Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Pada kelompok tersebut
mengalami siklus pertumbuhan dan perkembangan yang membutuhkan zat-zat gizi yang
lebih besar dari kelompok umur yang lain sehingga balita paling mudah menderita
kelainan gizi.
Pengertian gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Berat Badan
menurut Umur (BB/U) < -3 SD yang merupakan padanan istilah severely underweight.
Menurut data yang diperoleh dari Depkes (2010) memperlihatkan prevalensi gizi
buruk di Indonesia terus menurun dari 9,7% di tahun 2005 menjadi 4,9% di tahun 2010.6
Namun prevalensi gizi buruk di Jawa Timur dari tahun 2010-2012 terus mengalami
peningkatan. Hal ini kemungkinan dikarenakan usaha dari tim gizi yang semakin gencar
Kejadian gizi buruk apabila tidak diatasi akan menyebabkan dampak yang buruk
bagi balita. Dampak yang terjadi antara lain kematian dan infeksi kronis. Deteksi dini anak
yang kurang gizi (gizi kurang dan gizi buruk) dapat dilakukan dengan pemeriksaan
BB/U untuk memantau berat badan anak. Selain itu pemantauan tumbuh kembang anak
status sosial ekonomi, ketidaktahuan ibu tentang pemberian gizi yang baik untuk anak,
dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Sumber lain menyebutkan asupan makanan
keluarga, faktor infeksi, dan pendidikan ibu menjadi penyebab kasus gizi buruk.
yang selanjutnya mempengaruhi kuantitas dan kualitas konsumsi pangan yang merupakan
penyebab langsung dari kekurangan gizi pada anak balita. Selain pendidikan, pemberian
ASI dan kelengkapan imunisasi juga memiliki hubungan yang bermakna dengan gizi
buruk karena ASI dan imunisasi memberikan zat kekebalan kepada balita sehingga balita
tersebut menjadi tidak rentan terhadap penyakit. Balita yang sehat tidak akan kehilangan
Sepanjang periode bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2015 sudah tercatat
31 balita dengan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Wonoasih. Tingginya angka
kejadian balita dengan gizi buruk tersebut serta mengingat gizi buruk merupakan masalah
penyebab terjadinya gizi buruk pada balita di wilayah kerja Puskesmas Wonoasih agar
Apakah faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya gizi buruk pada Balita
1.3 Tujuan
tanjong.
tanjong.
1.4 Manfaat
program upaya kesehatan ibu dan anak serta program gizi sehingga dalam jangka
berkala.
TINJAUAN PUSTAKA
Gizi buruk merupakan istilah teknis yang biasanya digunakan oleh kalangan gizi,
kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah kondisi seseorang yang nutrisinya di bawah
rata-rata. Hal ini merupakan suatu bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi
menahun.
Balita disebut gizi buruk apabila indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) < -3
SD. Keadaan balita dengan gizi buruk sering digambarkan dengan adanya busung lapar.
Pengukuran klinis : metode ini penting untuk mengetahui status gizi balita
tersebut gizi buruk atau tidak.Metode ini pada dasarnya didasari oleh
zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti
kulit,rambut,atau mata.
Misalnya pada balita marasmus kulit akan menjadi keriput sedangkan pada
lingkar lengan atas sesuai dengan usia yang paling sering dilakukan dalam
survei gizi. Di dalam ilmu gizi, status gizi tidak hanya diketahui dengan
ketiganya.
1. Tergolong gizi buruk jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD.
2. Tergolong gizi kurang jika hasil ukur -3 SD sampai dengan < -2 SD.
Berdasarkan pengukuran Berat Badan menurut Tinggi badan atau Panjang Badan:3
Balita dengan gizi buruk akan diperoleh hasil BB/TB sangat kurus,
2.3.1 Marasmus
Marasmus merupakan salah satu bentuk gizi buruk yang paling sering ditemukan
pada balita. Hal ini merupakan hasil akhir dari tingkat keparahan gizi buruk. Gejala
marasmus antara lain anak tampak kurus, rambut tipis dan jarang,kulit keriput yang
disebabkan karena lemak di bawah kulit berkurang, muka seperti orang tua (berkerut),
balita cengeng dan rewel meskipun setelah makan, bokong baggy pant, dan iga gambang.
Pada patologi marasmus awalnya pertumbuhan yang kurang dan atrofi otot serta
energi yang dapat dipenuhi oleh asupan makanan untuk kelangsungan hidup jaringan.
jaringan pada defisiensi kalori tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan energi tetapi juga
2.3.2 Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah suatu bentuk malnutrisi protein yang berat disebabkan oleh
asupan karbohidrat yang normal atau tinggi dan asupan protein yang
13
inadekuat. Hal ini seperti marasmus, kwashiorkor juga merupakan hasil akhir dari
tingkat keparahan gizi buruk. Tanda khas kwashiorkor antara lain pertumbuhan
terganggu, perubahan mental, pada sebagian besar penderita ditemukan oedema baik
biasanya kering dengan menunjukkan garis- garis kulit yang lebih mendalam dan
Gangguan metabolik dan perubahan sel dapat menyebabkan perlemakan hati dan
oedema. Pada penderita defisiensi protein tidak terjadi proses katabolisme jaringan
yang sangat berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi dengan jumlah kalori
yang cukup dalam asupan makanan. Kekurangan protein dalam diet akan menimbulkan
kekurangan asam amino esensial yang dibutuhkan untuk sintesis. Asupan makanan yang
terdapat cukup karbohidrat menyebabkan produksi insulin meningkat dan sebagian asam
amino dari dalam serum yang jumlahnya sudah kurang akan disalurkan ke otot.
2.3.3 Marasmus-Kwashiorkor
gejala klinis antara kwashiorkor dan marasmus dengan Berat Badan (BB) menurut umur
(U) < 60% baku median WHO-NCHS yang disertai oedema yang tidak mencolok.28
14
tidak tersedianya makanan secara adekuat, anak tidak cukup atau salah mendapat
makanan bergizi seimbang, dan pola makan yang salah. Kebutuhan nutrisi yang
dibutuhkan balita adalah air, energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan
kalori.Distribusi kalori dalam makanan balita dalam keseimbangan diet adalah 15%
dari protein, 35% dari lemak, dan 50% dari karbohidrat.Kelebihan kalori yang
menetap setiap hari sekitar 500 kalori menyebabkan kenaikan berat badan 500 gram
dalam seminggu.
golongan umur 1-2 tahun masih diperlukan pemberian nasi tim walaupun tidak
perlu disaring.Hal ini dikarenakan pertumbuhan gigi susu telah lengkap apabila
sudah berumur 2-2,5 tahun.Lalu pada umur 3-5 tahun balita sudah dapat memilih
kebutuhan dari setiap nutrien,menentukan jenis bahan makanan yang dipilih, dan
menentukan jenis makanan yang akan diolah sesuai dengan hidangan yang
dikehendaki.
15
Sebagian besar balita dengaan gizi buruk memiliki pola makan yang kurang
beragam. Pola makanan yang kurang beragam memiliki arti bahwa balita tersebut
Berdasarkan dari keseragaman susunan hidangan pangan, pola makanan yang meliputi
gizi seimbang adalah jika mengandung unsur zat tenaga yaitu makanan pokok, zat
pembangun dan pemelihara jaringan yaitu lauk pauk dan zat pengatur yaitu sayur dan
buah.
adalah segala usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan untuk mencapai kemakmuran
hidup. Sosial ekonomi merupakan suatu konsep dan untuk mengukur status sosial
ekonomi keluarga dilihat dari variabel tingkat pekerjaan. Rendahnya ekonomi keluarga,
akan berdampak dengan rendahnya daya beli pada keluarga tersebut. Selain itu rendahnya
kualitas dan kuantitas konsumsi pangan, merupakan penyebab langsung dari kekurangan
gizi pada anak balita. Keadaan sosial ekonomi yang rendah berkaitan dengan masalah
mengatasi berbagai masalah tersebut. Balita dengan gizi buruk pada umumnya hidup
Bekerja bagi ibu mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Ibu yang
yang mencari penghasilan baik dari sektor formal atau informal yang dilakukan secara
reguler di luar rumah yang akan berpengaruh terhadap waktu yang dimiliki oleh ibu untuk
meninggalkan anaknya dari pagi sampai sore menyebabkan pemberian ASI tidak
akan lebih dihargai secara sosial ekonomi di masyarakat.Pekerjaan dapat dibagi menjadi
pekerjaan yang berstatus tinggi yaitu antara laintenaga administrasi tata usaha,tenaga
ahli teknik dan ahli jenis, pemimpin,dan ketatalaksanaan dalam suatu instansi baik
pemerintah maupun swasta dan pekerjaan yang berstatus rendah antara lain petani dan
Kurangnya pendidikan dan pengertian yang salah tentang kebutuhan pangan dan
nilai pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia. Kemiskinan dan kekurangan
persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah kurang
gizi.Salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya kemiskinan adalah pendidikan yang
Tingkat pendidikan yang tinggi membuat seseorang mudah untuk menyerap informasi
dan mengamalkan dalam perilaku sehari-hari. Pendidikan adalah usaha yang terencana
dan sadar untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi diri dan ketrampilan yang diperlukan oleh diri sendiri,
Jalur pendidikan terdiri dari pendidikan formal dan non formal yang bisa saling
melandasi tingkat pendidikan menengah. Tingkat pendidikan dasar adalah Sekolah Dasar
dan Sekolah Menengah Pertama atau bentuk lain yang sederajat, sedangkan pendidikan
menengah adalah lanjutan dari pendidikan dasar yaitu Sekolah Menengah Atas atau
bentuk lain yang sederajat. Pendidikan tinggi merupakan tingkat pendidikan setelah
pendidikan menengah yang terdiri dari program diploma, sarjana, magister, spesialis, dan
dengan status gizi balita karena pendidikan yang meningkat kemungkinan akan
hidup seseorang.
20
Balita yang berada dalam status gizi buruk, umumnya sangat rentan terhadap
- Diare persisten :sebagai berlanjutnya episode diare selama 14hari atau lebih yang
dimulai dari suatu diare cair akut atau berdarah (disentri).Kejadian ini sering
dihubungkan dengan kehilangan berat badan dan infeksi non intestinal. Diare
persisten tidak termasuk diare kronik atau diare berulang seperti penyakit sprue,
paru atau di berbagai organ tubuh hidup lainnya yang mempunyai tekanan parsial
oksigen yang tinggi. Bakteri ini tidak tahan terhadap ultraviolet, karena itu
penularannya terjadipada malam hari. Tuberkulosis ini dapat terjadi pada semua
HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel- sel sistem kekebalan tubuh
kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan
Ibu merupakan orang yang berperan penting dalam penentuan konsumsi makanan
dalam keluaga khususnya pada anak balita. Pengetahuan yang dimiliki ibu berpengaruh
terhadap pola konsumsi makanan keluarga. Kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi
membeli barang karena pengaruh kebiasaan, iklan, dan lingkungan. Selain itu,
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi sedangkan berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah
kelahiran prematur. Bayi yang lahir pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu ini pada
umumnya disebabkan oleh tidak mempunyai uterus yang dapat menahan janin, gangguan
selama kehamilan,dan lepasnya plasenta yang lebih cepat dari waktunya. Bayi prematur
mempunyai organ dan alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk bertahan hidup
di luar rahim sehingga semakin muda umur kehamilan, fungsi organ menjadi semakin
kurang berfungsi dan prognosanya juga semakin kurang baik. Kelompok BBLR sering
Gizi buruk dapat terjadi apabila BBLR jangka panjang.Pada BBLR zat anti
kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit terutama penyakit
infeksi. Penyakit ini menyebabkan balita kurang nafsu makan sehingga asupan makanan
yang masuk kedalam tubuh menjadi berkurang dan dapat menyebabkan gizi buruk.
20
2.4.7 ASI
Hanya 14% ibu di Indonesia yang memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif kepada
bayinya sampai enam bulan. Rata-rata bayi di Indonesia hanya menerima ASI eksklusif
kurang dari dua bulan. Hasil yang dikeluarkan Survei Demografi dan Kesehatan
makanan berupa susu formula, makanan padat, atau campuran antara ASI dan susu
formula.
makanan terbaik bagi bayi sampai enam bulan, dan disempurnakan sampai umur dua
tahun. Memberi ASI kepada bayi merupakan hal yang sangat bermanfaat antara lain oleh
menjalin hubungan psikologis yang erat antara bayi dan ibu yang penting dalam
perkembangan psikologi anak tersebut. Beberapa sifat pada ASI yaitu merupakan
makanan alam atau natural, ideal, fisiologis, nutrien yang diberikan selalu dalam keadaan
segar dengan suhu yang optimal dan mengandung nutrien yang lengkap dengan
Selain ASI mengandung gizi yang cukup lengkap, ASI juga mengandung antibodi
atau zat kekebalan yang akan melindungi balita terhadap infeksi. Hal ini yang
menyebabkan balita yang diberi ASI, tidak rentan terhadap penyakit dan dapat berperan
langsung terhadap status gizi balita. Selain itu, ASI disesuaikan dengan sistem
pencernaan bayi sehingga zat gizi cepat terserap. Berbeda dengan susu formula atau
makanan tambahan yang diberikan secara dini pada bayi. Susu formula sangat susah
diserap usus bayi. Pada akhirnya, bayi sulit buang air besar.
21
BAB III
METODE PENELITIAN
Kegiatan diikuti oleh ibu dengan anak gizi buruk kecamatan kembang tanjong.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
datang.
1. Kelurahan Wonoasih
3. Kelurahan Pakistaji
20% 23%
25
23 %
Swasta 23 %
9%
PNS
11%
ABRI 23%
Wiraswasta
9%
28
Sebagian besar Penduduk adalah berjenis kelamin wanita , sebesar 51 %, sedangkan laki
laki sebesar 49%
Perempuan n
laki-laki
22 - 59 th
16-21 th
7-15 th
5-6th
0-4 th
0 10 20 30 40 50
%
4.2 Data Balita Gizi Buruk di Kecamatan Wonoasih Periode Januari-
Maret 2015
- -
1 FAHRUL HIDAYAT 1 3 2015 45 10,8 92 -2,357 3,054 2,655
- -
2 NUR LAILI ISTIQOMAH 1 2 2015 36 9,5 82 -3,428 2,936 1,308
- -
3 MOH KAFA MUHARAM 1 2 2015 25 9,2 77 -3,521 2,565 1,037
- -
4 MOH ZAHIR AlLFARIZI 1 2 2015 28 9,2 73 -5,288 2,920 0,045
- -
5 M MUKIS RAHMADANI 1 3 2015 54 11,5 94 188,751 3,138 2,294
- -
6 APRILIA 1 3 2015 34 8,5 78 -4,207 3,627 1,632
- -
7 M RISKI RAMADANI 18 3 2015 31 7,6 71 -6,263 4,847 1,787
- -
8 RAMADANI FITRIATUS 18 3 2015 42 8,4 78 -5,176 4,362 1,765
- -
9 M AL HABIB 18 3 2015 37 7,8 71 -6,858 5,114 1,470
- -
11 FIRMAN MAULANA 2 3 2015 41 8 68 -7,962 5,192 0,192
- -
12 M Hadil Masad Aldiansyah 2 3 2015 28 8,8 78 -3,769 3,301 1,792
- -
13 KEVIN DWI 12 3 2015 35 9,1 77 -5,033 3,679 1,169
- -
14 MAULIDAH ALIYA 12 2 2015 47 7,6 75 -6,358 5,410 2,227
- -
15 RAHMAWATUL HASANAH 12 2 2015 30 9,3 78 -3,592 2,491 0,624
-
16 LATISA RIVA 1 3 2015 47 9,6 76 -6,123 3,682 0,161
- -
17 USLIFATUL JANNAH 1 3 2015 50 10,6 93 -2,486 3,143 2,624
-
18 SITI MAYSAROH 12 2 2015 28 10,8 82 -2,069 1,046 0,134
-
19 RAFA 12 3 2015 58 10,3 75 -7,425 4,189 0,792
- -
20 M IQBAL KHOLIDI 1 3 2015 54 10,5 84,5 167,233 3,835 1,167
-
21 ALFIAH FARAH 1 3 2015 56 10,3 79,5 -6,025 3,688 0,186
-
22 LUTFI NAUFAL 1 3 2015 52 9,7 75 -7,039 4,336 0,070
- -
23 ABEL DWI 1 3 2015 49 8,7 73 -6,977 4,521 0,255
- -
24 NURIL FIRDAUS 1 2 2015 40 10,5 90 -2,223 2,907 2,559
29
- -
25 FADIL 1 3 2015 32 8,7 80 -3,809 3,795 2,364
- -
26 NAVAHATUS ZAHRIYA 1 3 2015 41 9,1 78 -5,070 3,681 0,867
- -
27 M ABDI WAHYU 1 3 2015 41 9,1 77 -5,669 4,146 1,169
- -
28 INTAN DWI CAHYANI 1 2 2015 39 12 101 0,993 1,400 2,832
-
29 Firmansyah A 1 3 2015 49 10,5 79 -5,882 3,542 0,124
- -
30 MARCELLA 2 2 2015 34 10 90 -0,980 2,341 2,646
- -
31 CATUR WICAKSONO 2 3 2015 27 8,2 73 -5,137 3,800 1,439
- -
32 Lailatul QOMARIYAH 4 3 2015 45 9 75 -6,190 4,036 0,339
- -
33 AMRUL ANAM 2 3 2015 34 9,3 84 -2,977 3,412 2,526
- -
34 M AL AMIN 2 3 2015 23 7,3 70 -5,656 4,337 1,743
- -
35 FIRDA 2 3 2015 56 10,6 90 -3,747 3,487 1,987
- -
36 NUR FITRIA QUROTUN N 2 3 2015 37 9 86 -2,528 3,448 2,910
- -
37 NURSILA 2 3 2015 28 7,7 75 -4,109 3,776 2,080
- -
38 AINUL YAHYA 2 3 2015 45 9 84 -4,317 4,510 2,929
- -
39 RENDI AFANDI 2 3 2015 52 10 89 -3,814 4,100 2,934
- -
40 M KHOIRUL KURNIAWAN 2 3 2015 25 8,5 75 -4,163 3,254 1,524
30
4.3 Hasil Home Visite (Kunjungan) Balita dengan gizi buruk
orang. Berikut adalah persebaran wilayah balita dengan gizi buruk yang
Pakistaji
30%
Kedung galeng
40%
Sumber taman
20%
Jrebeng kidul
10%
31
TINGKAT PENDIDIKAN IBU YANG MEMILIKI BALITA GIZI BURUK
6
6
5
4
3 2
2 1 1
1
0
TIDAK SEKOLAH SMP / MTs SMA
SEKOLAH DASAR sederajat
6
6
4
2 2
2
0 0
0
Pedagang Pegawai PNS Petani Tidak
swasta Bekerja
32
4.6 Data Hasil Pretes dan Postest
Baik
30%
Kurang
70%
didapatkan hanya 30% ibu yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai
gizi pada balita dan sebesar 70 % ibu masih memiliki pengetahuan yang kurang
terlebih dahulu dan menampilkan berbagai contoh bahan makanan yang dapat
33
diberikan pada balita. Setelah diberikan penyuluhan, ibu akan kembali diberikan 10
pertanyaan pretest. Berikut adalah bagan yang menampilkan hasil post test.
Kurang
20%
Baik
80%
ibu yang memiliki balita gizi buruk didapatkan faktor-faktor risiko yang
mempengaruhi terjadinya gizi buruk yang ditampilkan pada bagan berikut ini.
34
Riwayat BBLR
4%
Sosial Ekonomi
21% Pengetahuan
ibu
Riwayat ASI 34%
Eksklusif
8%
Penyakit Asupan Nutrisi
penyerta 29%
4%
adalah pengetahuan ibu yang kurang tentang gizi balita yaitu sebesar 34%, faktor
35
BAB V
DISKUSI
Gizi kurang atau buruk merupakan salah satu bentuk dari malnutrisi yang
yang dipengaruhi oleh multifaktor mulai dari faktor tingkat pengetahuan orang tua,
ketersediaan bahan pangan, penyakit kronis pada yang diderita balita, hingga faktor
sosial ekonomi.
salah satu permasalahan yang masih belum terselesaikan. Untuk itu dilakukanlah
kegiatan mini project yang bertujuan untuk mengetahui salah satu faktor terbesar
yang menyebabkan kejadian balita gizi buruk dan mencari solusi yang paling tepat
Januari hingga Maret 2015 terdapat 31 balita yang masuk ke dalam kategori gizi
kunjungan rumah. Dari hasil kunjungan rumah dan pretest yang dilakukan
didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan ibu yang kurang tentang gizi balita
asupan nutrisi yang baik untuk anak, manfaat pemberian ASI, cara mengolah
makanan yang benar untuk anak, serta tujuan memantau berat badan anak setiap
bulan. Beberapa ibu diketahui hanya memberikan makanan yang hanya diinginkan
36
anak tanpa memandang apakah terdapat kandungan gizi yang dibutuhkan anak di
dalam makanan tersebut. Hanya 2 dari 10 balita yang rutin mendapat asupan buah,
dan itu pun belum dinilai cukup. Selain itu masih pula ditemukan balita yang tidak
Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya peningkatan pengetahuan ibu tentang
gizi balita yaitu salah satunya melalui penyuluhan. Penyuluhan ini dilakukan
melalui metode audiovisual serta pemberian pamflet, dan kumpulan cara mengolah
beberapa bahan makanan yang mudah dan sederhana untuk balita tetapi sarat gizi
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan anak. Setelah mendapat penyuluhan, ibu akan
mendapat soal post test dan akan dinilai apakah terdapat peningkatan pengetahuan.
Berdasarkan hasil post test diketahui terdapat peningkatan sebesar 50%. Akan tetapi
kekurangan dalam penelitian ini adalah soal pretest dan post test yang diajukan ke
koresponden sama.
37
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Mini Project ini berhasil dilaksanakan dengan baik sesuai dengan tujuan
dan sasaran penyuluhan yang telah ditetapkan sebelumnya, dimana materi dapat
disampaikan dan diterima dengan baik oleh peserta. Tidak kami temukan
kendala yang berarti sejak persiapan hingga pelaksanaan penyuluhan, hal ini
tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari pihak tenaga kesehatan Puskesmas
peningkatan pengetahuan ibu hamil tentang gizi balita, hal ini juga dipengaruhi
6.2 Saran
a. Oleh sebab keterbatasan waktu yang kami miliki untuk menyelesaikan mini
Project ini, maka kami berharap kegiatan ini dapat berlanjut, sehingga hasil
kecamatan Wonoasih.
38
DAFTAR PUSTAKA
Alisjahbana, A. (2000). Balita gizi buruk Kriteria WHO dan Tatalaksana BBLR.
Dalam: Kumpulan Makalah Diskusi Pakar Gizi tentang ASI-MPASI,
Antropometri dan BBLR 2000, Cipanas: Persatuan Ahli Gizi Indonesia,
LIPI dan Unicef.
Behrman, R.E., & Vaughan, V. C. (1988). Ilmu Kesehatan Anak: Bagian I Edisi 12.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Departemen Kesehatan RI. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Depkes dan
International cooperation Agency, 1998.
Depkes RI. (1993). Pedoman Pelayanan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas.
Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat, Jakarta.
39
SOAL PRETES
40
9. Tanda-tanda anak kurang gizi
a. Rambut kusam, berat badan kurang
b. Selalu mengantuk, berat badan tetap
c. Berat badan kurang, selalu menangis
41