You are on page 1of 13

LAPORAN PENDAHULUAN

GAGAL GINJAL KRONIK

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian

Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).

Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat sisten dan
irreversible. Gangguan fungsi ginjal adalah penurunan laju filtrasi glomerulus yang
dapat digolongkan ringan, sedang dan berat. Azotemia adalah peningkatan BUN dan
ditegakkan bila konsentrasi ureum plasma meningkat. Uremia adalah sindrom akibat
gagal ginjal yang berat. Gagal ginjal terminal adalah ketidakmampuan renal berfungsi
dengan adekuat untuk keperluan tubuh (harus dibantu dialysis atau transplantasi)

2. Etiologi
Penyebab GGK menurut Marilynn E. Doenges seperti :
a. Glumerulofritis
b. Infeksi kronis
c. Penyakit vaskuler (nefrosklerosis)
d. Proses obstraktif (kalkuli)
e. Penyakit kolagen (lupus sistemik)
f. Agen nefrotik (aminoglikosida)
g. Penyakit endokrin (diabetes)

3. Patofisiologi

Pada ginjal kronik fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein yang
normalnya diekskresikan kedalam urin tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh, semakin banyak timbunan produk sampah, maka
gejala akan semakin berat. Penurunan jumlah glumerulus yang normal menyebabkan
penurunan klirens substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal. Dengan
menurunnya glumerulo filtrat rate (GFR) mengakibatkan penurunan klirens kreatinin
dan peningkatan kadar kreatinin serum. Hal ini menimbulkan gangguan metabolisme
protein dalam usus yang menyebabkan anoreaksia, nausea maupun volnitus yang
menimbulkan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Peningkatan ureum
kreatinin sampai ke otak mampengaruhi fungsi kerja, meningkatkan ganggaun pada
saraf, terutama pada neurosesnsori. Selain itu Blood Ureum Nitrogen (BUN) biasanya
juga meningkat.

Pada penyakit ginjal tahap akhir, urin tidak dapat dikonsentrasikan atau diencerkan
secara normal sehingga terjadi ketidakseimbangan cairan elektrolit. Natrium dan
cairan tertahan meningkatkan resiko gagal jantung kongresif. Penderita dapat menjadi
sesak nafas, akibat ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan. Dengan
tertahannya natrium dan cairan bisa terjadi edema dan ascites. Hal ini menimbulkan
resiko kelebihan volume cairan dalam tubuh, sehingga perlu dimonitor balance
cairannya. Semakin menurunnya fungsi renal terjadi asidosis metabolik akibat ginjal
mengekskresikan muatan asam (H+) yang berlebihan.terjadi penurunan produksi
eritropoentin yang mengakibatkan terjadinya anemia. Sehingga pada penderita dapat
timbul keluhan adanya kelemahan dan kulit terlihat pucat menyebabkan tubuh tidak
toleran terhadap aktifitas.

Dengan menurunnya filtrasi melalui glumerulus ginjal terjadi peningkatan kadar


fosfat serum dan penurunan kadar serum kalsium. Penurunan kadar kalsium serum
menyebabkan ssekresi parathohormon dari kelenjar paratiroid. Laju penurunan fungsi
ginjal dan perkembangan gagal ginjal kronis berkaitan dengan gangguan yang
mendasar, ekskresi protein dalam urin dan adanya hipertensi.

4. Manifestasi Klinis
a. Sistem Gastrointestinal
1) Anoreksia
2) Nausea
3) Vomitus
4) Stomatitis
5) Gastritis
b. Sistem Integumen / Kulit
1) Warna pucat
2) Gatal-gatal
3) Ekimosis bekas garukkan
c. Sistem Hematologik
1) Anemia
2) Gangguan fungsi trombosit dan leukosit
d. Sistem Saraf dan Otot
1) Pegal ditungkai bawah
2) Rasa kesemutan dan terbakar ditelapak kaki
3) Lemah
4) Tidak bisa tidur
5) Tremor
e. Sistem Kardiovaskuler
1) Hipertensi
2) Nyeri dada dan sesak nafas
3) Gangguan irama jantung
4) Edema
f. Sistem Endokrin
1) Gangguan seksual
2) Toleransi glukosa
3) Metabolisme lemak
4) Gangguan metabolisme vitamin D

5. Test Diagnostik
a. Urine
1) Volume ; Biasanya kurang dari 400ml/jam (oliguria) atau urin tidak ada
(anaria).
2) Warna ; Secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus, bakteri,
lemak, partikel koloid, fosfat atau urat. Sedimen kotor, kecoklatan
menunjukkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfitin.
3) Berat jenis ; Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan
ginjal berat).
4) Osmolitas ; Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular,dan
rasio urine/serum sering 1:1.
5) Klirens kreatinin ; Mungkin agak menurun
6) Natrium ; Lebih besar dari 40 mEg/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi
natrium
7) Protein ; Derajat tinggi proteinuria (3-4) secara kuat menunjukkan kerusakan
glumerulus bila SDM dan fragmen juga tidak

b. Darah
1) BUN / kreatinin ; Meningkat, biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar
kreatinium 10 mg/dl di duga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5)
2) Hitung Darah Lengkap ; Hb : menurun pada adanya amenia, HB: biasanya
kurang dari 7 sampai 8 g/dl.
3) SDM ; Waktu hidup menurun pada definiensi eritropoetin seperti pada
azotenzia.
4) GDA ; pH : penurunan asidosis metabolit (kurang dari 7,2) terjadi karena
kehilangan kemampuan ginjal untuk mengekskresikan hydrogen dan ammonia
atau hasil akhir katabolisme protein. Bikarbonat menurun. PCO2 menurun.
5) Natrium Serum ; Mungkin rendah (bila ginjal kehabisan natrium atau normal
menunjukkan status dilusi hepertemia).
6) Kalium ; Peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai dengan perpindahan
seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis SDM). Pada tahap
akhir, perubahan EKG mungkin tidak terjadi sampai kalium 6,5 mEg atau
lebih besar.
7) Magnesium / fosfat meningkat
8) Kalsium menurun
9) Proton (khususnya albumin) ; Kadar serum menurun dapat menunjukkan
kehilangan protein melalui urin, perpindahan cairan, penurunan pemasukan,
atau penurunan sintesis karena kurang asam amino esensial.

c. Ultrasono Ginjal ; Menentukan ukuran ginjal dan adanya massa ginjal dan adanya
massa, kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.
d. Biopsi Ginjal ; Mungkin dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel
jaringan untuk diagnosis histologist.
e. Endoskopi Ginjal, Nefroskopi ; Dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal ;
keluar batu, hematuria, dan pengangkatan tumor selektif.
f. EKG ; Mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan
asam/basa.

6. Manajemen Terapi
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis
selama mungkin.
a. Intervensi diit. Protein dibatasi karena urea, asam urat dan asam organik
merupakan hasil pemecahan protein yang akan menumpuk secara cepat dalam
darah jika terdapat gangguan pada klirens renal. Protein yang dikonsumsi harus
bernilai biologis (produk susu, telur, daging) di mana makanan tersebut dapat
mensuplai asam amino untuk perbaikan dan pertumbuhan sel. Biasanya cairan
diperbolehkan 300-600 ml/24 jam. Kalori untuk mencegah kelemahan dari
karbohidrat dan lemak. Pemberian vitamin juga penting karena pasien dialisis
mungkin kehilangan vitamin larut air melalui darah sewaktu dialisa.
b. Hipertensi ditangani dengan medikasi antihipertensi kontrol volume intravaskule.
Gagal jantung kongestif dan edema pulmoner perlu pembatasan cairan, diit
rendah natrium, diuretik, digitalis atau dobitamine dan dialisis. Asidosis metabolik
pada pasien CKD biasanya tanpa gejala dan tidak perlu penanganan, namun
suplemen natrium bikarbonat pada dialisis mungkin diperlukan untuk mengoreksi
asidosis.
c. Anemia pada CKD ditangani dengan epogen (erytropoitin manusia rekombinan).
Anemia pada pasaien (Hmt < 30%) muncul tanpa gejala spesifik seperti malaise,
keletihan umum dan penurunan toleransi aktivitas. Abnormalitas neurologi dapat
terjadi seperti kedutan, sakit kepala, dellirium atau aktivitas kejang. Pasien
dilindungi dari kejang.

Pada prinsipnya penatalaksanaan Terdiri dari tiga tahap :

a. Penatalaksanaan konservatif : Pengaturan diet protein, kalium, natrium, cairan


b. Terapi simptomatik : Suplemen alkali, transfusi, obat-obat local&sistemik, anti
hipertensi
c. Terapi pengganti : HD, CAPD, transplantasi

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas ; Meliputi identitas klien yaitu : nama lengkap, tempat tanggal lahir,
jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, suku/bangsa,
golongan darah, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, No. RM, diagnose medis,
dan alamat.
Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, hubungan dengan klien, dan alamat.
b. Keluhan utama ; Kapan keluhan mulai berkembang, bagaimana terjadinya,
apakah secara tiba-tiba atau berangsur-angsur, apa tindakan yang dilakukan untuk
mengurangi keluhan, obat apa yang digunakan?.
Keluhan utama yang didapat biasanya bervariasi, mulai dari urine output sedikit
sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak selera makan
(anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas berbau ( ureum ),
dan gatal pada kulit.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang ( PQRST ) ; Mengkaji keluhan kesehatan yang
dirasakan pasien pada saat di anamnesa meliputi palliative, provocative, quality,
quantity, region, radiaton, severity scala dan time.
Untuk kasus gagal ginjal kronis, kaji onet penurunan urine output, penurunan
kesadaran, perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit,
adanya nafas berbau ammonia, dan perubahan pemenuhan nutrisi. Kaji pula sudah
kemana saja klien meminta pertolongan untuk mengatasi masalahnya dan
mendapat pengobatan apa.
d. Riwayat Penyakit Dahulu ; Kaji adanya penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran
kemih, payah jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik, Benign prostatic
hyperplasia, dan prostektomi. Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih,
infeksi system prkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus, dan penyakit
hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab. Penting
untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya
riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga ; Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang
mengalami penyakit yang sama. Bagaimana pola hidup yang biasa di terapkan
dalam keluarga, ada atau tidaknya riwayat infeksi system perkemihan yang
berulang dan riwayat alergi, penyakit hereditas dan penyakit menular pada
keluarga.
f. Riwayat Psikososial ; Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya
tindakan dialysis akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada
gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan
menyebabkan pasien mengalami kecemasan, gangguan konsep diri ( gambaran
diri ) dan gangguan peran pada keluarga.
g. Lingkungan dan tempat tinggal ; Mengkaji lingkungan tempat tinggal klien,
mengenai kebersihan lingkungan tempat tinggal, area lingkungan rumah, dll.
h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum dan TTV
Keadaan umum : Klien lemah dan terlihat sakit berat
Tingkat Kesadaran : Menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat
mempengaruhi system saraf pusat
TTV : Sering didapatkan adanya perubahan RR meningkat, tekanan darah
terjadi perubahan dari hipertensi ringan sampai berat
2) Sistem Pernafasan ; Klien bernafas dengan bau urine (fetor uremik), respon
uremia didapatkan adanya pernafasan kussmaul. Pola nafas cepat dan dalam
merupakan upaya untuk melakukan pembuangan karbon dioksida yang
menumpuk di sirkulasi
3) Sistem Hematologi ; Pada kondisi uremia berat tindakan auskultasi akan
menemukan adanya friction rub yang merupakan tanda khas efusi pericardial.
Didapatkan tanda dan gejala gagal jantung kongestif, TD meningkat, akral
dingin, CRT > 3 detik, palpitasi, nyeri dada dan sesak nafas, gangguan irama
jantung, edema penurunan perfusiperifer sekunder dari penurunan curah
jantungakibat hiperkalemi, dan gangguan kondisi elektrikal otot ventikel.
Pada system hematologi sering didapatkan adanya anemia. Anemia sebagai
akibat dari penurunan produksi eritropoetin, lesi gastrointestinal uremik,
penurunan usia sel darah merah, dan kehilangan darah, biasanya dari saluran
GI, kecenderungan mengalami perdarahan sekunder dari trombositopenia.
4) System Neuromuskular ; Didapatkan penurunan tingkat kesadaran, disfungsi
serebral, seperti perubahan proses berfikir dan disorientasi. Klien sering
didapatkan adanya kejang, adanya neuropati perifer, burning feet syndrome,
restless leg syndrome, kram otot, dan nyeri otot.
5) Sistem Kardiovaskuler ; Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau
peningkatan aktivitas system rennin- angiostensin- aldosteron. Nyeri dada dan
sesak nafas akibat perikarditis, efusi pericardial, penyakit jantung koroner
akibat aterosklerosis yang timbul dini, dan gagal jantung akibat penimbunan
cairan dan hipertensi.
6) Sistem Endokrin ; Gangguan seksual : libido, fertilisasi dan ereksi menurun
pada laki-laki akibat produksi testosterone dan spermatogenesis yang
menurun. Sebab lain juga dihubungkan dengan metabolic tertentu. Pada
wanita timbul gangguan menstruasi, gangguan ovulasi sampaiamenorea.
Gangguan metabolisme glukosa, resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Pada gagal ginjal yang lanjut (klirens kreatinin < 15 ml/menit) terjadi
penuruna klirens metabolic insulin menyebabkan waktu paruh hormon aktif
memanjang. Keadaan ini dapat menyebabkan kebutuhan obat penurunan
glukosa darah akan berkurang. Gangguan metabolic lemak, dan gangguan
metabolism vitamin D.
7) Sistem Perkemihan ; Penurunan urine output < 400 ml/ hari sampai anuri,
terjadi penurunan libido berat
8) Sistem pencernaan ; Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia, dan
diare sekunder dari bau mulut ammonia, peradangan mukosa mulut, dan ulkus
saluran cerna sehingga sering di dapatkan penurunan intake nutrisi dari
kebutuhan.
9) Sistem Muskuloskeletal ; Di dapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala,
kram otot, nyeri kaki (memburuk saat malam hari), kulit gatal, ada/
berulangnya infeksi, pruritus, demam ( sepsis, dehidrasi ), petekie, area
ekimosis pada kulit, fraktur tulang, deposit fosfat kalsium pada kulit jaringan
lunak dan sendi, keterbatasan gerak sendi.
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum sekunder dari anemia dan
penurunan perfusi perifer dari hipertensi.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Intoleransi aktivitas b.d keletihan/kelemahan, anemia, retensi produk sampah
dan prosedur dialysis.
b. Pola nafas tidak efektif b.d edema paru, asidosis metabolic, pneumonitis,
perikarditis
c. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluan urin, retensi cairan dan natrium.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan yang
inadekuat (mual, muntah, anoreksia dll).
e. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b.d kurangnya informasi
kesehatan.
f. Risiko infeksi b.d penurunan daya tahan tubuh primer, tindakan invasive
g. PK: Insuf Renal
h. PK : Anemia
i. Sindrom defisit self care b.d kelemahan, penyakitnya.

3. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan/KH Intervensi


1 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan askep ...NIC: Toleransi aktivitas
B.d jam Klien dapat Tentukan penyebab intoleransi aktivitas
ketidakseimbangan menoleransi aktivitas & & tentukan apakah penyebab dari fisik,
suplai & kebutuhan melakukan ADL dgn psikis/motivasi
O2 baik
Kriteria Hasil:  Kaji kesesuaian aktivitas&istirahat klien
 Berpartisipasi dalam sehari-hari
aktivitas fisik dgn TD, ↑ aktivitas secara bertahap, biarkan klien
HR, RR yang sesuai berpartisipasi dapat perubahan posisi,
 Warna kulit berpindah&perawatan diri
normal,hangat&kering  Pastikan klien mengubah posisi secara
 Memverbalisasikan bertahap. Monitor gejala intoleransi
pentingnya aktivitas aktivitas
secara bertahap  Ketika membantu klien berdiri, observasi
 Mengekspresikan gejala intoleransi spt mual, pucat, pusing,
pengertian pentingnya gangguan kesadaran&tanda vital
keseimbangan latihan & Lakukan latihan ROM jika klien tidak
istirahat dapat menoleransi aktivitas
 ↑toleransi aktivitas
2 Pola nafas tidak Setelah dilakukanMonitor Pernafasan:
efektif b.d askep ..... jam pola nafas Monitor irama, kedalaman dan frekuensi
hiperventilasi, klien menunjukkan pernafasan.
penurunan energi, ventilasi yg adekuat dg Perhatikan pergerakan dada.
kelemahan kriteria :  Auskultasi bunyi nafas
 Tidak ada dispnea  Monitor peningkatan ketdkmampuan
 Kedalaman nafas istirahat, kecemasan dan seseg nafas.
normal
 Tidak ada retraksi dada /Pengelolaan Jalan Nafas
penggunaan otot bantuan Atur posisi tidur klien untuk maximalkan
pernafasan ventilasi
 Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 Monitor status pernafasan dan oksigenasi
sesuai kebutuhan
 Auskultasi bunyi nafas
 Bersihhkan skret jika ada dengan batuk
efektif / suction jika perlu.
3 Kelebihan volume Setelah dilakukanFluit manajemen:
cairan b.d. mekanisme askep ..... jam pasien Monitor status hidrasi (kelembaban
pengaturan melemah mengalami membran mukosa, nadi adekuat)
keseimbangan cairan dan Monitor tnada vital
elektrolit.  Monitor adanya indikasi
Kriteria hasil: overload/retraksi
 Bebas dari edema Kaji daerah edema jika ada
anasarka, efusi
 Suara paru bersih Fluit monitoring:
 Tanda vital dalam batas Monitor intake/output cairan
normal  Monitor serum albumin dan protein total
 Monitor RR, HR
 Monitor turgor kulit dan adanya
kehausan
 Monitor warna, kualitas dan BJ urine
4 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan askepManajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari ….. jam klien kaji pola makan klien
kebutuhan tubuh menunjukan status Kaji adanya alergi makanan.
nutrisi adekuat Kaji makanan yang disukai oleh klien.
dibuktikan dengan BB Kolaborasi dg ahli gizi untuk penyediaan
stabil tidak terjadi mal nutrisi terpilih sesuai dengan kebutuhan
nutrisi, tingkat energi klien.
adekuat, masukan nutrisi Anjurkan klien untuk meningkatkan
adekuat asupan nutrisinya.
 Yakinkan diet yang dikonsumsi
mengandung cukup serat untuk mencegah
konstipasi.
 Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi dan pentingnya bagi tubuh klien

Monitor Nutrisi
 Monitor BB setiap hari jika
memungkinkan.
 Monitor respon klien terhadap situasi
yang mengharuskan klien makan.
 Monitor lingkungan selama makan.
 Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
bersamaan dengan waktu klien makan.
 Monitor adanya mual muntah.
 Monitor adanya gangguan dalam proses
mastikasi/input makanan misalnya
perdarahan, bengkak dsb.
 Monitor intake nutrisi dan kalori.

5 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan askep Pendidikan : proses penyakit


tentang penyakit dan … jam Pengetahuan  Kaji pengetahuan klien tentang
pengobatannya b.d. klien / keluarga penyakitnya
kurangnya sumber meningkat dg KH:  Jelaskan tentang proses penyakit (tanda
informasi Pasien mampu: dan gejala), identifikasi kemungkinan
 Menjelaskan kembali penyebab.
penjelasan yang Jelaskan kondisi klien
diberikan  Jelaskan tentang program pengobatan
 Mengenal kebutuhan dan alternatif pengobantan
perawatan dan Diskusikan perubahan gaya hidup yang
pengobatan tanpa cemas mungkin digunakan untuk mencegah
 Klien / keluarga komplikasi
kooperatif saat dilakukan Diskusikan tentang terapi dan pilihannya
tindakan  Eksplorasi kemungkinan sumber yang
bisa digunakan/ mendukung
 Instruksikan kapan harus ke pelayanan
 Tanyakan kembali pengetahuan klien
tentang penyakit, prosedur perawatan dan
pengobatan
6 Resiko infeksi b/d Setelah dilakukan askep ...Kontrol infeksi
tindakan invasive, jam risiko infeksi Ajarkan tehnik mencuci tangan
penurunan daya tahan terkontrol dg KH:  Ajarkan tanda-tanda infeksi
tubuh primer  Bebas dari tanda-tanda Laporkan dokter segera bila ada tanda
infeksi infeksi
 Angka leukosit normal  Batasi pengunjung
 Ps mengatakan tahu  Cuci tangan sebelum dan sesudah
tentang tanda-tanda dan merawat ps
gejala infeksi  Tingkatkan masukan gizi yang cukup
 Anjurkan istirahat cukup
 Pastikan penanganan aseptic daerah IV
 Berikan PEN-KES tentang risk infeksi

Proteksi infeksi:
 Monitor tanda dan gejala infeksi
 Pantau hasil laboratorium
 Amati faktor-faktor yang bisa
meningkatkan infeksi
 Monitor VS
7 PK: Insuf Renal Setelah dilakukan askep ...  Pantau tanda dan gejala insuf renal
jam Perawat akan ( peningkatan TD, urine <30 cc/jam,
menangani atau peningkatan BJ urine, peningkatan
mengurangi komplikasi natrium urine, BUN Creat, kalium, pospat
dari insuf renal dan amonia, edema).
 Timbang BB jika memungkinkan
 Catat balance cairan
 Sesuaikan pemasukan cairan setiap hari
= cairan yang keluar + 300 – 500 ml/hr
 Berikan dorongan untuk pembatasan
masukan cairan yang ketat : 800-1000
cc/24 jam. Atau haluaran urin / 24 jam +
500cc
 Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
pemberian diet, rendah natrium (2-4g/hr)
 Pantau tanda dan gejala asidosis
metabolik ( pernafasan dangkal cepat,
sakit kepala, mual muntah, Ph rendah,
letargi)
 Kolaborasi dengan timkes lain dalam
therapinya
 Pantau perdarahan, anemia,
hipoalbuminemia
 Kolaborasi untuk hemodialisis
8 PK: Anemia Setelah dilakukan Monitor tanda-tanda anemia
askep .... jam perawat Anjurkan untuk meningkatkan asupan
akan dapat nutrisi klien yg bergizi
meminimalkan  Kolaborasi untuk pemeberian terapi
terjadinya komplikasi initravena dan tranfusi darah
anemia :  Kolaborasi kontrol Hb, HMT, Retic,
 Hb >/= 10 gr/dl. status Fe
 Konjungtiva tdk anemis  Observasi keadaan umum klien
 Kulit tidak pucat
 Akral hangat
9 Sindrom defisit self Setelah dilakukan askepBantuan perawatan diri
care b/d kelemahan …. jam klien mampu Monitor kemampuan pasien terhadap
Perawatan diri perawatan diri
Self care :Activity Daly Monitor kebutuhan akan personal
Living (ADL) dengan hygiene, berpakaian, toileting dan makan
kriteria :  Beri bantuan sampai klien mempunyai
 Pasien dapat melakukan kemapuan untuk merawat diri
aktivitas sehari-hari Bantu klien dalam memenuhi
(makan, berpakaian, kebutuhannya.
kebersihan, toileting, Anjurkan klien untuk melakukan
ambulasi) aktivitas sehari-hari sesuai
 Kebersihan diri pasien kemampuannya
terpenuhi  Pertahankan aktivitas perawatan diri
secara rutin
 Evaluasi kemampuan klien dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
 Berikan reinforcement atas usaha yang
dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC
Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3.
Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
NANDA. 2012. Nursing Diagnosis: Definition and Classification. Philadelphia: North American
Nursing Diagnosis Association.
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses
Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Supartondo. ( 2001 ). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta : Balai Penerbit FKUI

You might also like