Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian
Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu
penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai
mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau
lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah.
Penyakit ini paling sering dijumpai pada anak balita, terutama pada 3 tahun pertama
kehidupan, dimana seorang anak bisa mengalami 1-3 episode diare berat (Simatupang,
2004). Penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme termasuk bakteri, virus dan
parasit lainnya seperti jamur, cacing dan protozoa. Salah satu bakteri penyebab diare adalah
bakteri Escherichia Coli Enteropatogenik (EPEC). Budiarti (1997) melaporkan bahwa sekitar
55% anak-anak di Indonesia terkena diare akibat infeksi EPEC. Gejala klinis diare yang
disebabkan infeksi EPEC adalah diare yang berair sangat banyak yang disertai muntah dan
badan sedikit demam.
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari
biasanya ( 3 atau lebih per hari ) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari
penderita. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu
karena Infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immuno defisiensi, dan penyebab lain, tetapi
yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan
keracunan. Adapun penyebab-penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau perilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya.
2. Patofisiologi
Diare terjadi bila terdapat gangguan transport terhadap air dan elektrolit pada saluran
pencernaan yang menyebabkan terjadinya peningkatan keenceran dan frekuensi tinja
(Hidayat 2006). Diare infeksi merupakan penyebab diare tersering. Diare infeksi terjadi
karena disebakan oleh makanan dan air yang terkontaminasi oleh bakteri, virus (Adenovirus
enteric dan Robavirus), dan parasit( Biardia Lambiachristopudium) yang masuk melalui rute
fecal-oral.
Contoh bakteri penyebab diare seperti Escherchia coli, Shigella sp, dan Salmonella
S.Infeksi virus atau bakteri tersebut dapat terjadi di usus halus distal atau usus besar (Netty
Febriyanti:2008). Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga
menurunkan area permukaan intestinal. Sel mast dalam mukosa usus mengeluarkan histamine
dan serotin. Histamin menyebabkan reaksi semacam anafilatik local sehingga terjadi
kontraksi otot halus yang mempengaruhi pergerakan usus serta vasodilatasi yang
menyebabkan keluarnya cairan usus. Serotin dalam usus dapat mempengaruhi transfer air dan
elektrolit dan pengeluaran mucus oleh sel globet .
Diare non infeksius dapat disebakan oleh obat, toksin, dan malabsorpsi, keracunan,
alergi dan psikologi.Malabsorpsi disebakan karena terganggunya enzim dalam tubuh. Enzim
adalam suatu protein yang dibutuhkan untuk memecahkan makanan sehingga menjadi bagian
yang lebih mudah untuk diserap oleh usus halus. Gejala malabsorpsi seperti kembung pada
perut, nafsu makan menurun, diare dan perut tidak nyaman. Diare akibat obat-obatan dapat
terjadi melalui dua mekanisme. Mekanisme pertama air dapat ditarik kedalam lumen usus
secara osmotic. Kedua, ekosistem bakteri usus terganggu sehingga organism patologis
berkembang dan menyebabkan proses sekretonik dan inflamasi.
Mekanisme gangguan tersebut ada lima kemungkinan, yaitu (Daldiyono, 1990):
a. Osmolaritas intraluminer yang meningkat (diare osmotic);
Diare osmotic terjadi karena asupan dari bahan makanan yang tidak dapat diabsorpsi dengan
baik karena adanya penurunan area intestinal, bahan makanan yang tidak dapat diabsorpsi
tersebut larut dalam air yang menyebabkan retensi air dalam lumen usus. Isi rongga usus
yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Sekresi cairan dan elektrolit meningkat (diare sekretonik);
Diare sekretorik terjadi akibat peningkatan sekresi ion-ion dalam lumen usus sehingga
peningkatan jumlah cairan intra lumen. Yang khas dari diare ini secara klinis ditemukan diare
dengan volume tinja yang banyak sekali meskipun tengah melakukan puasa makan/minum
(Simadibrata :2006). Masukan cairan yang kurang dapat menyebakan anoreksia dan turgor
kulit menurun. Obat obatan, hormone, toksin dapat menyebabkan aktivitas sekretorik ini.
Hormon yang diduga antara lain gastrin, sekretin, kolesistokinin dan glikogen.
c. Absorbsi elektrolit berkurang;
Inflamasi yang terjadi di intestinal menyebabkan penurunan absorpsi cairan dan elektrolit.
Sejumlah cairan seperti sodium potassium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstra
seluler kedalam tinja yang mengakibatkan dehidrasi, kekurangan elektrolit mengakibatkan
asidosis metabolic. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga kotoran tertimbun dalam
tubuh, terjadi penimbunan asam laktat dan terjadi anoreksia.
d. Motalitas usus yang meningkat (hiperperistaltik) atau waktu transit yang pendek;
Peningkatan motalitas usus menyebabkan penurunan waktu kontak antara makananan yang
akan dicerna dengan mukosa usus sehingga terjadi penurunan reabsorbi dan peningkatan
cairan dalam tinja. Dapat terjadi hipovolemik jaringan berkurang, terjadi hipoksia asidosis
mengakibatkan perdarahan diotak, kesadaran menurun, jika tidak segera ditangani
menyebabkan kematian.
e. Sekresi eksudat (diare eksudat).
Makanan yang tidak dapat diabsorbsi dengan baik, retensi dan sekresi ion, air, mucus, protein
, sel darah putih meningkat dalam lumen usus menyebabkan pembentukan eksudat dan tinja
disertai lender atau darah.
3. Tanda dan Gejala
Gejala-gejala yang ditunjukkan penderita diare antara lain :
1. Anak cengeng
2. Suhu meningkat
3. Nafsu makan kurang
4. Buang air besar menjadi kehijauan, karena tercampur empedu.
5. Muntah
Bila keadaan semakin berat akan terjadi dehidrasi dengan gejala-gejala :
1. Rasa haus
2. Mulut kering
3. Mata cekung
4. Pada anak kelhiangan berat badan normal
5. Bibir kering
6. Nadi cepat dan lemah
Manifestasi klinis berdasarkan tingkat keparahan diare yaitu:
1. Diare ringan dengan karakteristik sedikit pengeluaran feses yang encer tanpa gejala lain
2. Diare sedang dengan karakterisitk pengeluaran feses cair atau encer beberapa kali,
peningkatan suhu tubuh, muntah dan iritabilitas (kemungkinan), tidak ada tanda-tanda
dehidrasi (biasanya), dan kehilangan berat badan atau kegagalan menambah berat
badan
3.Diare berat dengan karakteristik pengeluaran feses yang banyak, gejala dehidrasi sedang
sampai berat, terlihat lemah, menangis lemah, iritabilitas, gerakan yang tak bertujuan,
respons yang tidak sesuai, dan kemungkinan letargi, sangat lemah, atau terlihat koma
4. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan darah tepi lengkap
- Pemeriksaan bloodgas ,Elektrolit , ureum , kreatinin dan BJ plasma
- Urine lengkap
- Tinja lengkap dan biakan tinja dari colok dubur
5. Komplikasi & Prognosis
.1 Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai
macam komplikasi, seperti:
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik dan hipertonik)
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipokalemia
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi laktosa sekunder
f. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
g. Malnutrisi energi protein
.2 Prognosis
Banyak kemungkinan yang akan terjadi jika anak mengalami diare. Oleh karenanya
penanganan harus dilakukan secara cepat dan tepat terutama penangan pada pasien
yang mengalami dehidrasi berat. Jika anak mengalami dehidrasi berat dapat
mengakibatkan rejatan atau syok hipovolemik. Adanya penggantian cairan yang
adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi antimikrobial jika diindikasikan,
prognosis diare infeksius hasilnya sangat baik dengan morbiditas dan mortalitas yang
minimal. Seperti kebanyakan penyakit, morbiditas dan mortalitas ditujukkan pada
anak
6. Diagnosa Keperawatan dan Rencana Asuhan Keperawatan
DIAGNOSE KEPERAWATAN : 1
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Berhubungan dengan Masukkan makanan
tak adekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nutrisi dapat terpenuhi.
Kreteria hasil : Menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi
Dapat menunjukkan peningkatam BB
Intervensi:
1.Buat pilihan menu yang ada dan diizinkan
Rasionalisasi : Meningkatkan kepercayaan klien lebih suka menyediakan makanan
untuk makan.
2. Berikan makanan sedikit tapi sering
Rasionaisasil :Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makanan terlalu cepat
setelah periode puasa.
3. Timbang dengan timbangan yang sama
Rasionalisasi :Klien dapat melihat hasil yang langsung hasil timbangannya
4. Libatkan klien dalam penyusunan Nutrisi
Rasionalisasi :Perubahan prilaku dapat efektif dan dapat meningkatkan berat badan
secara singkat.
5. Kolaborasi dengan ahli gizi dan pemberian obat sesuai dengan indikasi
Rasionalisasi :Pemenuhan nutrisi dapat sesuai dengan kebutuhan yang tepat
DIAGNOSA KEPERAWATAN : 2
2. Resiko terjadi kekurangan cairan berhubungan dengan tak adekuat masukkan
makanan dan cairan, diare
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi kekurangan
cairan / hipovalumik
Kreteria hasil : - Mepertahankan / menunjukkan perubahan keseimbangan
cairan.
- Saluran urine adekuat
- Tanda vital stabil
- Membran mukosa lembab
- Turgor kulit baik.
Intervensi :
1. Awasi tanda wital Pengisian kapiler,Status membrane mukosa,tugor kulit
Rasionalisasi : indikator keadekuatan volume sirkulasi
2. Awasi Intake dan Output
Rasionalisasi : Indikator keseimbangan elektrolit
3. Identifikasi rencana untuk meningkatkan / mempertahankan keseimbangan
Cairan
Rasionalisasi : Melibatkan klien untuk memperbaiki ketidakseimbangan
Cairan
4. Berikan hiperalimentasi
Rasionalisasi : Tindakan darurat untuk memperbiki ketidak seombangan
cairan / elktrolit
5. Kaji hasil tes funsi elektroklit / ginjal
Rasionalisasi : Untuk melihat penurunan fungsi ginjal.
DAFTAR PUSTAKA
MASALAH KEPERAWATAN
Resiko terjadi kekurangan cairan berhubungan dengan tak adekuat masukkan
makanan dan cairan, diare
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Berhubungan dengan Masukkan makanan tak
adekuat
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko terjadi kekurangan cairan berhubungan dengan tak adekuat masukkan
makanan dan cairan, diare
TUJUAN / KRETERIA HASIL
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi kekurangan cairan /
hipovalumik
Kreteria hasil : - Mepertahankan / menunjukkan perubahan keseimbangan cairan.
- Haluran urine adekuat
- Tanda vital stabil
- Membran mukosa lembab
- Turgor kulit baik.
INTERVENSI
1. Awasi tanda wital Pengisian kapiler,Status membrane mukosa,tugor kulit
2. Awasi Intake dan Output
3. Identifikasi rencana untuk meningkatkan / mempertahankan keseimbangan
Cairan
Melibatkan klien untuk memperbaiki ketidakseimbangan cairan
4. Berikan hiperalimentasi
Tindakan darurat untuk memperbiki ketidak seimbangan cairan / elktrolit
5. Kaji hasil tes funsi elektroklit / ginjal
Untuk melihat penurunan fungsi ginjal.
RASIONAL
1. indikator keadekuatan volume sirkulasi
2. Indikator keseimbangan elektrolit
3. Melibatkan klien untuk memperbaiki
4. Tindakan darurat untuk memperbiki
5. Untuk melihat penurunan fungsi ginjal
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer dkk,(2001), Kapita selekta Kedoteran,edisi 3 jilid 1, Media
Aesculapius FKUI
Lynda Juall Carpenito,(1999), Rencana Asuhan & Dukumentasi
Keperawatan,edisi 2,Penerbit Buku Kedokteran EGC
1. Pengertian
Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu
penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai
mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau
lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah.
Penyakit ini paling sering dijumpai pada anak balita, terutama pada 3 tahun pertama
kehidupan, dimana seorang anak bisa mengalami 1-3 episode diare berat (Simatupang,
2004). Penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme termasuk bakteri, virus dan
parasit lainnya seperti jamur, cacing dan protozoa. Salah satu bakteri penyebab diare adalah
bakteri Escherichia Coli Enteropatogenik (EPEC). Budiarti (1997) melaporkan bahwa sekitar
55% anak-anak di Indonesia terkena diare akibat infeksi EPEC. Gejala klinis diare yang
disebabkan infeksi EPEC adalah diare yang berair sangat banyak yang disertai muntah dan
badan sedikit demam.
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari
biasanya ( 3 atau lebih per hari ) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari
penderita. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu
karena Infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immuno defisiensi, dan penyebab lain, tetapi
yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan
keracunan. Adapun penyebab-penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau perilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya.
2. Patofisiologi
Diare terjadi bila terdapat gangguan transport terhadap air dan elektrolit pada saluran
pencernaan yang menyebabkan terjadinya peningkatan keenceran dan frekuensi tinja
(Hidayat 2006). Diare infeksi merupakan penyebab diare tersering. Diare infeksi terjadi
karena disebakan oleh makanan dan air yang terkontaminasi oleh bakteri, virus (Adenovirus
enteric dan Robavirus), dan parasit( Biardia Lambiachristopudium) yang masuk melalui rute
fecal-oral.
Contoh bakteri penyebab diare seperti Escherchia coli, Shigella sp, dan Salmonella
S.Infeksi virus atau bakteri tersebut dapat terjadi di usus halus distal atau usus besar (Netty
Febriyanti:2008). Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga
menurunkan area permukaan intestinal. Sel mast dalam mukosa usus mengeluarkan histamine
dan serotin. Histamin menyebabkan reaksi semacam anafilatik local sehingga terjadi
kontraksi otot halus yang mempengaruhi pergerakan usus serta vasodilatasi yang
menyebabkan keluarnya cairan usus. Serotin dalam usus dapat mempengaruhi transfer air dan
elektrolit dan pengeluaran mucus oleh sel globet .
Diare non infeksius dapat disebakan oleh obat, toksin, dan malabsorpsi, keracunan,
alergi dan psikologi.Malabsorpsi disebakan karena terganggunya enzim dalam tubuh. Enzim
adalam suatu protein yang dibutuhkan untuk memecahkan makanan sehingga menjadi bagian
yang lebih mudah untuk diserap oleh usus halus. Gejala malabsorpsi seperti kembung pada
perut, nafsu makan menurun, diare dan perut tidak nyaman. Diare akibat obat-obatan dapat
terjadi melalui dua mekanisme. Mekanisme pertama air dapat ditarik kedalam lumen usus
secara osmotic. Kedua, ekosistem bakteri usus terganggu sehingga organism patologis
berkembang dan menyebabkan proses sekretonik dan inflamasi.
Mekanisme gangguan tersebut ada lima kemungkinan, yaitu (Daldiyono, 1990):
a. Osmolaritas intraluminer yang meningkat (diare osmotic);
Diare osmotic terjadi karena asupan dari bahan makanan yang tidak dapat diabsorpsi dengan
baik karena adanya penurunan area intestinal, bahan makanan yang tidak dapat diabsorpsi
tersebut larut dalam air yang menyebabkan retensi air dalam lumen usus. Isi rongga usus
yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Sekresi cairan dan elektrolit meningkat (diare sekretonik);
Diare sekretorik terjadi akibat peningkatan sekresi ion-ion dalam lumen usus sehingga
peningkatan jumlah cairan intra lumen. Yang khas dari diare ini secara klinis ditemukan diare
dengan volume tinja yang banyak sekali meskipun tengah melakukan puasa makan/minum
(Simadibrata :2006). Masukan cairan yang kurang dapat menyebakan anoreksia dan turgor
kulit menurun. Obat obatan, hormone, toksin dapat menyebabkan aktivitas sekretorik ini.
Hormon yang diduga antara lain gastrin, sekretin, kolesistokinin dan glikogen.
c. Absorbsi elektrolit berkurang;
Inflamasi yang terjadi di intestinal menyebabkan penurunan absorpsi cairan dan elektrolit.
Sejumlah cairan seperti sodium potassium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstra
seluler kedalam tinja yang mengakibatkan dehidrasi, kekurangan elektrolit mengakibatkan
asidosis metabolic. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga kotoran tertimbun dalam
tubuh, terjadi penimbunan asam laktat dan terjadi anoreksia.
d. Motalitas usus yang meningkat (hiperperistaltik) atau waktu transit yang pendek;
Peningkatan motalitas usus menyebabkan penurunan waktu kontak antara makananan yang
akan dicerna dengan mukosa usus sehingga terjadi penurunan reabsorbi dan peningkatan
cairan dalam tinja. Dapat terjadi hipovolemik jaringan berkurang, terjadi hipoksia asidosis
mengakibatkan perdarahan diotak, kesadaran menurun, jika tidak segera ditangani
menyebabkan kematian.
e. Sekresi eksudat (diare eksudat).
Makanan yang tidak dapat diabsorbsi dengan baik, retensi dan sekresi ion, air, mucus, protein
, sel darah putih meningkat dalam lumen usus menyebabkan pembentukan eksudat dan tinja
disertai lender atau darah.
3. Tanda dan Gejala
Gejala-gejala yang ditunjukkan penderita diare antara lain :
6. Anak cengeng
7. Suhu meningkat
8. Nafsu makan kurang
9. Buang air besar menjadi kehijauan, karena tercampur empedu.
10. Muntah
Bila keadaan semakin berat akan terjadi dehidrasi dengan gejala-gejala :
1. Rasa haus
2. Mulut kering
3. Mata cekung
4. Pada anak kelhiangan berat badan normal
5. Bibir kering
6. Nadi cepat dan lemah
Manifestasi klinis berdasarkan tingkat keparahan diare yaitu:
1. Diare ringan dengan karakteristik sedikit pengeluaran feses yang encer tanpa gejala lain
2. Diare sedang dengan karakterisitk pengeluaran feses cair atau encer beberapa kali,
peningkatan suhu tubuh, muntah dan iritabilitas (kemungkinan), tidak ada tanda-tanda
dehidrasi (biasanya), dan kehilangan berat badan atau kegagalan menambah berat
badan
3.Diare berat dengan karakteristik pengeluaran feses yang banyak, gejala dehidrasi sedang
sampai berat, terlihat lemah, menangis lemah, iritabilitas, gerakan yang tak bertujuan,
respons yang tidak sesuai, dan kemungkinan letargi, sangat lemah, atau terlihat koma
4. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan darah tepi lengkap
- Pemeriksaan bloodgas ,Elektrolit , ureum , kreatinin dan BJ plasma
- Urine lengkap
- Tinja lengkap dan biakan tinja dari colok dubur
5. Komplikasi & Prognosis
.1 Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai
macam komplikasi, seperti:
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik dan hipertonik)
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipokalemia
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi laktosa sekunder
f. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
g. Malnutrisi energi protein
.2 Prognosis
Banyak kemungkinan yang akan terjadi jika anak mengalami diare. Oleh karenanya
penanganan harus dilakukan secara cepat dan tepat terutama penangan pada pasien
yang mengalami dehidrasi berat. Jika anak mengalami dehidrasi berat dapat
mengakibatkan rejatan atau syok hipovolemik. Adanya penggantian cairan yang
adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi antimikrobial jika diindikasikan,
prognosis diare infeksius hasilnya sangat baik dengan morbiditas dan mortalitas yang
minimal. Seperti kebanyakan penyakit, morbiditas dan mortalitas ditujukkan pada
anak
6. Diagnosa Keperawatan dan Rencana Asuhan Keperawatan
DIAGNOSE KEPERAWATAN : 1
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Berhubungan dengan Masukkan makanan
tak adekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nutrisi dapat terpenuhi.
Kreteria hasil : Menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi
Dapat menunjukkan peningkatam BB
Intervensi:
1.Buat pilihan menu yang ada dan diizinkan
Rasionalisasi : Meningkatkan kepercayaan klien lebih suka menyediakan makanan
untuk makan.
2. Berikan makanan sedikit tapi sering
Rasionaisasil :Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makanan terlalu cepat
setelah periode puasa.
3. Timbang dengan timbangan yang sama
Rasionalisasi :Klien dapat melihat hasil yang langsung hasil timbangannya
4. Libatkan klien dalam penyusunan Nutrisi
Rasionalisasi :Perubahan prilaku dapat efektif dan dapat meningkatkan berat badan
secara singkat.
5. Kolaborasi dengan ahli gizi dan pemberian obat sesuai dengan indikasi
Rasionalisasi :Pemenuhan nutrisi dapat sesuai dengan kebutuhan yang tepat
DIAGNOSA KEPERAWATAN : 2
2. Resiko terjadi kekurangan cairan berhubungan dengan tak adekuat masukkan
makanan dan cairan, diare
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi kekurangan
cairan / hipovalumik
Kreteria hasil : - Mepertahankan / menunjukkan perubahan keseimbangan
cairan.
- Saluran urine adekuat
- Tanda vital stabil
- Membran mukosa lembab
- Turgor kulit baik.
Intervensi :
1. Awasi tanda wital Pengisian kapiler,Status membrane mukosa,tugor kulit
Rasionalisasi : indikator keadekuatan volume sirkulasi
2. Awasi Intake dan Output
Rasionalisasi : Indikator keseimbangan elektrolit
3. Identifikasi rencana untuk meningkatkan / mempertahankan keseimbangan
Cairan
Rasionalisasi : Melibatkan klien untuk memperbaiki ketidakseimbangan
Cairan
4. Berikan hiperalimentasi
Rasionalisasi : Tindakan darurat untuk memperbiki ketidak seombangan
cairan / elktrolit
5. Kaji hasil tes funsi elektroklit / ginjal
Rasionalisasi : Untuk melihat penurunan fungsi ginjal.
DAFTAR PUSTAKA
BAB 3. PATHWAYS
Terlampir
f. Pemeriksan tinja
Mikroskopis warna feses dimulai berwarna coklat muda sampai warna kuning yang
bercampur dengan lendir, darh atau pus yang mana konsestensinya encer.
Mikroskopis jumlah sel eitel leukosit dan eritrosit terdiri dari dari PH feces, biasanya
menurun yang menunjukan keadan feces yang asam dan kadar kadar gula yang diduga (ada
sugar itoleran)
g. Pemeriksan darah
Pemeriksaan darah lengkap dapat berupa PH cadangan alkali dan elektrolit untuk
menentukan gangguan untuk keseimbanagam asam basa.
4.2 Diagnosa
1. Gangguan eliminasi BAB (diare) berhubungan dengan infeksi bakteri ditandai dengan
seringnya BAB sampai ≥ 3 kali sehari dan feses dalam keadaan cair.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik, kram abdomen, diare
dan iritasi jaringan ditandai dengan pasien mengatakan sakit perut dan wajah meringis sambil
memegangi area yang sakit.
3. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik, pemasukan
terbatas dan pengeluaran yang berlebihan melalui feses.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya intake
dan absorbsi makanan serta cairan.
4.3 Perencanaan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Gangguan Setelah dilakukan1. Kaji tanda- Mengetahui
eliminasi BAB tindakan tanda vital klien. keadaan umum
(diare) keperawatan pasien.
berhubungan 3x24 jam diare 2. Observasi Mengetahui
dengan infeksi dapat teratasi, adanya demam, tanda terjadinya
bakteri ditandai dengan Kriteria takikardi, ansietas perforasi atau
dengan Hasil: dan kelemahan. toksik
seringnya BAB
1. Fungsi usus megakolon.
sampai ≥ 3 kali stabil. 3. Catat frekuensi Mengetahui
sehari dan 2. BAB anak BAB, keadaan klien
feses dalam berkurang dan karakteristik, dan membantu
keadaan cair. konsistensi jumlah dan faktor mengkaji
normal. pencetus keparahan
3. Tanda-tanda penyakit
vital normal. 4. Berikan intake Pemberian
makanan dan secara bertahap
cairan per oral dapat menjaga
secara bertahap periode istirahat
pada kolon,
sedangkan
pemasukan
kembali
mencegah dan
diare.
5. Kolaborasi Mengobati
dengan tim infeksi supuratif
kesehatan lain lokal.
terkait pemberian
antibiotik (sesuai
indikasi).
2. Gangguan rasa Setelah dilakukan
1. Kaji keluhan Keluhan nyeri
nyaman nyeri tindakan nyeri klien dan klien dapat
berhubungan keperawatan catat area nyeri, menunjukkan
dengan 1x24 jam nyeri durasi, penyebaran
hiperperistaltik, pada klien teratasi karakteristik serta penyakit atau
kram abdomen, dengan Kriteria intensitasnya terjadinya
diare dan iritasi Hasil: menggunakan komplikasi,
jaringan 1. Rasa nyaman skala nyeri misalnya
ditandai terpenuhi. perforasi dan
dengan pasien 2. Klien tidak toksik
mengatakan meringis megakolon.
sakit perut dan kesakitan dan 2. Berikan posisi Menurunkan
wajah meringis memegangi nyaman pada tegangan
sambil perutnya yang klien misalnya abdomen dan
memegangi sakit. lutut fleksi. mendukung
area yang sakit.3. Wajah rileks. pengurangan
nyeri.
3. Observasi Fistula dapat
adanya isiorektal terjadi karena
dan fistula adanya erosi dan
perianal. kelemahan
dinding usus.
4. Kolaborasi Pemberian
dengan tim periode istirahat
kesehatan lain pada usus dapat
terkait modifikasi menurunkan
diet yang sesuai nyeri dan kram
indikasi. abdomen.
5. Kolaborasi Pemberian
dengan tim analgesik dapat
kesehatan lain mengurangi
terkait pemberian nyeri.
analgesik dan
obat lainnya
sesuai indikasi.
3 Kurangnya Setelah dilakukan
1. Kaji tanda- 1. Menunjukkan
volume cairan tindakan tanda dehidrasi tanda kehilangan
tubuh keperawatan seperti kulit dan cairan berlebihan
berhubungan 3x24 jam klien membran mukosa atau dehidrasi.
dengan status akan kering. 2. Memberikan
hipermetabolik, memperlihatkan2. Observasi informasi
pemasukan tanda-tanda dan masukan dan tentang
terbatas dan mempertahankan haluaran. keseimbangan
pengeluaran hidrasi yang 3. Anjurkan klien cairan dan intake
yang adekuat dengan untuk banyak yang masuk
berlebihan Kriteria Hasil: minum. sebagai
melalui feses 1. Turgor kulit 4. Kolaborasi pengganti cairan.
kembali normal. dengan tim 3. Sebagai
2. Membran kesehatan lain pemenuhan
mukosa lembab. terkait pemberian kembali cairan
Intake output obat diare sesuai yang hilang
seimbang. indikasi 4. Menurunkan
hilangnya cairan
pada usus.
4 Perubahan Setelah dilakukan1. Nilai status 1. Mengkaji
nutrisi kurang tindakan nutrisi klien toleransi
dari kebutuhan keperawatan dilihat dari pemberian
tubuh 3x24 jam klien sebelum sakit dan makanan
berhubungan mengkonsumsi berat badan 2. Mengetahui
dengan nutrisi yang sekarang nafsu makan
menurunnya adekuat sehingga2. Kaji keluhan klien serta
intake dan dapat rasa mual klien menemukan
absorbsi mempertahankan3. Berikan tindakan yang
makanan serta berat badannya makanan dengan adekuat
cairan. dengan Kriteria suplemen nutrisi 3. Meningkatkan
Hasil: untuk intake nutrisi
1. Klien akan meningkatkan yang adekuat
toleran dengan kualitas intake 4. Meningkatkan
diet yang sesuai nutrisi kepatuhan
dengan 4. Anjurkan orang terhadap
peningkatan berat tua untuk program
badan dalam memberikan terapeutik
batas normal makan dengan
sesuai berat teknik persi kecil
badan ideal tapi sering
2. Klien tidak
mual, tidak
muntah
3. Nafsu makan
meningkat
4. Kalori sesuai
dengan berat
badan
4.4 Pelaksanaan
4.4.1 Gangguan eliminasi BAB (diare) berhubungan dengan infeksi bakteri ditandai dengan
seringnya BAB sampai ≥ 3 kali sehari dan feses dalam keadaan cair.
a. Mengkaji tanda-tanda vital klien.
b. Mengobservasi adanya demam, takikardi, ansietas dan kelemahan.
c. Mencatat frekuensi BAB, karakteristik, jumlah dan faktor pencetus.
d. Memberikan masukan makanan dan cairan per oral secara bertahap
e. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain terkait pemberian
antibiotik (sesuai indikasi).
4.4.2 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik, kram abdomen,
diare dan iritasi jaringan ditandai dengan pasien mengatakan sakit perut dan wajah meringis
sambil memegangi area yang sakit
a. Mengkaji keluhan nyeri klien dan catat lokasinya, lamanya, karakteristik serta intensitasnya
menggunakan skala nyeri.
b. Memberikan posisi nyaman pada klien misalnya lutut fleksi.
c. Mengobservasi adanya isiorektal dan fistula perianal.
d. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain terkait modifikasi diet yang sesuai indikasi.
e. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain terkait pemberian analgesik dan obat
lainnya sesuai indikasi.
4.4.3 Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik, pemasukan
terbatas dan pengeluaran yang berlebihan melalui feses
a. Mengkaji tanda kekurangan cairan, seperti kulit dan membran mukosa kering.
b. Mengobservasi masukan dan haluaran,
c. Menganjurkan klien untuk banyak minum.
d. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain terkait pemberian obat diare sesuai indikasi.
4.4.4 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya intake
dan absorbsi makanan serta cairan.
a. Menilai status nutrisi klien dilihat dari sebelum sakit dan berat badan sekarang
b. Mengkaji keluhan rasa mual klien
c. Memberikan makanan dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi
d. Menganjurkan orang tua untuk memberikan makan dengan teknik persi kecil tapi sering
4.5 Evaluasi
1. Klien tidak diare lagi
2. Konsistensi feses berbentuk dan tidak cair
3. Klien tidak merasa mual dan nyeri
4. Menunjukkan pemenuhan cairan yang adekuat ditandai dengan tanda-tanda vital normal,
turgor kulit baik, ubun-ubun tidak cekung, membran mukosa lembab, dan mata tidak cekung.
5. Nutrisi klien adekut dan ditandai dengan peningkatan berat badan sesuai dengan usianya.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengertian di atas kelompok dapat menyimpulkan bahwa diare adalah
suatu infeksi yang menyerang membrane mukosa lambung dan usus halus yang ditandai
dengan frekuensi buang air besar lebih dari empat kali dalam konsistensi cair yang
mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit serta konsep tumbuh kembang pada anak
infant.
5.2 Saran
Saran dari beberapa kesimpulan diatas dengan melaksanakan asuhan keperawatan
pada anak dengan diare, maka perlu adanya saran untuk memperbaiki dan meingkatkan mutu
asuhan keperawatan, adapun saran sebagai berikut :
1. Untuk mahasiswa keperawatan diharapkan untuk lebih memahami tentang asuhan
keperawatan anak dengan diare sehingga dalam melakukan asuhan keperawatan lebih
komprehensif.
2. Untuk perawata diharapkan untuk meningkatkan konsep keperawatan anak dengan cara
diskusi, seminar dan pembacaan buku-buku yang berkaitan dengan masalah-masalah
keperawatan anak sehingga dalam melakukan proses keperawatan di rumah sakit lebih
komprehensif.
3. Untuk keluarga diharapkan dapat menjaga pola hidpu sehat salah satunya dengan
melakukan cuci tangan sebelmu dan seudah makan.
DAFTAR PUSTAKA