menjadi uskup. Hal ini tidak menjadikan hidupnya bertambah nyaman, sebab kaisar suka mencampuri urusan-urusan Gereja. St. Hilarius dari Poitiers Ketika Hilarius menentangnya, kaisar Pada awal abad membuang Hilarius. Di tempat kekristenan, masih pembuangannya itulah keutamaan- banyak orang yang keutamaan Hilarius, terutama kesabaran dan belum percaya keberaniannya semakin gemilang. Ia kepada Tuhan. menerima pembuangannya dengan tenang Mereka percaya dan mempergunakan waktunya untuk bahwa ada banyak menulis buku-buku tentang iman. Karena ia allah-allah, yang menjadi semakin termasyhur, musuh-musuh satu lebih hebat dari Hilarius meminta kaisar untuk yang lain. Orang- memulangkannya kembali ke kota asalnya. orang ini bukan Di kota asalnya ia tidak akan memperoleh orang-orang jahat; banyak perhatian. Maka, Hilarius hanya saja mereka dipulangkan ke Poitiers pada tahun 360. Ia belum mengenal Tuhan; mereka masih kafir. tetap menulis dan mengajarkan iman kepada Pada tahun 315, Hilarius dilahirkan dalam banyak orang. Hilarius wafat delapan tahun sebuah keluarga yang demikian di Poitiers, kemudian, dalam usia lima puluh dua tahun. sebuah kota di Perancis. Keluarganya kaya- Buku-bukunya memberikan pengaruh besar raya dan termasyhur. Hilarius mendapatkan kepada Gereja hingga sekarang ini. Itu pendidikan yang baik. Ia menikah dan sebabnya mengapa ia digelari Pujangga membina rumah tangga. Gereja.
Melalui belajar, Hilarius menjadi tahu
bahwa seorang haruslah melatih kesabaran, “Nyatakan kepada kami makna Kitab kelemahlembutan, keadilan dan sebanyak Suci dan berikan kami pencerahan untuk mungkin kebajikan-kebajikan lain. memahaminya.” ~ St. Hilarius Keutamaan-keutamaan ini akan memperoleh ganjaran kelak di kehidupan sesudah mati. Sumber : http://dibawahperlindunganmaria.blogspot.co.id/2016/09/daftar- nama-santo-santa-bulan-januari.html Melalui belajar, Hilarius juga yakin bahwa hanya ada satu Allah yang kekal, yang mahakuasa dan mahapengasih. Ia membaca Kitab Suci untuk pertama kalinya. Ketika sampai pada bagian Musa dan semak yang terbakar, Hilarius sungguh amat terkesan dengan Nama bagaimana Tuhan menyebut Diri-Nya Sendiri: AKU ADALAH AKU. Hilarius membaca tulisan-tulisan para nabi juga. Kemudian ia membaca seluruh Perjanjian Baru. Pada saat ia selesai membaca, ia sepenuhnya telah percaya dan dibaptis.