You are on page 1of 23

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI


1. Selayang Pandang
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI merupakan unsur
penunjang pemerintah daerah di bidang pelayanan kesehatan yang
merupakan satu-satunya rumah sakit umum milik Pemerintah Kota
Palembang.Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI terletak di
jalan Panca Usaha No.1 Kelurahan 5 Ulu Darat Kecamatan Seberang
Ulu, dan berdiri di atas tanah seluas 4, 5 H.
Bangunan berada lebih kurang 800 meter dari jalan raya jurusan
Kertapati.Sejak tahun 2001 dibuat jalan alternative dari jalan Jakabaring
menuju RSUD Palembang BARI dari jalan poros Jakabaring.

2. Visi, Misi Dan Motto RSUD Palembang BARI


a. Visi RSUD Palembang BARI
Rumah Sakit Andalan dan terpercaya di indonesia
b. Misi RSUD Palembang BARI
1) Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang prima dengan
berorientasi pada keselamatan dan ketetapan sesuai standar mutu
berdasarkan etika dan profesionalisme yang menjangkau seluruh
lapisan masyarakat
2) Meningkatkan mutu manajemen sumber daya kesehatan
3) Menjadikan RSUD palembang BARI sebagai rumah sakit
pendidikan dan pelatihan di indonesia
c. Motto RSUD Palembang BARI
“Anda sembuh, kami puas” Anda puas, kami bahagia…!!
3. Sejarah Berdirinya RSUD Palembang BARI
a. Sejarah Berdirinya
1) Pada tahun 1985 sampai dengan 1994 RSUD Palembang BARI
merupakan gedung poliklinik/Puskesmas Panca Usaha.
6

2) Pada tanggal 19 Juni 1995 diresmikan menjadi RSUD


Palembang BARI. Maka dengan SK Depkes nomor
1326/Menkes/SK/XI/1997, tanggal 10 November 1997
ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah kelas C.
Kepmenkes RI Nomor : HK.00.06.2.2.4646 tentang pemberian
status Akreditasi penuh tingkat dasar kepada Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang BARI, tanggal 7 November 2003
3) Kepmenkes RI Nomor : YM. 01.10/111/334/08 tentang
peningkatan kelas Rumah Sakit Umum Daerah Palembang
BARI menjadi kelas B, tanggal 2 April 2009.
4) Ditetapkan sebagai BLUD-SKPD RSUD Palembang BARI
berdasarkan keputusan Walikota Palembang No.915. B tahun
2008 tentang penetapan RSUD Palembang BARI sebagai
SKPD Palembang yang menerapkan pola pengelolaan
keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara penuh
b. Sejarah Pemegang Jabatan Direktur
1) Tahun 1986 s.d 1995: Dr. Jane Lidya Titahelu sebagai kepala
Poliklinik/Puskesmas Panca Usaha.
2) anggal 1 Juli 1995 s.d Juni 2000 : Dr. Eddy Zarkaty Monasir,
SpOG sebagai Direktur RSUD Palembang BARI.
3) ulan Juli 2000 s.d November 2000 : Pelaksana Tugas Dr. H.
Dahlan Abbas SpB.
4) Bulan Desember 2000 s.d Februari 2001 : Pelaksana tugas Dr.
M. Faisal Soleh, SpPD.
5) Tanggal 14 November 2000 s.d 18 Januari 2012 :Dr. Hj. Indah
Puspita, H. A, MARS sebagai Direktur RSUD Palembang
BARI.
6) Tanggal 19 Januari 2012 s.d sekarang : Dr. Hj. Makiani, M.M
selaku Direktur RSUD Palembang BARI.
7

4. Fasilitas dan Pelayanan


a. Fasilitas
1) Instalasi Rawat Darurat (IRD) 24 jam
2) Farmasi/Apotek 24 jam
3) Rawat Jalan/poliklinik spesialis
4) Bedah Sentral
5) Central Sterilizied Suplay Departement (CSSD)
6) Unit Rawat Intensif (ICU, NICU)
7) Rehabilitasi Medik
8) Radiologi
9) Laboratorium Klinik
10) Patologi anatomi
11) Bank Darah
b. Pelayanan Rawat Jalan
1) Poliklinik Spesialis Bedah
2) Poliklinik Spesialis Dalam
3) Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Kandungan
4) Poliklinik Spesialis Anak
5) Poliklinik Spesialis Mata
6) Poliklinik Spesialis THT
7) Poliklinik Spesialis Kulit dan Kelamin
8) Poliklinik Spesialis Syaraf
9) Poliklinik Spesialis Jiwa
10) Poliklinik Spesialis Jantung
11) Poliklinik Gigi
12) Poliklinik Rehabilitasi Medik
13) Poliklinik Akupuntur
14) Poliklinik Psikologi
15) Poliklinik Terpadu
c. Pelayanan Rawat Inap
1) Perawatan VVIP dan VIP
2) Perawatan kelas I, II, III
8

3) Perawatan Penyakit Dalam Perempuan


4) Perawatan Penyakit Dalam Laki-laki
5) Perawatan Anak
6) Perawatan Bedah
7) Perawatan ICU
8) Perawatan Kebidanan
9) Perawatan Neonatus/ NICU/ PICU
d. Fasilitas dan Kendaraan Operasional
1) Ambulance 118
2) Ambulance Bangsal
3) Ambulance siaga bencana
4) Ambulance trauma center
5) Mobil Jenazah
e. Instalasi Gawat Darurat
1) Dokter jaga 24 jam
2) Ambulan 24 jam
f. Pelayanan Penunjang
1) Instalasi Laboratorium Klinis
2) Instalasi Radiologi
3) Instalasi Farmasi
4) Instalasi Gizi
5) Instalasi Pemeliharan Sarana Rumah Sakit
6) Instalasi Pemeliharan Lingkungan
7) CSSD

B. Konsep Teoritis
1. Section Cesarean
a. Defenisi
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau
vagina atau suatu histerektomia untuk janin dari dalam rahim
(Mochtar, 2008 ).
9

Sectio caesaria (SC) adalah membuka perut dengan sayatan


pada dinding perut dan uterus yang dilakukan secara vertical atau
mediana, dari kulit sampai fasia (Wiknjosastro, 2010).
Pendapat lain mengatakan bahwa SC adalah pembedahan untuk
mengeluarkan anak dari rongga rahim dengan mengiris dinding perut
dan dinding rahim (Angraini, 2008).
SC adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat
insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga
janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut serta dinding rahim
agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat (Harnawatiaj,
2008).Prawirohardjo(2005), berpendapat bahwa SC adalah
pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut
dan dinding uterus.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Sectio
Caesarea merupakan suatu pembedahan untuk melahirkan janin
dengan membuka dinding perut dan dinding uterus

b. Anatomi Dan Fisiologi

Gambar 2.1 anatomi system reproduksi perempuan


10

Syaifuddin (2009 ) , anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita :


1) Genetalia eksterna
Genitalia eksterna sering dinamakan vulva, yang artinya
pembungkus atau penutup vulva terdiri dari :
a) Mons pubis ; Merupakan bantalan jaringan lemak yang terletak
di atas simpisis pubis
b) Labia mayora ; Terdiri dari 2 buah lipatan kulit dengan
jaringan lemak di bawah nya yang berlanjut ke bawah
sebagai perluasan dari mons pubis dan menyatu menjadi
perinium
c) Labia minora merupakan 2 buah lipatan tipis kulit yang
terletak di sebelah dalam labia mayora, labia minora tidak
memiliki lemak subkutan.
d) Klitoris merupakan tonjolan kecil jaringan erektif yang
terletak pada titik temu labia minora di sebelah anterior ,
sebagai salah satu zona erotik yang utama pada wanita.
e) Vestibulum adalah rongga yang di kelilingi oleh labia minora
f) Perinium : struktur ini membentang dari fourchette ( titik
temu labia minora di sebelah posterioranus
2) Genetalia interna
a) Vagina merupakan saluran fibromuskuler elastis yang
membentang ke atas dan ke belakang dari vulva hingga uterus.
Dinding anterior vagina memiliki panjang 7,5 cm dan dinding
posteriornya 9 cm. Fungsi vagina : Lintasan bagi spermatozoa ,
Saluran keluar bagi janin dan produk pembuahan lainnya saat
persalinan, Saluran keluar darah haid
b) Uterus berbentuk seperti buah advokat, sebesar telur ayam.
Terdiri dari fundus uteri, korpus uteri dan serviks uteri.
Korpus uteri merupakan bagian uterus terbesar dan sebagai
tempat janin berkembang. Uterus terdiri dari fundus uteri korpus
uteri. Fungsi uterus adalah :
11

(1). Menyediakan tempat yang sesuai bagi ovum yang


suadah di buahi untuk menanamkan diri.
(2). Jika korpus luteum tidak berdegenerasi, yaitu jika
korpus luteum dipertahankan oleh kehamilan, maka
estrogen akan terus di produksi sehingga kadar nya
tetap berada di atas nilai ambang perdarahan haid dan
amenorea merupakan salah satu tanda pertama untuk
kehamilan.
(3). Memberikan perlindungan dan nutrisi pada embrio atau
janin sampai matur.
(4). Mendorong keluar janin dan plasenta pada persalinan.
(5). Mengendalikan perdarahan dari tempat perlekatan
plasenta melalui kontraksi otot-otot.
c) Tuba fallopi disebut juga dengan oviduct, saluran ini
terdapat pada setiap sisi uterus dan membentang dari kornu
uteri ke arah dinding lateral pelvis.
d) Ovarium merupakan kelenjar kelamin. Ada 2 buah ovarim yang
masing-masing terdapat pada tiap sisi dan berada di dalam
kavum abdomen di belakang ligamentum latum dekat ujung
fibria tuba falopi.Fungsi ovarium adalah untuk produksi
hormon dan ovulasi.

c. Etiologi
Manuaba (2007), indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah
sebagai berikut:
1) CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar
panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang
dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami.
Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang
membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus
dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul
12

yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat


menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga
harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut
menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan
ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
2) PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit
yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih
belum jelas.Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan
eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal
paling penting dalam ilmu kebidanan.Karena itu diagnosa dini
amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak
berlanjut menjadi eklamsi.
3) KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi
inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di
atas 37 minggu.
4) Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar.Hal
ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi
yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi.Selain itu, bayi
kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang
sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
5) Kelainan Letak Janin
a) Kelainan pada letak kepala
(1). Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada
pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling
rendah.Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya
bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
13

(2) Presentasi muka


Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian
kepala yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini
jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
(3) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada
pada posisi terendah dan tetap paling depan. Pada
penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan
berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
b) Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin
terletak memanjang dengan kepala difundus uteri dan
bokong berada di bagian bawah kavum uteri.Dikenal
beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong,
presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki
tidak sempurna (Saifuddin, 2002).
6) Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir
yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan
kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit
bernafas.
d. Manifestasi Klinis
Persalinan dengan Sectio Caesaria , memerlukan perawatan
yang lebih koprehensif yaitu: perawatan post operatif dan perawatan
post partum.Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Wiknjosastro
(2010), antara lain :
1) Nyeri akibat ada luka pembedahan
2) Adanya luka insisi pada bagian abdomen
3) Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
4) Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea
tidak banyak)
14

5) Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-


800ml
6) Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan
ketidakmampuan menghadapi situasi baru
7) Biasanya terpasang kateter urinarius
8) Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
9) Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
10) Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
11) Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka bisanya
kurang paham prosedur
12) Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan.
e. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan
yang menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan,
misalnya PEB, kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu
tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang
akan menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan
menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan
sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu
melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga
timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan,
penyembuhan, dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah
ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan
dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan
saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang
pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa
nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi
akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat
dengan baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi.
15

f. Phatway
5

g. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo (2008), meliputi ;
1) Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan
dari kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada
pembedahan.
2) Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
3) Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
4) Urinalisis / kultur urine
5) Pemeriksaan elektrolit.

h. Penatalaksanaan Medis
Penatalakanaan yang diberikan pada pasien Post SC menurut
(Prawirohardjo, 2007) diantaranya:

1) Analgesik diberikan setiap 3 – 4 jam atau bila diperlukan seperti


Asam Mefenamat, Ketorolak, Tramadol.
2) Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang
hebat.
3) Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain.
Walaupun pemberian antibiotika sesudah Sectio Caesaria efektif
dapat dipersoalkan, namun pada umumnya pemberiannya
dianjurkan.
4) Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCl.

i. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalakanaan yang diberikan pada pasien Post SC menurut
(Prawirohardjo, 2007) diantaranya:
1) Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam
pertama dan 30 menit pada 4 jam kemudian.
2) Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat
6

3) Mobilisasi
Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari
tempat tidur dengan dibantu paling sedikit 2 kali.Pada hari kedua
penderita sudah dapat berjalan ke kamar mandi dengan bantuan.
4) Pemulangan
Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan
pada hari kelima setelah operasi

j. Komplikasi
Kemungkinan komplikasi dilakukannya pembedahan SC
menurut Wiknjosastro (2010) :
1) Infeksi puerperal
Komplikasi yang bersifat ringan seperti kenaikan suhu
tubuh selama beberapa hari dalam masa nifas yang bersifat berat
seperti peritonitis, sepsis.
2) Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan
jika cabang arteria uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.
3) Komplikasi lain seperti luka kandung kemih, kurang kuatnya
jaringan parut pada dinding uterus sehingga bisa terjadi ruptur uteri
pada kehamilan berikutnya

2. Pre Eklamsia Berat


a. Defenisi
Preeklampsia adalah kelainan malafungsi endotel pembuluh darah
atau vaskular yang menyebar luas sehingga terjadi vasospasme setelah
usia kehamilan 20 minggu, mengakibatkan terjadinya penurunan
perfusi organ dan pengaktifan endotel yang menimbulkan terjadinya
hipertensi, edema nondependen, dan dijumpai proteinuria 300mg per
24 jam atau 30mg/dl (+1 pada dipstick) dengan nilai sangat fluktuatif
saat pengambilan urin sewaktu (Brooks MD, 2011). Preeklampsia
adalah terjadinya peningkatan tekanan darah paling sedikit 140/90,
7

proteinuria, dan oedema (Rozikan, 2007). Preeklampsia merupakan


penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra, dan
postpartum. Dari gejala-gejala klinik preeklampsia dapat dibagi
menjadi preeklampsia ringan dan preeklampsia berat (Sarwono, 2008).
Preeklampsia berat adalah peningkatan tekanan darah
sekurangkurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg
diastolik.Preeklampsia berat terjadi bila ibu dengan preeklampsia
ringan tidak dirawat, ditangani dan diobati dengan benar. Preeklampsia
berat bila tidak ditangani dengan benar akan terjadi kejang-kejang
menjadi eklampsia (Bandiyah. 2010). Menurut Destiana (2010),
Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai
proteinuria dan atau disertai edema pada kehamilan 20 minggu atau
lebih (Nugroho, 2012).

b. Etiologi
Etiologi preeklampsia tidak diketahui secara pasti. Ada beberapa
faktor resiko yang mempengaruhinya diantaranya (Wagner. 2004,
Manuaba. 2010, Podymow. 2013) :
1) Kehamilan pertama, terutama primigravida muda.
2) Riwayat keluarga dengan preeklampsia atau eklampsia.
3) Distensi rahim berlebihan : hidramnion, hamil ganda, mola
hidatidosa.
4) Penyakit yang menyertai hamil : diadetes melitus, kegemukan,
penyakit ginjal, an tekanan darah tinggi.
5) Ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun atau usia diatas 35
tahun.
6) Riwayat preeklampsia onset dini pada kehamilan sebelumnya
(<34 minggu)
7) Riwayat sindrom HELLP (hemolysis, elevated liver enzymes,
low platelet)
8) Obesitas
8

c. Manifestasi Klinis
Preeklampsia digolongkan preeklampsia berat bila ditemukan satu
atau lebih gejala sebagai berikut (Prawirohardjo, 2008) dan (Nugroho,
2012) :
1) Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah
diastolik ≥ 110 mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun
meskipun ibu hamil sudah dirawat dirumah sakit dan sudah
menjalani tirah baring.
2) Proteinuria lebih 5 gram/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan
kualitatif.
3) Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam.
4) Kenaikan kadar kreatinin plasma.
5) Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri
kepala, skotoma dan pandangan kabur.
6) Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen
(akibat teregangnya kapsula Glisson).
7) Edema paru-paru dan sianosis.
8) Trombositopenia berat: < 100.000 sel/mm3 atau penurunan
trombosit dengan cepat.
9) Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular): peningkatan
kadar alanin dan aspartate aminotransferase.
10) Pertumbuhan janin intrauterine yang terhambat.
11) Sindrom HELLP (Hemolisis, Elevated liver function test and
Low Platelet Count)
d. Patofisiologi
Patofisiologi preeklampsia dibagi menjadi dua tahap, yaitu
perubahan perfusi plasenta dan sindrom maternal.Tahap pertama
terjadi selama 20 minggu pertama kehamilan.Pada fase ini terjadi
perkembangan abnormal remodelling dinding arteri
spiralis.Abnormalitas dimulai pada saat perkembangan plasenta, diikuti
produksi substansi yang jika mencapai sirkulasi maternal
menyebabkan terjadinya sindrom maternal.Tahap ini merupakan tahap
9

kedua atau disebut juga fase sistemik.Fase ini merupakan fase klinis
preeklampsia, dengan elemen pokok respons infl amasi sistemik
maternal dan disfungsi endotel (Podymow, 2013, Rodriguez, 2012).
Pada kehamilan preeklampsia, invasi arteri uterina ke dalam
plasenta dangkal, aliran darah berkurang, menyebabkan iskemi
plasenta pada awal trimester kedua.Hal ini mencetuskan pelepasan
faktor-faktor plasenta yang menyebabkan terjadinya kelainan
multisistem pada ibu. Pada wanita dengan penyakit mikrovaskuler,
seperti hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit kolagen, didapatkan
peningkatan insiden preeklampsia; mungkin preeklampsia ini
didahuluigangguan perfusi plasenta (Podymow, 2013). Tekanan darah
pada preeklampsia sifatnya labil.Peningkatan tekanan darah
disebabkan adanya peningkatan resistensi vaskuler. Selain itu,
didapatkan perubahan irama sirkadian normal, yaitu tekanan darah
sering kali lebih tinggi pada malam hari disebabkan peningkatan
aktivitas vasokonstriktor simpatis, yang akan kembali normal setelah
persalinan. Hal ini mendukung penggunaan metildopa sebagai
antihipertensi.Tirah baring sering dapat memperbaiki hipertensi pada
kehamilan, mungkin karena perbaikan perfusi uteroplasenta
(Podymow, 2013).

Obesitas merupakan salah satu faktor risiko penting terjadinya


preeklampsia.Dislipidemia dan diabetes melitus gestasional
meningkatkan risiko preeklampsia dua kali lipat, mungkin
berhubungan dengan disfungsi endotel (Podymow, 2013).Pada
preeklampsia, fraksi fi ltrasi renal menurun sekitar 25%, padahal
selama kehamilan normal, fungsi renal biasanya me ningkat 35-
50%.Klirens asam urat serum menurun, biasanya sebelum manifestasi
klinis. Kadar asam urat >5,5 mg/dL akibat penurunan klirens renal dan
fi ltrasi glomerulus merupakan penanda penting preeklampsia
(Podymow, 2013).
10

e. Penatalaksanaan Pre Eklamsi Berat


Terdapat perbedaan manajemen hipertensi pada kehamilan dan di
luar kehamilan.Kebanyakan kasus hipertensi di luar ke hamilan
merupakan hipertensi esensial yang bersifat kronis.Terapi hipertensi di
luar kehamilan ditujukan untuk mencegah komplikasi jangka panjang,
seperti stroke dan infark miokard, sedangkan hipertensi pada
kehamilan biasanya kembali normal saat post-partum, sehingga terapi
tidak ditujukan untuk pencegahan komplikasi jangka
panjang.Preeklampsia berisiko menjadi eklampsia, sehingga
diperlukan penurunan tekanan darah yang cepat pada preeklampsia
berat.Selain itu, preeklampsia melibatkan komplikasi multisistem dan
disfungsi endotel, meliputi kecenderungan protrombotik, penurunan
volume intravaskuler, dan peningkatan permeabilitas endotel (Heazell,
2007).
Preeklampsia onset dini (<34 minggu) memerlukan penggunaan
obat antihipertensi secara hati-hati; selain itu, diperlukan tirah baring
dan monitoring baik terhadap ibu maupun bayi.Pasien preeklampsia
biasanya sudah mengalami deplesi volume intravaskuler, sehingga
lebih rentan terhadap penurunan tekanan darah yang terlalu cepat;
hipotensi dan penurunan aliran uteroplasenta perlu diperhatikan karena
iskemi plasenta merupakan hal pokok dalam patofi siologi
preeklampsia. Selain itu, menurunkan tekanan darah tidak mengatasi
proses primernya. Tujuan utama terapi antihipertensi adalah untuk
mengurangi risiko ibu, yang meliputi abrupsi plasenta, hipertensi
urgensi yang memerlukan rawat inap, dan kerusakan organ target
(komplikasi serebrovaskuler dan kardiovaskuler).Risiko kerusakan
organ target meningkat jika kenaikan tekanan darah terjadi tiba-tiba
pada wanita yang sebelumnya normotensi (Mustafa, 2012).

Tekanan darah >170/110 mmHg merusak endotel secara


langsung.Pada tekanan darah 180-190/120-130 mmHg terjadi
kegagalan autoregulasi serebral yang meningkatkan risiko perdarahan
11

serebral.Selain itu, risiko abrupsi plasenta dan asfi ksia juga


meningkat.Penurunan tekanan darah yang terlalu cepat dan mendadak
dapat menurunkan perfusi uteroplasenta, sehingga dapat menyebabkan
hipoksia janin.Target tekanan darah adalah sekitar 140/90 mmHg
(Heazell, 2007).
1) Obat Anti Hipertensi
a) Hipertensi ringan-sedang
Keuntungan dan risiko terapi antihi pertensi pada hipertensi
ringan-sedang (tekanan darah sistolik 140-169 mmHg dan
tekanan darah diastolik 90-109 mmHg) masih kontroversial.
Guideline European Society of Hypertension (ESH) /
European Society of Cardiology (ESC) terbaru
merekomendasi kan pemberian terapi jika tekanan darah
sistolik 140 mmHg atau diastolik 90 mmHg pada wanita
dengan :(Heazell, 2007
(1). Hipertensi gestasional (dengan atau tanpa proteinuria)
(2). Hipertensi kronis superimposed hipertensi gestasional
(3). Hipertensi dengan kerusakan target organ subklinis
atau adanya gejala selama masa kehamilan.
b) Hipertensi berat
Jika tekanan darah sistolik >170 mmHg atau diastolik >110
mmHg pada wanita hamil diklasifi kasikan sebagai
emergensi dan merupakan indikasi rawat inap. Terapi
farmakologis dengan labetalol intravena, metildopa oral,
atau nifedipin sebaiknya segera diberikan. Obat pilihan
untuk preeklampsia dengan edema paru adalah nitrogliserin
(gliseril trinitrat), infus intravena dengan dosis 5 μg/menit
dan ditingkatkan bertahap tiap 3-5 menit hingga dosis
maksimal 100 μg/menit.17,18 Furosemid intravena dapat
digunakan untuk venodilatasi dan diuresis (20-40 mg bolus
intravena selama 2 menit), dapat diulang 40-60 mg setelah
30 menit jika respons diuresis kurang adekuat. Morfi n
12

intravena 2-3 mg dapat diberikan untuk venodilator dan


ansiolitik. Edema paru berat memerlu kan ventilasi mekanik
(Dennis, 2012).
2) Magnesium Sulfat
Magnesium sulfat mempunyai efek antikejang dan vasodilator
(Eiland,2012). Magnesium sulfat merupakan agen pencegahan
eklampsia paling efektif, dan obat lini pertama untuk terapi kejang
pada eklampsia. Selain itu, direkomendasikan untuk profi laksis
eklampsia pada wanita dengan preeklampsia berat (Dennis, 2012).
3) Konseling dan Follow Up Pascapersalinan
Hipertensi sering menetap pasca-persalinan pada pasien
dengan hipertensi antenatal atau preeklampsia. Tekanan darah
sering tidak stabil pada beberapa hari postpartum. Tujuan terapi
adalah untuk mencegah terjadinya hipertensi berat. Obat
antihipertensi antenatal sebaiknya diberikan kembali post-partum
dan dapat dihentikandalam beberapa hari hingga beberapa minggu
setelah tekanan darah normal. Jika tekanan darah sebelum konsepsi
normal, tekanan darah biasanya normal kembali dalam 2-8 minggu.
Hipertensi yang menetap setelah 12 minggu postpartum mungkin
menunjuk kan hipertensi kronis yang tidak ter diag nosis atau ada
nya hipertensi sekunder (Podymow, 2013).
Evaluasi post-partum perlu dilakukan pada pasien
preeklampsia onset dini, preeklampsia berat atau rekuren, atau pada
pasien dengan proteinuria yang menetap; perlu dipikirkan
kemungkinan penyakit ginjal, hipertensi sekunder, dan trombofi lia
(misalnya sindrom antibodi antifosfolipid) (Podymow,2013).
Wanita yang mengalami hipertensi gestasional mempunyai risiko
lebih tinggi untuk mengalami hipertensi di kemudian hari. Setelah
follow up selama 7 tahun pada 223 wanita yang mengalami
eklampsia, didapatkan bahwa risiko paling tinggi adalah pada
wanita yang mengalami hipertensi pada usia kehamilan sebelum 30
minggu. Wanita dengan hipertensi gestasional juga mengalami
13

resistensi insulin lebih tinggi.(Podymow, 2013. Banerjee, 2006.


Regitz, 2011) Wanita preeklampsia memiliki risiko penyakit
kardiovaskuler lebih tinggi bahkan hingga bertahun-tahun
pascapersalinan, serta mempunyai risiko lebih besar terjadinya
disfungsi dan hipertrofi ventrikel kiri asimptomatik dalam 1-2
tahun pasca-persalinan (Melchiorre, 2007) Risiko kematian karena
penyakit kardio-serebrovaskuler juga dua kali lebih besar pada
wanita dengan riwayat preeklampsia. Wanita dengan riwayat
preeklampsia onset sebelum 34 minggu atau preeklampsia yang
disertai persalinan preterm mempunyai risiko kematian karena
penyakit kardiovaskuler 4-8 kali lebih besar dibandingkan wanita
dengan kehamilan normal.(Powe 2011. Koual, 2013. Fraser, 2013)

C. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat
ditemukan meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan
persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan
plasenta previa.
a. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku
bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk
rumah sakit nomor register , dan diagnosa keperawatan.
b. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh sakit perut, perdarahan, nyeri pada
luka jahitan, takut bergerak.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu:
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung,
hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
14

2) Riwayat kesehatan sekarang :


Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang
keluar pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-
tanda persalinan.
3) Riwayat kesehatan keluarga:\
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM,
HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit
tersebut diturunkan kepada klien.
d. Pola fungsi kesehatan
1) pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini,
dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya
mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam
perawatan dirinya
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena
dari keinginan untuk menyusui bayinya.
3) Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga
banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan
aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
4) Pola eleminasi
5) Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering
/susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena
terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari
uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut
untuk melakukan BAB.
6) Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur
karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah
persalinan
15

7) Pola hubungan dan peran


Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan
keluarga dan orang lain.
8) Pola penagulangan stress
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
9) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka
janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif
klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat
bayinya
10) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-
lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi
perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri
11) Pola reproduksi dan social
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual
atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses
persalinan dan nifas
e. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang
terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
2) Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid,
karena adanya proses menerang yang salah
3) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva,
dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena
proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kunuing
4) Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
16

5) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-
kadang ditemukan pernapasan cuping hidung
6) Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi
areola mamae dan papila mamae
7) Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih
terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
8) Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak
dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
9) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena rupture
10) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal.
11) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun,
nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


a. Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan post op SC.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/ luka post op
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber
informasi penyakit
d. Kerusakan integritas kulit
e. Konstipasi berhubungan dengan ketidakmampuan eleminasi
f. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kondisi diri menurun
g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri atau ketidaknyamanan,
proses persalinan dan kelahiran melelahkan.

You might also like