Professional Documents
Culture Documents
OLEH:
KELOMPOK 6
FRANSYA KALITOUW
GERALD JERMIAS
JEASY SYARANAMUAL
MOREN LILIPORY
NADIA ELMA
NICOLAS MAULANY
WILLHELMINA KOBLOY
YENIKE LATUPUTTY
KELAS : A
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat TuhanYang maha Esa yang telah melimpahkan
berkat, rahmat dan anugrahnya yang tidak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul Asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes Melitus tipe II.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah SISTEM
ENDOKRIN. Dalam penyesunan makalah ini penulis menyadari banyak menemukan
hambatan dan kesulitan, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Selaku pembimbing lahan Penulis
menyadari bahwa penyusunan makalah ini sangat jauh dari sempurna karena keterbatasan
yang dimiliki penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan
makalah ini.
Akhirnya dengan satu harapan semoga makalah ini dapat bermanfaat begi penulis dan
pembaca sekalian sehingga dapat membantu meningkatkan asuhan keperawatan pada klien
dengan Diabetes Melitus.
Kelompok VI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya kesehatan oleh bangsa
Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Agar dapat mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang optimal maka dikembangkan upaya kesehatan untuk seluruh
masyarakat yang mencakup upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif),
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang bersifat menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan.
Dengan demikian perawatan merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam semua
upaya tersebut diatas. Dalam upaya perawatan ini perawat melaksanakan suatu asuhan
keperawatan dengan memperhatikan klien secara menyeluruh baik fisik, mental,
sosial maupun spiritual, dimana perawat harus selalu berusaha untuk meningkatkan
mutu pelayanan dalam proses pertumbuhan dan pemulihan klien dengan gangguan
sistem endokrin khususnya Diabetes Melitus.
Diabetes Mellitus menimbulkan gangguan multi sistem dan merupakan suatu penyakit
yang banyak ditemukan di masyarakat Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya
jumlah klien dengan Diabetes Mellitus yang datang ke rumah sakit untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut. Diabetes Mellitus jika tidak ditangani dengan
baik, maka akan mengakibatkan timbulnya komplikasi pada berbagai organ tubuh
seperti mata, ginjal, jantung, pembuluh darah,saraf dan lain-lain.
Mengingat resiko dari Diabetes Mellitus tersebut maka tindakan perawatan yang
sempurna sangat dibutuhkan Penyembuhan penyakit Diabetes Mellitus tidak hanya
dengan pengobatan saja, tapi yang lebih penting adalah diet yang baik, olah raga yang
teratur, dan juga pendidikan bagi klien dan keluarga.
B. TUJUAN PENULISAN
1) Tujuan Umum :
Mahasiswa mampu memahami tentang penyakit Diabetes Melitus tipe II dan
mampu memberikan Asuhan Keperawatan pada klien dengan penyakit
tersebut.
2) Tujuan Khusus :
a) Mahasiswa mampu memahami Defenisi dari DM tipe II
b) Mahasiswa mampu memahami Etiologi dari DM tipe II
c) Mahasiswa mampu memahami Faktor Resiko dari DM tipe II
d) Mahasiswa mampu memahami Manifestasi Klinis dari DM tipe II
e) Mahasiswa mampu memahami Patofisiologi dari DM tipe II
f) Mahasiswa mampu memahami Komplikasi dari DM tipe II
g) Mahasiswa mampu memahami Pemeriksaan Penunjang dari DM tipe II
h) Mahasiswa mampu memahami Penatalaksanaan Keperawatan dari DM
tipe II
i) Mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatan dari DM tipe II
C. MANFAAT PENULISAN
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
a) Membentuk pola pikir mahasiswa menjadi terarah dan sistematik
b) Mahasiswa mampu menyusun tulisan ilmiah yang baik dan benar
c) Menambah pengetahuan mahasiswa tentang mekanisme penyakit pada sistem
endrokin
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penyusunan makalah ini terdiri beberapa bab dan tiap-tiap bab terdiri dari
beberapa bagian. Adapun isi dari tiap-tiap bagian tersebut adalah:
TINJAUAN TEORI
A. Definisi DM Tipe II
Berikut ini adalah pengertian Deabetes Melitus Tipe II menurut beberapa ahli, diantaranya:
a. Diabetes mellitus Tipe 2 atau dikenal dengan istilah Non-insulin Dependent Millitus
(NIDDM)
adalah keadaan dimana hormone insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan
semestinya, hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi
insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap insulin yang
ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. (Nurul Wahdah, 2011)
b. Diabetes Mellitus Tipe II adalah defek sekresi insulin, dimana pankreas tidak mampu
menghasilkan insulin yang cukup untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal,
sehingga terjadi hiperglikemia yang disebabkan insensitifitas seluler akibat insulin.
(Elizabeth J Corwin, 2009)
c. Diabetes Mellitus Tipe II adalah keadaan dimana kadar glukosa tinggi, kadar insulin
tinggi atau normal namun kualitasnya kurang baik, sehingga gagal membawa glukosa masuk
dalam sel, akibatnya terjadi gangguan transport glukosa yang dijadikan sebagai bahan bakar
metabolisme energi. (FKUI, 2011)
B. Etiologi
Menurut WHO tahun 1995, penyebab Diabetes Melitus (DM) diklasifikasikan sebagai
berikut :
Terjadi paling sering pada orang dewasa dimana terjadi obesitas pada individu obesitas dapat
menurunkan jumlah reseptor insulin dari dalam sel target insulin diseluruh tubuh. Jadi
membuat insulin yang tersedia kurang efektif dalam meningkatkan efek metabolic yang
biasa.
Berikut ini adalah faktor resiko yang dapat terkena DM Tipe II, antara lain:
a. Usia ≥ 45 tahun
b. Usia lebih muda, terutama dengan indeks massa tubuh (IMT) >23 kg/m2 yang disertai
dengan faktor resiko:
1) Kebiasaan tidak aktif
2) Turunan pertama dari orang tua dengan DM
3) Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi >4000 gram, atau riwayat DM
gestasional
4) Hipertensi (≥140/90 mmHg)
5) Kolesterol HDL ≤ 35 mg/dl dan atau trigliserida ≥ 250 mg/dl
c. Obesitas terutama yang bersifat sentral (bentuk apel)
d. Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
e. Kurang gerak badan
f. Faktor genetik
g. Konsumsi obat-obatan yang bisa menaikkan kadar glukosa darah
h. Stress (FKUI, 2011)
D. Manifestasi Klinis
1. Poliuria
2. Polidipsi
3. Polifagia
4. Penurunan BB
6. Malaise
E. Patofisiologi DM Tipe II
Patogenesis diabetes melitus Tipe II ditandai de ngan adanya resistensi insulin perifer,
gangguan “hepatic glucose production (HGP)”, dan penurunan fungsi cell β, yang akhirnya
akan menuju ke kerusakan total sel β. Mula-mula timbul resistensi insulin yang kemudian
disusul oleh peningkatan sekresi insulin untuk mengkompensasi retensi insulin itu agar kadar
glukosa darah tetap normal. Lama kelamaan sel beta tidak akan sanggup lagi
mengkompensasi retensi insulin hingga kadar glukosa darah meningkat dan fungsi sel beta
makin menurun saat itulah diagnosis diabetes ditegakkan. Ternyata penurunan fungsi sel beta
itu berlangsung secara progresif sampai akhirnya sama sekali tidak mampu lagi mengsekresi
insulin.( FKUI,2011 )
Individu yang mengidap DM Tipe II tetap mengahasilkan insulin. Akan tetapi jarang
terjadi keterlambatan awal dalam sekresi dan penurunan jumlah total insulin yang di
lepaskan. Hal ini mendorong semakin parah kondisi seiring dengan bertambah usia pasien.
Selain itu, sel-sel tubuh terutama sel otot dan adiposa memperlihatkan resitensi terhadap
insulin yang bersirkulasi dalam darah. Akibatnya pembawa glukosa (transporter glukosa glut-
4) yang ada disel tidak adekuat. Karena sel kekurangan glukosa, hati memulai proses
glukoneogenesis, yang selanjutnya makin meningkatkan kadar glukosa darah serta
mestimulasai penguraian simpanan trigliserida, protein, dan glikogen untuk mengahasilkan
sumber bahan bakar alternative, sehingga meningkatkan zat- zat ini didalam darah. Hanya
sel-sel otak dan sel darah merah yang terus menggunakan glukosa sebagai sumber energy
yang efektif . Karena masih terdapa insulin , individu dengan DM Tipe II jarang
mengandalkan asam lemak untuk menghasilkan energi dan tidak rentang terhadap ketosis.
(Elizabeth J Corwin, 2009)
F. Komplikasi DM Tipe II
Beberapa komplikasi yang dapat muncul akibat DM Tipe II, antara lain:
a. Hipoglikemia
Komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita diabetes yang di obati dengan insulin atau
obat-obatan antidiabetik oral. Hal ini mungkin di sebabkan oleh pemberian insulin yang
berlebihan, asupan kalori yang tidak adekuat, konsumsi alkohol, atau olahraga yang
berlebihan. Gejala hipoglikemi pada lansia dapat berkisar dari ringan sampai berat dan tidak
disadari sampai kondisinya mengancam jiwa.
b. Ketoasidosis diabetic
Kondisi yang ditandai dengan hiperglikemia berat, merupakan kondisi yang mengancam
jiwa. Ketoasidosis diabetik biasanya terjadi pada lansia dengan diabetes Tipe 1, tetapi kadang
kala dapat terjadi pada individu yang menderita diabetes Tipe 2 yang mengalami stress fisik
dan emosional yang ekstrim.
c. Sindrom nonketotik hiperglikemi, hiperosmolar (Hyperosomolar hyperglycemic
syndrome, HHNS) atau koma hiperosmolar
Komplikasi metabolik akut yang paling umum terlihat pada pasien yang menderita diabetes.
Sebagai suatu kedaruratan medis, HHNS di tandai dengan hiperglikemia berat(kadar glukosa
darah di atas 800 mg/dl), hiperosmolaritas (di atas 280 mOSm/L), dan dehidrasi berat akibat
deuresis osmotic. Tanda gejala mencakup kejang dan hemiparasis (yang sering kali keliru
diagnosis menjadi cidera serebrovaskular) dan kerusakan pada tingkat kesadaran (biasanya
koma atau hampir koma).
d. Neuropati perifer
Biasanya terjadi di tangan dan kaki serta dapat menyebabkan kebas atau nyeri dan
kemungkinan lesi kulit. Neuropati otonom juga bermanifestasi dalam berbagai cara, yang
mencakup gastroparesis (keterlambatan pengosongan lambung yang menyebabkan perasaan
mual dan penuh setelah makan), diare noktural, impotensi, dan hipotensi ortostatik.
e. Penyakit kardiovaskuler
Pasien lansia yang menderita diabetes memiliki insidens hipertensi 10 kali lipat dari yang di
temukan pada lansia yang tidak menderita diabetes. Hasil ini lebih meningkatkan resiko
iskemik sementara dan penyakit serebrovaskular, penyakit arteri koroner dan infark miokard,
aterosklerosis serebral, terjadinya retinopati dan neuropati progresif, kerusakan kognitif, serta
depresi sistem saraf pusat.
f. Infeksi kulit
Hiperglikemia merusak resistansi lansia terhadap infeksi karena kandungan glukosa
epidermis dan urine mendorong pertumbuhan bakteri. Hal ini membuat lansia rentan terhadap
infeksi kulit dan saluran kemih serta vaginitis. (Jaime Stockslager L dan Liz Schaeffer, 2007)
H. Penatalaksanaan DM Tipe II
Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan pada kasus DM Tipe II antara lain:
1) Memberikan penyuluhan tentang keadaaan penyakit, symptom, hasil yang ditemukan
dan alternative tindakan yang akan diambil pada pasien maupun keluarga pasien.
2) Memberikan motivasi pada klien dan keluarga agar dapat memanfaatkan potensi atau
sumber yang ada guna menyembuhkan anggota keluarga yang sakit dan menyelesaikan
masalah penyakit diabetes dan resikonya.
3) Konseling untuk hidup sehat yang juga dimengerti keluarga dalam pengobatan dan
pencegahan resiko komplikasi lebih lanjut
4) Memberikan penyuluhan untuk perawatan diri, budaya bersih, menghindari alkohol,
penggunaaan waktu luang yang positif untuk kesehatan, menghilangkan stress dalam rutinitas
kehidupan atau pekerjaan, pola makan yang baik
5) Memotivasi penanggung jawab keluarga untuk memperhatikan keluhan dan
meluangkan waktu bagi anggota keluarga yang terkena DM atau yang memiliki resiko
6) Mengawasi diit klien DM Tipe II, bila perlu berikan jadwal latihan jasmani atau
kebugaran yang sesuai.
BAB III
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien
Umur : 45 th
Alamat : Kudamati
Pendidikan : SMP
Stasus : Menikah
b. Penanggung Jawab
Umur : 48 th
Pekerjaan : Sopir
Hubungan : Suami
2. Riwayat Kesehatan
Pasien tidak ada nafsu makan, mual-muntah (+), nyeri masih dirasakan, banyak
kencing (+), panas (+), pucat (+), terdapat luka pada kaki kanan.
e. Riwayat Keluarga
3. Pemeriksaan Fisik
a. KU : Lemah
N : 88x/mnt S : 37,5°C
b. Sistem Integumen
c. Kepala
d. Mata
e. Telinga
f. Hidung
h. Ekstremitas Atas : tangan kanan terdapat infus dan tangan kiri dapat
digerakan kesegala arah
j. Ekstremitas Bawah : terdapat luka gangren pada telapak kaki kanan sehingga
sulit digerakan, kaki kiri dapat digerakan kesegala arah
4. Analisa Data
5. DIAGNOSA KEPERAWATAN
7. IMPLEMENTASI
8. EVALUASI
P : Lanjutkan Intervensi
2. Gangguan nutrisi S : Pasien mengatakan tidak ada nafsu
kurang dari makan dan nyeri masih dirasakan
kebutuhan tubuh b/d
anoreksia O : Pasien tampak lemah
P : Lanjutkan Intervensi
3. Gangguan integritas S : Pasien mengatakan masih merasa
kulit b/d adanya nyeri
gangren O : Pasien tampak lemah
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes Mellitus Tipe II adalah keadaan dimana kadar glukosa tinggi, kadar insulin tinggi
atau normal namun kualitasnya kurang baik, sehingga gagal membawa glukosa masuk dalam
sel, akibatnya terjadi gangguan transport glukosa yang dijadikan sebagai bahan bakar
metabolisme energi.
Penyebab DM Tipe II antara lain: penurunan fungsi cell b pankreas dan retensi insulin.
Faktor-faktor resiko yang dapat terkena DM Tipe II antara lain: usia ≥ 45 tahun, usia lebih
muda, terutama dengan indeks massa tubuh (IMT) >23 kg/m2yang disertai dengan kebiasaan
tidak aktif; turunan pertama dari orang tua dengan DM; riwayat melahirkan bayi dengan BB
lahir bayi >4000 gram, atau riwayat DM gestasional; hipertensi (≥140/90 mmHg); kolesterol
HDL ≤ 35 mg/dl dan atau trigliserida ≥250 mg/dl; menderitapolycyctic ovarial
syndrome(PCOS) atau keadaan klinis lain yang terkait dengan resistensi insulin; adanya
riwayat toleransi glukosa yang terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT)
sebelumnya; memiliki riwayat penyakit kardiovaskular, obesitas terutama yang bersifat
sentral (bentuk apel), diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat, kurang gerak badan, genetic
dan stress.
Tanda gejala DM Tipe II antara lain: penurunan penglihatan,poliuri polidipsia,rasa lelah dan
kelemahan otot,polifagia, konfusi atau derajat delirium, konstipasi atau kembung pada
abdomen, retinopati atau pembentukan katarak, perubahan kulit, penurunan nadi perifer, kulit
dingin, penurunan reflek, dll.
Komplikasi yang dapat muncul antara lain: hipoglikemia, ketoasidosis diabetic, sindrom
nonketotik hiperglikemi, hiperosmolar (Hyperosomolar hyperglycemic syndrome, HHNS)
atau koma hiperosmolar, neuropati perifer, penyakit kardiovaskuler dan infeksi kulit.
B. Saran