Professional Documents
Culture Documents
Kata
Pengantar i
Daftar
Isi ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latara belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
B. Klasifikasi
C. Etiologi
D. Manifestasiklinis/ tanda gejala
E. Patofisiologi (pathway)
F. Penatalaksaan
A. Studi kasus
- Pengkajian
-Diagnosa
-Intervensi
-Implementasi
-Evaluasi
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
C. Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan yang disebarkan virus disebarkan oleh nyamuk Aedes (Stegomyia).
Selama dua dekade terakhir, frekuensi kasus dan epidemi penyakit demam dengue
(dengue fever, DF), demam berdarah (dengue hemorragic fever, DHF), dan sindrom syok
dengue (dengue syok syndrom, DSS) menunjukkan peningkatan yang dramatis di seluruh
dunia. The World Health Report 1996,menyatakan bahwa”kemunculan kembali penyakit
infeksisus merupakan suatu peringatan bahwa kemajuan yang telah diraih sampai sejauh
ini terhadap keamanan dunia dalam hal kesehatan dan kemakmuran sia-sia belaka”.
Laporan tersebut lebih jauh menyebutkan bahwa” penyakit infeksius tersebut berkisar
dari penyakit yang terjadi di daerah tropis (seperti malaria dan DHF yang sering terjadi di
negara berkembang) hingga penyakit yang ditemukan di seluruh dunia (seperti hepatitis
dan penyakit menular seksual [PMS], termasuk HIV/AIDS) dan penyakit yang
disebarkan melalui makanan yang mempengaruhi sejumlah besar penduduk dunia baik di
negara miskin maupun kaya.
Pada Mei 1993, pertemuan kesehatan dunia yang ke-46 mengajukan suatu
resolusi tentang pengendalian dan pencegahan dengue yang menekankan bahwa
pengokohan pencegahan dan pengendalian DF, DHF, DSS baik di tingkat lokal maupun
nasional harus menjadi salah satu prioritas dari Negara Anggota WHO tempat
endemiknya penyakit. Resolusi tersebut juga meminta: (1) strategi yang dikembangkan
untuk mengatasi penyebaran dan peningkatan insiden dengue harus dapat dilakukan oleh
negara terkait, (2) peningkatan penyuluhan kesehatan masyarakat, (3) mengencarkan
promosi kesehatan, (4) memperkuat riset, (5) memperluas surveilens dengue, (6)
pemberian panduadalam hal pengendalian vektor, dan (7) mobilisasi sumber daya
eksternal untuk pencegahan penyakit harus menjadi prioritas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian penyakit demam berdarah ?
2. Bagaimana pencegahan penyakit demam berdarah ?
3. Bagaimana perjalanan(pathway) penyakit demam bedarah ?
4. Bagaimana penatalaksanaan penyakit demam berdarah ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian penyakit demam berdarah
2. Mengetahi pencegahan terjadinya penyakit demam berdarah
3. Mengetahui perjalanan (pathway) penyakit demam berdarah
4. Mengetahui penatalaksaan penyakit demam berdarah
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan dewasa yang
ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi. Demam Berdarah Dengue sering disebut
pula Dengue Haemoragic Fever ( DHF ).
a. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh
virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegepty (Seoparman, 1996).
B. KLASIFIKASI
C. ETOLOGI
Penyebab utama adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) melalui gigitan nyamuk
Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty ). Yang vektor utamanya adalah Aedes
aegypti dan Aedes albopictus. Adanya vektor tesebut berhubungan dengan :
a. Kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperlauan sehari-hari.
b. Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
c. Penyedaiaan air bersih yang langka.
D. MANIFESTASI KLINIS
Selain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan derajat penyakitnya, tanda
dangejala lain adalah :
- Hati membesar, nyeri spontan yang diperkuat dengan reaksi perabaan.
- Asites
- Cairan dalam rongga pleura ( kanan )
- Ensephalopati : kejang, gelisah, sopor koma.
E. PATOFISIOLOGI
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan
gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan,
hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada
system retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan
limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF dan
DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin,
histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan
intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya hipotensi,
hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan dengan ditemukannya
cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura dan perikard.
Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera
teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain
kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan
trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis terbukti
dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi
disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti terganggu
oleh aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama
pada pasien dengan perdarahan hebat.
F. PENATALAKSANAAN
1. Pasang infus RL
2. Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 –
30 ml/ kg BB )
3. Tranfusi jika Hb dan Ht turun
BAB III
LAPORAN KASUS
A. STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK E.C
DENGAN DHF GRADE II
DI RUANG MENULAR ANAK RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : An. E.C
Umur : 9 thn
Alamat : Tambak Asri 23/27 Surabaya
Agama : Kristen
Nama Ibu : Ny. T
Pendidikan :
Nama Ayah : Tn S
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan swasta
Diagnosa Medik : DBD Grade II
Pengkajian tanggal : 13 Desember 2001
2. Keluhan Utama :
Sakit kepala, panas dan tidak nafsu makan.
8. Pengkajian Persistem
a. Sistem Gastrointestinal
Nafsu makan menurun, anak hanya mau makan 3 sendok makan, minum tidak suka,
harus dipaksakan baru mau minum. Mual tidak ada, muntah tidak terjadi. Terdapat nyeri
tekan daerah hepar dan asites positif, bising usus 8x/mnt.
b. Sistem muskuloskeletal :
Tidak terdapat kontraktur sendi, tidak ada deformitas, keempat ekstremitas simetris,
kekuatan otot baik.
c. Sistem Genitourinary
BAK lancar, spontan, warna kuning agak pekat ditampung oleh ibu untuk diukur, BAB
dari malam belum ada.
d. Sistem Respirasi.
Pergerakan napas simetris, tidak terdapt pernapasan cuping hidung, pd saat pengkajian
tanda-tanda epistaksis sudah tidak ada, Frekuensi napas 25x/menit. Bunyi nafas tambahan
tidak terdengar.
e. Sistem Cardiovaskuler
TD : 100/60, nadi 98x/mnt, akral dingin, tidak terdapat tanda-tanda cyanosis, cap. Refill
< 3 detik, tidak terjadi perdarahan spontan, tanda-tanda petikhie spontan tidak terlihat,
hanya tanda pethike bekas rumple leed.
f. Sistem Neurosensori
Tidak ada kelainan.
g. Sistem Endokrin
Tidak ada kelainan.
h. Sistem Integumen.
S : 376 turgor baik, tidak ada luka, pethikae bekas rumple leed, tidak terdapat perdarahan
spontan pada kulit.
9. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 11.8
Leko : 5,5
Trombo : 133
PCV : 0,30
10. Terapi
Infus D ½ saline 1600 cc/24 jam
Minum manis
Vit B compleks / C 3 x 1
Diet TKTP 1600 Kkal + 50 gr Protein.
Nasi 3 x sehari
Susu : 3 x 200 cc
B. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1 S : Klien mengatakan badanya terasa panas, Proses infeksi virus dengue Peningkatan suhu tub
pusing Dx: Peningkatan
: Akral dingin Viremia bd proses infeksi viru
Panas hari ke 2 panjang.
6,
TTV : S : 37 Nadi 98x/mnt, TD : 100/60, Thermoregulasi
RR 25x/mnt.
Cairan tubuh
2 S : Klien mengatakan tidak suka minum dan Peningkatan suhu tubuh Dx: Resiko def
perut terasa kenyang minum terus. Ektravasasi cairan cairan bd pindahnya
: Turgor kulit baik Intake kurang intravaskuler ke ekstr
Mukosa bibir kering
Urine banyak warna kuning pekat Volume plasma berkurang
Panas hari ke 2 panjang
Trombosit ; 133.000 Penurunan volume cairan tubuh
TD : 100/60, N ; 98x/mnt. Nutrisi
Dx: Resiko gangguan
S : Klien menyatakan tidak mau makan, Nafsu makan menurun bd nafsu makan yang
3 tetapi tidak mual.
: KU lemah Intake nutrisi tidak adekuat
Makan pagi hanya mau 3 sendok
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
C. PERENCANAAN
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
Tujuan : Suhu tubuh kembali normal
Kriteria : TTV khususnya suhu dalam batas normal ( 365 – 375 )
Membran mukosa basah.
Rencana Intervensi ;
1. Observasi TTV setiap 1 jam
Rasional : Menentukan intervensi lanjutan bila terjadi perubahan
2. Berikan kompres air biasa / kran
Rasional : Kompres akan memberikan pengeluaran panas secara induksi.
3. Anjurkan klien untuk banyak minum 1500 – 2000 ml
Rasional : Mengganti cairan tubuh yang keluar karena panas dan memacu pengeluaran
urine guna pembuangan panas lewt urine.
4. Anjurkan untuk memakai pakaian yang tipis dan menyengat keringat.
Rasional : Memberikan rasa nyaman dan memperbesar penguapan panas
5. Observasi intake dan out put
Rasional : Deteksi terjadinya kekurangan volume cairan tubuh.
6. Kolaborasi untuk pemberian antipiretik
Rasional : Antipireik berguna bagi penurunan panas.
Rencana Intervensi ;
1. Observasi Vital sign setiap jam atau lebih.
Rasional : Mengetahui kondisi dan mengidentifikasi fluktuasi cairan intra vaskuler.
2. Observasi capillary refill
Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer.
3. Observasi intake dan output, catat jumlah, warna / konsentrasi urine.
Rasional : Penurunan haluaran urine / urine yang pekat dengan peningkatan BJ diduga
dehidrasi.
4. Anjurkan anak untuk banyak minum 1500-2000 mL
Rasional : Untuk pemenuhan kebutuhan ciran tubuh
5. Kolaborasi pemberian cairan intra vena atau plasma atau darah.
Rasional : Meningkatkan jumlah cairan tubuh untuk mencegah terjadinya hipovolemik
syok.
3. Resiko gangguan nutrisi kurang berhubungan dengan nafsu makan yang menurun.
Tujuan : Nutrisi terpenuhi
Kriteria : Nafsu makan meningkat
Porsi makan dihabiskan
Rencana Intervensi :
1. Kaji keluhan mual, muntah atau penurunan nafsu makan
Rasional : Menentukan intervensi selanjutnya.
2. Berikan makanan yang mudah ditelan mudah cerna
Rasional : Mengurangi kelelahan klien dan mencegah perdarahan gastrointestinal.
3. Berikan makanan porsi kecil tapi sering.
Rasional : Menghindari mual dan muntah
4. Hindari makanan yang merangsang : pedas, asam.
Rasional : Mencegah terjadinya distensi pada lambung yang dapat menstimulasi muntah.
5. Beri makanan kesukaan klien
Rasional : Memungkinkan pemasukan yang lebih banyak
6. Kolaborasi pemberian cairan parenteral
Rasional : Nutrisi parenteral sangat diperlukan jika intake peroral sangat kurang.
1. Implementasi
1. Mencegahterjadinyakekurangan volume cairan
1. Mengobservasitanda – tanda vital paling sedikitsetiap 4 jam
2. Monitor tanda – tandameningkatnyakekurangancairan : turgor
tidakelastis, ubun – ubuncekung, produksi urine menurun
3. Mengobservasidanmencatat intake dan output
4. Memberikanhidrasi yang adekuatsesuaidengankebutuhantubuh
5. Memonitornilailaboratorium : elektrolit / darah, BJ urin , serum
tubuh
6. Mempertahankan intake dan output yang adekuat
7. Memonitordanmencatatberatbadan
8. Memonitorpemberiancairanmelalui intra vena setiap jam
9. Mengurangikehilangancairan yang tidaktelihat (insesible water
loss / IWL)
2. Perfusi jaringanAdekuat
Evaluasi
1. Kebutuhan caira pasien terpenuhi pasien merasa ebih baik
2. Kebutuhan nutrisi adekuat pasien terpenuhi dan suhu badan pasien normal
3. Intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
DHF / DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong
arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
yang betina. (Suriadi : 2001)
Penyebab utama adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) melalui gigitan nyamuk
Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty ). Yang vektor utamanya adalah Aedes
aegypti dan Aedes albopictus. Adanya vektor tesebut berhubungan dengan :
Kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperlauan sehari-hari.
Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
Penyedaiaan air bersih yang langka.
DBD dapat dicegah dengan rutin melakukan 3M,menjaga sanitasi lingkungan tetap
bersih, mengkonsumsi makanan-makanan bergizi.
B. SARAN
Menjaga sanitasi lingkungan tetap sehat dan rutin melakukan 3M akan menghindari kita
terjangkit virus DBD.