You are on page 1of 16

PORTOFOLIO KASUS ANAK

BAYI BERAT LAHIR RENDAH ( BBLR )

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Persyaratan Dokter Internship

Oleh :

dr. Shabrina Ghassani Roza

Pendamping :

Dr, Farah Heniyati

Dr. Lucky Mirafra Ganjar Wijaya

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HJ. ANNA LASMANAH
KABUPATEN BANJARNEGARA
2018
BAB I
IDENTIFIKASI KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Agama :
Alamat :
Pekerjaan :
Tanggal Masuk :
Tanggal Keluar :
Nomor Rekam Medis :

B. RIWAYAT PENYAKIT
I. Keluhan Utama

II. Keluhan Tambahan

III. Riwayat Penyakit Sekarang

IV. Riwayat Selama Kehamilan


Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat diabetes melitus : disangkal
Riwayat asma / alergi : disangkal
Riwayat trauma : disangkal

V. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat diabetes melitus : disangkal
Riwayat asma / alergi : disangkal

C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum :
Kesadaran :
Vital Sign Tekanan Darah :
Nadi :
Respirasi :
Suhu :
- Kepala :
- Mata :
- Hidung :
- Telinga :
- Mulut :
- Leher :
- Thorax
Pulmo
Inspeksi :
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :
Cor
Inspeksi :
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :

- Abdomen
Inspeksi :
Auskultasi :
Perkusi :
Palpasi :

- Ekstremitas :

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi

E. DIAGNOSIS

F. PENATALAKSANAAN
G. FOLLOW UP
Tanggal Follow Up

H. PROGNOSIS
- Ad vitam :
- Ad sanactionam :
- Ad fungsionam :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang
dalam 1 (satu) jam setelah lahir.

B. Klasifikasi
BBLR dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Prematuritas murni
Adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai
dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan
sesuai untuk masa kehamilan. Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit
dan komplikasi akibat kurang matangnya organ karena masa gestasi yang kurang.
2. Dismaturitas
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin
dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya. Hal ini disebabkan oleh
terganggunya sirkulasi dan efisiensi plasenta, kurang baiknya keadaan umum ibu
atau gizi ibu, atau hambatan pertumbuhan dari bayinya sendiri.

C. Epidemiologi
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran
di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara
berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian
BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi
dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor
utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak
serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan.
Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah
lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka
BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI,
angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan
pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7%.

D. Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang
lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler,
kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR
(1) Faktor ibu
a. Penyakit : Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain
b. Komplikasi pada kehamilan : Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti
perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
c. Usia Ibu dan paritas
d. Faktor kebiasaan ibu : Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok,
ibu pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika.
(2) Faktor Janin
Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.
(3) Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi,
sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun.

E. Komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain :
 Hipotermia
 Hipoglikemia
 Gangguan cairan dan elektrolit
 Hiperbilirubinemia
 Sindroma gawat nafas
 Paten duktus arteriosus
 Infeksi
 Perdarahan intraventrikuler
 Apnea of Prematurity
 Anemia

Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir rendah
(BBLR) antara lain :
 Gangguan perkembangan
 Gangguan pertumbuhan
 Gangguan penglihatan (Retinopati)
 Gangguan pendengaran
 Penyakit paru kronis
 Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
 Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

F. Diagnosis
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam
jangka waktu kurang lebih dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang.
1). Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan
mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR :
 Umur ibu
 Riwayat hari pertama haid terakir
 Riwayat persalinan sebelumnya
 Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
 Kenaikan berat badan selama hamil
 Aktivitas
 Penyakit yang diderita selama hamil
 Obat-obatan yang diminum selama hamil
2). Pemeriksaan Fisik
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain :
 Berat badan < 2500gram
 Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
- Tulang rawan telinga belum terbentuk.
- Masih terdapat lanugo.
- Refleks masih lemah.
- Alat kelamin luar; perempuan: labium mayus belum menutup labium minus;
laki-laki: belum terjadi penurunan testis & kulit testis rata.
 Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan).
- Tidak dijumpai tanda prematuritas.
- Kulit keriput.
- Kuku lebih panjang
3). Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain
 Pemeriksaan skor ballard
 Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan
 Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah.
 Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan
terjadi sindrom gawat nafas.
 USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan kurang lebih

G. Penatalaksanaan/ terapi
1 Medikamentosa
Pemberian vitamin K1 :
 Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
 Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10
hari, dan umur 4-6 minggu)
2 Diatetik
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks
menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan
pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan
memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap
sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil
yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama:
 Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan
cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi
menghisap paling kurang sehari sekali.
 Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari
selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir
dan keadaan bayi adalah sebagai berikut :
a. Berat lahir 1750 – 2500 gram
 Bayi Sehat
- Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih
mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering
(contoh; setiap 2 jam) bila perlu.
- Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas
menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras
dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
 Bayi Sakit
- Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan
minum seperti pada bayi sehat.
- Apabila bayi memerlukan cairan intravena:
o Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
o Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil.
Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-
tanda siap untuk menyusu.
o Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan
nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung :
o Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi
telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar
berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila
keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu
dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.

b. Berat lahir 1500-1749 gram


 Bayi Sehat
- Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak
dapat diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi
ke dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung.
Lanjutkan dengan pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi
dapat menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari
namun ada kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu)
- Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum.
- Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.
 Bayi Sakit
- Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
- Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah
cairan IV secara perlahan.
- Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum.
- Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi
bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak
- Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.
c. Berat lahir 1250-1499 gram
 Bayi Sehat
- Beri ASI peras melalui pipa lambung
- Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
- Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
- Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.
 Bayi Sakit
- Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.
- Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah
cairan intravena secara perlahan.
- Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
- Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
- Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.
d. Berat lahir < 1250 gram (tidak tergantung kondisi)
- Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama
- Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi
pemberian cairan intravena secara perlahan.
- Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
- Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
- Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.
3. Suportif
Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal (3):
 Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi,
seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator
atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai
petunjuk.
 Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
 Ukur suhu tubuh dengan berkala
 Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :
 Jaga dan pantau patensi jalan nafas
 Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
 Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang,
gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
 Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
 Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu
berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.

H. Pemantauan (Monitoring)
1). Pemantauan saat dirawat
 Terapi
- Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
- Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu
 Tumbuh kembang
- Pantau berat badan bayi secara periodik
- Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10%
untuk bayi dengan berat lahir ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat
lahir <1500>
- Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat
lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :
o Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180
ml/kg/hari
o Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar
jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari
o Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian
ASI hingga 200 ml/kg/hari
o Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap
minggu.

2). Pemantauan setelah pulang


Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi
dan mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang
sebagai berikut :
 Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan.
 Hitung umur koreksi.
 Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.
 Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST).
 Awasi adanya kelainan bawaan.

I. Prognosis BBLR
Kematian perinatal pada bayi BBLR 8 kali lebih besar dari bayi normal. Prognosis
akan lebih buruk bila BB makin rendah, angka kematian sering disebabkan karena
komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi, pneumonia, perdarahan intrakranial,
hipoglikemia. Bila hidup akan dijumpai kerusakan saraf, gangguan bicara, IQ rendah.

J. Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah
yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :
 Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama
kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga
berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus
cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang
lebih mampu
 Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama
kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung
dengan baik
 Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi
sehat (20-34 tahun)
 Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan
pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan
akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.
 Tanda kecukupan pemberian ASI:
- BAK minimal 6 kali/ 24 jam.
- Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI.
- BB naik pd 7 hari pertama sbyk 20 gram/ hari.
- Cek saat menyusui, apabila satu payudara dihisap  ASI akan menetes dari
payudara yg lain.
 Indikasi bayi BBLR pulang:
- Suhu bayi stabil.
- Toleransi minum oral baik  terutama ASI.
- Ibu sanggup merawat BBLR di rumah.

Cara menghangatkan bayi


Cara Petunjuk penggunaan
Kontak kulit  Untuk semua bayi
 Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat atau
menghangatkan bayi hipotermi (32-36,4 oC) apabila cara lain
tidak mungkin dilakukan.
KMC  Untuk menstabilkan bayi dgn berat badan <2.500 g, terutama
direkomendasikan untuk perawatan berkelanjutan bayi dengan
berat badan <1.800 g.
 Tidak untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat)
 Tidak untuk ibu yang menderita penyakit berat yang tidak dapat
merawat bayinya.
Pemancar panas  Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1.500 g atau lebih.
 Untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan tindakan, atau
menghangatkan kembali bayi hipotermi.
Inkubator Penghangatan berkelanjutan bayi dengan berat <1.500 g yang tidak
dapat dilakukan KMC.
Ruangan hangat  Untuk merawat bayi dengan berat <2.500 g yang tidak
memerlukan tindakan diagnostik atau prosedur pengobatan.
 Tidak untuk bayi sakit berat.

Jumlah cairan yang dibutuhkan bayi (ml/Kg)


Umur (hari)
Berat (g)
1 2 3 4 5+
>1500 60 80 100 120 150
<1500 80 100 120 140 150

Jumlah ASI untuk bayi sehat berat 1250-1499


Umur (hari)
Pemberian
1 2 3 4 5 6 7
Jumlah ASI tiap 3 jam (ml/kali) 10 15 18 22 26 28 30

Kebutuhan cairan elektrolit bayi (ml/kg)


Berat badan (g) <1000 1000 - <1500 1500 – 2500 >2500
Hari I 120 cc D5% 100 cc D7,5% 80 cc D10% 80 cc D10%
Hari II 140 cc D5% 120 cc D7,5% 100 cc D10% 90 cc D10%
Hari III 170 cc D5% 130 cc D7,5% 110 cc D10% 100 cc D10%
Hari >IV 200 cc 140-150 cc 130-150 cc 120-150 cc
Pembuatan cairan D7,5% = 93 cc (D5%) + 7 cc (D40%) = 100 cc D7,5%.
DAFTAR PUSTAKA

Azis, Abdul Latief. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian/SMF Kesehatan Anak, edisi III.
RSU Dokter Sutomo. Surabaya
Kosim, Sholeh. 2008. Buku Ajar Neonatologi, edisi pertama. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jakarta
Suraatmaja, Sudrajat, dr,SpA(K). Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. RSUP
Sanglah, Denpasar.
Poesponegoro, Hardiono, dr. Sp.A(K). 2005. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Ikatan
Dokter Anak Indonesia. Jakarta.

You might also like