Professional Documents
Culture Documents
Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).
Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat sisten dan
irreversible. Gangguan fungsi ginjal adalah penurunan laju filtrasi glomerulus yang
dapat digolongkan ringan, sedang dan berat. Azotemia adalah peningkatan BUN dan
ditegakkan bila konsentrasi ureum plasma meningkat. Uremia adalah sindrom akibat
gagal ginjal yang berat. Gagal ginjal terminal adalah ketidakmampuan renal berfungsi
dengan adekuat untuk keperluan tubuh (harus dibantu dialysis atau transplantasi)
2. Etiologi
Penyebab GGK menurut Marilynn E. Doenges seperti :
a. Glumerulofritis
b. Infeksi kronis
c. Penyakit vaskuler (nefrosklerosis)
d. Proses obstraktif (kalkuli)
e. Penyakit kolagen (lupus sistemik)
f. Agen nefrotik (aminoglikosida)
g. Penyakit endokrin (diabetes)
3. Patofisiologi
Pada ginjal kronik fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein yang
normalnya diekskresikan kedalam urin tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh, semakin banyak timbunan produk sampah, maka
gejala akan semakin berat. Penurunan jumlah glumerulus yang normal menyebabkan
penurunan klirens substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal. Dengan
menurunnya glumerulo filtrat rate (GFR) mengakibatkan penurunan klirens kreatinin
dan peningkatan kadar kreatinin serum. Hal ini menimbulkan gangguan metabolisme
protein dalam usus yang menyebabkan anoreaksia, nausea maupun volnitus yang
menimbulkan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Peningkatan ureum
kreatinin sampai ke otak mampengaruhi fungsi kerja, meningkatkan ganggaun pada
saraf, terutama pada neurosesnsori. Selain itu Blood Ureum Nitrogen (BUN) biasanya
juga meningkat.
Pada penyakit ginjal tahap akhir, urin tidak dapat dikonsentrasikan atau diencerkan
secara normal sehingga terjadi ketidakseimbangan cairan elektrolit. Natrium dan
cairan tertahan meningkatkan resiko gagal jantung kongresif. Penderita dapat menjadi
sesak nafas, akibat ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan. Dengan
tertahannya natrium dan cairan bisa terjadi edema dan ascites. Hal ini menimbulkan
resiko kelebihan volume cairan dalam tubuh, sehingga perlu dimonitor balance
cairannya. Semakin menurunnya fungsi renal terjadi asidosis metabolik akibat ginjal
mengekskresikan muatan asam (H+) yang berlebihan.terjadi penurunan produksi
eritropoentin yang mengakibatkan terjadinya anemia. Sehingga pada penderita dapat
timbul keluhan adanya kelemahan dan kulit terlihat pucat menyebabkan tubuh tidak
toleran terhadap aktifitas.
4. Manifestasi Klinis
a. Sistem Gastrointestinal
1) Anoreksia
2) Nausea
3) Vomitus
4) Stomatitis
5) Gastritis
b. Sistem Integumen / Kulit
1) Warna pucat
2) Gatal-gatal
3) Ekimosis bekas garukkan
c. Sistem Hematologik
1) Anemia
2) Gangguan fungsi trombosit dan leukosit
d. Sistem Saraf dan Otot
1) Pegal ditungkai bawah
2) Rasa kesemutan dan terbakar ditelapak kaki
3) Lemah
4) Tidak bisa tidur
5) Tremor
e. Sistem Kardiovaskuler
1) Hipertensi
2) Nyeri dada dan sesak nafas
3) Gangguan irama jantung
4) Edema
f. Sistem Endokrin
1) Gangguan seksual
2) Toleransi glukosa
3) Metabolisme lemak
4) Gangguan metabolisme vitamin D
5. Test Diagnostik
a. Urine
1) Volume ; Biasanya kurang dari 400ml/jam (oliguria) atau urin tidak ada
(anaria).
2) Warna ; Secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus, bakteri,
lemak, partikel koloid, fosfat atau urat. Sedimen kotor, kecoklatan
menunjukkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfitin.
3) Berat jenis ; Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan
ginjal berat).
4) Osmolitas ; Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular,dan
rasio urine/serum sering 1:1.
5) Klirens kreatinin ; Mungkin agak menurun
6) Natrium ; Lebih besar dari 40 mEg/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi
natrium
7) Protein ; Derajat tinggi proteinuria (3-4) secara kuat menunjukkan kerusakan
glumerulus bila SDM dan fragmen juga tidak
b. Darah
1) BUN / kreatinin ; Meningkat, biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar
kreatinium 10 mg/dl di duga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5)
2) Hitung Darah Lengkap ; Hb : menurun pada adanya amenia, HB: biasanya
kurang dari 7 sampai 8 g/dl.
3) SDM ; Waktu hidup menurun pada definiensi eritropoetin seperti pada
azotenzia.
4) GDA ; pH : penurunan asidosis metabolit (kurang dari 7,2) terjadi karena
kehilangan kemampuan ginjal untuk mengekskresikan hydrogen dan ammonia
atau hasil akhir katabolisme protein. Bikarbonat menurun. PCO2 menurun.
5) Natrium Serum ; Mungkin rendah (bila ginjal kehabisan natrium atau normal
menunjukkan status dilusi hepertemia).
6) Kalium ; Peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai dengan perpindahan
seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis SDM). Pada tahap
akhir, perubahan EKG mungkin tidak terjadi sampai kalium 6,5 mEg atau
lebih besar.
7) Magnesium / fosfat meningkat
8) Kalsium menurun
9) Proton (khususnya albumin) ; Kadar serum menurun dapat menunjukkan
kehilangan protein melalui urin, perpindahan cairan, penurunan pemasukan,
atau penurunan sintesis karena kurang asam amino esensial.
c. Ultrasono Ginjal ; Menentukan ukuran ginjal dan adanya massa ginjal dan adanya
massa, kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.
d. Biopsi Ginjal ; Mungkin dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel
jaringan untuk diagnosis histologist.
e. Endoskopi Ginjal, Nefroskopi ; Dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal ;
keluar batu, hematuria, dan pengangkatan tumor selektif.
f. EKG ; Mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan
asam/basa.
6. Manajemen Terapi
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis
selama mungkin.
a. Intervensi diit. Protein dibatasi karena urea, asam urat dan asam organik
merupakan hasil pemecahan protein yang akan menumpuk secara cepat dalam
darah jika terdapat gangguan pada klirens renal. Protein yang dikonsumsi harus
bernilai biologis (produk susu, telur, daging) di mana makanan tersebut dapat
mensuplai asam amino untuk perbaikan dan pertumbuhan sel. Biasanya cairan
diperbolehkan 300-600 ml/24 jam. Kalori untuk mencegah kelemahan dari
karbohidrat dan lemak. Pemberian vitamin juga penting karena pasien dialisis
mungkin kehilangan vitamin larut air melalui darah sewaktu dialisa.
b. Hipertensi ditangani dengan medikasi antihipertensi kontrol volume intravaskule.
Gagal jantung kongestif dan edema pulmoner perlu pembatasan cairan, diit
rendah natrium, diuretik, digitalis atau dobitamine dan dialisis. Asidosis metabolik
pada pasien CKD biasanya tanpa gejala dan tidak perlu penanganan, namun
suplemen natrium bikarbonat pada dialisis mungkin diperlukan untuk mengoreksi
asidosis.
c. Anemia pada CKD ditangani dengan epogen (erytropoitin manusia rekombinan).
Anemia pada pasaien (Hmt < 30%) muncul tanpa gejala spesifik seperti malaise,
keletihan umum dan penurunan toleransi aktivitas. Abnormalitas neurologi dapat
terjadi seperti kedutan, sakit kepala, dellirium atau aktivitas kejang. Pasien
dilindungi dari kejang.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Intoleransi aktivitas b.d keletihan/kelemahan, anemia, retensi produk sampah
dan prosedur dialysis.
b. Pola nafas tidak efektif b.d edema paru, asidosis metabolic, pneumonitis,
perikarditis
c. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluan urin, retensi cairan dan natrium.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan yang
inadekuat (mual, muntah, anoreksia dll).
e. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b.d kurangnya informasi
kesehatan.
f. Risiko infeksi b.d penurunan daya tahan tubuh primer, tindakan invasive
g. PK: Insuf Renal
h. PK : Anemia
i. Sindrom defisit self care b.d kelemahan, penyakitnya.
3. Rencana Keperawatan
Monitor Nutrisi
Monitor BB setiap hari jika
memungkinkan.
Monitor respon klien terhadap situasi
yang mengharuskan klien makan.
Monitor lingkungan selama makan.
Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
bersamaan dengan waktu klien makan.
Monitor adanya mual muntah.
Monitor adanya gangguan dalam proses
mastikasi/input makanan misalnya
perdarahan, bengkak dsb.
Monitor intake nutrisi dan kalori.
Proteksi infeksi:
Monitor tanda dan gejala infeksi
Pantau hasil laboratorium
Amati faktor-faktor yang bisa
meningkatkan infeksi
Monitor VS
7 PK: Insuf Renal Setelah dilakukan askep ... Pantau tanda dan gejala insuf renal
jam Perawat akan ( peningkatan TD, urine <30 cc/jam,
menangani atau peningkatan BJ urine, peningkatan
mengurangi komplikasi natrium urine, BUN Creat, kalium, pospat
dari insuf renal dan amonia, edema).
Timbang BB jika memungkinkan
Catat balance cairan
Sesuaikan pemasukan cairan setiap hari
= cairan yang keluar + 300 – 500 ml/hr
Berikan dorongan untuk pembatasan
masukan cairan yang ketat : 800-1000
cc/24 jam. Atau haluaran urin / 24 jam +
500cc
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
pemberian diet, rendah natrium (2-4g/hr)
Pantau tanda dan gejala asidosis
metabolik ( pernafasan dangkal cepat,
sakit kepala, mual muntah, Ph rendah,
letargi)
Kolaborasi dengan timkes lain dalam
therapinya
Pantau perdarahan, anemia,
hipoalbuminemia
Kolaborasi untuk hemodialisis
8 PK: Anemia Setelah dilakukan Monitor tanda-tanda anemia
askep .... jam perawat Anjurkan untuk meningkatkan asupan
akan dapat nutrisi klien yg bergizi
meminimalkan Kolaborasi untuk pemeberian terapi
terjadinya komplikasi initravena dan tranfusi darah
anemia : Kolaborasi kontrol Hb, HMT, Retic,
Hb >/= 10 gr/dl. status Fe
Konjungtiva tdk anemis Observasi keadaan umum klien
Kulit tidak pucat
Akral hangat
9 Sindrom defisit self Setelah dilakukan askepBantuan perawatan diri
care b/d kelemahan …. jam klien mampu Monitor kemampuan pasien terhadap
Perawatan diri perawatan diri
Self care :Activity Daly Monitor kebutuhan akan personal
Living (ADL) dengan hygiene, berpakaian, toileting dan makan
kriteria : Beri bantuan sampai klien mempunyai
Pasien dapat melakukan kemapuan untuk merawat diri
aktivitas sehari-hari Bantu klien dalam memenuhi
(makan, berpakaian, kebutuhannya.
kebersihan, toileting, Anjurkan klien untuk melakukan
ambulasi) aktivitas sehari-hari sesuai
Kebersihan diri pasien kemampuannya
terpenuhi Pertahankan aktivitas perawatan diri
secara rutin
Evaluasi kemampuan klien dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Berikan reinforcement atas usaha yang
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC
Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3.
Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
NANDA. 2012. Nursing Diagnosis: Definition and Classification. Philadelphia: North American
Nursing Diagnosis Association.
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses
Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Supartondo. ( 2001 ). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta : Balai Penerbit FKUI