You are on page 1of 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Pada kelompok tersebut

mengalami siklus pertumbuhan dan perkembangan yang membutuhkan zat-zat gizi yang

lebih besar dari kelompok umur yang lain sehingga balita paling mudah menderita

kelainan gizi.

Pengertian gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Berat Badan

menurut Umur (BB/U) < -3 SD yang merupakan padanan istilah severely underweight.

Menurut data yang diperoleh dari Depkes (2010) memperlihatkan prevalensi gizi

buruk di Indonesia terus menurun dari 9,7% di tahun 2005 menjadi 4,9% di tahun 2010.6

Namun prevalensi gizi buruk di Jawa Timur dari tahun 2010-2012 terus mengalami

peningkatan. Hal ini kemungkinan dikarenakan usaha dari tim gizi yang semakin gencar

dalam melakukan penjaringan terhadap status gizi balita.

Kejadian gizi buruk apabila tidak diatasi akan menyebabkan dampak yang buruk

bagi balita. Dampak yang terjadi antara lain kematian dan infeksi kronis. Deteksi dini anak

yang kurang gizi (gizi kurang dan gizi buruk) dapat dilakukan dengan pemeriksaan

BB/U untuk memantau berat badan anak. Selain itu pemantauan tumbuh kembang anak

dapat juga menggunakan KMS (KartuMenuju Sehat).


2

Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya gizi buruk,diantaranya adalah

status sosial ekonomi, ketidaktahuan ibu tentang pemberian gizi yang baik untuk anak,

dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Sumber lain menyebutkan asupan makanan

keluarga, faktor infeksi, dan pendidikan ibu menjadi penyebab kasus gizi buruk.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara faktor-faktor tersebut

dengan kejadian gizi buruk.

Rendahnya pendidikan dapat mempengaruhi ketersediaan pangan dalam keluarga,

yang selanjutnya mempengaruhi kuantitas dan kualitas konsumsi pangan yang merupakan

penyebab langsung dari kekurangan gizi pada anak balita. Selain pendidikan, pemberian

ASI dan kelengkapan imunisasi juga memiliki hubungan yang bermakna dengan gizi

buruk karena ASI dan imunisasi memberikan zat kekebalan kepada balita sehingga balita

tersebut menjadi tidak rentan terhadap penyakit. Balita yang sehat tidak akan kehilangan

nafsu makan sehingga status gizi tetap terjaga baik.

Sepanjang periode bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2015 sudah tercatat

31 balita dengan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Wonoasih. Tingginya angka

kejadian balita dengan gizi buruk tersebut serta mengingat gizi buruk merupakan masalah

yang kompleks sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor

penyebab terjadinya gizi buruk pada balita di wilayah kerja Puskesmas Wonoasih agar

dapat menentukan solusi yang tepat.


1.2 Rumusan Masalah

Apakah faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya gizi buruk pada Balita

di wilayah kerja Puskesmas kembang tanjong?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya gizi buruk pada

Balita di wilayah kerja Puskesmas kembang tanjong

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang gizi buruk di Kecamatan kembang

tanjong.

2. Mengetahui asupan nutrisi balita dengan gizi buruk di Kecamatan kembang

tanjong.

3. Menentukan rencana tindakan untuk mengatasi masalah gizi buruk di

Kecamatan kembang tanjong.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat bagi Instansi Kesehatan

Dapat menjadi masukan bagi puskesmas kembang tanjong dalam perbaikan

program upaya kesehatan ibu dan anak serta program gizi sehingga dalam jangka

panjang diharapkan menurunkan angka kejadian Balita dengan gizi buruk

di kecamatan kembang tanjong.

1.4.2 Manfaat Akademik

Sebagai acuan bagi pembaca yang akan melakukan penelitian selanjutnya.

1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat

- Sebagai informasi untuk menyadarkan masyarakat tentang tingginya angka

kejadian gizi buruk pada balita di kecamatan kembang tanjong sehingga


masyarakat meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan posyandu secara

berkala.

- Dapat memacu masyarakat khususnya para ibu untuk lebih meningkatkan

pengetahuan mengenai gizi buruk, baik dari segi pencegahan maupun

pengelolaan gizi buruk pada balita.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Gizi Buruk

Gizi buruk merupakan istilah teknis yang biasanya digunakan oleh kalangan gizi,

kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah kondisi seseorang yang nutrisinya di bawah

rata-rata. Hal ini merupakan suatu bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi

menahun.

Balita disebut gizi buruk apabila indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) < -3

SD. Keadaan balita dengan gizi buruk sering digambarkan dengan adanya busung lapar.

2.2 Pengukuran Gizi Buruk

Gizi buruk ditentukan berdasarkan beberapa pengukuran antara lain:

 Pengukuran klinis : metode ini penting untuk mengetahui status gizi balita

tersebut gizi buruk atau tidak.Metode ini pada dasarnya didasari oleh

perubahan-perubahan yang terjadi dan dihubungkan dengan kekurangan

zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti

kulit,rambut,atau mata.

Misalnya pada balita marasmus kulit akan menjadi keriput sedangkan pada

balita kwashiorkor kulit terbentuk bercak-bercak putih atau merah muda

(crazy pavement dermatosis).


11

 Pengukuran antropometrik : pada metode ini dilakukan beberapa macam

pengukuran antara lain pengukuran tinggi badan,berat badan, dan lingkar

lengan atas. Beberapa pengukuran tersebut, berat badan, tinggi badan,

lingkar lengan atas sesuai dengan usia yang paling sering dilakukan dalam

survei gizi. Di dalam ilmu gizi, status gizi tidak hanya diketahui dengan

mengukur BB atau TB sesuai dengan umur secara sendiri-sendiri, tetapi

juga dalam bentuk indikator yang dapat merupakan kombinasi dari

ketiganya.

Berdasarkan Berat Badan menurut Umur diperoleh kategori :

1. Tergolong gizi buruk jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD.

2. Tergolong gizi kurang jika hasil ukur -3 SD sampai dengan < -2 SD.

3. Tergolong gizi baik jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD.

4. Tergolong gizi lebih jika hasil ukur > 2 SD.

Berdasarkan pengukuran Tinggi Badan (24 bulan-60 bulan) atau

Panjang badan (0 bulan-24 bulan) menurut Umur diperoleh kategori :3

1. Sangat pendek jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD.

2. Pendek jika hasil ukur – 3 SD sampai dengan < -2 SD.

3. Normal jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD.

4. Tinggi jika hasil ukur > 2 SD.

Berdasarkan pengukuran Berat Badan menurut Tinggi badan atau Panjang Badan:3

1. Sangat kurus jika hasil ukur lebih kecil dari -3 SD.


12

2. Kurus jika hasil ukur – 3 SD sampai dengan < -2 SD.

3. Normal jika hasil ukur -2 SD sampai dengan 2 SD.

4. Gemuk jika hasil ukur > 2 SD.

Balita dengan gizi buruk akan diperoleh hasil BB/TB sangat kurus,

sedangkan balita dengan gizi baik akan diperoleh hasil normal.3

2.3 Klasifikasi Gizi Buruk

Gizi buruk berdasarkan gejala klinisnya dapat dibagi menjadi 3 :

2.3.1 Marasmus

Marasmus merupakan salah satu bentuk gizi buruk yang paling sering ditemukan

pada balita. Hal ini merupakan hasil akhir dari tingkat keparahan gizi buruk. Gejala

marasmus antara lain anak tampak kurus, rambut tipis dan jarang,kulit keriput yang

disebabkan karena lemak di bawah kulit berkurang, muka seperti orang tua (berkerut),

balita cengeng dan rewel meskipun setelah makan, bokong baggy pant, dan iga gambang.

Pada patologi marasmus awalnya pertumbuhan yang kurang dan atrofi otot serta

menghilangnya lemak di bawah kulit merupakan proses fisiologis.Tubuh membutuhkan

energi yang dapat dipenuhi oleh asupan makanan untuk kelangsungan hidup jaringan.

Untuk memenuhi kebutuhan energi cadangan protein juga digunakan. Penghancuran

jaringan pada defisiensi kalori tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan energi tetapi juga

untuk sintesis glukosa.

2.3.2 Kwashiorkor

Kwashiorkor adalah suatu bentuk malnutrisi protein yang berat disebabkan oleh

asupan karbohidrat yang normal atau tinggi dan asupan protein yang
13
inadekuat. Hal ini seperti marasmus, kwashiorkor juga merupakan hasil akhir dari

tingkat keparahan gizi buruk. Tanda khas kwashiorkor antara lain pertumbuhan

terganggu, perubahan mental, pada sebagian besar penderita ditemukan oedema baik

ringan maupun berat, gejala gastrointestinal,rambut kepala mudah dicabut,kulit penderita

biasanya kering dengan menunjukkan garis- garis kulit yang lebih mendalam dan

lebar,sering ditemukan hiperpigmentasi dan persikan kulit,pembesaran hati,anemia

ringan,pada biopsi hati ditemukan perlemakan.

Gangguan metabolik dan perubahan sel dapat menyebabkan perlemakan hati dan

oedema. Pada penderita defisiensi protein tidak terjadi proses katabolisme jaringan

yang sangat berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi dengan jumlah kalori

yang cukup dalam asupan makanan. Kekurangan protein dalam diet akan menimbulkan

kekurangan asam amino esensial yang dibutuhkan untuk sintesis. Asupan makanan yang

terdapat cukup karbohidrat menyebabkan produksi insulin meningkat dan sebagian asam

amino dari dalam serum yang jumlahnya sudah kurang akan disalurkan ke otot.

Kurangnya pembentukan albumin oleh hepar disebabkan oleh berkurangnya asam

amino dalam serum yang kemudian menimbulkan oedema.

2.3.3 Marasmus-Kwashiorkor

Marasmic-kwashiorkor gejala klinisnya merupakan campuran dari beberapa

gejala klinis antara kwashiorkor dan marasmus dengan Berat Badan (BB) menurut umur

(U) < 60% baku median WHO-NCHS yang disertai oedema yang tidak mencolok.28
14

2.4 Faktor risiko

Faktor risiko gizi buruk antara lain :

2.4.1 Asupan makanan


Asupan makanan yang kurang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain

tidak tersedianya makanan secara adekuat, anak tidak cukup atau salah mendapat

makanan bergizi seimbang, dan pola makan yang salah. Kebutuhan nutrisi yang

dibutuhkan balita adalah air, energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan

mineral.Setiap gram protein menghasilkan 4 kalori, lemak 9 kalori, dan karbohidrat 4

kalori.Distribusi kalori dalam makanan balita dalam keseimbangan diet adalah 15%

dari protein, 35% dari lemak, dan 50% dari karbohidrat.Kelebihan kalori yang

menetap setiap hari sekitar 500 kalori menyebabkan kenaikan berat badan 500 gram

dalam seminggu.

Setiap golongan umur terdapat perbedaan asupan makanan misalnya pada

golongan umur 1-2 tahun masih diperlukan pemberian nasi tim walaupun tidak

perlu disaring.Hal ini dikarenakan pertumbuhan gigi susu telah lengkap apabila

sudah berumur 2-2,5 tahun.Lalu pada umur 3-5 tahun balita sudah dapat memilih

makanan sendiri sehingga asupan makanan harus diatur dengan sebaik

mungkin.Memilih makanan yang tepat untuk balita harus menentukan jumlah

kebutuhan dari setiap nutrien,menentukan jenis bahan makanan yang dipilih, dan

menentukan jenis makanan yang akan diolah sesuai dengan hidangan yang

dikehendaki.
15

Sebagian besar balita dengaan gizi buruk memiliki pola makan yang kurang

beragam. Pola makanan yang kurang beragam memiliki arti bahwa balita tersebut

mengkonsumsi hidangan dengan komposisi yang tidak memenuhi gizi seimbang.

Berdasarkan dari keseragaman susunan hidangan pangan, pola makanan yang meliputi

gizi seimbang adalah jika mengandung unsur zat tenaga yaitu makanan pokok, zat

pembangun dan pemelihara jaringan yaitu lauk pauk dan zat pengatur yaitu sayur dan

buah.

2.4.2 Status sosial ekonomi

Sosial adalah segala sesuatu yang mengenai masyarakat sedangkan ekonomi

adalah segala usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan untuk mencapai kemakmuran

hidup. Sosial ekonomi merupakan suatu konsep dan untuk mengukur status sosial

ekonomi keluarga dilihat dari variabel tingkat pekerjaan. Rendahnya ekonomi keluarga,

akan berdampak dengan rendahnya daya beli pada keluarga tersebut. Selain itu rendahnya

kualitas dan kuantitas konsumsi pangan, merupakan penyebab langsung dari kekurangan

gizi pada anak balita. Keadaan sosial ekonomi yang rendah berkaitan dengan masalah

kesehatan yang dihadapi karena ketidaktahuan dan ketidakmampuan untuk

mengatasi berbagai masalah tersebut. Balita dengan gizi buruk pada umumnya hidup

dengan makanan yang kurang bergizi.

Bekerja bagi ibu mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Ibu yang

bekerja mempunyai batasan yaitu ibu yang melakukan aktivitas ekonomi


16

yang mencari penghasilan baik dari sektor formal atau informal yang dilakukan secara

reguler di luar rumah yang akan berpengaruh terhadap waktu yang dimiliki oleh ibu untuk

memberikan pelayanan terhadap anaknya.Pekerjaan tetap ibu yang mengharuskan ibu

meninggalkan anaknya dari pagi sampai sore menyebabkan pemberian ASI tidak

dilakukan dengan sebagaimana mestinya.

Masyarakat tumbuh dengan kecenderungan bahwa orang yang bekerja

akan lebih dihargai secara sosial ekonomi di masyarakat.Pekerjaan dapat dibagi menjadi

pekerjaan yang berstatus tinggi yaitu antara laintenaga administrasi tata usaha,tenaga

ahli teknik dan ahli jenis, pemimpin,dan ketatalaksanaan dalam suatu instansi baik

pemerintah maupun swasta dan pekerjaan yang berstatus rendah antara lain petani dan

operator alat angkut.

2.4.3 Pendidikan Ibu

Kurangnya pendidikan dan pengertian yang salah tentang kebutuhan pangan dan

nilai pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia. Kemiskinan dan kekurangan

persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah kurang

gizi.Salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya kemiskinan adalah pendidikan yang

rendah. Adanya pendidikan yang rendah tersebut menyebabkan seseorang kurang

mempunyai keterampilan tertentuyang diperlukan dalam kehidupan. Rendahnya

pendidikan dapat mempengaruhi ketersediaan pangan dalam keluarga, yang selanjutnya

mempengaruhi kuantitas dan kualitas konsumsi pangan yang merupakan penyebab

langsung dari kekurangan gizi pada anak balita.


17

Tingkat pendidikan terutama tingkat pendidikan ibu dapat mempengaruhi derajat

kesehatan karena pendidikan ibu berpengaruh terhadap kualitas pengasuhan anak.

Tingkat pendidikan yang tinggi membuat seseorang mudah untuk menyerap informasi

dan mengamalkan dalam perilaku sehari-hari. Pendidikan adalah usaha yang terencana

dan sadar untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi diri dan ketrampilan yang diperlukan oleh diri sendiri,

masyarakat, bangsa,dan negara.

Jalur pendidikan terdiri dari pendidikan formal dan non formal yang bisa saling

melengkapi. Tingkat pendidikan formal merupakan pendidikan dasar,pendidikan

menengah,dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar merupakan tingkat pendidikan yang

melandasi tingkat pendidikan menengah. Tingkat pendidikan dasar adalah Sekolah Dasar

dan Sekolah Menengah Pertama atau bentuk lain yang sederajat, sedangkan pendidikan

menengah adalah lanjutan dari pendidikan dasar yaitu Sekolah Menengah Atas atau

bentuk lain yang sederajat. Pendidikan tinggi merupakan tingkat pendidikan setelah

pendidikan menengah yang terdiri dari program diploma, sarjana, magister, spesialis, dan

doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Tingkat pendidikan berhubungan

dengan status gizi balita karena pendidikan yang meningkat kemungkinan akan

meningkatkan pendapatan dan dapat meningkatkan daya beli makanan

Pendidikan diperlukan untuk memperoleh informasi yang dapat meningkatkan kualitas

hidup seseorang.
20

2.4.4 Penyakit penyerta

Balita yang berada dalam status gizi buruk, umumnya sangat rentan terhadap

penyakit. Seperti lingkaran setan, penyakit-penyakit tersebut justru menambah rendahnya

status gizi anak. Penyakit-penyakit tersebut adalah:

- Diare persisten :sebagai berlanjutnya episode diare selama 14hari atau lebih yang

dimulai dari suatu diare cair akut atau berdarah (disentri).Kejadian ini sering

dihubungkan dengan kehilangan berat badan dan infeksi non intestinal. Diare

persisten tidak termasuk diare kronik atau diare berulang seperti penyakit sprue,

gluten sensitive enteropathi dan penyakit Blind loop.

- Tuberkulosis : Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang dapat hidup terutama di

paru atau di berbagai organ tubuh hidup lainnya yang mempunyai tekanan parsial

oksigen yang tinggi. Bakteri ini tidak tahan terhadap ultraviolet, karena itu

penularannya terjadipada malam hari. Tuberkulosis ini dapat terjadi pada semua

kelompok umur, baik di paru maupun di luar paru.

- HIV AIDS : HIV merupakan singkatan dari ’human immunodeficiencyvirus’.

HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel- sel sistem kekebalan tubuh

manusia (terutama CD4 positive T-sel dan macrophages– komponen-komponen

utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya.

Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang

terus- menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh.Sistem

kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan

fungsinya memerangi infeksi dan penyakit- penyakit.


20
2.4.5 Pengetahuan ibu

Ibu merupakan orang yang berperan penting dalam penentuan konsumsi makanan

dalam keluaga khususnya pada anak balita. Pengetahuan yang dimiliki ibu berpengaruh

terhadap pola konsumsi makanan keluarga. Kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi

menyebabkan keanekaragaman makanan yang berkurang. Keluarga akan lebih banyak

membeli barang karena pengaruh kebiasaan, iklan, dan lingkungan. Selain itu,

gangguan gizi juga disebabkan karena kurangnya kemampuan ibu menerapkan

informasi tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari.

2.4.6 Berat Badan Lahir Rendah

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500

gram tanpa memandang masa gestasi sedangkan berat lahir adalah berat bayi yang

ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah

kelahiran prematur. Bayi yang lahir pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu ini pada

umumnya disebabkan oleh tidak mempunyai uterus yang dapat menahan janin, gangguan

selama kehamilan,dan lepasnya plasenta yang lebih cepat dari waktunya. Bayi prematur

mempunyai organ dan alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk bertahan hidup

di luar rahim sehingga semakin muda umur kehamilan, fungsi organ menjadi semakin

kurang berfungsi dan prognosanya juga semakin kurang baik. Kelompok BBLR sering

mendapatkan komplikasi akibat kurang matangnya organ karena prematur.

Gizi buruk dapat terjadi apabila BBLR jangka panjang.Pada BBLR zat anti

kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit terutama penyakit

infeksi. Penyakit ini menyebabkan balita kurang nafsu makan sehingga asupan makanan

yang masuk kedalam tubuh menjadi berkurang dan dapat menyebabkan gizi buruk.
20
2.4.7 ASI

Hanya 14% ibu di Indonesia yang memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif kepada

bayinya sampai enam bulan. Rata-rata bayi di Indonesia hanya menerima ASI eksklusif

kurang dari dua bulan. Hasil yang dikeluarkan Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia periode 1997-2003 yang cukup memprihatinkan yaitu bayi yang

mendapatkan ASI eksklusif sangat rendah. Sebanyak 86% bayi mendapatkan

makanan berupa susu formula, makanan padat, atau campuran antara ASI dan susu

formula.

Berdasarkan riset yang sudah dibuktikan di seluruh dunia, ASI merupakan

makanan terbaik bagi bayi sampai enam bulan, dan disempurnakan sampai umur dua

tahun. Memberi ASI kepada bayi merupakan hal yang sangat bermanfaat antara lain oleh

karena praktis,mudah,murah,sedikit kemungkinan untuk terjadi kontaminasi,dan

menjalin hubungan psikologis yang erat antara bayi dan ibu yang penting dalam

perkembangan psikologi anak tersebut. Beberapa sifat pada ASI yaitu merupakan

makanan alam atau natural, ideal, fisiologis, nutrien yang diberikan selalu dalam keadaan

segar dengan suhu yang optimal dan mengandung nutrien yang lengkap dengan

komposisi yang sesuai kebutuhan pertumbuhan bayi.

Selain ASI mengandung gizi yang cukup lengkap, ASI juga mengandung antibodi

atau zat kekebalan yang akan melindungi balita terhadap infeksi. Hal ini yang

menyebabkan balita yang diberi ASI, tidak rentan terhadap penyakit dan dapat berperan

langsung terhadap status gizi balita. Selain itu, ASI disesuaikan dengan sistem

pencernaan bayi sehingga zat gizi cepat terserap. Berbeda dengan susu formula atau

makanan tambahan yang diberikan secara dini pada bayi. Susu formula sangat susah

diserap usus bayi. Pada akhirnya, bayi sulit buang air besar.
21

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Sasaran Kegiatan

Kegiatan diikuti oleh ibu dengan anak gizi buruk kecamatan kembang tanjong.

3.2 Bentuk Kegiatan

 Pengisian kuisioner tingkat pengetahuan warga desa mengenai asupan nutrisi

balita gizi buruk

 Penyuluhan “Mengenal Bahaya Balita gizi buruk”

 Penyuluhan “Asupan nutrisi untuk balita gizi buruk”

 Pemberian makanan tambahan dan buku panduan mengolah bahan makanan

untuk balita gizi buruk

3.3 Waktu Kegiatan

Kegiatan Mini Project dilaksanakan mulai tanggal 10 Juni – 30 Agustus 2017.

3.4 Pelaksanaan Kegiatan

No. Tanggal Kegiatan Tempat Pelaksana


1 10-6-2017 Perencanaan Kegiatan PKM kembang dr. Yessy
tanjong Saputri

2 10-7-2017 Home visit ke rumah - dr. Yessy


balita gizi buruk dan Saputri
pengisian kuesioner

3 10-8-2017 Home visit ke rumah - dr. Yessy


balita gizi buruk dan saputri
pengisian kuesioner
Ibu Eli
22

4 15-08- - Penyuluhan - dr. Yesy


2017 “Mengenal Bahaya Saputri.
Balita gizi buruk”
- Penyuluhan “Asupan
nutrisi untuk balita
gizi buruk”
- Pemberian makanan
tambahan dan buku
panduan mengolah
bahan makanan
untuk balita gizi
buruk

5 25-8-2017 Pengolahan data PKM kembang dr. Yessy


tanjong Saputri.

6 28-8-2017 Pembuatan Laporan PKM kembang dr. Yessy


tanjong Saputri
23
24

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Profil Komunitas Umum

Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten

/ Kota, yang merupakan ujung tombak penyelenggaraan kesehatan dasar

termasuk dalam upaya pencapaian Visi Indonesia Sehat bagi masyarakat di

wilayah kerjanya. Sehingga untuk mendukung keberhasilan penyelenggaraan

kegiatan Puskesmas maka perlu disusun sebuah Laporan Tahunan yang

memuat tentang hasil / evaluasi kegiatan tahun sebelumnya untuk kemudian

dijadikan sebagai bahan acuan untuk perbaikan di tahun-tahun yang akan

datang.

Berikut ini kami paparkan gambaran mengenai Laporan Tahunan

Puskesmas Wonoasih Tahun 2014 memuat berbagai data tentang kondisi

umum wilayah puskesmas, data kesehatan yang meliputi derajat kesehatan,

upaya kesehatan dan sumber daya kesehatan selama satu tahun.

4.1.1 Identitas Puskesmas Wonoasih


Nama Puskesmas : Puskesmas Wonoasih
Alamat : Jl Anggur no 70 Probolinggo
Telepon : 0335 -425734
Lokasi : Kelurahan Wonoasih, Kecamatan Wonoasih Kota
Probolinggo
25

4.1.2. Keadaan Umum Wilayah

Wilayah kecamatan, di wilayah Kecamatan Wonaosih terdiri dari 6


wilayah, terdiri dari :

1. Kelurahan Wonoasih

2, Kelurahan Jrebeng Kidul

3. Kelurahan Pakistaji

4. Kelurahan Kedung Galeng

5. Kelurahan Kedung Asem

6. Kelurahan Sumber Taman

4.1.3. Batas Wilayah

o Utara : Kec. Kedopok Kota Probolinggo


o Selatan : Kec. Wonomerto Kab. Probolinggo
o Barat : Kec. Kedopok Kota Probolinggo
o Timur : Kec. Dringu Kab . Probolinggo

4.1.4. Luas Wilayah


Luas Wilayah kecamatan Wonoasih adalah 10891 km2, Secara
umum wilayah puskesmas Wonoasih merupakan dataran rendah, dengan
kondisi daerah bervariasi antara persawahan dan pekarangan.

Masyarakat Wonoasih masih mengandalkan dari kehidupan agraris


(bertani atau berladang ).
26

4.1.5. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk di wilayah Kecamatan Wonoasih adalah 32.409 jiwa,


dengan 7168 KK , 39 RW, dan 180 RT. Jumlah penduduk miskin yang memiliki
jamkesmas 6322 jiwa dan jamkesda 5624 jiwa.
27

4.1.6 Jumlah Penduduk menurut Pendidikan


Pendidikan penduduk diwilayah Puskesmas Wonoasih sebagian besar adalah
tidak lulus sekolah SD sebesar 25 %, lulus SD 23 %,lulus SMP 20%,

GRAFIK PROSENTASE PPENDUDUK


BERDASAR PENDIDIKAN
DI WILAYAH WONOASIH TH 2012
13% 1%
25%
18%

20% 23%

tdk sklh TT SD SD SMP SMA PT

4.1.7 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaaan

Pekerjaan penduduk diwilayah Puskesmas Wonoasih adalah bertani 23%


Wiraswata 23 % disusul PNS 11%

Grafik Pie Penduduk


di Berdasar
Wilayah Wonoasih Th 2012
Lain -lain
Tani
23%

25
23 %

Swasta 23 %
9%

PNS
11%
ABRI 23%
Wiraswasta
9%
28

4.1.8. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Sebagian besar Penduduk adalah berjenis kelamin wanita , sebesar 51 %, sedangkan laki
laki sebesar 49%

Grafik Jumlah Penduduk Berdasar Jenis kelamin


di Wilayah Puskesmas Wonoasih th 2014
`

Perempuan n

laki-laki

48% 49% 49% 50% 50% 51% 51%

4.1.9. Jumlah Penduduk Menurut Umur

Sebagaian besar penduduk berusia produktif , 22 59 tahun sebesar 55%

Grafik Prosentase Penduduk Berdasar


di Wilayah Puskesmas
usia
>60 th

22 - 59 th

16-21 th

7-15 th

5-6th

0-4 th

0 10 20 30 40 50
%
4.2 Data Balita Gizi Buruk di Kecamatan Wonoasih Periode Januari-
Maret 2015

4.2.1 Prevalensi Angka Kejadian BBLR Berdasarkan Daerah

Berdasarkan data puskesmas Wonoasih bulan Januari-Maret 2015,

didapatkan hasil sebagai berikut

NO NAMA Tg.Timbang Umur BB TB NILAI Z_SCORE


( Bln ( Kg ( Cm BB / BB /
Tg Bln Thn ) ) ) TB / U U TB

- -
1 FAHRUL HIDAYAT 1 3 2015 45 10,8 92 -2,357 3,054 2,655
- -
2 NUR LAILI ISTIQOMAH 1 2 2015 36 9,5 82 -3,428 2,936 1,308
- -
3 MOH KAFA MUHARAM 1 2 2015 25 9,2 77 -3,521 2,565 1,037
- -
4 MOH ZAHIR AlLFARIZI 1 2 2015 28 9,2 73 -5,288 2,920 0,045
- -
5 M MUKIS RAHMADANI 1 3 2015 54 11,5 94 188,751 3,138 2,294
- -
6 APRILIA 1 3 2015 34 8,5 78 -4,207 3,627 1,632
- -
7 M RISKI RAMADANI 18 3 2015 31 7,6 71 -6,263 4,847 1,787
- -
8 RAMADANI FITRIATUS 18 3 2015 42 8,4 78 -5,176 4,362 1,765
- -
9 M AL HABIB 18 3 2015 37 7,8 71 -6,858 5,114 1,470
- -
11 FIRMAN MAULANA 2 3 2015 41 8 68 -7,962 5,192 0,192
- -
12 M Hadil Masad Aldiansyah 2 3 2015 28 8,8 78 -3,769 3,301 1,792
- -
13 KEVIN DWI 12 3 2015 35 9,1 77 -5,033 3,679 1,169
- -
14 MAULIDAH ALIYA 12 2 2015 47 7,6 75 -6,358 5,410 2,227
- -
15 RAHMAWATUL HASANAH 12 2 2015 30 9,3 78 -3,592 2,491 0,624
-
16 LATISA RIVA 1 3 2015 47 9,6 76 -6,123 3,682 0,161
- -
17 USLIFATUL JANNAH 1 3 2015 50 10,6 93 -2,486 3,143 2,624
-
18 SITI MAYSAROH 12 2 2015 28 10,8 82 -2,069 1,046 0,134
-
19 RAFA 12 3 2015 58 10,3 75 -7,425 4,189 0,792
- -
20 M IQBAL KHOLIDI 1 3 2015 54 10,5 84,5 167,233 3,835 1,167
-
21 ALFIAH FARAH 1 3 2015 56 10,3 79,5 -6,025 3,688 0,186
-
22 LUTFI NAUFAL 1 3 2015 52 9,7 75 -7,039 4,336 0,070
- -
23 ABEL DWI 1 3 2015 49 8,7 73 -6,977 4,521 0,255
- -
24 NURIL FIRDAUS 1 2 2015 40 10,5 90 -2,223 2,907 2,559

29
- -
25 FADIL 1 3 2015 32 8,7 80 -3,809 3,795 2,364
- -
26 NAVAHATUS ZAHRIYA 1 3 2015 41 9,1 78 -5,070 3,681 0,867
- -
27 M ABDI WAHYU 1 3 2015 41 9,1 77 -5,669 4,146 1,169
- -
28 INTAN DWI CAHYANI 1 2 2015 39 12 101 0,993 1,400 2,832
-
29 Firmansyah A 1 3 2015 49 10,5 79 -5,882 3,542 0,124
- -
30 MARCELLA 2 2 2015 34 10 90 -0,980 2,341 2,646
- -
31 CATUR WICAKSONO 2 3 2015 27 8,2 73 -5,137 3,800 1,439
- -
32 Lailatul QOMARIYAH 4 3 2015 45 9 75 -6,190 4,036 0,339
- -
33 AMRUL ANAM 2 3 2015 34 9,3 84 -2,977 3,412 2,526
- -
34 M AL AMIN 2 3 2015 23 7,3 70 -5,656 4,337 1,743
- -
35 FIRDA 2 3 2015 56 10,6 90 -3,747 3,487 1,987
- -
36 NUR FITRIA QUROTUN N 2 3 2015 37 9 86 -2,528 3,448 2,910
- -
37 NURSILA 2 3 2015 28 7,7 75 -4,109 3,776 2,080
- -
38 AINUL YAHYA 2 3 2015 45 9 84 -4,317 4,510 2,929
- -
39 RENDI AFANDI 2 3 2015 52 10 89 -3,814 4,100 2,934
- -
40 M KHOIRUL KURNIAWAN 2 3 2015 25 8,5 75 -4,163 3,254 1,524

(Sumber: Puskesmas Wonoasih, 2015).

30
4.3 Hasil Home Visite (Kunjungan) Balita dengan gizi buruk

Balita dengan gizi buruk yang mendapat kunjungan rumah adalah 10

orang. Berikut adalah persebaran wilayah balita dengan gizi buruk yang

telah dilakukan kunjungan rumah.

PERSEBARAN WILAYAH BALITA DENGAN GIZI BURUK YANG


MENDAPAT KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT)

Pakistaji
30%
Kedung galeng
40%

Sumber taman
20%

Jrebeng kidul
10%

4.4 Prevalensi Angka Kejadian Balita Gizi Buruk Berdasarkan


Tingkat Pendidikan Ibu.
Berikut hasil data tingkat pendidikan ibu yang memiliki balita gizi
buruk yang menjadi koresponden penelitian.

31
TINGKAT PENDIDIKAN IBU YANG MEMILIKI BALITA GIZI BURUK

6
6
5
4
3 2
2 1 1
1
0
TIDAK SEKOLAH SMP / MTs SMA
SEKOLAH DASAR sederajat

4.5 Prevalensi Angka Kejadian Balita Gizi Buruk Berdasarkan Pekerjaan


Kepala Keluarga.
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa dari 10 orang koresponden,
6 kepala keluarga yang menghidupi balita bekerja sebagai pegawai swasta,
kemudian di peringkat kedua mayoritas adalah pedagang dan petani. Tidak ada
kepala keluarga yang tidak bekerja.
PEKERJAAN KEPALA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK BALITA
DENGAN GIZI BURUK

6
6

4
2 2
2
0 0
0
Pedagang Pegawai PNS Petani Tidak
swasta Bekerja

32
4.6 Data Hasil Pretes dan Postest

Wawancara kuesioner dan pengisian pretes dilakukan dalam waktu yang


bersamaan. Ibu balita diberi 10 pertanyaan pretest dalam bentuk pilihan ganda.
Pertanyaan yang diajukan dalam pretest berisi tentang seputar gizi pada balita.
Ibu yang dapat menjawab 8 pertanyaan dengan benar maka dapat digolongkan
sebagai ibu yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang gizi pada
balita. Sedangkan ibu yang hanya mampu menjawab pertanyan dengan benar
kurang dari 8 maka akan digolongkan ke dalam kelompok yang memiliki
tingkat pengetahuan yang kurang.

Tingkat Pengetahuan Ibu Berdasarkan


Hasil Pretest
\

Baik
30%

Kurang
70%

Dari hasil pretes yang telah dilakukan sebelum diberi penyuluhan,

didapatkan hanya 30% ibu yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai

gizi pada balita dan sebesar 70 % ibu masih memiliki pengetahuan yang kurang

tentang gizi balita.

Dalam kurun waktu satu minggu setelah dilakukan pretest, dilakukan

kembali kunjungan rumah yang kedua dimana ibu-ibu diberikan penyuluhan

terlebih dahulu dan menampilkan berbagai contoh bahan makanan yang dapat

33
diberikan pada balita. Setelah diberikan penyuluhan, ibu akan kembali diberikan 10

pertanyaan post test yang mana pertanyaan-pertanyaan tersebut sama dengan

pertanyaan pretest. Berikut adalah bagan yang menampilkan hasil post test.

Tingkat Pengetahuan Ibu


Berdasarkan Hasil Post test

Kurang
20%

Baik
80%

4.7 Faktor Risiko yang Mempengaruhi Terjadinya Balita Gizi Buruk

Berdasarkan hasil wawancara dan pretes yang telah dilakukan kepada

ibu yang memiliki balita gizi buruk didapatkan faktor-faktor risiko yang

mempengaruhi terjadinya gizi buruk yang ditampilkan pada bagan berikut ini.

FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA GIZI BURUK


PADA BALITA DI KECAMATAN WONOASIH

34
Riwayat BBLR
4%

Sosial Ekonomi
21% Pengetahuan
ibu
Riwayat ASI 34%
Eksklusif
8%
Penyakit Asupan Nutrisi
penyerta 29%
4%

Faktor terbesar yang mempegaruhi terjadinya gizi buruk pada balita

adalah pengetahuan ibu yang kurang tentang gizi balita yaitu sebesar 34%, faktor

asupan nutrisi 29% dan faktor sosial ekonomi sebesar 21%.

35
BAB V

DISKUSI

Gizi kurang atau buruk merupakan salah satu bentuk dari malnutrisi yang

didefinisikan ketidakseimbangan antara pemberian asupan nutrisi dan energi yang

dikeluarkan. Gizi buruk merupakan suatu permasalahan kesehatan di masyarakat

yang dipengaruhi oleh multifaktor mulai dari faktor tingkat pengetahuan orang tua,

ketersediaan bahan pangan, penyakit kronis pada yang diderita balita, hingga faktor

sosial ekonomi.

Kejadian balita dengan gizi buruk di Kecamatan Wonoasih merupkan

salah satu permasalahan yang masih belum terselesaikan. Untuk itu dilakukanlah

kegiatan mini project yang bertujuan untuk mengetahui salah satu faktor terbesar

yang menyebabkan kejadian balita gizi buruk dan mencari solusi yang paling tepat

dan memungkinkan untuk dilaksanakan di Kecamatan Wonoasih. Terhitung sejak

Januari hingga Maret 2015 terdapat 31 balita yang masuk ke dalam kategori gizi

buruk yang tersebar dalam 6 kelurahan di kecamatan Wonoasih. Sebesar 10 balita

dari beberapa kelurahan dimasukkan sebagai koresponden penelitian dan mendapat

kunjungan rumah. Dari hasil kunjungan rumah dan pretest yang dilakukan

didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan ibu yang kurang tentang gizi balita

adalah penyebab terbesar terjadinya balita gizi buruk.

Mayoritas ibu dengan balita gizi buruk belum memahami pemberian

asupan nutrisi yang baik untuk anak, manfaat pemberian ASI, cara mengolah

makanan yang benar untuk anak, serta tujuan memantau berat badan anak setiap

bulan. Beberapa ibu diketahui hanya memberikan makanan yang hanya diinginkan

36
anak tanpa memandang apakah terdapat kandungan gizi yang dibutuhkan anak di

dalam makanan tersebut. Hanya 2 dari 10 balita yang rutin mendapat asupan buah,

dan itu pun belum dinilai cukup. Selain itu masih pula ditemukan balita yang tidak

pernah berkunjung ke posyandu.

Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya peningkatan pengetahuan ibu tentang

gizi balita yaitu salah satunya melalui penyuluhan. Penyuluhan ini dilakukan

melalui metode audiovisual serta pemberian pamflet, dan kumpulan cara mengolah

beberapa bahan makanan yang mudah dan sederhana untuk balita tetapi sarat gizi

yang dibutuhkan untuk pertumbuhan anak. Setelah mendapat penyuluhan, ibu akan

mendapat soal post test dan akan dinilai apakah terdapat peningkatan pengetahuan.

Berdasarkan hasil post test diketahui terdapat peningkatan sebesar 50%. Akan tetapi

kekurangan dalam penelitian ini adalah soal pretest dan post test yang diajukan ke

koresponden sama.

37
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Mini Project ini berhasil dilaksanakan dengan baik sesuai dengan tujuan

dan sasaran penyuluhan yang telah ditetapkan sebelumnya, dimana materi dapat

disampaikan dan diterima dengan baik oleh peserta. Tidak kami temukan

kendala yang berarti sejak persiapan hingga pelaksanaan penyuluhan, hal ini

tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari pihak tenaga kesehatan Puskesmas

Wonoasih, Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo.

Dengan melihat hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan

peningkatan pengetahuan ibu hamil tentang gizi balita, hal ini juga dipengaruhi

oleh keseriusan peserta menerima materi yang diberikan.

6.2 Saran

a. Oleh sebab keterbatasan waktu yang kami miliki untuk menyelesaikan mini

Project ini, maka kami berharap kegiatan ini dapat berlanjut, sehingga hasil

yang diharapkan berupa penurunan angka kejadian balita gizi buruk di

kecamatan Wonoasih.

b. Pelatihan tentang pengetahuan gizi balita dirasa perlu disampaikan kepada

kader-kader posyandu, sehingga para kader dapat pula mengingatkan dan

mengajak ibu-ibu untuk memberikan asupan gizi yang memadai kepada

balita agar pertumbuhan dan perkembangannya tidak terhambat.

38
DAFTAR PUSTAKA

ACC/SNN. ( 2000). Low birthweight: Report of a Meeting based on the


InternationalLow Birthweight Symposium and Workshop held in Dhaka,
Bangladesh on14-17 June 1999’, dalam Judith Podja and Laura Kelly (eds),
Nutrition Policy Paper #18, ACC/SCN dan ICDDR,B,Geneva: hlm. 1-5.

Alberman. (1984). Low Birth Weight in Perinatal Epidemiology. Oxford University


Prss. New York.

Alisjahbana, A. (1985). Kematian Perinatal dan Faktor-Faktor yang Berhubungan


dengan Masalah Ini. Dalam: Kardjati, S., Alisjahbana, A., & Kusin, J. A.,
(Eds) 1985. Aspek Kesehatan dan Gizi Anak Balita. Yayasan Obor, Jakarta:
14-31hlm.

Alisjahbana, A. (2000). Balita gizi buruk Kriteria WHO dan Tatalaksana BBLR.
Dalam: Kumpulan Makalah Diskusi Pakar Gizi tentang ASI-MPASI,
Antropometri dan BBLR 2000, Cipanas: Persatuan Ahli Gizi Indonesia,
LIPI dan Unicef.

Atriyanto, Primades. (2005). Pengaruh Kualitas Pelayanan Antenatal


(Berdasarkan Frekuensi Pelayanan, Jadwal Pelayanan, dan Konseling)
Terhadap Kejadian Balita gizi buruk (BBLR). Thesis Magister Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.

Behrman, R.E., & Vaughan, V. C. (1988). Ilmu Kesehatan Anak: Bagian I Edisi 12.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Departemen Kesehatan RI. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Depkes dan
International cooperation Agency, 1998.
Depkes RI. (1993). Pedoman Pelayanan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas.
Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat, Jakarta.

Garrow , JS., (1993). Human Nutrition and Dietetics, Churcill Livingstone.

Wibowo, Adik. (1992). Pemanfaatan Pelayanan Antenatal : Faktor-faktor yang


Mempengaruhi dan Hubungannya Dengan Balita gizi buruk. Disertasi
Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.

39
SOAL PRETES

1. Seberapa sering sebaiknya menimbang berat badan bayi dan balita?


a. 1-2 bulan sekali
b. 1 tahun sekali
c. 3-6 bulan sekali

2. Apa tujuan penimbangan berat badan secara teratur?


a. Sekedar mengetahui berat badan
b. Mengetahui status gizi
c. Untuk keperluan data di Puskesmas/Posyandu

3. Bagaimana menilai bayi dan balita anda cukup gizinya ?


a. Bayi/balita yang gemuk dan montok
b. Berat badan bayi/ balita berada di atas garis merahpada kartu menuju
sehat
c. Tidak tahu

4. Makanan yang terbaik bagi bayi adalah


a. Susu Formula
b. Makanan biasa
c. ASI

5. Apa itu ASI eksklusif?


a. ASI yang diberikan tanpa batas waktu
b. Memberikan ASI dan makanan pendamping lainnya (susu, bubur, nasi
tim, dan lain-lain)
c. Sama saja seperti susu formula

6. Tahukah ibu keuggulan ASI?


a. Mengenyangkan bayi
b. Membangun kekebalan tubuh bayi, murah, mendekatkan hubungan ibu
dan anak
c. Sama saja seperti susu formula

7. Pilihan menu makanan yang paling bergizi adalah


a. Nasi putih, jagung, tempe, susu
b. Nasi putih, ikan, ayam, tahu
c. Nasi putih, ayam, sayur, pisang, susu

8. Kriteria memilih garam


a. Yang beryodium
b. Yang mahal
c. Semua garam baik

40
9. Tanda-tanda anak kurang gizi
a. Rambut kusam, berat badan kurang
b. Selalu mengantuk, berat badan tetap
c. Berat badan kurang, selalu menangis

10. Vitamin yang diberikan pada bayi


a. Vitamin A
b. Vitamin D
c. Vitamin C

41

You might also like