You are on page 1of 27

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK I

“ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN


BRONKOPNEUMONIA”

Oleh :
1. FAJRIYA NAILIS SA’ADAH (P27820513005)
2. NINIK KARLINA (P27820513013)
3. CHOIRINA NUR AZIZZA (P27820513022)
4. NURDAYATI (P27820513026)
5. MOCH YUSUF HIDAYATULLAH (P27820513030)
6. AGUNG DWI PUTRO UTAMO (P27820513035)
7. IIT ANDIANI (P27820513043)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D.III KEPERAWATAN KAMPUS TUBAN
Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo No.2 Tuban telp. (0356) 321827
2015

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Anak.

Makalah ini merupakan bahan materi untuk proses belajar mengajar Keperawatan Anak .
Dimana makalah ini membahas tentang “Penyakit Bronkopnemonia Pada Anak”.

Akhir kata Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu penulis menerima segala saran dan kritikan yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat untuk menambah ilmu dan wawasan bagi Penulis sendiri
dan pembaca sekalian, terimakasih.

Tuban, 15 Mei 2015

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................................i


Daftar Isi ................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................................ 1
1.2 TUJUAN .....................................................................................................................1
1.2.1 TUJUAN UMUM ................................................................................................ 1
1.2.2 TUJUAN KHUSUS............................................................................................. 2
1.3 MANFAAT .................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 3
2.1 KONSEP MEDIS ........................................................................................................3
2.1.1 PENGERTIAN ....................................................................................................3
2.1.2 ANATOMI & FISIOLOGI..................................................................................4
2.1.3 ETIOLOGI ..........................................................................................................8
2.1.4 KOMPLIKASI ....................................................................................................9
2.1.5 PROGNOSIS .......................................................................................................9
2.1.6 GAMBARAN KLINIK .......................................................................................9
2.1.7 PATOFISIOLOGI .............................................................................................. 9
2.1.8 POHON MASALAH........................................................................................... 11
2.1.9 TANDA DAN GEJALA .....................................................................................12
2.1.10 PEMERIKSAAN DIAGNOSIS ........................................................................12
2.1.11 PENATALAKSANAAN ..................................................................................13
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ....................................................................16
2.2.1 PENGKAJIAN ....................................................................................................16
2.2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN .........................................................................18
2.2.3 INTERVENSI......................................................................................................18
2.2.4 IMPLEMENTASI ............................................................................................... 20
BAB III PENUTUP ...............................................................................................................22
3.1 KESIMPULAN ...........................................................................................................22
3.2 SARAN .......................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................23
M,

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Anak merupakan hal yang paling penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai
penerus keturunan , anak pada akhirnya juga sebagai generasi Penerus bangsa. Oleh karena
itu, tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit.

Pnemonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
seperti bakteri , virus, jamur, dan benda asing.

Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah
umur 3 tahun dengan resiko kematian yang tinggi pada bayi yang berusia kurang dari 2 bulan,
sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi
pada anak di bawah umur 2 tahun (1).Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan
masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun
yang sudah maju. Dari data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan pneumonia
merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7 di
Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam. Laporan
WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di
dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza. Hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran napas bawah
menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia. Penggunaan antibiotik,
membuat penyakit ini bisa dikontrol beberapa tahun kemudian. Namun tahun 2000,
kombinasi bronchopneumonia dan influenza kembali merajalela dan menjadi penyebab
kematian ketujuh di negara itu.

Pada umumnya pembagian pnemonia menurut anatomis dan etiologi. Pembagian


anatomis ialah: (1) pnemonia lobaris, (2) pnemonia lobularis ( bronkopnemonia ), (3)
pnemonia interstitial ( bronkiolitis ), sedangkan pembagian menurut etiologis ialah: (1)
bakteri(misalnya pelbagai kokus, H. Influenza), (2) virus, (3) Mycoplasma pnemoniae, (4)
jamur, (5) Aspirasi (makanan, kerosin, amnion, dsb), (6) pnemonia hipostastik, dan (7)
Sindrom Loeffler.

1
1.2 TUJUAN

1.2.1 Tujuan umum :

1. Mahasiswa dapat memahami konsep asuhan keperawatan pada klien


bronkopneumonia.
2. Mahasiswa dapat menambah wawasan baru mengenai penyakit bronkopneumonia

1.2.2 Tujuan khusus :

1. Makalah ini untuk memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah keperawatan
anak .
2. Makalah ini mampu menjelaskan tentang definisi, etiologi, Pathofisiologi, tanda dan
gejala, klasifikasi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medik,
penatalaksanaan keperawatan, pencegahan dan komplikasi bronkopneumonia.
3. Makalah ini mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada klien bronkopneumonia.
4. Makalah ini dapat menambah wawasan baru mengenai angka kejadian penyakit
bronkopneumonia.

1.3 MANFAAT
1. Bagi Institusi
Menilai/mengevaluasi sejauh mana pemahaman mahasiswa dalam memahami ilmu
yang telah diberikan khususnya dalam melaksanakan proses keperawatan dan sebagai
referensi untuk penelitian selanjutnya terutama yang berkaitan dengan asuhan
keperawatan pada anak dengan bronchopneumonia.
2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan bronchopnemonia serta dalam melakukan
pendokumentasian dan penyusunan makalah bronchopneumonia.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP MEDIS

2.1.1 PENGERTIAN

Bronkopnemoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran
bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke
parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2002).

Bronkopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di


bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokopurulen yang
membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering bersifat
sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan
penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh ( Sudigdiodi dan Imam Supardi,1998).

Bronchopneumina adalah frekwensi komplikasi pulmonary, batuk produktif yang


lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi meningkat, pernapasan meningkat
(Suzanne G. Bare, 1993).

Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru yang


disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing. (Sylvia Anderson, 1994).

Bronkopnemonia, juga disebut sebagai pnemonia bronkial atau pnemonia lobular,


adalah peradangan umum paru-paru yang dimulai di saluran bronkial kecil (bronkolus) dan
menyebar tidak teratur ke alveoli peribronkial dan saluran alveolar. Hasilnya adalah inflamasi
lokal di bronkiolus dan alveoli sekitarnya di paru-paru.( Kamus Kesehatan ).

Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan olehbermacam-macam


etiologi jamur dan seperti bakteri, virus, dan benda asing( Ngastiyah,2005).

Bronkopneumonia adalah bronkolius terminal yang tersumbat oleheksudat, kemudian


menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat lobules, disebut juga
pneumonia lobaris (Whaley&Wong,2000).

Bronkopneumonia suatu cadangan pada parenkim paru yangmeluas sampai bronkioli


atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui cara penyebaran

3
langsung melalui saluran pernafasan atau melalui hematogen sampai ke bronkus. (Riyadi
Sujono &Sukarmin,2009)

Bronkkopneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh


bakteri, virus, jamur, atau pun benda asing yang ditandai dengan gejala panas yang tinggi,
gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal, muntah, diare, serta batuk kering dan produktif.
(Hidayat, 2008)

2.1.2 ANATOMI & FISIOLOGI


A. Anatomi

Organ pernafasan berguna bagi transgportasi gas-gas dimana organ-organ


pernafasan tersebut dibedakan menjadi bagian dimana udara mengalir yaitu rongga
hidung, pharynx, larynx, trakhea, dan bagian paru-paru yang berfungsi melakukan
pertukaran gas-gas antara udara dan darah.

a. Saluran nafas bagian atas, terdiri dari:


1) Hidung yang menghubungkan lubang-lubang sinus udaraparaanalis yang
masuk kedalam rongga hidung dan jugalubang-lubang naso lakrimal yang
menyalurkan air matakedalam bagian bawah rongga nasalis kedalam hidung
2) Parynx (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar teanggorokan
sampai persambungannya dengan esophaguspada ketinggian tulang rawan
krikid maka letaknya di belakanghidung (naso farynx), dibelakang mulut(oro
larynx), dandibelakang farinx (farinx laryngeal)
b. Saluran pernafasn bagian bawah terdiri dari :
1) Larynx (Tenggorokan) terletak di depan bagian terendahpharnyx yang
memisahkan dari kolumna vertebra, berjalan darifarine-farine sampai
ketinggian vertebra servikalis dan masukke dalam trakhea di bawahnya.
2) Trachea (Batang tenggorokan ) yang kurang lebih 9 cm panjangnya trachea
berjalan dari larynx sampai kira-kiraketinggian vertebra torakalis ke lima dan
ditempat inibercabang menjadi dua bronchus (bronchi).
3) Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea padaketinggian kira-kira
vertebralis torakalis kelima, mempunyaistruktur serupa dengan trachea yang
dilapisi oleh jenis sel yangsama. Cabang utama bronchus kanan dan kiri tidak
simetris.Bronchus kanan lebih pendek, lebih besar dan merupakanlanjutan
trachea dengan sudut lancip. Keanehan anatomis inimempunyai makna klinis

4
yang penting.Tabung endotracheaterletak sedemikian rupa sehingga
terbentuk saluran udarapaten yang mudah masuk kedalam cabang bronchus
kanan.Kalau udara salah jalan, makap tidak dapat masuk kedalamparu-paru
akan kolaps (atelektasis).Tapi arah bronchus kananyang hampir vertical
maka lebih mudah memasukkan kateteruntuk melakukan penghisapan yang
dalam. Juga benda asingyang terhirup lebih mudah tersangkut dalam
percabanganbronchus kanan ke arahnya vertikal. Cabang utma
bronchuskanan dan kiri bercabang-cabang lagi menjadi segmen
lobus,kemudian menjadi segmen bronchus. Percabangan ini terus-menerus
sampai cabang terkecil yang dinamakan bronchiolesterminalis yang
merupakan cabang saluran udara terkecil yangtidak mengandung
alveolus.Bronchiolus terminal kurang lebihbergaris tengah 1 mm.bronchiolus
tidak diperkuat oleh cincintulang rawan, tetapi di kelilingi oleh otot polos
sehinggaukurannya dapat berubah, semua saluran udara dibawahbronchiolus
terminalis disebut saluran pengantar udara karenafungsi utamanya dalah
sebagai pengantar udara ketemapatpertukaran gas paru-paru.Diluar
bronchiolus terminalisterdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru-
paru,tempat pertukaran gas. Asinus terdiri bronchiolus respiratorius,yang
kadang- kadang memiliki kantung udara kecil ataualveoli yang bersal dari
dinding mereka.Duktus alveolaris yangseluruhnya dibatasi oleh alveolus dan
sakus alveolaristerminalis merupakan struktur akhir paru-paru.
4) Paru merupakan organ elastik berbentuk kerucut yang terletakdalam rongga
toraks atau dada. Kedua paru-paru salingterpisah oleh mediastinum central
yang mengandung jantungdan pembuluh-pembuluh darah besar.Setiap paru
mempunyaiapeks (bagian atas paru) dan dasar.Pembuluh darah paru
danbronchial, bronkus, saraf dan pembuluh limfe memasuuki tiapparu pada
bagian hilus dan membentuk akar paru.Paru kananlebih daripada kiri,paru
kanan dibagi menjadi tiga lobus danparu kiri dibagi menjadi dua lobus. Lobus-
lobus tersebutdibagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan
segmenbronchusnya. Paru kanan dibagi menjadi 10 segmen sedangkanparu
dibagi 10 segmen.Paru kanan mempunyai 3 buah segmenpada lobus inferior, 2
buah segmen pada lobus medialis, 5buah pada lobus superior kiri. Paru kiri
mempunyai 5 buahsegmen pada lobus inferior dan 5 buah segmen pada
lobussuperior.Tiap-tiap segmen masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan

5
yang bernama lobules. Didalam lobolus, bronkhiolus ini bercabang- cabang
banyak sekali, cabang ini disebut duktusalveolus.Tiap duktus alveolus berakhir
pada alveolus yangdiameternya antara 0,2- 0,3mm. Letak paru dirongga dada
dibungkus oleh selaput tipis yang bernama selaput pleura. Pleuradibagi
menjadi dua :1.) pleura visceral (selaput dadapembungkus) yaitu selaput paru
yang langsung membungkusparu.2.) pleura parietal yaitu selaput yang
melapisi ronggadada sebelah luar. Antara kedua pleura ini terdapat
rongga(kavum) yang disebut kavum pleura.Pada keadaan normal kavum
pleura ini vakum (hampa udara)sehingga paru dapat berkembang kempis dan
juga terdapat sedikit cairan (eksudat)yang berguna untuk meminyaki
permukaannya (pleura),menghindarkan gesekan antara paru dan dinding
sewaktu adagerakan bernafas. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendahdari
tekanan atmosfir, sehingga mencegah kolpas paru kalauterserang penyakit,
pleura mengalami peradangan, atau udaraatau cairan masuk ke dalam rongga
pleura, menyebabkan parutertekan atau kolaps.

B. Fisiologi

a. Pernafasan paru (pernafasan pulmoner)

Fungsi paru adalah pertukaran gas oksigen dankarbondioksida pada


pernafasan melalui paru / pernafasaneksternal, oksigen di pungut melalui hidung
dan mulut, pada waktubernafas oksigen masuk melalui trachea dan pipa bronchial
kealveoli, dan erat hubungan dengan darah di dalam kapilerpulmonaris.Hanya satu
lapisan membrane yaitu membrane alveolikapiler, memisahkan oksigen dari darah,
darah menembus dandipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke
jantung.Dari sini dipompa didalam arteri kesemua bagian tubuh.
Darahmeninggalkan paru pada tekanan oksigen mmHg dan padatingkatan Hb 95%
jenuh oksigen.Didalam paru, karbondioksida salah satu buanganmetabolsme
menembus membrane kapiler dan kapiler darah kealveoli dan setelah melalui pipa
bronchial dan trachea di lepaskankeluar melalui hidung dan mulut.Empat proses
yang berhubungan dengan pernafasanpulmoner pernafasan eksterna:

1.) Ventilasi pulmoner, gerakan pernafasan yang menukar udaradalam alveoli


dengan udara luar.

6
2.) Arus darah melaui paru, darah mengandung oksigen masukkeseluruh tubuh,
karbondioksida dari seluruh tubuh masukparu.
3.) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehinggajumlahnya yang bisa
dicapai untuk semua bagian.
4.) Difusi gas yang membrane alveoli dan kapiler, karbondioksida lebih mudah
berdifusi daripada oksigen.
b. Pernafasan jaringan (pernafasn interna)
Darah yang menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen (
oksihemoglobin) mengitari seluruh tubuh dan mencapai kapiler,dimana darah
bergerak sangat lambat. Sel jaringan memungutoksigen dari hemoglobin untuk
memungkinkan oksigenberlangsung dan darah menerima sebagai gantinya hasil
buanganoksidasi yaitu karbondioksida.Perubahan – perubahan berikut terjadi
dalam komposisiudara dalam alveoli, yang disebabkan pernafasan eksterna dan
pernafasan interna atau pernafasan jaringan.

Udara (atmosfer) yang dihirup:


Oksigen : 20%
Karbondioksida : 0-0,4%
Udara yang masuk alveoli mempunyai suhu dan kelembaban atmosfer.
Udara yang dihembuskan:
Nitrogen :79%
Oksigen :16%
Karbondioksida :4-0,4%
Udara yang dihembuskan jenuh dengan uap air dan mempunyai suhu yang sama
dengan badan (20 persen panas badan hilang untuk pemanasan udara yang
dikeluarkan).
c. Daya muat paru
Besarnya daya muat udara dalam paru 4500 ml- 5000 ml (4,5 – 5
liter).Udara diproses dalam paru (inspirasi dan ekspirasi)hanya 10% kurang lebih
500 ml disebut juga udara pasang surut(tidal air) yaitu yang dihirup dan yang
dihembuskan pada pernafasanbiasa. Pada seorang laki- laki normal (4-5 liter) dan
pada seorangperempuan (3-4 liter). Kapasitas berkurang pada penyakit paru-paru
dan pada kelemahan otot pernafasan.
d. Pengendalian pernafasan

7
Mekanisme pernafasan diatur dan dikendalikan oleh dua faktor utama yaitu
kimiawi dan pengendalian saraf. Adanya faktortertentu, merangsang pusat
pernafasan yang terletak didalammedulla oblongata, kalau dirangsang
mengeluarkan impuls yangdisalurkan melalui saraf spiralis ke otot pernafasan (
otot diafragmaatau interkostalis).
1) Pengendalian oleh saraf
Pusat pernafasan adalah suatu pusat otomatik dalammedulla oblongata
mengeluarkan impuls eferen ke ototpernafasan, melalui radik saraf
sevikalis diantarkan kediafragma oleh saraf frenikus.Impuls ini
menimbulkan kontraksi ritmik pada ototdiafragma dan interkostalis yang
kecepatannya kira- kira 15kali setiap menit.
2.) Pengendalian secara kimiaPengendalian dan pengaturan secara kimia
meliputi :
Frekuensi kecepatan dan dalamnya gerakan pernafasan,
pusatpernafasan dalam sumsum sangat peka sehingga kadar alkaliharus
tetap dipertahankan, karbondioksida adalah preduksiasam metabolisme
dan bahan kimia yang asam ini merangsangpusat pernafasan untuk
mengirim keluar impuls saarf yangbekerja atas otot pernafasan.
e. Kecepatan pernafasan
Kecepatan pernafasan secara normal, ekspirasi akan menyusul inspirasi dan
kemudian istirahat, pada bayi ada kalanya terbalik, inspirasi- istirahat –ekspirasi,
disebut juga pernafasan terbalik.
Kecepatan normal setiap menit berdasarkan umur :
Bayi prematur : 40 – 90x/menit
Neonatus : 30 – 80 x/menit
1 Tahun : 20- 40x/ menit
Inspirasi atau menarik nafas adalah proses aktif yangdiselenggarakan oleh
kerja otot. Kontraksi diafragma meluaskanrongga dada dari atas sampai bawah,
yaitu vertical.Kenaikan iga-iga dan sternum, yang ditimbulkan oleh kontaksi otot
interkostalis,meluaskan romgga dada kedua sisi dari belakang ke depan. Paruyang
bersifat elastis mengembang untuk mengisi ruang yangmembesar itu dan udara
ditarik masuk kedalam saluran udara, ototinterkostalis eksterna diberi peran
sebagai otot tambahan hanya bilainspirasi menjadi gerak sadar.Pada ekspirasi,
udara dipaksa oleh pengendoran otot dankarena paru kempes kembali, disebakan

8
sifat elastis paru itugerakan ini adalah proses pasif.Ketika pernafasan sangat kuat,
gerakan dada bertambah,otot leher dan bahu membantu menarik iga-iga dan
sternum ke atas.Otot sebelah belakang dan abdomen juga dibawa bergerak.
f. Kebutuhan tubuh akan oksigen
Dalam banyak keadaan, termasuk yang telah disebutoksigen dapat diatur
menurut keperluan orang tergantung padaoksigen untuk hidupnya, kalau tidak
mendapatkannya selam kuranglebih 4 menit dapat mengakibatkan kerusakan pada
otak yang tidakdapat perbaiki dan biasanya pasien meninggal. Keadaan
gentingtimbul bila misalnya seorang anak menutupi kepala dan mukanya dengan
kantong plastic menjadi lemas. Tetapi hanya penyadiaaanoksigen berkurang,
maka pasien menjadi kacau pikirannya, iamenderita anoxia serebralis. Hal ini
terjadi pada orang yang bekerjadalam ruangan sempit tertutup seperti dalam ruang
kapal, oksigenyang ada mereka habiskan dan kalau mereka tidak diberi
oksigenuntuk bernafas atau tidak dipindahkan ke udara yang normal, makaakan
meninggal karena anoxemia. Istilah lain adalah hypoxemia atau hipoksia. Bila
oksigen didalam darah tidak mencukupi makawarna merahnya hilang dan berubah
menjadi kebiru- biruan, bibirtelingga, lengan dan kaki pasien menjadi kebiru-
biruan dankeadaan itu disebut sianosis (Evelyn C.Pearce, 2002)

2.1.3 ETIOLOGI
Secara umum individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh
adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme
pathogen. Orang yang normal dan sehat mempunyaimekanisme pertahanan tubuh
terhadap organ pernafasan yang terdiri atas :reflek glottis dan batuk, adanya
lapisan mucus, gerakan silia yangmenggerakan kuman keluar dari organ, dan
sekresi humoral setempat.Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus,
bakteri,
jamur, protozoa, mikrobakteri, mikoplasma, dan riketsia (Sandra M.Nettina,
2001:628) antara lain:
1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococus,H. Influenza, Klebsiella.
2. Virus : Legionella pneumonia
3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
4. Aspirasi makanan, sekresi orofariengal atau isi lambung kedalam paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.

9
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada
pasien yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi floranormal yang
terdapat dalam mulut dank arena adanya pneumocystiscrania, Mycoplasma.
(Smeltzer & Suzanne C, 2002 dan Sandra M.Nettina, 2001).
2.1.4 KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi adalah empiema, otitis media akut. Mungkin
juga komplikasi lain yang dekat seperti atelektasis, emfisema, atau komplikasi jauh
seperti meningitis. Komplikasi tidak terjadi bila diberikan antibiotik secara tepat.
(Ngastiyah, 1997).
2.1.5 PROGNOSIS
Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat
diturunkan sampai kurang dari 1 %. Bila pasien disertai malnutrisi energi protein
(MEP) dan pasien yang datang terlambat mortalitasnya tinggi.(Ngastiyah, 1997).
2.1.6 GAMBARAN KLINIK
Bronkopnemonia biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian
atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40 ᵒC
dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea,
pernapasan cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung serta sianosis sekitar
hidung dan mulut. Kadang-kadang disertai muntah dan diare. Batuk biasanyan tidak
ditemukan pada permulaan penyakit, tetapi setelah beberapa hari mula-mula kering
kemudian menjadi produktif.
Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik
tetapi dengan adanya napas dangkal dan cepat, pernapasan cuping hidung dan sianosis
sekitar hidung dan mulut dapat diduga adanya pnemonia. Hasil pemeriksaan fisik
tergantung daripada luas daerah auskultasi yang terkena; pada perkusi sering tidak
ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah nyaring
halus atau sedang. Bila sarang bronkopnemonia menjadi satu (konfluens) mungkin
pada perkusi terdengar keredupan dan suara pernapasan pada auskultasi terdengar
mengeras. Pada stadium resolusi, ronki terdengar lagi. (Ngastiyah, 1997).
2.1.7 PATOFISIOLOGI
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas
yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophilus influenza atau karena
aspirasi makanan dan minuman. Dari saluran pernafasan dengan gambaran
sebagai berikut:

10
1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi
pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, danedema antara kapiler dan
alveoli
2. Ekspansi kuman melaui pembuluh darah kemudian masuk kedalam saluran
pencernaan dam menginfeksinyamengakibatkan terjadinya peningkatan flora
normal dalamusus, peristaltic meningkat akibat usus mengalami
malabsorbsidan kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadapgangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
2.1.9 TANDA DAN GEJALA
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksitraktusrespiratoris
bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh naiksangat mendadak sampai 39-40
derajat celcius dan kadang disertai kejangkarena demam yang tinggi. Anak sangat
gelisah, dispenia pernafasan cepatdan dangkal disertai pernafasan cuping hidung
serta sianosis sekitarhidung dan mulut, kadang juga disertai muntah dan diare.
Batuk biasanyatidak ditemukan pada permulaan penyakit tapi setelah beberapa
harimula-mula kering kemudian menjadi produktif.Pada stadium permulaan sukar
dibuat diagnosis denganpemeriksaan fisik tetapi dengan adanya nafs dangkal dan
cepat, pernafasancuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut dapat
diduga adanyapneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung luas daerah
auskultasiyang terkena, pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan
padaauskultasi mungkin hanya terdengar ronchi basah nyaring halus dansedang
(Ngastiyah, 2005).

2.1.10 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Foto thoraks. Pada foto thoraks bronkopnemonia terdapat bercak-bercak


infiltrat pada satu atau beberapa lobus. Jika pada pnemonia lobaris terlihat adanya
konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.Laboratorium. Gambaran darah tepi
menunjukkan leukositosis, dapat mencapai 15.000-40.000/mmз dengan
pergeseran kekiri. Kuman penyebab dapat dibiakan dari usapan tenggorok, dan
mungkin juga dari darah. Urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat
albuminuria ringan karena suhu yang naik dan sedikit torak hialin. Analisis gas
darah arteri dapat menunjukkan asidosis metabolik dengan atau tanpa retensi CO2.
(Ngastiyah, 1997).
Pemeriksaan penunjang :

11
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara :
1. Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan darah
- Pemeriksaan sputum
- Analisa gas darah
- Kultur darah
- Sampel darah, sputum, dan urin
2. Pemeriksaan Radiologi
- Rontgenogram Thoraks
- Laringoskop / Bronkoskopi ( Nurarif, Amin Huda, dkk. 2013)

2.1.11 PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji retensi. Tetapi karena
hal itu perlu waktu, dan pasien perlu terapi secepatnya maka biasanya yang
diberikan :
a) Penisilin 50.000 U/KgBB/hari, ditambah dengan kloramfenikol 50-70
mg/kgBB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas
seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.
b) Pemberian oksigen dan cairan intravena; biasanya diperlukan campuran
glukose 5% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3:1 larutan KCl
10mEq/500ml/botol infus.
c) Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik akibat
kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai hasil
analisa gas darah arteri.
(Ngastiyah, 1997).
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Seringkali pasien pnemonia yang dirawat dirumah sakit datang sudah
dalam keadaan payah, sangat dipsnea, pernapasan cuping hidung, sianosis,
dan gelissah.
Masalah pasien yang perlu diperhatikan ialah menjaga kelancaran pernapasan,
kebutuhan istirahat, kebutuhan nutrisi/cairan, mengontrol suhu tubuh,
mencegah komplikasi, dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai
penyakit.

12
a) Menjaga kelancaran pernapasan
Pasien pnemonia berada dalam keadaan dipsnea dan sianosis karena
adanya radang paru dan benyaknya lendir didalam bronkus/paru. Agar
pasien dapat bernapas lancar lendir tersebut harus dikeluarkan dan untuk
memenuhi kebutuhan O2 perlu diberikan O2 2L/menit secara rumat. Pada
anak yang agak besar (sudah mengerti) berikan sikap baring setengah
duduk, longgarkan pakaian yang menyekat seperti ikat pinggang, kaos
baju yang agak sempit. Ajarkan agar bila ia batuk lendirnya dikeluarkan
dan katakan kalau lendir tersebut tidak dikeluarkan sesak napasnya tidak
segera hilang (sediakan kertas tisue dan tempat penampung). Beritahukan
kepada anak agar ia tidak selalu berbaring kearah dada yang sakit, boleh
duduk atau miring kebagian dada yang lain.
Pada bayi, baringkan dengan letak kepala ekstensi dengan memberikan
ganjal di bawah bahunya. Bukalah pakaian yang ketat seperti gurita, atau
celana yang ada karetnya. Isaplah lendirnya dan berikan O2 secara rumat
sampai 2 L/menit. Pengisapan lendir harus sering, yaitu pada saat terlihat
lendir didalam mulut, pada waktu akan memberi minum, mengubah sikap
baring atau tindakan lain. Perhatikan dengan cermat pemberian infus;
perhatikan apakah infus lancar.
b) Kebutuhan Istirahat
Pasien pnemonia adalah pasien payah, suhu tubuhnya tinggi, sering
hiperpireksia maka pasien perlu cukup istirahat, semua kebutuhan pasien
harus ditolong ditempat tidur. Usahakan pemberian obat secara tepat.
Pengambilan bahan pemeriksaan atau suntikan jangan dilakukan waktu
pasien sedang tidur. Usahakan keadaan tenang dan nyaman agar pasien
dapat istirahat sebaik-baiknya.
c) Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Pasien pnemonia hampir selalu mengalami masukan makanan yang
kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari dan masukan cairan
yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi. Untuk mencegah dehidrasi dan
kekurangan kalori dipasang infus dengan cairan glukosa 5% dan NaCl
0,9% dalam perbadingan 3:1 ditambahkan KCl 10 mEq/500ml/botol infus.
Apabila sesak napas telah berkurang pasien diberikan makanan lunak dan

13
susu. Bujuklah agar anak mau makan, dan waktu menyuapi harus sabar
karena keadaan sesak menyebabkan pasien cepat lelah waktu mengunyah.
Pada bayi yang masih minum ASI, bila tidak terlalu sesak ia boleh
menetek selain memperoleh infus. Beritahukan ibunya agar pada waktu
bayi menetek puting susunya hrus sering-sering dikeluarkan untuk
memberikan kesempatan bernapas. Bila bayi belum mau menghisap, ASI
harus di pompa, dan diberikan pakai sendok. Jika bayi minum susu
formula juga harus diberikan dengan sendok. Bila keadaan membaik dapat
mencoba dengan dot, dan dot harus sering dicabut. Berikan susu 1 botol 2-
3 kali dengan iatirahat ¼ jam karena jika tidak, pasien akan kelelahan. Bila
terpaksa memberikan susu per sonde juga harus dibagi 2-3 kali karena jika
lambung mendadak penuh menyebabkan sesak napas.
d) Mengontrol suhu tubuh
Pasien pnemonia sewaktu-waktu dapat mengalami hiperpireksia.
Untuk ini maka suhu harus dikontrol seriap jam selain diusahakan untuk
menurunkan suhu dengan memberikan kompres dingin dan obat-obatan.
Satu jam setelah di kompres dicek kembali apakah suhu telah turun.
e) Mencegah komplikasi/gangguan rasa aman dan nyaman
Komplikasi yang terjadi terutama disebabkan oleh lendir yang tidak
dapat dikeliarkan sehingga terjadi atelektasis atau bronkiektasis. Untuk
menghindarkan terjadinya lendir yang menetap (mucous plug) maka sikap
baring pasien, terutama bayi harus diubah posisinya tiap 2 jam dan
pengisapan lendir sering dilakukan. Setiap mengubah sikap lakukan sambil
menepuk-nepuk punggung pasien kemudian jika terliahat lendirnya
meleleh segera diisap.
Bila lendir tetap banyak, dapat dilakukan fisioterapi dengan postural
drainage. Caranya, bayi dibarigkan tengkurap, didepannya letakkan
handuk sebagai alas, dibawah perutnya diganjal guling sehingga posisi
kepala rendah. Lakukan tepukan dengan kedua tangan yang dicekungkan
dipunggung bayi secara ritmik sambil sering diisap lendirnya dari hidung
dan mulut lam tindakan ini 5-10 menit dan dapat dilakukan pagi dan sore.
Jika lendir sudah berkurang maka fisioterapi dapat dilakukan sekali sehari,
biasanya pagi saja.

14
Mengenai gangguan rasa aman dan nyaman seperti pasien lain yang
dirawat dirumah sakit. Pemberian O2, pemeriksaan foto, dan pemasangan
infus bagi anak akan manimbulkan rasa takut dan tidak menyenangkan.
Hal ini hanya perlu pendekatan, jika ada orangtuanya jelaskan semua
tindakan dan mintalah orang tua membujuknya. Tindakan sering
mengubah sikap berbaring selain untuk mencegah pengendapan lendir juga
memberikan rasa aman dan nyaman.
f) Kurangnya pengetahuan orangtua mengenai penyakit
Penyuluhan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit
pnemonia ialah dengan memberikan pengertian jika anak batuk pilek
disertai demam sudah 2 hari tidak juga sembuh agar dibawa berobat ke
pelayanan kesehatan.
Pada bayi dan anak kecil yang keadaan umumnya lemah, misalnya
baru sembuh dari penyakit diare atau anak sering batuk pilek, janganlah
dibawa keluar pada malam hari atau dibiarkan bermain diluar jika udara
tidak baik karena hal tersebut dapat menyebabkan pnemonia. Selain hal itu
perlu pemeliharaan kesehatan dan kebersihan lingkungan agar anak tetap
sehat.
(Ngastiyah, 1997).
1. Oksigen 1-2 liter per menit
2. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap
melaui selang nasogastrik dengan feeding drip
3. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk transport muskusilier
4. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit
(Arief Mansjoer,2000).
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
a. Fokus Pengkajian
Usia bronkopneumonia sering terjadi pada anak. Kasus terbanyak sering
terjadi pada anak berusia dibawah 3 tahun dan kematian terbanyak terjadi pada
bayi berusia dari 2 bulan, tetapi pada usia dewasa juga masih sering mengalami
bronkopneumonia.

15
b. Keluhan Utama
Sesak napas
c. Riwayat Penyakit
1) Pneumonia Virus
Didahului oleh gejala-gejala infeksi saluran napas, termasuk renitis (alergi)
dan batuk, serta suhu badan lebih rendah daripada pneumonia bakteri.
2) Pneumonia Stafilokokus (bakteri)
Didahului oleh infeksi saluran pernapasan akut atau bawah dalam beberapa
hari hingga seminggu, kondisi suhu tubuh tinggi, batuk mengalami kesulitan
pernapasan.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Sering menderita penyakit saluran pernapasan bagian atas riwayat penyakit
fertusis yaitu penyakit peradangan pernapasan dengan gejala bertahap panjang
dan lama yang disertai wheezing (pada Bronkopneumonia).
4) Pengkajian Fisik
1. Keadaan Umum : apakah pasien lemas, rewel.
2. Kesadaran : Komposmentis, apatis, somnolen, sopor, koma.
3. Ttv : Meliputi TD., RR, Suhu, Nadi. (normalnya)
4. Kepala dan wajah : bentuk kepala, rambut, adakah lesi dan nyeri
tekan dan benjolan, wajah tampak kemerahan.
5. Mata : Konjunctiva anemis/tidak, sclera
menguning/tidak,
adakah oedem palpebra/tidak, serta lakrimasi.
6. Telinga : adakah lesi dan produksi depidemen serumen.
7. Mulut : adakah stomatitis, gusi berdarah, mukosa mulut
kering.
8. Hidung : adakah benjolan, adakah nyeri tekan, adakah
epitaksis.
9. Leher : Terdapat pembesaran kelenjar limfe atau tidak.
10. Thorax : Kaji bentuk dada termasuk barrel chest, pegeon
chest apa tidak, pergerakan dada simetris/tidak,
serta adakah lesi, adakah krepitasi, suara
pernafasan, serta suara jantung.

16
11. Abdomen : Bentuk abdomen normal/tidak, adakah lesi,
adakah
nyeri tekan, adakah pembesaran abdomen, serta
kaji bising usus.
12. Ekstremitas atas dan bawah
Atas : adakah lesi/tidak, adakah benjolan atau tidak, adakah
krepitasi, serta kelemahan.
Bawah : bentuk lesi atau tidak, adakah benjolan/tidak, adakah
krepitasi, serta kelemahan.
5) Pola Fungsi Kesehatan
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, tidak bisa tidur.
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
2) Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya gagal jantung kronik.
Tanda : Takikardia, penampilan kemerahan atau pucat.
3) Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual/muntah.
Tanda : Distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan
turgor buruk, penampilan kaheksia ( mal nutrisi).
4) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala daerah frontal (influenza).
Tanda : Perubahan mental (bingung somnolen).
5) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada meningkat batuk, mialgia, atralgia.
Tanda : Melindungi area yang sakit.
6) Pernapasan
Gejala : Riwayat PPOM, takipnea, dispnea, pernapasan dangkal,
pelebaran nasal.
Tanda : Sputum merah muda, purulen), perkusi (pekak diatas area
yang
konsolidasi), fremitus (traktil dan vocal bertahap meningkat
dengan konsolidasi), bunyi napas (menurun atau tidak ada),
warna (pucat atau cyanosis bibir/kuku).

17
7) Keamanan
Gejala : Riwayat gangguan sistem imun, demam.
Tanda : Berkeringat, menggigil, gemetar, kemerahan.
8) Penyuluhan/Pembelajaran.
Gejala : Riwayat penyakit ISPA.
Tanda : Gelisah, bertanya-tanya.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi trakeobronkial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum
b. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus kapiler,
gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan pengiriman
oksigen
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kebutuhan
metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia yang
berhubungan dengan toksin bakteri bau dan rasa sputum, distensi abdomen
atau gas.
d. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d kehilangan cairan berlebih,
penurunan masukan oral.
2.2.3 Intervensi
Dx 1 : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi
trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum
Tujuan : menunjukkan prilaku mencapai bersihan jalan nafas.
KH :
- Pasien tidak sesak
- Tidak ada penumpukan sekret
- Tidak ada suara nafas tambahan
Intervensi :
1. Kaji frekuensi pernapasan dan gerakan dada.
R/ : Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tidak simetris
sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan
cairan paru.
2. Auskultasi area paru
R/ : mengetahui ada tidaknya suara nafas tambahan.
3. Observasi TTV

18
R/ : Mengetahui keadaan umum pasien.
4. Bantu pasien latihan nafas sering sarankan pasien untuk melakukan
nafas dalam dan batuk efektif.
R/ : Memudahkan ekspansi maksimum paru.
5. Memberikan nebulizer sesuai resep.
R/ : Mengencerkan dan memudahkan pengeluaran sekret.
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat.
R/ : Untuk kesembuhan pasien.
Dx 2 : Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus
kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah,
gangguan pengiriman oksigen
Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
dengan GDA dalam rentang normal dan tak ada gejala, distres
pernafasan.
KH : Berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan
oksigenasi
Intervensi :
1. Kaji frekuensi, kedalaman, dan memudahkan pernafasan.
R/ : Manifestasi distres pernafasan tergantung pada indikasi
derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum.
2. Kaji warna kulit, membran mukosa, dan kuku.
R/ : Sianosis kuku menunjukkan vasokonstriksi sianosis daun
telinga, membran mukosa dan kulit sekitar mulut menunjukkan
hipoksemia sistemik.
3. Kaji status mental
R/ : Gelisah mudah terangsang, bingung, somnolen dapat
menunjukkan hipoksemia.

Dx 3 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d


kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses
infeksi, anoreksia yang berhubungan dengan toksin bakteri bau
dan rasa sputum, distensi abdomen atau gas.

Tujuan : Meningkatkan/mempertahankan nafsu makan.

19
KH :

- Mempertahankan/meningkatkan BB
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda malnutrisi
- Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
- Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

Intervensi :

1. Indikasikan faktor yang menimbulkan mual/muntah.


R/ : Mempermudah dalam menentukan intervensi.
2. Sarankan makan porsi kecil tapi sering yang masih hangat.
R/ : Dapat meningkatkan nafsu makan.
3. Evaluasi status nutrisi ukur BB.
R/ : Adanya suatu penyakit dan keterbatasan keuangan
menimbulkan mal nutrisi
4. Kaji adanya alergi makanan
R/ : Mencegah terjadinya alergi pada pasien
5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
R/ : Memberikan diit yang tepat untuk pasien
Dx 4 : Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d kehilangan cairan
berlebih, penurunan masukan oral.
Tujuan : mempertahankan keseimbangan cairan
KH : - Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ
urine normal, HT normal
- Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik,
embran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
Intervensi :
1. Monitor status hidrasi
R/ : mengetahui tingkat kelembapan mukosa, nadi adekuat.
2. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

20
R/ : agar tidak terjadi kelebihan output
3. Monitor TTV
R/ : mengetahui keadaan pasien lebih lanjut
4. Kolaborasi pemberian cairan IV
R/ : memberikan terapi yang adekuat
5. Kolaborasi dengan dokter jika tanda cairan berlebih muncul
memburuk
R/ :mendeteksi dini adanya kelebihan cairan

2.2.4 Implementasi

Dx 1 : ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi trakeobronkial,


pembentukan edema, peningkatan produksi sputum
1. Kaji frekuensi pernapasan dan gerakan dada.
2. Auskultasi area paru
3. Observasi TTV
4. Bantu pasien latihan nafas sering sarankan pasien untuk melakukan
nafas dalam dan batuk efektif.
5. Memberikan nebulizer sesuai resep.
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat.

Dx 2 : Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus


kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan
pengiriman oksigen

1. Kaji frekuensi, kedalaman, dan memudahkan pernafasan.


2. Kaji warna kulit, membran mukosa, dan kuku.
3. Kaji status mental

Dx 3 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d


kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses
infeksi, anoreksia yang berhubungan dengan toksin bakteri bau
dan rasa sputum, distensi abdomen atau gas.

1. Indikasikan faktor yang menimbulkan mual/muntah.


2. Sarankan makan porsi kecil tapi sering yang masih hangat.

21
3. Evaluasi status nutrisi ukur BB.
4. Kaji adanya alergi makanan
5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
Dx 4 : Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d kehilangan cairan
berlebih, penurunan masukan oral.
1. Monitor status hidrasi
2.Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
3. Monitor TTV
4. Kolaborasi pemberian cairan IV
5. Kolaborasi dengan dokter jika tanda cairan berlebih muncul
memburuk

22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan
terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli (Nurarif, Amin Huda, dkk. 2013).
3.2 Saran
Ada beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai masukan dalam keperawatan agar
menjadi lebih baik :
1. Memperbanyak waktu pengkajian sampai evaluasi tentang perawatan
bronkopneumonia pada anak.
2. Melanjutkan intervensi keperawatan pada prioritas masalah perawatan
bronkopneumonia pada anak.
Ada pun saran yang dapat kami berikan untuk masyarakat pada umumnya adalah :
Agar selalu menjaga tetap bersih, dan jauhkan anak dari lingkungan yang
kotor dan faktor pencetus lainnya untuk mencegah terjadinya bronchopneumonia dan
berikan makanan yang seimbang untuk membantu sistem imunnya menjadi lebih baik
agat tidak mudah terpapar bakteri dan virus yang berada disekitarnya yang mampu
menyerang saluran pernafasannya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah.1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC

Nurarif, Amin Huda, dkk. 2013. APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN

DIAGNOSA MEDIS & NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta :


MediAction Publishing

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Medika Aesculaplos

Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. 2001. BUKU AJAR Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC

24

You might also like