterior harus dilakukan diatas tulang iga agar tidak mengenai pembuluh
darah dan saraf interkostal. Bila tusukan dilakukan di garis aksilaris posterior, maka
pungsi dilakukan di bawah tulang iga. Dalam memilih sisi untuk pungsi perlu
dipertimbangkan bentuk rongga dada pasien. Perlu berhati-hati agar jarum tidak
mengenai pembuluh darah atau diafragma.
2. Alat dan Bahan
a. Sarung tangan, masker, baju operasi, duk steril yang berlubang.
b. Semprit 5cc dengan jarum steril berisi lidokain HCl 1%.
c. Beberapa buah semprit steril 10-20cc.
d. Keran tiga arah (three way-stop clock) steril.
e. Jarum pungsi nomor 18-22 sesuai kebutuhan.
f. Beberapa tabung steril untuk pemeriksaan laboratorium.
B. Pelaksanaan
a. Premedikasi pada pasien, terutama bayi dan anak kecil, dengan sedasi yang
adekuat.
b. Pasien didudukan atau dibaringkan dengan kedua lengan terangkat keatas; pada
bayi dan anak kecil lebih disukai posisi berbaring. Pungsi dilakukan di garis mid-
aksilaris sela iga 5,6, atau 7. Pada anak yang lebih besar dan kooperatif, posisi
duduk lebih baik. Pungsi lebih disukai di garis aksilaris posterior sela iga 6,7, atau
8. Pungsi pada mid-aksilaris dan posterior lebih disukai karena paling sedikit
menimbulkan kerusakan.
c. Tindakan aseptic dan antiseptic daerah pungsi dan sekitarnya.
d. Kain duk steril berlubang diletakkan diatasnya.
e. Anestesi lokal secara infiltrasi.
f. Semprit dengan nomor jarum 18-21 (sesuai kebutuhan) ditusukan tegak lurus
dinding thoraks, sehingga adanya tahanan tidak terasa lagi (lebih kurang 1-2cm).
Posisi semprit dalam keadaan siap menghisap, sehingga bila jarum telah mencapai
rongga pleura, cairan/udara dalam rongga segera terhisap dengan sendirinya.
g. Apabila cairan yang keluar purulen, maka jarum dapat diganti dengan jarum yang
lebih besaragar cairan lebih mudah keluar. Kemudian dihubungkan dengan
kerantiga arah dan selang penghubungnya.
h. Bila tujuan pungsi semata-mata untuk diagnostic, maka semprit diganti, jarum
tetap. Cairan yang didapat kemudian diperiksa.
i. Bila tujuannya adalah diagnostic dan terapetik, maka dipasang keran tiga arah dan
selang penghubungnya untuk dapat mengeluarkan cairan sebanyak-banyaknya.
j. Tampung cairan yang didapat secukupnya dalam botol steril, periksa di
laboratorium.
k. Bekas tusukan dirawat dan ditutup kasa steril.
C. Pengawasan Paska Tindakan
a. Dilakukan foto toraks secepatnya untuk melihat keberhasilan dari pungsi tersebut.
b. Amati komplikasi yang mungkin terjadi.
D. Komplikasi
a. Pneumotoraks
b. Hematotoraks
c. Infeksi.

You might also like