You are on page 1of 9

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA

A. Pengertian

Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bagian


bawah dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen
infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi) berupa radang paru-paru yang
disertai eksudasi dan konsolidasi ( Nurarif, 2013 ).
Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru, yang
disebabkan oleh agen virus, bakteri, mikoplasma, dan aspirasi substansi asing.
(Sowden B, 2002).
Pneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi jamur, bakteri, virus, dan benda asing (Ngastiyah, 2005).

B. Etiologi
Secara umum individu yang terserang pneumonia diakibatkan oleh adanya
penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme pathogen.
Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap
organ pernafasan yang terdiri atas: reflek glottis dan batuk, adanya lapisan mucus,
gerakan silia yang menggerakan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral
setempat. Penyebab Pneumonia yang biasa ditemukan menurut (Wijayaningsih,
2013 ) antara lain:

 Bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus


Hemoliticus Aureus, Haemophilus, influenza Basillus Friendlander
(Klebsial Pneumonia), Mycobacterium Tuberculosis.
 Virus : Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik.
 Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices
Dermatices, Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia,
Aspirasi benda asing.
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada
pasien yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang
terdapat dalam mulut dan arena adanya pneumocystis crania, Mycoplasma.
(Smeltzer & Suzanne C, 2002 dan Sandra M.Nettina, 2001).

C. Patofisiologi

Pneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang
disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophilus influenza atau karena
aspirasi makanan dan minuman. Dari saluran pernafasan dengan gambaran
sebagai berikut:

 Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi
pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan
alveoli.
 Ekspansi kuman melaui pembuluh darah kemudian masuk kedalam
saluran pencernaan dam menginfeksinya mengakibatkan terjadinya
peningkatan flora normal dalam usus, peristaltic meningkat akibat usus
mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko
terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
D. Patway

Bakteri Haemofilus

Saluran pernafasan atas

Kuman berlebihan di bronkus Infeksi saluran pernafasan


Edema antara kapiler alveoli bawah
Prosesperadangan

Eritrosit pecah Saluran pernafasan atas


Prosesperadangan

Edema paru
Saluran pernafasan atas
Bersihan jalan nafas tidak
efektif Meningkatnya pengerasan
dinding paru Hipertermi

Suplai oksigen menurun

Hipoksia

Metabolisme anoerob
meninglat

Akumulasi asam laktat

Fartigue

Intolerasi aktifitas
E. Manifestasi Klinik

Pneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratoris bagian atas


selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai 39-40 derajat
celcius dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat
gelisah, dispnea pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung
serta sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang juga disertai muntah dan diare.
Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit tapi setelah beberapa
hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif.
Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik
tetapi dengan adanya nafas dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung dan
sianosis sekitar hidung dan mulut dapat diduga adanya pneumonia. Hasil
pemeriksaan fisik tergantung luas daerah auskultasi yang terkena, pada perkusi
sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya terdengar
ronchi basah nyaring halus dan sedang. (Ngastiyah, 2005).

F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pneumonia menurut Wijayaningsih (2013 : 25)

Farmakologi

1. Pemberian antibiotik misalnya penisilin G, streptomisin, ampicilin,


gentamicin.
2. Pemilihan jenis antibiotik didasarkan atas umur, keadaan umum
penderita, dan dugaan kuman penyebab:
a) Umur 3 bulan-5 tahun, bila toksis disebabkan oleh streptokokus
pneumonia, hemofilus influenza atau stafilokokus. Pada umumnya
tidak diketahui penyebabnya, maka seca praktis dipakai kombinasi:
penisilin prokai 50.000-100.000 KI/kg/24 jam IM, 12 kali sehari dan
kloramfenikos 50-100 mg/kg/24jam IM/IV, 4 kali sehari dan
kloksasilin 50 mg/kg/24 jam, oral 4 kali sehari dan kloramfenikol
(dosis sama dengan di atas).
b) Anak-anak < 5tahun, yang non toksis, biasanya disebabkan oleh:
streptokokus pneumonia: pensilin prokain IM atau
fenoksimetilpenisilin 25.000-50.000 KI/24 jam oral, 4 kali sehari,
eritromisin atau kotrimoksazol 6/30 mg/kg/24 jam, oral 2 kali sehari.
Oksigen 1-2 L/m. IVFD dekstrose 5% ½ Nacl O.225% 350cc/24 jam.
ASI/Pasi 8x20 cc per sonde B. Antibiotik yang paling baik adalah
antibiotik yang sesuai dengan penyebabnya.

Non farmakologi:

1. Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat dirumah.


2. Simptomatik terhadap batuk.
3. Batuk yang produktif jangan ditekan dengan antitusif.
4. Bila terdapat obsturksi jalan nafas, dan lendir serta ada febris, diberikan
bronkodilator.
5. Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat.

G. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Demografi meliputi: nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
b. Keluhan utama:Saat dikaji biasanya penderita pneumonia akan
mengeluh sesak nafas, disertai batuk ada secret tidak bisa keluar
c. Riwayat penyakit sekarang :Penyakit pneumonia mulai dirasakan saat
penderita mengalami batuk menetap dengan produksi sputum setiap
hari terutama pada saat bangun pagi selama minimum 3 bulan
berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun produksi sputum (hijau,
putih dan kuning) dan banyak sekali. Penderita biasanya
menggunakan otot bantu pernfasan, dada terlihat hiperinflasi dengan
peninggian diameter AP, bunyi nafas krekels dan ronchi, warna kulit
pucat dengan sianosis bibir, dasar kuku.
d. Riwayat penyakit dahulu :Biasanya penderita pneumonia sebelumnya
belum pernah menderita kasus yang sama tetapi mereka mempunyai
riwayat penyakit yang dapat memicu terjadinya pneumonia yaitu
riwayat merokok, terpaan polusi kima dalam jangka panjang misalnya
debu/asap.
e. Riwayat penyakit keluarga:Biasanya penyakit pneumonia dalam
keluarga bukan merupakan faktor keturunan tetapi kebiasaan atau pola
hidup yang tidak sehat seperti merokok.
f. Pola pengkajian

H. Pemeriksaan Penunjang

Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat melalui beberapa


pemeriksaan penunjang, sebagai berikut:

1. Pemeriksaan radiologi yaitu pada foto thoraks, konsolidasi ssatu atau


beberapa lobus yang berbercak-bercak infiltrate.
2. Pemeriksan laboratorium didapati lekositosit antara 15000 sampai 40000
/mm3.
3. Hitung sel darah putih biasanya meningkat kecuali apabila pasien
mengalami imunodefiensi.
4. Pemeriksaan AGD (analisa gas darah), untuk mengetahui status
kardiopulmoner yang berhubungan dengan oksigen.
5. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah: diambil dengan biopsi jarum,
untuk mengetahui mikroorganisme penyebab dan obat yang cocok untuk
menanganinya (Wijayaningsih K.S, 2013).
I. Komplikasi

Komplikasi dari pneumonia adalah:

1. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps


paru yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang
2. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm rongga
pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus pada jaringan paru yang meradang.
4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak. (Wong, 2009)

J. Diagnosa Keperawatan

Menurut Wijayaningsih (2013) diagnosa keperawatan yang muncul pada


pnemonia adalah sebagai berikut:

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi lender


dijalan nafas, inflamasi trakeobronkial, nyeri pleuritik, penurunan energy
dan kelemahan.
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen, kelemahan umum, batuk berlebihan dan dispnea.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz. A. A. (2006). Pengantar ilmu kepeerawatan anak. (Edisi pertam).


Jakarta : Salemba medika

Marni. (2014). Asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan pernafasan.


Yogyakarta : Gosyen Publishing

Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak sakit. Jakarta : EGC

Nursalam. (2005). Buku pengkajian keperawatan. Jakarta: EGC

Suriadi, Yuliani, R. (2006). Asuhan keperawatan pada anak. Jakarta : EGC

Wijayaningsih, K. S. (2013). Asuhan keperawatan anak. Jakarta : TIM

Wong, D. L. (2000). Buku ajar keperawatan pediatrik. (Edisi 6). Jakarta: EGC

Wong, D. L. (2009). Pedoman klinis keperawatan pediatrik. Jakarta : EGC


LAPORAN PENDAHULUAN
“ NON ST ELEVATION MYOCARD INFARK’’

Yansen Ariska S.kep


21217072

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PALEMBANG


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2018

You might also like