You are on page 1of 16

SISTEN ENDOKRIN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DIABETES MELITUS TIPE II

OLEH:

KELOMPOK 6

FRANSYA KALITOUW

GERALD JERMIAS

JEASY SYARANAMUAL

MOREN LILIPORY

NADIA ELMA

NICOLAS MAULANY

WILLHELMINA KOBLOY

YENIKE LATUPUTTY

JULIANA LAN de LIMA

KELAS : A

PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat TuhanYang maha Esa yang telah melimpahkan
berkat, rahmat dan anugrahnya yang tidak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul Asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes Melitus tipe II.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah SISTEM
ENDOKRIN. Dalam penyesunan makalah ini penulis menyadari banyak menemukan
hambatan dan kesulitan, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Selaku pembimbing lahan Penulis
menyadari bahwa penyusunan makalah ini sangat jauh dari sempurna karena keterbatasan
yang dimiliki penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan
makalah ini.

Akhirnya dengan satu harapan semoga makalah ini dapat bermanfaat begi penulis dan
pembaca sekalian sehingga dapat membantu meningkatkan asuhan keperawatan pada klien
dengan Diabetes Melitus.

Ambon, 22 Maret 2017

Kelompok VI
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya kesehatan oleh bangsa
Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Agar dapat mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang optimal maka dikembangkan upaya kesehatan untuk seluruh
masyarakat yang mencakup upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif),
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang bersifat menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan.
Dengan demikian perawatan merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam semua
upaya tersebut diatas. Dalam upaya perawatan ini perawat melaksanakan suatu asuhan
keperawatan dengan memperhatikan klien secara menyeluruh baik fisik, mental,
sosial maupun spiritual, dimana perawat harus selalu berusaha untuk meningkatkan
mutu pelayanan dalam proses pertumbuhan dan pemulihan klien dengan gangguan
sistem endokrin khususnya Diabetes Melitus.
Diabetes Mellitus menimbulkan gangguan multi sistem dan merupakan suatu penyakit
yang banyak ditemukan di masyarakat Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya
jumlah klien dengan Diabetes Mellitus yang datang ke rumah sakit untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut. Diabetes Mellitus jika tidak ditangani dengan
baik, maka akan mengakibatkan timbulnya komplikasi pada berbagai organ tubuh
seperti mata, ginjal, jantung, pembuluh darah,saraf dan lain-lain.
Mengingat resiko dari Diabetes Mellitus tersebut maka tindakan perawatan yang
sempurna sangat dibutuhkan Penyembuhan penyakit Diabetes Mellitus tidak hanya
dengan pengobatan saja, tapi yang lebih penting adalah diet yang baik, olah raga yang
teratur, dan juga pendidikan bagi klien dan keluarga.

B. TUJUAN PENULISAN
1) Tujuan Umum :
Mahasiswa mampu memahami tentang penyakit Diabetes Melitus tipe II dan
mampu memberikan Asuhan Keperawatan pada klien dengan penyakit
tersebut.
2) Tujuan Khusus :
a) Mahasiswa mampu memahami Defenisi dari DM tipe II
b) Mahasiswa mampu memahami Etiologi dari DM tipe II
c) Mahasiswa mampu memahami Faktor Resiko dari DM tipe II
d) Mahasiswa mampu memahami Manifestasi Klinis dari DM tipe II
e) Mahasiswa mampu memahami Patofisiologi dari DM tipe II
f) Mahasiswa mampu memahami Komplikasi dari DM tipe II
g) Mahasiswa mampu memahami Pemeriksaan Penunjang dari DM tipe II
h) Mahasiswa mampu memahami Penatalaksanaan Keperawatan dari DM
tipe II
i) Mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatan dari DM tipe II

C. MANFAAT PENULISAN
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
a) Membentuk pola pikir mahasiswa menjadi terarah dan sistematik
b) Mahasiswa mampu menyusun tulisan ilmiah yang baik dan benar
c) Menambah pengetahuan mahasiswa tentang mekanisme penyakit pada sistem
endrokin

D. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penyusunan makalah ini terdiri beberapa bab dan tiap-tiap bab terdiri dari
beberapa bagian. Adapun isi dari tiap-tiap bagian tersebut adalah:

BAB I Pendahuluan, meliputi:


Latar Belakang Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Sistematika Penulisan
BAB II Tinjauan Teori, meliputi:
Definisi, Etiologi, faktor resiko, Manifestasi Klinis, Patofisiologi, Komplikasi,
Pemeriksaan Penunjang dan Penatalaksanaan DM Tipe II.
BAB III Asuhan Keperawatan meliputi:
Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Intervensi Keperawatan, Implementasi dan
Evaluasi
BAB IV penutup meliputi:
Kesimpulan dan saran.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi DM Tipe II
Berikut ini adalah pengertian Deabetes Melitus Tipe II menurut beberapa ahli, diantaranya:
a. Diabetes mellitus Tipe 2 atau dikenal dengan istilah Non-insulin Dependent Millitus
(NIDDM)
adalah keadaan dimana hormone insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan
semestinya, hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi
insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap insulin yang
ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. (Nurul Wahdah, 2011)

b. Diabetes Mellitus Tipe II adalah defek sekresi insulin, dimana pankreas tidak mampu
menghasilkan insulin yang cukup untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal,
sehingga terjadi hiperglikemia yang disebabkan insensitifitas seluler akibat insulin.
(Elizabeth J Corwin, 2009)

c. Diabetes Mellitus Tipe II adalah keadaan dimana kadar glukosa tinggi, kadar insulin
tinggi atau normal namun kualitasnya kurang baik, sehingga gagal membawa glukosa masuk
dalam sel, akibatnya terjadi gangguan transport glukosa yang dijadikan sebagai bahan bakar
metabolisme energi. (FKUI, 2011)

B. Etiologi

Menurut WHO tahun 1995, penyebab Diabetes Melitus (DM) diklasifikasikan sebagai
berikut :

Terjadi paling sering pada orang dewasa dimana terjadi obesitas pada individu obesitas dapat
menurunkan jumlah reseptor insulin dari dalam sel target insulin diseluruh tubuh. Jadi
membuat insulin yang tersedia kurang efektif dalam meningkatkan efek metabolic yang
biasa.

C. Faktor Resiko DM Tipe II

Berikut ini adalah faktor resiko yang dapat terkena DM Tipe II, antara lain:
a. Usia ≥ 45 tahun
b. Usia lebih muda, terutama dengan indeks massa tubuh (IMT) >23 kg/m2 yang disertai
dengan faktor resiko:
1) Kebiasaan tidak aktif
2) Turunan pertama dari orang tua dengan DM
3) Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi >4000 gram, atau riwayat DM
gestasional
4) Hipertensi (≥140/90 mmHg)
5) Kolesterol HDL ≤ 35 mg/dl dan atau trigliserida ≥ 250 mg/dl
c. Obesitas terutama yang bersifat sentral (bentuk apel)
d. Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
e. Kurang gerak badan
f. Faktor genetik
g. Konsumsi obat-obatan yang bisa menaikkan kadar glukosa darah
h. Stress (FKUI, 2011)

D. Manifestasi Klinis

1. Poliuria

2. Polidipsi

3. Polifagia

4. Penurunan BB

5. Kelemahan, keletihan dan mengantuk

6. Malaise

7. Kesemutan pada ekstremitas

8. Infeksi kulit dan pruritas

9. Timbul gejala ketoasidosis

E. Patofisiologi DM Tipe II
Patogenesis diabetes melitus Tipe II ditandai de ngan adanya resistensi insulin perifer,
gangguan “hepatic glucose production (HGP)”, dan penurunan fungsi cell β, yang akhirnya
akan menuju ke kerusakan total sel β. Mula-mula timbul resistensi insulin yang kemudian
disusul oleh peningkatan sekresi insulin untuk mengkompensasi retensi insulin itu agar kadar
glukosa darah tetap normal. Lama kelamaan sel beta tidak akan sanggup lagi
mengkompensasi retensi insulin hingga kadar glukosa darah meningkat dan fungsi sel beta
makin menurun saat itulah diagnosis diabetes ditegakkan. Ternyata penurunan fungsi sel beta
itu berlangsung secara progresif sampai akhirnya sama sekali tidak mampu lagi mengsekresi
insulin.( FKUI,2011 )
Individu yang mengidap DM Tipe II tetap mengahasilkan insulin. Akan tetapi jarang
terjadi keterlambatan awal dalam sekresi dan penurunan jumlah total insulin yang di
lepaskan. Hal ini mendorong semakin parah kondisi seiring dengan bertambah usia pasien.
Selain itu, sel-sel tubuh terutama sel otot dan adiposa memperlihatkan resitensi terhadap
insulin yang bersirkulasi dalam darah. Akibatnya pembawa glukosa (transporter glukosa glut-
4) yang ada disel tidak adekuat. Karena sel kekurangan glukosa, hati memulai proses
glukoneogenesis, yang selanjutnya makin meningkatkan kadar glukosa darah serta
mestimulasai penguraian simpanan trigliserida, protein, dan glikogen untuk mengahasilkan
sumber bahan bakar alternative, sehingga meningkatkan zat- zat ini didalam darah. Hanya
sel-sel otak dan sel darah merah yang terus menggunakan glukosa sebagai sumber energy
yang efektif . Karena masih terdapa insulin , individu dengan DM Tipe II jarang
mengandalkan asam lemak untuk menghasilkan energi dan tidak rentang terhadap ketosis.
(Elizabeth J Corwin, 2009)

F. Komplikasi DM Tipe II
Beberapa komplikasi yang dapat muncul akibat DM Tipe II, antara lain:
a. Hipoglikemia
Komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita diabetes yang di obati dengan insulin atau
obat-obatan antidiabetik oral. Hal ini mungkin di sebabkan oleh pemberian insulin yang
berlebihan, asupan kalori yang tidak adekuat, konsumsi alkohol, atau olahraga yang
berlebihan. Gejala hipoglikemi pada lansia dapat berkisar dari ringan sampai berat dan tidak
disadari sampai kondisinya mengancam jiwa.
b. Ketoasidosis diabetic
Kondisi yang ditandai dengan hiperglikemia berat, merupakan kondisi yang mengancam
jiwa. Ketoasidosis diabetik biasanya terjadi pada lansia dengan diabetes Tipe 1, tetapi kadang
kala dapat terjadi pada individu yang menderita diabetes Tipe 2 yang mengalami stress fisik
dan emosional yang ekstrim.
c. Sindrom nonketotik hiperglikemi, hiperosmolar (Hyperosomolar hyperglycemic
syndrome, HHNS) atau koma hiperosmolar
Komplikasi metabolik akut yang paling umum terlihat pada pasien yang menderita diabetes.
Sebagai suatu kedaruratan medis, HHNS di tandai dengan hiperglikemia berat(kadar glukosa
darah di atas 800 mg/dl), hiperosmolaritas (di atas 280 mOSm/L), dan dehidrasi berat akibat
deuresis osmotic. Tanda gejala mencakup kejang dan hemiparasis (yang sering kali keliru
diagnosis menjadi cidera serebrovaskular) dan kerusakan pada tingkat kesadaran (biasanya
koma atau hampir koma).
d. Neuropati perifer
Biasanya terjadi di tangan dan kaki serta dapat menyebabkan kebas atau nyeri dan
kemungkinan lesi kulit. Neuropati otonom juga bermanifestasi dalam berbagai cara, yang
mencakup gastroparesis (keterlambatan pengosongan lambung yang menyebabkan perasaan
mual dan penuh setelah makan), diare noktural, impotensi, dan hipotensi ortostatik.
e. Penyakit kardiovaskuler
Pasien lansia yang menderita diabetes memiliki insidens hipertensi 10 kali lipat dari yang di
temukan pada lansia yang tidak menderita diabetes. Hasil ini lebih meningkatkan resiko
iskemik sementara dan penyakit serebrovaskular, penyakit arteri koroner dan infark miokard,
aterosklerosis serebral, terjadinya retinopati dan neuropati progresif, kerusakan kognitif, serta
depresi sistem saraf pusat.
f. Infeksi kulit
Hiperglikemia merusak resistansi lansia terhadap infeksi karena kandungan glukosa
epidermis dan urine mendorong pertumbuhan bakteri. Hal ini membuat lansia rentan terhadap
infeksi kulit dan saluran kemih serta vaginitis. (Jaime Stockslager L dan Liz Schaeffer, 2007)

G. Pemeriksaan Penunjang DM Tipe II


Pemeriksaan penunjang DM Tipe II antara lain:
a. Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah
Kadar glukosa dapat diukur dari sample berupa darah biasa atau plasma. Pemeriksaan kadar
glukosa darah lebih akurat karena bersifat langsung dan dapat mendeteksi kondisi
hiperglikemia dan hipoglikemia. Pemeriksaan kadar glukosa darah menggunakan glukometer
lebih baik daripada kasat mata karena informasi yang diberikan lebih objektif kuantitatif.
(FKUI,2011)
b. Pemeriksaan Kadar Glukosa Urine
Pemeriksaan kadar glukosa urin menggambarkan kadar glukosa darah secara tidak langsung
dan tergantung pada ambang batas rangsang ginjal yang bagi kebanyakan orang sekitar 180
mg/dl. Pemeriksaan ini tidak memberikan informasi tentang kadar glukosa darah tersebut,
sehingga tak dapat membedakan normoglikemia atau hipoglikemia. (FKUI, 2011)
c. Pemeriksaan keton urine
Kadar glukosa darah yang terlalu tinggi dan kurang hormone insulin menyebabkan tubuh
menggunakan lemak sebagai sumber energy. Keton urin dapat diperiksa dengan menggunkan
reaksi kolorimetrik antara benda keton dan nitroprusid yang menghasilkan warna ungu.
(FKUI,2011)

H. Penatalaksanaan DM Tipe II
Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan pada kasus DM Tipe II antara lain:
1) Memberikan penyuluhan tentang keadaaan penyakit, symptom, hasil yang ditemukan
dan alternative tindakan yang akan diambil pada pasien maupun keluarga pasien.
2) Memberikan motivasi pada klien dan keluarga agar dapat memanfaatkan potensi atau
sumber yang ada guna menyembuhkan anggota keluarga yang sakit dan menyelesaikan
masalah penyakit diabetes dan resikonya.
3) Konseling untuk hidup sehat yang juga dimengerti keluarga dalam pengobatan dan
pencegahan resiko komplikasi lebih lanjut
4) Memberikan penyuluhan untuk perawatan diri, budaya bersih, menghindari alkohol,
penggunaaan waktu luang yang positif untuk kesehatan, menghilangkan stress dalam rutinitas
kehidupan atau pekerjaan, pola makan yang baik
5) Memotivasi penanggung jawab keluarga untuk memperhatikan keluhan dan
meluangkan waktu bagi anggota keluarga yang terkena DM atau yang memiliki resiko
6) Mengawasi diit klien DM Tipe II, bila perlu berikan jadwal latihan jasmani atau
kebugaran yang sesuai.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DM TIPE II

A. PENGKAJIAN

1. Identitas

a. Pasien

Nama : Ny. M.R

Umur : 45 th

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Kudamati

Agama : Kristen Protestan

Pendidikan : SMP

Stasus : Menikah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal MRS : 17 Juni 2013

Tanggal pengkajian : 18 Juni 2013

No. Med. Rec : 37.16.58

Diagnosa medis : DM Tipe II

b. Penanggung Jawab

Nama : Tn. J.K

Umur : 48 th

Pekerjaan : Sopir

Hubungan : Suami

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama : Nyeri Epigastrium

b. Riwayat keluhan utama


Nyeri dirasakan sejak 4 hari SMRS disertai tidak ada nafsu makan. Nyeri seperti diiris
– iris, panas (+), mual-muntah (+), banyak kencing, konstipasi, dehidrasi.

c. Riwayat kesehatan sekarang

Pasien tidak ada nafsu makan, mual-muntah (+), nyeri masih dirasakan, banyak
kencing (+), panas (+), pucat (+), terdapat luka pada kaki kanan.

d. Riwayat Kesehatan dahulu

Penyakit ini sudah di derita selama 2 th.

e. Riwayat Keluarga

Ayah pasien menderita penyakit yang sama

3. Pemeriksaan Fisik

a. KU : Lemah

Kesadaran : Compos Mentis

TTV : TD :110/80 mmHg R : 20x/mnt

N : 88x/mnt S : 37,5°C

b. Sistem Integumen

Pucat (-), kulit kering, turgor lambat

c. Kepala

Warna rambut hitam, penyebaran merata, rambut oval & kering

d. Mata

Penglihatan normal, konjungtiva anenis (+), sklera interik (-)

e. Telinga

Secret (+), pendengaran baik

f. Hidung

Secret (+), penciuman baik

g. Mulut & Faring

Keadaan mulut baik, bau mulut (-), bibir kering

h. Ekstremitas Atas : tangan kanan terdapat infus dan tangan kiri dapat
digerakan kesegala arah
j. Ekstremitas Bawah : terdapat luka gangren pada telapak kaki kanan sehingga
sulit digerakan, kaki kiri dapat digerakan kesegala arah

4. Analisa Data

No Data Etiologi Problem


1. DS : Pasien mengatakan tidak - Keturunan, gaya Ketidakseimbangan
ada nafsu makan karena nyeri hidup nutrisi < dari kebutuhan
pada epigastrium - Lemah tubuh
- Mual, muntah
DO : Tampak meringis dan - Tdk ada nafsu
gelisah makan
- Anoreksia
Pola Nutrisi
Selera makan : Tdk baik
Frekuensi : 3x/hari
Menu makan : Bubur
Porsi makan : Tdk dihabiskan

2. DS : Pasien mengatakan - Diuretic osmotic Kekurangan volume


pasien sering BAK - Poliuria cairan
DO : Pasien tampak lemah - Dehidrasi
Pola Eliminasi
Frekuensi : 6-8x/hari
Warna : Kuning
Bau : Khas
TTV
TD : 110/80mmHg
N : 88x/mnt
R : 20x/mnt
S : 37,5°C

3. DS : - klien mengeluh nyeri - Adanya kematian kerusakan integritas


pada telapak kaki kanan jaringan jaringan
DO : - tampak adanya luka - Merangsang
gangren reseptor nyeri
- Klien tampak - gangren
meringis kesakitan

5. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kekurangan volume cairan tubuh b/d diuresis osmotic

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia

3. Kerusakan integritas jaringan b/d adanya luka gangren


6. INTERVENSI

No Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasional


keperawatan Kriteria Hasil
1 Kekurangan Hidrasi adekuat 1. Pantau TTV 1. Hipovolemia dapat
volume cairan KH : 2. Pantau masukan dimanifestasi oleh
tubuh b/d diuresis -TTV Stabil dan keluaran urine hipotensi
osmotic -Haluaran urine 3. Kolaborasi dengan 2. memberikan
DS : Pasien tepat dokter dalam perkiraan kebutuhan
mengatakan -cairan tercukupi pemberian obat akan cairan
pasien sering BAK 3. Obat yang
DO : Pasien menurunkan kadar
tampak lemah gula dapat
mengurangi poliuria
Pola Eliminasi
Frekuensi : 6-
8x/mnt
Warna : Kuning
Bau : Khas
TTV
TD :
110/80mmHg
N : 88x/mnt
R : 20x/mnt
S : 37,5°C
2. Gangguan nutrisi Kebutuhan nutrisi 1. Kaji pola nutrisi 1.mengetahui pola
kurang dari pasien terpenuhi pasien dan nutrisi klien serta
kebutuhan tubuh KH : perubahan yang intake makanan
b/d anoreksia Pasien dapat terjadi 2. Mengidentifikasi
DS : Pasien mencerna jumlah k 2. Timbang berat intake makanan
mengatakan tidak b alori badan 3. mengidentifikasi
ada nafsu makan 3. Kaji tingkat nyeri, penyebab anoreksia
karena nyeri pada mual-muntah 4.porsi lebih kecil
ulu hati 4. Berikan makanan meningkatkan
DO : Tampak porsi kecil tapi masukan mkakanan
meringis dan sering 5. mengurangi faktor
gelisah 5. Kolaborasi dengan penyebab
dokter dalam hiperglikemia
Pola Nutrisi pemberian diet dan
Selera makan : pola makan pasien
Tdk baik (1500 kalori setiap
Frekuensi : 5x/hari kali makan)
Menu makan :
Bubur
Porsi makan : Tdk
dihabiskan
3. Gangguan Gangguan 1.kaji tingkat nyeri 1.mengetahui
integritas kulit b/d integritas kulit dengan tingkatan nyeri yang
adanya gangren teratasi menggunakan skala dirasakan klien
DS : - klien KH : nyeri 2.menjaga luka tetap
mengeluh nyeri - klien tidak 2.bersihkan luka bersih agar tidak
pada telapak kaki mengeluh klien setiap hari terkontaminasi
kanan nyeri dan 3. kolaborasi dengan 3. mengurangi nyeri
DO : - tampak tidak dokter untuk
adanya luka meringis pemberian obat anti
gangren lagi nyeri
Klien tampak - tidak ada
meringis kesakitan luka

7. IMPLEMENTASI

No Diagnosa Tanggal Implementasi Paraf


keperawatan
1 Kekurangan volume Tgl. 18 Juni Jam : 11.30
cairan tubuh b/d 2013 1. Memantau TTV
diuresis osmotic TD : 110/80 mmHg
N : 88x/mnt
R : 20x/mnt
S : 37,5°C
2. Memantau masukan dan
keluaran urine
Cairan masuk : 1000-
1500ml/hari
BAK : 6-8x/hari
3. Berkolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
obat
- obat metformin 3x1 tab
2. Gangguan nutrisi Tgl 18 Juni Jam : 13.00
kurang dari 2013 1. Mengkaji pola nutrisi
kebutuhan tubuh b/d pasien
anoreksia - selera makan : Tidak
baik
Frekuensi : 5x/hari
Menu makan : Bubur
Porsi : Tdk dihabiskan
2. Menimbang BB
-65 Kg
3. Mengkaji tingkat nyeri
abdomen, mual-muntah
-nyeri (+)
Nyeri 3
Mual-muntah (+)
Jam : 14.00
4. Memberikan makanan
porsi kecil tapi sering
-Pasien makan 5x/hari. Pada
jam 7 dan 10 pagi, jam 12
siang dan jam 4 sore, dan
jam 7 malam.
5. Berkolaborasi dengan
dokter dlm pemberian diet
dan pola makan pasien
-1500 kalori setiap kali
makan

3. Gangguan integritas Tgl 18 Juni Jam : 08.00


kulit b/d adanya 2013 1.mengkaji tingkat nyeri
gangren klien dengan skala nyeri
-skala nyeri 7
Jam 08.45
2.membersihkan luka
dengan kompres NaCl+
sagestam
3. memberikan obat anti
nyeri

8. EVALUASI

No Diagnosa Evaluasi Paraf


keperawatan
1 Kekurangan volume S : Pasien mengatakan masih sering
cairan tubuh b/d BAK
diuresis osmotic
O : Pasien tampak lemah
A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan Intervensi
2. Gangguan nutrisi S : Pasien mengatakan tidak ada nafsu
kurang dari makan dan nyeri masih dirasakan
kebutuhan tubuh b/d
anoreksia O : Pasien tampak lemah

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan Intervensi
3. Gangguan integritas S : Pasien mengatakan masih merasa
kulit b/d adanya nyeri
gangren O : Pasien tampak lemah
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Diabetes Mellitus Tipe II adalah keadaan dimana kadar glukosa tinggi, kadar insulin tinggi
atau normal namun kualitasnya kurang baik, sehingga gagal membawa glukosa masuk dalam
sel, akibatnya terjadi gangguan transport glukosa yang dijadikan sebagai bahan bakar
metabolisme energi.

Penyebab DM Tipe II antara lain: penurunan fungsi cell b pankreas dan retensi insulin.
Faktor-faktor resiko yang dapat terkena DM Tipe II antara lain: usia ≥ 45 tahun, usia lebih
muda, terutama dengan indeks massa tubuh (IMT) >23 kg/m2yang disertai dengan kebiasaan
tidak aktif; turunan pertama dari orang tua dengan DM; riwayat melahirkan bayi dengan BB
lahir bayi >4000 gram, atau riwayat DM gestasional; hipertensi (≥140/90 mmHg); kolesterol
HDL ≤ 35 mg/dl dan atau trigliserida ≥250 mg/dl; menderitapolycyctic ovarial
syndrome(PCOS) atau keadaan klinis lain yang terkait dengan resistensi insulin; adanya
riwayat toleransi glukosa yang terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT)
sebelumnya; memiliki riwayat penyakit kardiovaskular, obesitas terutama yang bersifat
sentral (bentuk apel), diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat, kurang gerak badan, genetic
dan stress.

Tanda gejala DM Tipe II antara lain: penurunan penglihatan,poliuri polidipsia,rasa lelah dan
kelemahan otot,polifagia, konfusi atau derajat delirium, konstipasi atau kembung pada
abdomen, retinopati atau pembentukan katarak, perubahan kulit, penurunan nadi perifer, kulit
dingin, penurunan reflek, dll.

Komplikasi yang dapat muncul antara lain: hipoglikemia, ketoasidosis diabetic, sindrom
nonketotik hiperglikemi, hiperosmolar (Hyperosomolar hyperglycemic syndrome, HHNS)
atau koma hiperosmolar, neuropati perifer, penyakit kardiovaskuler dan infeksi kulit.

B. Saran

Dari pembahasan diatas penulis memiliki beberapa saran diantaranya:

a.Biasakan diri untuk hidup sehat.

b.Biasakan diri berolahraga secara teratur.

c.Hindari makanan siap saji dengan kandungankarbohidrat dan lemak tinggi.

d.Konsumsi sayuran dan buah-buahan.

e.Hindari pemakaian alkohol dan konsumsi makanan yang terlalu manis.

You might also like