You are on page 1of 8

Pengaruh Penguasaan Bahasa Inggris Terhadap Kemampuan Problem Solving

(Pemecahan Masalah) pada Mahasiswa

A. Latar Belakang/Dasar Teori

Bahasa sebagai sarana komunikasi merupakan fungsi utama dari bahasa. Hal ini
menyatakan bahwa komunikasi ialah penyampaian pesan atau makna oleh seseorang
kepada orang lain. Keterikatan dan keterkaitan bahasa dengan manusia menyebabkan
bahasa tidak tetap dan selalu berubah seiring perubahan kegaiatan manusia dalam
kehidupannya di masyarakat. Perubahan bahasa dapat terjadi bukan hanya berupa
pengembangan dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahan
yang dialami masyarakat. Terutama pada penggunaan fungsi komunikasi pada bahasa
asing

Isu globalisasi saat ini menuntu sumberdaya manusia yang berkualitas dan
mampu berkomunikasi dalam bebagai bahasa asing terutama bahasa inggris sebagai
bahasa internasional. Keahlian berbahasa asing ini diperlukan untuk menguasai ilmu
pengetahuan, memiliki pergaulan luas dan karir yang baik. Hal ini membuat semua orang
dari berbagai kalangan termotivasi untuk menguasai bahasaa inggris. Bahasa inggris
menjadi suatu ikon penting dalam modernisasi dan gaya hidup saat ini. Di Indonesia
sendiri bahasa inggris merupakan bahasa asing yang diajarkan setelah ilmu dan
pendidikan berkembang sejak kemerdekaan Indonesia.

Kini bahasa inggris merupakan kunci utama, status bahasa inggris sebagai bahasa
internasional utama membuat pembahasan tentang tren yang sedang berlangsung dalam
pengajaran bahasa inggris tidak dapat dipisahkan dengan globalisasi. Penggunaannya
yang masuh dalam banyak bidang kehidupan di seluruh dunia, sektor, upaya-upaya
intensif sektor pendidikan negeri maupun swasta untuk memampukan peserta didik
menguasainya, perannya yang sangat dominan di media global, forum-forum
internasional, bisnis, politik, keuangan, diplomasi, hiburan dan olahraga internasional, ini
menunjukkan bahwa bahasa inggris merupakan bagian integral dari seluruh proses
globalisasi.

Implikasi dari fakta tersebut cenderung masyarakat akan penguasaan bahasa asing
menjadi lebih meningkat, David Gradol, seorang peneliti bahasa, dalam sebuah
laporannya berjudul “English Next” menyatakan bahwa kelompok “Expanding Circle”
atau pengguna bahasa inggris sebagai bahasa asing (foreign language) memberikan
tantangan dan kesempatan besar tersendiri kepada bisang pengajaran bahasa inggris.

Tingginya kebutuhan penguasaan bahasa inggris telah mendorong banyak negara


memulai pengajaran bahasa ini lebih dini. Di Indonesia, pengajaran bahasa inggris sejak
sekolah dasar mulai pada tahun 1994, hal ini membuar berbagai lembaga pendidikan
saling berlomba membuat program yang memasukkan bahasa inggris sebagai salah satu
keahlian yang dikembangkan. Kemampuan anak untuk mengetahui dan menguasai
bahasa inggris menjadi kebutuhan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat.

Besar kemampuan seseorang dalam menguasai bahasa inggris ditentukan oleh


indikator tertentu, salah satu indikator yang sering digunakan adalah nilai TOEFL.
TOEFL adalah kepanjangan dari Test Of English as a Foreign Language (Test Bahasa
Inggris sebagai bahasa asing), yang dibuat oleh ETS (Educational Testing Service),
sebuah lembaga di Amerika Serikat. TOEFL adalah ujian kemampuan berbahasa Inggris
(logat Amerika) yang diperlukan untuk mendaftar masuk ke universitas di Amerika
Serikat atau negara-negara lain di dunia. Ujian ini sangat diperlukan bagi pendaftar atau
pembicara yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris.

Tes TOEFL ini diperlukan untuk persyaratan masuk kuliah pada hampir semua
universitas di Amerika Serikat dan Kanada yang kemudian juga bagi mahasiswa yang
mendaftar ke universitas Eropa dan Australia. Tes ini program undergraduate (S-1)
maupun graduate (S-2 atau S-3). Selain itu TOEFL pada dewasa ini sudah mulai
digunakan dalam dunia kerja sebagai salah satu mekanisme rekruitment atau jenjang
kenaikan pangkat
Secara umum tes ini untuk menilai:

1. Mahasiswa mempunyai kemampuan menulis dan tatabahasa dalam Bahasa


Inggris agar mampu membuat tulisan ilmiah.
2. Mahasiswa mempunyai kemampuan membaca Bahasa Inggris dengan baik dan
benar agar nantinya bisa memahami buku-buku textbook yang diwajibkan.
3. Mahasiswa mempunyai kemampuan mendengarkan dengan baik dan benar
mengenai uraian yang diberikan dosen dalam bahasa Inggris.

Dalam pembelajaran bahasa kemampuan dasar terutama bahasa inggris, ada


beberapa hal yang harus digali bukan hanya menguasai kata tetapi juga bagaimana kata
itu berfungsi untuk melatih otaknya berpikir dengan mengaitkanya pada hal-hal yang
sering dijumpai, melalui kegiatan pemecahan masalah. Menurut Britz (1993:1) beliau
menegaskan bahwa pemecahan masalah adalah landasan belajar anak usia dini, karena
sesungguhnya kegiatan pemecahan masalah terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Melalui kesempatan mengenali kosa kata dalam bahasa inggris, hal ini juga dapat
melatih kemampuan pemecahan masalah, merumuskan masalah, merumuskan hipotesus,
mengamati, menghubungkan, menghitung, memahami bagian penting daru sesuatu,
menyimpulkan serta mengkomunikasikan hasil pengamatan yang merupakan dasar untuk
mengembangkan kemampuan berpikir logis dan sistematis. Semuanya itu adalah
kemampuan dalam pemecahan masalah.
B. Rumusan Masalah
apa pengaruh penguasaan bahasa inggris terhadap kemampuan problem solving
(pemecahan masalah) pada mahasiswa?
C. Tujuan
untuk mengetahui penguasaan bahasa inggris terhadap kemampuan problem solving
(pemecahan masalah)
D. Metode
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu suatu penelitian yang bermaksud
untuk memecahkan permasalahan yang diselidiki dengan melukiskan dan menganalisis
keadaan subyek dan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang dikumpulkan
(Koentjaraningrat 1985:30). Semua data yang terkumpul akan menjadi kunci pemecahan
permasalahan atau pertanyaan penelitian yang telah ditetapkan. Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan metode survei, yaitu penggunaan sampel dari suatu populasi
tertentu dengan membagikan kuesioner atau melakukan wawancara kepada subjek
penelitian untuk mendapatkan informasi yang diperlukan (Newman 2000:35). Jenis
kuesioner yang diajukan adalah kuesioner tertutup dengan skala Liker t yang dapat
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang (Karsadi 2002:56). Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang sudah disediakan
jawabannya sehingga responden tinggal memilih pada kolom yang sudah disediakan d
engan memberi tanda. Alasan digunakannya kuesioner tertutup adalah (1) memberikan
kemudahan kepada responden dalam memberikan jawaban; (2) jenis kuesioner ini lebih
praktis dan sistematis; dan (3) keterbatasan biaya dan waktu untuk menyelesaikan
penelitian ini.
E. Hasil
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sebuah kuesioner yang mecakup
beberapa tes akademik. Ter ini terdiri dari 20 merupakan soal-soal yang bertipe C4 yang
membutuhkan analisis dalam penyelesaiannya.
Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini yaitu :
Tabel 1. Tabel Data Responden
Tabel 2. Tabel Persentase Hasil TPA (Tes Potensi Akademik)
Grafik 1. Grafik Hasil Analisis TPA (Tes Potensi Akademik)

Berdasakan grafik dapat dilihat jumlah anak yang memperoleh skor dalam tes TPA.
Rentang perolehan 60%-69% diperoleh sebanyak 4 anak.
Grafik 2. Grafik Hasil Hubungan Antara Skor TPA Dan Skor Toefl Mahasiswa

Dari grafik hubungan antara skor tpa dan skor toefl mahasiswa, didapatkan grafik yang
fluktuatif, dimana dari grafik ini terlihat bahwa nilai skor hasil TPA didapatkan oleh
responden dengan nilai toefl sebesar 512, sedangkan skor hasil tpa yang paling kecil
didapatkan ooleh responden dengan nilai toefl 402 serta 446.
Selain hal tersebut nilai skor toefl responden yang tertinggi mendapatkan nilai sebesar
75%, sedangkan responden dengan nilai skor terkecil memiliki hasil tpa sebesar 0%.
Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai skor toefl mahasiswa tidak
mempengaruhi nilai hasil tpa. Yang artinya nilai toefl mahasiswa tidak mempengaruhi
kemampuan problem solving (pemecahan masalah) mahasiswa. Hal ini terjadi
dikarenakan ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi kemampuan problem solving
(pemecahan masalah) seseorang diantaranya : kemampuan penguasaan bahasa asing
selain bahasa inggris, keadaan jiwa seseorang (psikologi), kemampuan kreativitas
seseorang dan lainnya.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi penelitian ini, yaitu : kelemahan dalam pembuatan
tes yang terbatas sehingga tidak mencakup semua indikator penilaian prolem solving,
keadaan responden saat melakukan tes, serta koneksi internet/ kondisi lingkungan pada
saat melakukan tes

F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa :
1. Tidak ada pengaruh penguasaan bahasa inggris terhadap kemampuan problem solving
(pemecahan masalah) pada mahasiswa (responden)

G. Daftar Pustaka
Britz, Joan. 1993. Problem Solving in Early Childhood Classroom. <Online>. Tersedia :
http://www.vmestallite.com/ pada tanggal 19 November 2017.

You might also like