You are on page 1of 12

MODUL PERKULIAHAN

Perancangan
Jalan Rel
Rencana Induk Perkertaapian Nasional

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

02
Fakultas Teknik Sipil W111700027 Achmad M Arifai, ST, MT
Teknik Perencanaan
dan Desain

Abstract Kompetensi
Matakuliah Perancangan Jalan Rel Mahasiswa dapat menjelaskan secara
Mengenai Rencana Induk umum mengenai Rencana Induk
Perkeretaapian Nasional 2030 Perkeretaapian Nasional 2030 serta
dapat membandingkannya dengan
kebutuhan transportasi nasional pada
tahun 2030
Rencana Induk Perkeretaapian Nasional
A. Pendahuluan

Dengan semakin terbatasnya kapasitas layanan jalan, kereta api semakin


menunjukkan keunggulan kompetitifnya. Keunggulan ini tak lepas dari perkembangan
teknologi perkeretaapian sehingga semakin cepat, aman, hemat energi dan ramah
lingkungan. Selain itu dari sisi daya angkut kereta api tetap merupakan moda yang paling
unggul.

Sejalan dengan prospek cerah perkeretaapian, sudah sewajarnya keunggulan-


keunggulan di atas dapat dimanfaatkan secara optimal, khususnya dalam penyelenggaraan
transportasi nasional yang terintegrasi. Untuk itu penyelenggaraan perkeretaapian nasional
di masa depan harus diwujudkan menjadi leading transportation mode khususnya sebagai
pembentuk kerangka atau lintas utama transportasi nasional yang mampu menjamin
pergerakan orang dan barang di seluruh wilayah Indonesia.

Pemerintah dalam hal ini, Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian


Perhubungan menyadari pentingnya menata kembali penyelenggaraan perkeretaapian
nasional secara menyeluruh guna memastikan tujuan penyelenggaraan perkeretaapian
seperti diamanatkan dalam UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian.
Penyelenggaraan ini dituangkan dalam bentuk Rencana Induk Perkeretaapian Nasional
(RIPNas) Tahun 2030.

RIPNas ini disusun dengan memperhatikan rencana tata ruang wilayah nasional dan
rencana induk jaringan moda transpo rtasi lain, yang di dalamnya memuat:

1) arah kebijakan dan peranan perkeretaapian nasional dalam keseluruhan moda


transportasi,

2) perkiraaan perpindahan orang dan barang,

3) rencana kebutuhan prasarana dan sarana perkeretaapian, dan

4) rencana kebutuhan sumber daya manusia.

Selain itu RIPNas ini juga menjelaskan bentuk kelembagaan, alih teknologi,
pengembangan industri, strategi investasi dan perkuatan pendanaan penyelenggaraan

‘18 Perancangan Jalan Rel Pusat Bahan Ajar dan eLearning


2 Achmad Muhyidin Arifai, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
perkeretaapian.

B. Perwujudan Perkeretaapian Nasional 2030

B.1 Visi Perkeretaapian Nasional

Visi perkeretaapian nasional adalah mewujudkan: “Perkeretaapian yang berdaya


saing, berintegrasi, berteknologi, bersinergi dengan industri, terjangkau dan mampu
menjawab tantangan perkembangan”.

B.2. Arah Pengembangan Perkeretaapian Nasional

Pengembangan perkeretaapian nasional diarahkan untuk mewujudkan:

1. Pelayanan prasarana dan sarana perkeretaapian yang handal (prima),


mengutamakan keamanan dan keselamatan (security and safety first), terintegrasi
dengan moda lain, terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat serta tersebar di
pulau-pulau besar seperti Jawa-Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
2. Teknologi perkeretaapian yang modern, ramah lingkungan, daya angkut
besar dan berkecepatan tinggi.
3. Penyelenggaraan perkeretaapian nasional yang mandiri dan berdaya saing,
menerapkan prinsip- prinsip “good governance” serta didukung oleh SDM yang
unggul, industri yang tangguh, iklim investasi yang kondusif, pendanaan yang kuat
dengan melibatkan peran swasta.

B.3. Strategi Pengembangan Perkeretaapian Nasional

Dalam mewujudkan penyelenggaraan perkeretaapian nasional sesuai arah


pengembangan perkeretaapian 2030, akan ditempuh strategi sebagai berikut :

1. Pengembangan jaringan dan layanan perkeretaapian;


2. Peningkatan keamanan dan keselamatan perkeretaapian;
3. Alih teknologi dan pengembangan industri perkeretaapian;
4. Pengembangan SDM perkeretaapian;
5. Pengembangan kelembagaan penyelenggaraan perkeretaapian;
6. Investasi dan pendanaan perkeretaapian. disertai dengan pengembangan

‘18 Perancangan Jalan Rel Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 Achmad Muhyidin Arifai, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
peraturan perundangan guna mendukung penyelenggaraan setiap strategi tersebut.

B.4. Target Penyelenggaraan Perkeretaapian Nasional

Target ditetapkan sebagai sebuah sasaran terukur yang bersifat kuantitatif,


sehingga dapat digunakan sebagai instrumen untuk mengukur keberhasilan
penyelenggaraan perkeretaapian nasional.

Berikut adalah target penyelenggaraan perkeretaapian nasional: “Perkeretaapian


nasional memiliki pangsa pasar penumpang sebesar 11 - 13 % dan barang sebesar
15 - 17 % dari total pangsa pasar transportasi nasional pada tahun 2030”.

B.5 Kebutuhan Pengembangan Perkeretaapian

Disadari bahwa penyelenggaraan perkeretaapian nasional dari sisi prasarana dan


sarana belum mengalami peningkatan yang signifikan, hal ini menyebabkan industri dan
bisnis perkeretaapian juga tidak berkembang. Contoh konkret dari gagalnya
penyelenggaraan kereta api adalah adanya penutupan layanan kereta api Jakarta –
Bandung (KA Parahyangan) dengan alasan tidak mampu bersaing dengan moda jalan.
Guna mengatasi permasalahan tersebut maka sudah sewajarnya apabila penyelenggaraan
kereta api kedepan harus dilakukan reformasi atau ditingkatkan secara menyeluruh dengan
memperhatikan kebutuhan masyarakat dan cita-cita layanan kereta api kedepan.

Untuk itu kebutuhan pengembangan perkeretaapian hingga tahun 2030 yang


tertuang dalam RIPNas setidaknya memuat:

 arah kebijakan dan peranan perkeretaapian nasional dalam keseluruhan moda


transportasi;
 prakiraan perpindahan orang dan/atau barang menurut asal tujuan perjalanan;
 rencana kebutuhan prasarana perkeretaapian nasional;
 rencana kebutuhan sarana perkeretaapian nasional; dan
 rencana kebutuhan sumber daya manusia.

Dalam penyusunannya RIPNas harus memperhatikan dan mengakomodir:

 rencana tata ruang wilayah nasional;


 rencana induk jaringan moda transportasi lainnya; dan
 kebutuhan angkutan perkeretaapian pada tataran transportasi nasional.
‘18 Perancangan Jalan Rel Pusat Bahan Ajar dan eLearning
4 Achmad Muhyidin Arifai, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
B.6 Hubungan Antar Moda Transportasi

Kereta api sebagai sebuah layanan transportasi akan tetap mempunyai beberapa
keterbatasan sehingga tidak mampu secara individu memenuhi atau mengikuti kebutuhan
transportasi masyarakat. Guna memberikan layanan transportasi yang menyeluruh kepada
masyarakat maka layanan moda ini harus terintegrasi dengan layanan moda lain, misalnya
dengan moda udara, darat (transportasi perkotaan) dan air/laut. Bentuk-bentuk layanan ini
akan terus dikembangkan pada masa yang akan datang, sehingga layanan kereta api tidak
lagi identik dengan perjalanan antar kota, tetapi akan semakin berkembang menjadi
layanan airport railway, urban transport railway dan port railway.

Dalam penyelenggaraannya, transportasi (darat, rel, laut dan udara) sebagai


kesatuan sistem yang utuh, merupakan wujud integrasi dari interaksi hal-hal sebagai
berikut:

 Jaringan pelayanan – jaringan prasarana - multi moda;


 Safety/kelaikan - availability armada - jadwal – tarif;
 Kebijakan operasional nasional transportasi;
 Penetapan jaringan pelayanan di seluruh wilayah tanah air;
 Pembangunan prasarana untuk mendukung kebutuhan jaringan pelayanan;
 Penyediaan armada sesuai kebutuhan pelayanan;
 Penyediaan SDM sesuai kebutuhan pelayanan.

B.7. Perpindahan Orang dan Barang

Kajian terhadap jumlah pergerakan yang mengindikasikan karakteristik perjalanan


orang dan barang menggunakan moda kereta api pada tahun 2030 dihitung berdasar data
OD Nasional tahun 2006 (Balitbang Kementerian Perhubungan). Hasil perhitungan ini akan
digunakan sebagai basis dalam perhitungan kebutuhan prasarana, sarana, SDM, energi dan
investasi pada penyelenggaraan perkeretaapian nasional pada tahun 2030.

Asumsi yang digunakan untuk melakukan proyeksi perjalanan penumpang


didasarkan pada proyeksi pertumbuhan penduduk sampai dengan tahun 2030 pada masing-
masing provinsi. Untuk proyeksi perjalanan angkutan barang menggunakan asumsi
‘18 Perancangan Jalan Rel Pusat Bahan Ajar dan eLearning
5 Achmad Muhyidin Arifai, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
pertumbuhan dari hasil kajian Ditjen Perhubungan Darat yang telah disesuaikan sampai
dengan tahun 20301. Selain itu dalam perhitungannya baik untuk moda kereta api
penumpang dan barang juga berdasar pada proyeksi modal share yang telah
mempertimbangkan kondisi dan proyeksi demografi dan perekonomian di masing-masing
pulau (lihat Lampiran 10). Gambar 2 s/d 6 adalah pola perjalanan penumpang dan barang
kereta api berdasarkan perencanaan pulau yang disajikan dalam bentuk desire line.

Dalam pola perjalanan penumpang dan barang, ada beberapa perbedaan


asumsi penggunaan data yang digunakan terkait dengan perhitungan perjalanan yang
terjadi di masing-masing pulau. Pada perjalanan penumpang, selain perjalanan antar
provinsi, perjalanan internal provinsi diperhitungkan dalam matriks pola perjalanan karena
perjalanan penumpang internal provinsi diasumsikan dilayani oleh kereta api regional.
Hal ini berbeda dengan perjalanan barang internal provinsi yang tidak diperhitungkan karena
diasumsikan perjalanan barang ini akan dilakukan oleh moda diluar kereta api.

Hasil kajian perjalanan orang dan barang dengan moda kereta api sebagaimana
tertera pada Tabel 2 dapat dijelaskan bahwa jumlah perjalanan orang menggunakan moda
kereta api pada tahun 2030 diperkirakan mencapai 929,5 juta org/tahun meliputi perjalanan
antar provinsi dan internal provinsi termasuk angkutan perkotaan. Jumlah masing-masing
provinsi. Untuk proyeksi perjalanan angkutan barang menggunakan asumsi pertumbuhan
dari hasil kajian Ditjen Perhubungan Darat yang telah 1 Penyusunan Masterplan
Perhubungan Darat, 2004 (diolah) perjalanan orang terbesar terjadi di Pulau Jawa-Bali yaitu
sebesar 858,5 juta orang/tahun (92%) dan sisanya tersebar di provinsi lain. Sedangkan
untuk perjalanan barang menggunakan moda kereta api pada tahun 2030 diperkirakan
mencapai 995,5 juta ton/tahun. Perjalanan barang dominan terjadi di Pulau Jawa-Bali yaitu
sebesar 534 juta ton/tahun (53,6%) dan di Pulau Sumatera sebesar 403 juta ton/tahun
(40,5%) sehingga total perjalanan barang di Pulau Jawa-Bali dan Pulau Sumatera mencapai
937 juta ton/tahun (94,1%).

Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran transportasi sebagai urat


nadi kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Sistem jaringan
transportasi dapat dilihat dari segi efektivitas, dalam arti selamat, aksesibilitas tinggi,
terpadu, kapasitas mencukupi, teratur, lancar dan cepat, mudah dicapai, tepat waktu,
nyaman, tarif terjangkau, tertib, aman, rendah polusi serta dari segi efisiensi dalam arti
beban publik rendah dan utilitas tinggi dalam satu kesatuan jaringan sistem transportasi.
Oleh karena itu, pengembangan transportasi sangat penting artinya dalam menunjang dan
‘18 Perancangan Jalan Rel Pusat Bahan Ajar dan eLearning
6 Achmad Muhyidin Arifai, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
Industri perkeretaapian saat ini dikelola sepenuhnya oleh negara sebagai sebuah
perusahaan layanan publik dengan nama PT. Kereta Api Indonesia yang disingkat dengan
PT. KAI (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1992 Tentang
Perkeretaapian Bab 3 Pasal 4). Sehingga PT. KAI memiliki tanggung jawab melayani
kebutuhan transportasi seluruh lapisan masyarakat dengan produk dan layanan dan biaya
yang terjangkau. Menurut Kumari (2003) dalam penelitiannya terhadap perkeretaapian di
India, menyimpulkan bahwa terjadi perkembangan yang fenomenal dalam mobilitas
orang dan barang di negara tersebut. Perkembangan ini mendorong permintaan (demand)
masyarakat yang semakin tinggi terhadap kualitas dan kuantitas layanan transportasi publik.
Kereta api di London, Inggris, merupakan angkutan penumpang yang sangat dominan, yaitu
mencapai 70 persen, demikian pula di Tokyo. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan
masyarakat di negara maju terhadap layanan transportasi kereta api masih sangat tinggi,
sehingga industri perkeretaapian harus diperhatikan keberadaannya dalam sebuah negara,
terutama negara dengan jumlah penduduknya padat. Tingkat kepadatan penduduk di
Indonesia berada pada peringkat keempat di dunia, menjadikan transportasi sebagai
kebutuhan mendasar, terutama di kota-kota besar. Transportasi angkutan manusia dan
barang terutama di pulau Jawa dan Sumatera. Kereta api merupakan pengangkut massal
dengan kapasitas tinggi merupakan alat transportasi yang ideal. Namun perhatian
pemerintah dalam memfasilitasi sarana dan prasarana perkeretaapian masih tergolong
belum optimal.

‘18 Perancangan Jalan Rel Pusat Bahan Ajar dan eLearning


7 Achmad Muhyidin Arifai, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
‘18 Perancangan Jalan Rel Pusat Bahan Ajar dan eLearning
8 Achmad Muhyidin Arifai, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
‘18 Perancangan Jalan Rel Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Achmad Muhyidin Arifai, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
‘18 Perancangan Jalan Rel Pusat Bahan Ajar dan eLearning
10 Achmad Muhyidin Arifai, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
‘18 Perancangan Jalan Rel Pusat Bahan Ajar dan eLearning
11 Achmad Muhyidin Arifai, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
1. Ditjen Perkertaapian, Rencana Induk Perkeretaapian Nasional, 2011
2. Reinaldo Butar Butar (2015), Kajian Preferensi Masyarakat dan Sikap Pemerintah
Terkait Reaktivasi (Penghidupan Kembali) Jalur Kereta Api Semarang – Yogyakarta
3. Gilang Satrio, Kajian potensi penumpang angkutan kereta api lintas Madura
(bangkalan – sumenep pp) dengan menggunakan metode stated Preference
4. Silitonga, Bona Ramot (2011) ANALISIS DAYA TARIK KERETA API EKONOMI
PROGO. S1 thesis, UAJY.
5. Andry Harahap, and Jajan Rohjan, DS and Reza Martani Surdia,
Ds (2010) ANALISIS KEBUTUHAN PARKIR PEMADU MODA (PARK AND RIDE) DI
STASIUN CICALENGKA. Skripsi(S1) thesis, Fakultas Teknik Unpas.
6. Tamin, O.Z. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Penerbit ITB, Bandung

‘18 Perancangan Jalan Rel Pusat Bahan Ajar dan eLearning


12 Achmad Muhyidin Arifai, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id

You might also like