You are on page 1of 36

ASUHAN KEPERAWATAN DIARE AKUT

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Pengertian
Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu
penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai
mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau
lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah.
Penyakit ini paling sering dijumpai pada anak balita, terutama pada 3 tahun pertama
kehidupan, dimana seorang anak bisa mengalami 1-3 episode diare berat (Simatupang,
2004). Penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme termasuk bakteri, virus dan
parasit lainnya seperti jamur, cacing dan protozoa. Salah satu bakteri penyebab diare adalah
bakteri Escherichia Coli Enteropatogenik (EPEC). Budiarti (1997) melaporkan bahwa sekitar
55% anak-anak di Indonesia terkena diare akibat infeksi EPEC. Gejala klinis diare yang
disebabkan infeksi EPEC adalah diare yang berair sangat banyak yang disertai muntah dan
badan sedikit demam.
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari
biasanya ( 3 atau lebih per hari ) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari
penderita. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu
karena Infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immuno defisiensi, dan penyebab lain, tetapi
yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan
keracunan. Adapun penyebab-penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau perilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya.
2. Patofisiologi
Diare terjadi bila terdapat gangguan transport terhadap air dan elektrolit pada saluran
pencernaan yang menyebabkan terjadinya peningkatan keenceran dan frekuensi tinja
(Hidayat 2006). Diare infeksi merupakan penyebab diare tersering. Diare infeksi terjadi
karena disebakan oleh makanan dan air yang terkontaminasi oleh bakteri, virus (Adenovirus
enteric dan Robavirus), dan parasit( Biardia Lambiachristopudium) yang masuk melalui rute
fecal-oral.
Contoh bakteri penyebab diare seperti Escherchia coli, Shigella sp, dan Salmonella
S.Infeksi virus atau bakteri tersebut dapat terjadi di usus halus distal atau usus besar (Netty
Febriyanti:2008). Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga
menurunkan area permukaan intestinal. Sel mast dalam mukosa usus mengeluarkan histamine
dan serotin. Histamin menyebabkan reaksi semacam anafilatik local sehingga terjadi
kontraksi otot halus yang mempengaruhi pergerakan usus serta vasodilatasi yang
menyebabkan keluarnya cairan usus. Serotin dalam usus dapat mempengaruhi transfer air dan
elektrolit dan pengeluaran mucus oleh sel globet .
Diare non infeksius dapat disebakan oleh obat, toksin, dan malabsorpsi, keracunan,
alergi dan psikologi.Malabsorpsi disebakan karena terganggunya enzim dalam tubuh. Enzim
adalam suatu protein yang dibutuhkan untuk memecahkan makanan sehingga menjadi bagian
yang lebih mudah untuk diserap oleh usus halus. Gejala malabsorpsi seperti kembung pada
perut, nafsu makan menurun, diare dan perut tidak nyaman. Diare akibat obat-obatan dapat
terjadi melalui dua mekanisme. Mekanisme pertama air dapat ditarik kedalam lumen usus
secara osmotic. Kedua, ekosistem bakteri usus terganggu sehingga organism patologis
berkembang dan menyebabkan proses sekretonik dan inflamasi.
Mekanisme gangguan tersebut ada lima kemungkinan, yaitu (Daldiyono, 1990):
a. Osmolaritas intraluminer yang meningkat (diare osmotic);
Diare osmotic terjadi karena asupan dari bahan makanan yang tidak dapat diabsorpsi dengan
baik karena adanya penurunan area intestinal, bahan makanan yang tidak dapat diabsorpsi
tersebut larut dalam air yang menyebabkan retensi air dalam lumen usus. Isi rongga usus
yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Sekresi cairan dan elektrolit meningkat (diare sekretonik);
Diare sekretorik terjadi akibat peningkatan sekresi ion-ion dalam lumen usus sehingga
peningkatan jumlah cairan intra lumen. Yang khas dari diare ini secara klinis ditemukan diare
dengan volume tinja yang banyak sekali meskipun tengah melakukan puasa makan/minum
(Simadibrata :2006). Masukan cairan yang kurang dapat menyebakan anoreksia dan turgor
kulit menurun. Obat obatan, hormone, toksin dapat menyebabkan aktivitas sekretorik ini.
Hormon yang diduga antara lain gastrin, sekretin, kolesistokinin dan glikogen.
c. Absorbsi elektrolit berkurang;
Inflamasi yang terjadi di intestinal menyebabkan penurunan absorpsi cairan dan elektrolit.
Sejumlah cairan seperti sodium potassium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstra
seluler kedalam tinja yang mengakibatkan dehidrasi, kekurangan elektrolit mengakibatkan
asidosis metabolic. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga kotoran tertimbun dalam
tubuh, terjadi penimbunan asam laktat dan terjadi anoreksia.
d. Motalitas usus yang meningkat (hiperperistaltik) atau waktu transit yang pendek;
Peningkatan motalitas usus menyebabkan penurunan waktu kontak antara makananan yang
akan dicerna dengan mukosa usus sehingga terjadi penurunan reabsorbi dan peningkatan
cairan dalam tinja. Dapat terjadi hipovolemik jaringan berkurang, terjadi hipoksia asidosis
mengakibatkan perdarahan diotak, kesadaran menurun, jika tidak segera ditangani
menyebabkan kematian.
e. Sekresi eksudat (diare eksudat).
Makanan yang tidak dapat diabsorbsi dengan baik, retensi dan sekresi ion, air, mucus, protein
, sel darah putih meningkat dalam lumen usus menyebabkan pembentukan eksudat dan tinja
disertai lender atau darah.
3. Tanda dan Gejala
Gejala-gejala yang ditunjukkan penderita diare antara lain :
1. Anak cengeng
2. Suhu meningkat
3. Nafsu makan kurang
4. Buang air besar menjadi kehijauan, karena tercampur empedu.
5. Muntah
Bila keadaan semakin berat akan terjadi dehidrasi dengan gejala-gejala :
1. Rasa haus
2. Mulut kering
3. Mata cekung
4. Pada anak kelhiangan berat badan normal
5. Bibir kering
6. Nadi cepat dan lemah
Manifestasi klinis berdasarkan tingkat keparahan diare yaitu:
1. Diare ringan dengan karakteristik sedikit pengeluaran feses yang encer tanpa gejala lain
2. Diare sedang dengan karakterisitk pengeluaran feses cair atau encer beberapa kali,
peningkatan suhu tubuh, muntah dan iritabilitas (kemungkinan), tidak ada tanda-tanda
dehidrasi (biasanya), dan kehilangan berat badan atau kegagalan menambah berat
badan
3.Diare berat dengan karakteristik pengeluaran feses yang banyak, gejala dehidrasi sedang
sampai berat, terlihat lemah, menangis lemah, iritabilitas, gerakan yang tak bertujuan,
respons yang tidak sesuai, dan kemungkinan letargi, sangat lemah, atau terlihat koma
4. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan darah tepi lengkap
- Pemeriksaan bloodgas ,Elektrolit , ureum , kreatinin dan BJ plasma
- Urine lengkap
- Tinja lengkap dan biakan tinja dari colok dubur
5. Komplikasi & Prognosis
.1 Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai
macam komplikasi, seperti:
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik dan hipertonik)
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipokalemia
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi laktosa sekunder
f. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
g. Malnutrisi energi protein
.2 Prognosis
Banyak kemungkinan yang akan terjadi jika anak mengalami diare. Oleh karenanya
penanganan harus dilakukan secara cepat dan tepat terutama penangan pada pasien
yang mengalami dehidrasi berat. Jika anak mengalami dehidrasi berat dapat
mengakibatkan rejatan atau syok hipovolemik. Adanya penggantian cairan yang
adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi antimikrobial jika diindikasikan,
prognosis diare infeksius hasilnya sangat baik dengan morbiditas dan mortalitas yang
minimal. Seperti kebanyakan penyakit, morbiditas dan mortalitas ditujukkan pada
anak
6. Diagnosa Keperawatan dan Rencana Asuhan Keperawatan
DIAGNOSE KEPERAWATAN : 1
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Berhubungan dengan Masukkan makanan
tak adekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nutrisi dapat terpenuhi.
Kreteria hasil : Menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi
Dapat menunjukkan peningkatam BB
Intervensi:
1.Buat pilihan menu yang ada dan diizinkan
Rasionalisasi : Meningkatkan kepercayaan klien lebih suka menyediakan makanan
untuk makan.
2. Berikan makanan sedikit tapi sering
Rasionaisasil :Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makanan terlalu cepat
setelah periode puasa.
3. Timbang dengan timbangan yang sama
Rasionalisasi :Klien dapat melihat hasil yang langsung hasil timbangannya
4. Libatkan klien dalam penyusunan Nutrisi
Rasionalisasi :Perubahan prilaku dapat efektif dan dapat meningkatkan berat badan
secara singkat.
5. Kolaborasi dengan ahli gizi dan pemberian obat sesuai dengan indikasi
Rasionalisasi :Pemenuhan nutrisi dapat sesuai dengan kebutuhan yang tepat
DIAGNOSA KEPERAWATAN : 2
2. Resiko terjadi kekurangan cairan berhubungan dengan tak adekuat masukkan
makanan dan cairan, diare
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi kekurangan
cairan / hipovalumik
Kreteria hasil : - Mepertahankan / menunjukkan perubahan keseimbangan
cairan.
- Saluran urine adekuat
- Tanda vital stabil
- Membran mukosa lembab
- Turgor kulit baik.
Intervensi :
1. Awasi tanda wital Pengisian kapiler,Status membrane mukosa,tugor kulit
Rasionalisasi : indikator keadekuatan volume sirkulasi
2. Awasi Intake dan Output
Rasionalisasi : Indikator keseimbangan elektrolit
3. Identifikasi rencana untuk meningkatkan / mempertahankan keseimbangan
Cairan
Rasionalisasi : Melibatkan klien untuk memperbaiki ketidakseimbangan
Cairan
4. Berikan hiperalimentasi
Rasionalisasi : Tindakan darurat untuk memperbiki ketidak seombangan
cairan / elktrolit
5. Kaji hasil tes funsi elektroklit / ginjal
Rasionalisasi : Untuk melihat penurunan fungsi ginjal.
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer dkk,(2001), Kapita selekta Kedoteran,edisi 3 jilid 1, Media


Aesculapius FKUI
Lynda Juall Carpenito,(1999), Rencana Asuhan & Dukumentasi
Keperawatan,edisi 2,Penerbit Buku Kedokteran EGC
1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. S
Umur : 62 Th
No. Regester :
Agama : Islam
Alamat : Madiun
Pendidikan : Sekolah bidan
Pekerjaan :Pensiunan Bidan
Tanggal MRS : 18 Februari2005
Diagnosa Medis : GE

11. KELUHAN UTAMA


Saat Mrs : Klien mengatakan BAB cair 12 x ada lendir
Saat Pengkajian : Klien mengatakan BAB cair 12 x ada lendir
111. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Klien mengatakan BAB cair mulai kemarin 16 Feb 2005 setelah klien
menjalankan puasa kemudian klien makan sayur asam setelah itu klien BAB terus
menerus sampai hari ini klien berak cair sudah 12 x ada lendir,perut terasa mual
dan muntah 3 x nafsu makan meurun,perut terasa sakit mulas-mulas. Kemudian
klien minum obat dari warung tapi belum mampet juga beraknya karena klien
khawatir maka klien berobat ke RSSM
1V. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
- Klien tidak pernah menderita penyakit kencing manis dan penyakit menular
seperti TB Paru,
Hepatitis , thypoid , dll.
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Keluarga klien mengatakan dalam keluarga klien tidak ada yang menderita
penyakit seperti yang
dialami klien saat ini dan tidak ada yang menderita penyakit menurun ( seperti
DM , Hypertensi ) dan
penyakit menular ( seperti Hepatitis , TB paru , Thypoid dll).
V1. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
a. Persepsi dan harapan klien terhadap masalahnya
Klien mengatakan kalau sakitnya merupakan cobaan dari allah dan semuanya
kami serahkan kepadanya dan berharap sakitnya ini cepat sembuh.
b. Persepsi dan harapan keluarga terhadap masalah klien
Persepsi keluarga : keluarga mengatakan karena Istrinya segera sembuh
Harapan keluarga : keluarga berharap Istrinya egera sembuh agar dapat segera
pulang dan
berkumpul dengan keluarganya lagi di rumah.
c. Pola Interaksi dan komunikasi
- Klien mau membicarakan masalahnya dengan keluarga dan petugas
- Klien dapat berkomunikasi dengan bahasa jawa
- Klien dapat menjawap pertayaan yang diajukan oleh petugas
d. Pola Pertahanan
Klien bila punya masalah dengan penyakitnya dibicarakan dengan keluarga dan
bila terasa
sakit sekali selalu membaca Istigfar dan mengeluh pada keluarganya
e. Pola nilai dan kepercayaan
Klien mengatakan bahwa klien beragama Islam , di rumah klien taat
melaksanakan ibadah
sholat.
f. Pengkajian Konsep diri
Klien merasa dengan sakitnya ini sangat khawatir dan membebani keluarganya
serta menganggu
aktivitas dari keluarganya

VIII. PEMERIKSAAN FISIK


a. Keadaan Umum Klien
Keadaan umum klien lemah \,kesadaran Composmentis,GCS 456
TD: 120 / 60 mmhg N 96 x / mt S: 36 C R 16 x / mt
BB,TB tidak terkaji
b. Pemeriksaan Kepala dan muka
- Kepala : tidak ada benjolan rambut lurus beruban, tidak ada ketombe.
- Muka : bentuk muka simetris, Hidung semetris tidak ada secret, ,tidak ada polip,
pucat, expresi
wajah nampak kesakitan/ menyeringai
c. Pemeriksaan Telinga
Bentuk kedua daun telinga simetris , fungsi pendengaran baik bila di panggil
merespon ,tidak ada
serumen,tidak ada cairan,/ perdarahan
d. Pemeriksaan Mata
Fungsi penglihatan baik kanan atau kiri
Reflek pupil terhadap cahaya miosis kanan / kiri
Seklera putih tidak keruh,tidak ekterus
Kunjuktiva tidak anemis
e. Pemeriksaan Mulut dan Farink
Bentuk bibir simetris,,mukosa merah tidak ada lesi/ jamur,lidah bersih berwarna
merah,tidak ada caries gigi,tidak ada pembesaran kelenjar tonsil
f. Pemeriksaan leher
Posisi trahea tidak deviasi,tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,tidak ada
pembesaran kelenjar lymfe pada sub mandibula,tidak ada distensi
venajularis,denyut nadi karotis teraba kuat.
g. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak
Tidak ada pembesaran kelenjar lyfe pada axilla
h. Pemeriksaan Thorak
h.1. Pemeriksaan Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris inspirasi dan ekspirasi regular RR 16 x/mt
Auscultasi : tidak ada wheezing dan ronchi,veskuler pada semua lapang paru
Palpasi : Vocal premitus teraba simetris kanan dan kiri
Percusi : Sonor (resonan )
h.2. Periksaan Jantung
Auscultasi : Bunyi jantung S 1dan S2 Tredengan tunggal dan teratur,tidak
terdengar
suara tambahan
Inspeksi : Terlihat pulsasi ictus cordis pada ICS V MCl kiri
Perkusi : Resonan
Palpasi : Teraba pulsasi ictus cordis pada ICS V MCl kiri N= 96 x/mt kuat dan
teratur
i. Pemeriksaan Abdoment
Inspeksi : Bentuk datar tidak ada pembesaran hepar,tidak ascites
Auscultasi : Bising Usus : 10 x mt
Palapasi : Ada nyeri tekan ,tidak ada pembesaran hepar /lien
Percusi : Tympani
j. Pemeriksaan integument
Warna kulit : Coklat pucat tidak sianosis
Tekstur : lembab,turgor baik kapileri revil kurang 2 detik keadaan bersih
Temperatur : akral dinginS 36 C
Edema : Tidak edema anasarka ,
Lesi : Tidak ada
Kuku : keadaan bersih tidak sianosis
k. Pemeriksaan Angota Gerak ( ekstremitas )
Tangan dan kaki tidak ada kelainan dapat di gerakkan kesegalah arah
l. Pemeriksaan Genetalia dan sekitar anus
Tidak terkaji
m. Pemeriksaan Saraf Dan Neorologis
Kesadaran Composmentis
1X. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak terkaji
X. PENATALAKSANAAN
- Memberikan motifasi minum bagak banyak( Oralit )
- Terapi dari dokter:Peros
- Biodiar 630mg 3 x 2
- Metronidasol 3 x 1
- Dexametason 3 x ½
DAFTAR MASALAH

MASALAH KEPERAWATAN
Resiko terjadi kekurangan cairan berhubungan dengan tak adekuat masukkan
makanan dan cairan, diare
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Berhubungan dengan Masukkan makanan tak
adekuat
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko terjadi kekurangan cairan berhubungan dengan tak adekuat masukkan
makanan dan cairan, diare
TUJUAN / KRETERIA HASIL
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi kekurangan cairan /
hipovalumik
Kreteria hasil : - Mepertahankan / menunjukkan perubahan keseimbangan cairan.
- Haluran urine adekuat
- Tanda vital stabil
- Membran mukosa lembab
- Turgor kulit baik.
INTERVENSI
1. Awasi tanda wital Pengisian kapiler,Status membrane mukosa,tugor kulit
2. Awasi Intake dan Output
3. Identifikasi rencana untuk meningkatkan / mempertahankan keseimbangan
Cairan
Melibatkan klien untuk memperbaiki ketidakseimbangan cairan
4. Berikan hiperalimentasi
Tindakan darurat untuk memperbiki ketidak seimbangan cairan / elktrolit
5. Kaji hasil tes funsi elektroklit / ginjal
Untuk melihat penurunan fungsi ginjal.
RASIONAL
1. indikator keadekuatan volume sirkulasi
2. Indikator keseimbangan elektrolit
3. Melibatkan klien untuk memperbaiki
4. Tindakan darurat untuk memperbiki
5. Untuk melihat penurunan fungsi ginjal

DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer dkk,(2001), Kapita selekta Kedoteran,edisi 3 jilid 1, Media
Aesculapius FKUI
Lynda Juall Carpenito,(1999), Rencana Asuhan & Dukumentasi
Keperawatan,edisi 2,Penerbit Buku Kedokteran EGC

ASUHAN KEPERAWATAN DIARE AKUT


LAPORAN PENDAHULUAN

1. Pengertian
Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu
penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai
mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau
lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah.
Penyakit ini paling sering dijumpai pada anak balita, terutama pada 3 tahun pertama
kehidupan, dimana seorang anak bisa mengalami 1-3 episode diare berat (Simatupang,
2004). Penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme termasuk bakteri, virus dan
parasit lainnya seperti jamur, cacing dan protozoa. Salah satu bakteri penyebab diare adalah
bakteri Escherichia Coli Enteropatogenik (EPEC). Budiarti (1997) melaporkan bahwa sekitar
55% anak-anak di Indonesia terkena diare akibat infeksi EPEC. Gejala klinis diare yang
disebabkan infeksi EPEC adalah diare yang berair sangat banyak yang disertai muntah dan
badan sedikit demam.
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari
biasanya ( 3 atau lebih per hari ) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari
penderita. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu
karena Infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immuno defisiensi, dan penyebab lain, tetapi
yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan
keracunan. Adapun penyebab-penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau perilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya.
2. Patofisiologi
Diare terjadi bila terdapat gangguan transport terhadap air dan elektrolit pada saluran
pencernaan yang menyebabkan terjadinya peningkatan keenceran dan frekuensi tinja
(Hidayat 2006). Diare infeksi merupakan penyebab diare tersering. Diare infeksi terjadi
karena disebakan oleh makanan dan air yang terkontaminasi oleh bakteri, virus (Adenovirus
enteric dan Robavirus), dan parasit( Biardia Lambiachristopudium) yang masuk melalui rute
fecal-oral.
Contoh bakteri penyebab diare seperti Escherchia coli, Shigella sp, dan Salmonella
S.Infeksi virus atau bakteri tersebut dapat terjadi di usus halus distal atau usus besar (Netty
Febriyanti:2008). Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga
menurunkan area permukaan intestinal. Sel mast dalam mukosa usus mengeluarkan histamine
dan serotin. Histamin menyebabkan reaksi semacam anafilatik local sehingga terjadi
kontraksi otot halus yang mempengaruhi pergerakan usus serta vasodilatasi yang
menyebabkan keluarnya cairan usus. Serotin dalam usus dapat mempengaruhi transfer air dan
elektrolit dan pengeluaran mucus oleh sel globet .
Diare non infeksius dapat disebakan oleh obat, toksin, dan malabsorpsi, keracunan,
alergi dan psikologi.Malabsorpsi disebakan karena terganggunya enzim dalam tubuh. Enzim
adalam suatu protein yang dibutuhkan untuk memecahkan makanan sehingga menjadi bagian
yang lebih mudah untuk diserap oleh usus halus. Gejala malabsorpsi seperti kembung pada
perut, nafsu makan menurun, diare dan perut tidak nyaman. Diare akibat obat-obatan dapat
terjadi melalui dua mekanisme. Mekanisme pertama air dapat ditarik kedalam lumen usus
secara osmotic. Kedua, ekosistem bakteri usus terganggu sehingga organism patologis
berkembang dan menyebabkan proses sekretonik dan inflamasi.
Mekanisme gangguan tersebut ada lima kemungkinan, yaitu (Daldiyono, 1990):
a. Osmolaritas intraluminer yang meningkat (diare osmotic);
Diare osmotic terjadi karena asupan dari bahan makanan yang tidak dapat diabsorpsi dengan
baik karena adanya penurunan area intestinal, bahan makanan yang tidak dapat diabsorpsi
tersebut larut dalam air yang menyebabkan retensi air dalam lumen usus. Isi rongga usus
yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Sekresi cairan dan elektrolit meningkat (diare sekretonik);
Diare sekretorik terjadi akibat peningkatan sekresi ion-ion dalam lumen usus sehingga
peningkatan jumlah cairan intra lumen. Yang khas dari diare ini secara klinis ditemukan diare
dengan volume tinja yang banyak sekali meskipun tengah melakukan puasa makan/minum
(Simadibrata :2006). Masukan cairan yang kurang dapat menyebakan anoreksia dan turgor
kulit menurun. Obat obatan, hormone, toksin dapat menyebabkan aktivitas sekretorik ini.
Hormon yang diduga antara lain gastrin, sekretin, kolesistokinin dan glikogen.
c. Absorbsi elektrolit berkurang;
Inflamasi yang terjadi di intestinal menyebabkan penurunan absorpsi cairan dan elektrolit.
Sejumlah cairan seperti sodium potassium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstra
seluler kedalam tinja yang mengakibatkan dehidrasi, kekurangan elektrolit mengakibatkan
asidosis metabolic. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga kotoran tertimbun dalam
tubuh, terjadi penimbunan asam laktat dan terjadi anoreksia.
d. Motalitas usus yang meningkat (hiperperistaltik) atau waktu transit yang pendek;
Peningkatan motalitas usus menyebabkan penurunan waktu kontak antara makananan yang
akan dicerna dengan mukosa usus sehingga terjadi penurunan reabsorbi dan peningkatan
cairan dalam tinja. Dapat terjadi hipovolemik jaringan berkurang, terjadi hipoksia asidosis
mengakibatkan perdarahan diotak, kesadaran menurun, jika tidak segera ditangani
menyebabkan kematian.
e. Sekresi eksudat (diare eksudat).
Makanan yang tidak dapat diabsorbsi dengan baik, retensi dan sekresi ion, air, mucus, protein
, sel darah putih meningkat dalam lumen usus menyebabkan pembentukan eksudat dan tinja
disertai lender atau darah.
3. Tanda dan Gejala
Gejala-gejala yang ditunjukkan penderita diare antara lain :
6. Anak cengeng
7. Suhu meningkat
8. Nafsu makan kurang
9. Buang air besar menjadi kehijauan, karena tercampur empedu.
10. Muntah
Bila keadaan semakin berat akan terjadi dehidrasi dengan gejala-gejala :
1. Rasa haus
2. Mulut kering
3. Mata cekung
4. Pada anak kelhiangan berat badan normal
5. Bibir kering
6. Nadi cepat dan lemah
Manifestasi klinis berdasarkan tingkat keparahan diare yaitu:
1. Diare ringan dengan karakteristik sedikit pengeluaran feses yang encer tanpa gejala lain
2. Diare sedang dengan karakterisitk pengeluaran feses cair atau encer beberapa kali,
peningkatan suhu tubuh, muntah dan iritabilitas (kemungkinan), tidak ada tanda-tanda
dehidrasi (biasanya), dan kehilangan berat badan atau kegagalan menambah berat
badan
3.Diare berat dengan karakteristik pengeluaran feses yang banyak, gejala dehidrasi sedang
sampai berat, terlihat lemah, menangis lemah, iritabilitas, gerakan yang tak bertujuan,
respons yang tidak sesuai, dan kemungkinan letargi, sangat lemah, atau terlihat koma
4. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan darah tepi lengkap
- Pemeriksaan bloodgas ,Elektrolit , ureum , kreatinin dan BJ plasma
- Urine lengkap
- Tinja lengkap dan biakan tinja dari colok dubur
5. Komplikasi & Prognosis
.1 Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai
macam komplikasi, seperti:
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik dan hipertonik)
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipokalemia
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi laktosa sekunder
f. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
g. Malnutrisi energi protein
.2 Prognosis
Banyak kemungkinan yang akan terjadi jika anak mengalami diare. Oleh karenanya
penanganan harus dilakukan secara cepat dan tepat terutama penangan pada pasien
yang mengalami dehidrasi berat. Jika anak mengalami dehidrasi berat dapat
mengakibatkan rejatan atau syok hipovolemik. Adanya penggantian cairan yang
adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi antimikrobial jika diindikasikan,
prognosis diare infeksius hasilnya sangat baik dengan morbiditas dan mortalitas yang
minimal. Seperti kebanyakan penyakit, morbiditas dan mortalitas ditujukkan pada
anak
6. Diagnosa Keperawatan dan Rencana Asuhan Keperawatan
DIAGNOSE KEPERAWATAN : 1
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Berhubungan dengan Masukkan makanan
tak adekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nutrisi dapat terpenuhi.
Kreteria hasil : Menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi
Dapat menunjukkan peningkatam BB
Intervensi:
1.Buat pilihan menu yang ada dan diizinkan
Rasionalisasi : Meningkatkan kepercayaan klien lebih suka menyediakan makanan
untuk makan.
2. Berikan makanan sedikit tapi sering
Rasionaisasil :Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makanan terlalu cepat
setelah periode puasa.
3. Timbang dengan timbangan yang sama
Rasionalisasi :Klien dapat melihat hasil yang langsung hasil timbangannya
4. Libatkan klien dalam penyusunan Nutrisi
Rasionalisasi :Perubahan prilaku dapat efektif dan dapat meningkatkan berat badan
secara singkat.
5. Kolaborasi dengan ahli gizi dan pemberian obat sesuai dengan indikasi
Rasionalisasi :Pemenuhan nutrisi dapat sesuai dengan kebutuhan yang tepat
DIAGNOSA KEPERAWATAN : 2
2. Resiko terjadi kekurangan cairan berhubungan dengan tak adekuat masukkan
makanan dan cairan, diare
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi kekurangan
cairan / hipovalumik
Kreteria hasil : - Mepertahankan / menunjukkan perubahan keseimbangan
cairan.
- Saluran urine adekuat
- Tanda vital stabil
- Membran mukosa lembab
- Turgor kulit baik.
Intervensi :
1. Awasi tanda wital Pengisian kapiler,Status membrane mukosa,tugor kulit
Rasionalisasi : indikator keadekuatan volume sirkulasi
2. Awasi Intake dan Output
Rasionalisasi : Indikator keseimbangan elektrolit
3. Identifikasi rencana untuk meningkatkan / mempertahankan keseimbangan
Cairan
Rasionalisasi : Melibatkan klien untuk memperbaiki ketidakseimbangan
Cairan
4. Berikan hiperalimentasi
Rasionalisasi : Tindakan darurat untuk memperbiki ketidak seombangan
cairan / elktrolit
5. Kaji hasil tes funsi elektroklit / ginjal
Rasionalisasi : Untuk melihat penurunan fungsi ginjal.
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer dkk,(2001), Kapita selekta Kedoteran,edisi 3 jilid 1, Media


Aesculapius FKUI
Lynda Juall Carpenito,(1999), Rencana Asuhan & Dukumentasi
Keperawatan,edisi 2,Penerbit Buku Kedokteran EGC

BAB 3. PATHWAYS
Terlampir

BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN


4.1 Pengkajian
Diare dapat terjadi melalui beberapa faktor diantaranya yaitu faktor infeksi dan faktor
malabsorbsi. Pada faktor infeksi terdapat infeksi enteral yang merupakan infeksi saluran
pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi bakteri
(Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi
virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica,
G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans). Selanjutnya yaitu infeksi parenteral yang
merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis
media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.Sedangkan pada faktor
malabsorbsi yaitu malabsorbsi karbohidrat, diantaranya disakarida (intoleransi laktosa,
maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi
laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat
pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein. Faktor malabsorbsi meliputi, faktor makanan dan
faktor psikologis. Pada faktor makanan diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan
basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu, sedangkan pada faktor
psikologis diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas), hal ini jarang
terjadi tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar. Selain faktor faktor yang secara
langsung maupun tidak langsung dapat mendorong terjadinya diare antara lain keadaan gizi,
sosio, demografi, lingkungan dan perilaku. Data pengkajian dapat meliputi:
a. Identitas Klien:
1. Nama
Nama klien dibutuhkan sebagai identitas klien.
2. Jenis Kelamin
Tidak ada perbedaan yang dominan antara banyaknya penderita diare anak laki-laki dan
perempuan.
3. Umur
Umur dapat mengindikasikan penyebab dari diare akibat infeksi parenteral yang
biasaterjadi pada anak di bawah umur 2 tahun.
4. Alamat
Alamat klien dapat mengindikasikan lingkungan klien yang
dapat berpengaruhterhadap sehat sakit klien. Misalnya lingkungan atau perumahan padat pen
duduk yang kumuh biasanya rentan untuk menderita diare.
5. Sumber informasi
Sumber informasi ini dapat diperoleh dari orang tua klien.
6. Tanggal MRS
Tanggal masuk rumah sakit sangat penting sebagai data pada identitas klien
7. Nomor Registrasi
Nomor registrasi sebagai data pada identitas klien sehingga perawat lebih mudah
mengidentifikasi dan melakukan asuhan keperawatan pada klien
b. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan oleh anak, dalam hal ini dalam
melakukan pengkajian adalah yang berhubungan pada sistem gastrointestinal atau pencernaan
anak. Pada bayi, keluhan tidak dapat diungkapkan, sehingga hanya dapat di manifestasikan
melalui perilaku bayi. Akan tetapi beda halnya dengan anak, keluhan utama sudah dapat
diungkapkan seperti sakit perut dan sering BAB ≥ 3 kali sehari. Pada saat pengkajian klien
biasanya mengeluh badannya lemas dan diare.
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Penyakit sekarang
Riwayat Penyakit sekarang merupakan keluhan yang terjadi sekarang. Jika pada keluhan
utama tidak dijelaskan proses munculnya riwayat penyakit sekarang, maka pada pengkajian
selanjutnya dapat dimunculkan berbagai keluhan lainnya. Hal yang ditanyakan pada anak
atau orang tuanya adalah bagaimana kronologis atau alur sehingga keluhan tersebut terjadi
dan tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya, termasuk pengobatan yang dilakukan
ketika keluhan tersebut terjadi. Berbagai keluhan yang muncul diantaranya seperti sakit perut,
badan lemas, berkeringat, muntah, dehidrasi, menangis, sering BAB ≥ 3 kali sehari dengan
konsistensi feses yang cair.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada riwayat penyakit dahulu, perawat dapat mengkaji waktu atau berapa lama klien
mengalami diare dan apakah sebelumnya mengalami penyakit yang dapat memicu terjadinya
diare, seperti alergi (fruktosa dan laktosa). Perlu ditanyakan juga apakah beberapa hari
sebelumnya pernah mengkonsumsi makanan pedas dan buah-buahan tertentu.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga dapat ditanyakan apakah dalam keluargan juga ada yang
mengalami penyakit diare yang sama. Perlu dikaji juga keadaan atau lingkungan rumah dan
komunitas. Selain itu juga perlu ditanyakan makanan yang sering dikonsumsi oleh keluarga,
apakah suka mengkonsumsi makanan yang pedas sehingga dapat memicu terjadinya diare.
4. Riwayat Pemberian Imunisasi
Diare juga sering timbul apabila anak tidak diberi imunisasi. Oleh karena itu perlu ditanyakan
pada orang tua apakah anak pernah dilakukan imunisasi atau tidak. Jika tidak, anjurkan
campak segera setelah berumur sembilan bulan.
5. Riwayat Tumbuh Kembang
Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
b. Pertumbuhan
1. Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10
cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
2. Kenaikan lingkar kepala: 12 cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan seterusnya.
3. Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring, seluruhnya
berjumlah 14 – 16 buah
4. Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
c. Perkembangan
1. Tahap perkembangan Psikoseksual
Fase anal :Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai menunjukan
keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan
adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata
sederhana, hubungna interpersonal, bermain).
2. Tahap perkembangan psikososial
Perkembangan ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari lingkungan dan
keuntungan yang ia peroleh Dario kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui
dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over
protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu
seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada diri anak.
3. Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri : Umur 2-3
tahun :
a. Berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2 hitungan (GK)
b. Meniru membuat garis lurus (GH)
c. Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
d. Melepasa pakaian sendiri (BM)
6 Riwayat imunisasi: Menurut penjelasan ibu klien, klien kurang teratur mengikuti
imunisasi
1. Pemeriksaan Fisik Umum Diare pada Klien Anak
a) Keadaan umum: klien lemah, panas, muntah, gelisah, rewel, lesu, dan kesadaran menurun
b) Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar kepala,
lingkar abdomen membesar.
c) Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35
x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan
kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
d) Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic
(kontraksi otot pernafasan)
e) Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang
f) Sistem integumen: warna kulit pucat, turgor menurun > 2 detik, suhu meningkat > 37derajat
celsius, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memanjang > 2 detik,
kemerahan pada daerah perianal
g) Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam), frekuensi
berkurang dari sebelum sakit.
2. Pemeriksaan Head to toe
a) Kepala : Ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun
lebih.
b) Mata : Simetris, cekung, konjungtiva merah muda, sklera putih.
c) Mulut : Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, lidah bersih.
d) Hidung : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada polip.
e) Telinga : Simetris, tidak ada benjolan, lubang telinga bersih, tidak ada serumen.
f) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe, tidak ada bendungan vena
jugularis.
g) Dada
Inspeksi : Dada simetris, bentuk bulat datar, pergerakan dinding dada simetris, tidak
ada retraksi otot bantu pernapasan.
Palpasi : Tidak ada benjolan mencurigakan
Perkusi : Paru-paru sonor, jantung dullnes
Auskultasi: Irama nafas teratur, suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan.
h) Perut
Inspeksi : Simetris
Auskultasi : Peristaltik meningkat 40x/mnt
Palpasi : Turgor kulit tidak langsung kembali dalam 1 detik
Perkusi : Hipertimpan,perut kembung
i) Punggung : Tidak ada kelainan tulang belakang (kyfosis, lordosis, skoliosis) tidak ada
nyeri gerak
j) Genetalia : Tidak odem, tidak ada kelainan, kulit perineal kemerahan
k) Anus : Tidak ada benjolan mencurigakan,kulit daerah anus kemerahan
l) Ekstremitas : Lengan kiri terpasang infus, kedua kaki bergerak bebas, tidak ada odem
3. Kebutuhan dasar
a) Pola ilminasi: Akan mengalami penurunan yaitu BAB lebih dari empat kali sehari, BAK
sedikit dan jarang.
b) Pola nutrisi: di awali dengan mual, muntah dan anorexia, menyebankan penurunan berat
badan klien.
c) Pola tidur dan istirahat: Akan tergantung akan adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
d) Pola hygiene: kebiasan biasa mandi setiap hari.
e) Aktivitas: Akan tergantung dengan kondisi tubuh yang lemah dan adanya rasa nyeri akibat
distensi abdomen\
4 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik pada diare dapat berupa:
a. Pemeriksaan barium usus
Penderita menelan barium dan perjalanannya melewati kerongkongan dipantau
melalui fluoroskopi (teknik rontgen berkesinambungan yang memungkinkan barium diamati
atau difilmkan). Dengan fluoroskopi, dokter dapat melihat kontraksi dan kelainan anatomi
kerongkongan (misalnya penyumbatan atau ulkus). Gambaran ini sering kali direkam dengan
sebuah film atau kaset video. Selain cairan barium, bisa juga dengan makanan yang dilapisi
barium. Sehingga bisa ditentukan lokasi penyumbatan atau bagian kerongkongan yang tidak
berkontraksi secara normal. Cairan barium yang ditelan bersamaan dengan makanan yang
dilapisi barium dapat memperlihatkan kelainan seperti:
1) Selapu kerongkongan (dimana sebagian kerongkongan tersumbat oleh jaringan fibrosa)
2) Divertikulum Zenker (kantong kerongkongan)
3) Erosi dan ulkus kerongkongan
4) Varises kerongkongan
5) Tumor
b. Sigmoideskopi atau kolonoskopi
Kolonoskopi adalah suatu pemeriksaan kolon (usus besar) mulai dari anus, rektum, sigmoid,
kolon desendens, kolon transversum, kolon asendens, sampai dengan sekum dan ileum
terminale.
1) Indikasi Kolonoskopi
a) Perdarahan gastrointestinal baik segar (hematoschezia) atau melena.
b) Diare kronik yang mengandung lendir dan atau darah
c) Dugaan inflammatory bowel disease.
d) Nyeri abdomen menahun dan berulang.
e) Pengamatan kanker: inflammatory bowel disease, Polyposis syndrome
f) Indikasi terapi: pengangkatan polip, pengangkatan benda asing, dekompresi megakolon
toksik, dilatasi striktura, kauterisasi lesi berdarah.
2) Kontraindikasi Kolonoskopi
a) Kontraindikasi umum : Peritonitis, renjatan dan kejang
b) Kontraindikasi khusus : megakolon toksik, aneurisma aorta abdominal, hepatomegali atau
splenomegali hebat, asites masif.
c) Kontraindikasi relatif : Peradangan usus yang akut dan fulminan, gangguan perdarahan
atau gangguan fungsi trombosit, hepatitis virus akut , HBs antigenemia, kifosis vertebra
servikalis, hernia, anemia berat
c. Biopsi
Diare inflamatorik dapat disertai dengan leukositosis, kenaikan laju endap darah atau
hipoalbuminemia. Ciri utama diare inflamatorik adalah ditemukannya darah baik secara
makroskopis maupun mikroskopis dan leukosit di dalam tinja. Evaluasi lanjutan yaitu
pemeriksaan endoskopi gastrointestinal bagian atas atau kolonoskopi dengan biopsi untuk
tindakan diagnostik.
d. Pemeriksaan radiologi abdomen
Tes radiologik dapat mempunyai peranan diagnostik pada pasien dengan dugaan
malabsorpsi. Radiograf abdomen dapat menunjukkan kalsifikasi pankreas pada pasien dengan
pankreatitis kronik. Pemeriksaan USG abdomen, pemindaian CT atau endoskopik retrograd
kolangiopankreatografi juga dapat digunakan dalam mengevaluasi kemungkinan penyakit
pankreas.
Suatu foto abdomen jarang dapat membantu dalam diagnosa nyeri abdomen yang
kronis kecuali bila terdapat indikasi klinis khusus tentang penyebabnya. Foto polos abdomen
tidak membantu menegakkan diagnosa kehamilan ektopik yang ruptur dan juga tidak bisa
mengesampingkan adanya apendisitis akut. Oleh karena itu foto abdomen diperuntukkan bagi
penderita-penderita yang klinis amat mencurigakan misalnya obstruksi usus, perforasi ulcus
duodeni/gaster/usus, nyeri renal atau bilier dengan kolik yang khas, benda asing, pada bayi
barulahir dengan meconium. Kelainan radiologis yang didapat haruslah dikorelasikan
dengan riwayat penyakit dan pemeriksaan klinis. Bila penderita nampaknya menderita akut
abdomen dan terdapat kesulitan untuk mendapatkan kelainan klinis yang khas, bisa
dipertimbangkan adanya suatu obstruksi. Walaupun demikian, bila penderita amat sakit,
kesan klinislah yang menentukan pengobatan meskipun hasil foto tidaklah diagnostik.
e. Tes fungsi hati
Tes fungsi hati untuk mengukur kemampuan hati melakukan fungsi normal, misalnya:
albumin serum untuk mengukur sintesis protein, waktu protrombin untuk mengukur faktor
pembekuan, bilirubin untuk mengukur konjugasi dan ekskresi garam empedu, atau
pengukuran enzim hati (alkali fosfatase, transminase), yang merupakan indikator kerusakan
hati.

f. Pemeriksan tinja
Mikroskopis warna feses dimulai berwarna coklat muda sampai warna kuning yang
bercampur dengan lendir, darh atau pus yang mana konsestensinya encer.
Mikroskopis jumlah sel eitel leukosit dan eritrosit terdiri dari dari PH feces, biasanya
menurun yang menunjukan keadan feces yang asam dan kadar kadar gula yang diduga (ada
sugar itoleran)
g. Pemeriksan darah
Pemeriksaan darah lengkap dapat berupa PH cadangan alkali dan elektrolit untuk
menentukan gangguan untuk keseimbanagam asam basa.
4.2 Diagnosa
1. Gangguan eliminasi BAB (diare) berhubungan dengan infeksi bakteri ditandai dengan
seringnya BAB sampai ≥ 3 kali sehari dan feses dalam keadaan cair.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik, kram abdomen, diare
dan iritasi jaringan ditandai dengan pasien mengatakan sakit perut dan wajah meringis sambil
memegangi area yang sakit.
3. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik, pemasukan
terbatas dan pengeluaran yang berlebihan melalui feses.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya intake
dan absorbsi makanan serta cairan.
4.3 Perencanaan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Gangguan Setelah dilakukan1. Kaji tanda- Mengetahui
eliminasi BAB tindakan tanda vital klien. keadaan umum
(diare) keperawatan pasien.
berhubungan 3x24 jam diare 2. Observasi Mengetahui
dengan infeksi dapat teratasi, adanya demam, tanda terjadinya
bakteri ditandai dengan Kriteria takikardi, ansietas perforasi atau
dengan Hasil: dan kelemahan. toksik
seringnya BAB
1. Fungsi usus megakolon.
sampai ≥ 3 kali stabil. 3. Catat frekuensi Mengetahui
sehari dan 2. BAB anak BAB, keadaan klien
feses dalam berkurang dan karakteristik, dan membantu
keadaan cair. konsistensi jumlah dan faktor mengkaji
normal. pencetus keparahan
3. Tanda-tanda penyakit
vital normal. 4. Berikan intake Pemberian
makanan dan secara bertahap
cairan per oral dapat menjaga
secara bertahap periode istirahat
pada kolon,
sedangkan
pemasukan
kembali
mencegah dan
diare.
5. Kolaborasi Mengobati
dengan tim infeksi supuratif
kesehatan lain lokal.
terkait pemberian
antibiotik (sesuai
indikasi).
2. Gangguan rasa Setelah dilakukan
1. Kaji keluhan Keluhan nyeri
nyaman nyeri tindakan nyeri klien dan klien dapat
berhubungan keperawatan catat area nyeri, menunjukkan
dengan 1x24 jam nyeri durasi, penyebaran
hiperperistaltik, pada klien teratasi karakteristik serta penyakit atau
kram abdomen, dengan Kriteria intensitasnya terjadinya
diare dan iritasi Hasil: menggunakan komplikasi,
jaringan 1. Rasa nyaman skala nyeri misalnya
ditandai terpenuhi. perforasi dan
dengan pasien 2. Klien tidak toksik
mengatakan meringis megakolon.
sakit perut dan kesakitan dan 2. Berikan posisi Menurunkan
wajah meringis memegangi nyaman pada tegangan
sambil perutnya yang klien misalnya abdomen dan
memegangi sakit. lutut fleksi. mendukung
area yang sakit.3. Wajah rileks. pengurangan
nyeri.
3. Observasi Fistula dapat
adanya isiorektal terjadi karena
dan fistula adanya erosi dan
perianal. kelemahan
dinding usus.
4. Kolaborasi Pemberian
dengan tim periode istirahat
kesehatan lain pada usus dapat
terkait modifikasi menurunkan
diet yang sesuai nyeri dan kram
indikasi. abdomen.
5. Kolaborasi Pemberian
dengan tim analgesik dapat
kesehatan lain mengurangi
terkait pemberian nyeri.
analgesik dan
obat lainnya
sesuai indikasi.
3 Kurangnya Setelah dilakukan
1. Kaji tanda- 1. Menunjukkan
volume cairan tindakan tanda dehidrasi tanda kehilangan
tubuh keperawatan seperti kulit dan cairan berlebihan
berhubungan 3x24 jam klien membran mukosa atau dehidrasi.
dengan status akan kering. 2. Memberikan
hipermetabolik, memperlihatkan2. Observasi informasi
pemasukan tanda-tanda dan masukan dan tentang
terbatas dan mempertahankan haluaran. keseimbangan
pengeluaran hidrasi yang 3. Anjurkan klien cairan dan intake
yang adekuat dengan untuk banyak yang masuk
berlebihan Kriteria Hasil: minum. sebagai
melalui feses 1. Turgor kulit 4. Kolaborasi pengganti cairan.
kembali normal. dengan tim 3. Sebagai
2. Membran kesehatan lain pemenuhan
mukosa lembab. terkait pemberian kembali cairan
Intake output obat diare sesuai yang hilang
seimbang. indikasi 4. Menurunkan
hilangnya cairan
pada usus.
4 Perubahan Setelah dilakukan1. Nilai status 1. Mengkaji
nutrisi kurang tindakan nutrisi klien toleransi
dari kebutuhan keperawatan dilihat dari pemberian
tubuh 3x24 jam klien sebelum sakit dan makanan
berhubungan mengkonsumsi berat badan 2. Mengetahui
dengan nutrisi yang sekarang nafsu makan
menurunnya adekuat sehingga2. Kaji keluhan klien serta
intake dan dapat rasa mual klien menemukan
absorbsi mempertahankan3. Berikan tindakan yang
makanan serta berat badannya makanan dengan adekuat
cairan. dengan Kriteria suplemen nutrisi 3. Meningkatkan
Hasil: untuk intake nutrisi
1. Klien akan meningkatkan yang adekuat
toleran dengan kualitas intake 4. Meningkatkan
diet yang sesuai nutrisi kepatuhan
dengan 4. Anjurkan orang terhadap
peningkatan berat tua untuk program
badan dalam memberikan terapeutik
batas normal makan dengan
sesuai berat teknik persi kecil
badan ideal tapi sering
2. Klien tidak
mual, tidak
muntah
3. Nafsu makan
meningkat
4. Kalori sesuai
dengan berat
badan
4.4 Pelaksanaan
4.4.1 Gangguan eliminasi BAB (diare) berhubungan dengan infeksi bakteri ditandai dengan
seringnya BAB sampai ≥ 3 kali sehari dan feses dalam keadaan cair.
a. Mengkaji tanda-tanda vital klien.
b. Mengobservasi adanya demam, takikardi, ansietas dan kelemahan.
c. Mencatat frekuensi BAB, karakteristik, jumlah dan faktor pencetus.
d. Memberikan masukan makanan dan cairan per oral secara bertahap
e. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain terkait pemberian
antibiotik (sesuai indikasi).
4.4.2 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik, kram abdomen,
diare dan iritasi jaringan ditandai dengan pasien mengatakan sakit perut dan wajah meringis
sambil memegangi area yang sakit
a. Mengkaji keluhan nyeri klien dan catat lokasinya, lamanya, karakteristik serta intensitasnya
menggunakan skala nyeri.
b. Memberikan posisi nyaman pada klien misalnya lutut fleksi.
c. Mengobservasi adanya isiorektal dan fistula perianal.
d. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain terkait modifikasi diet yang sesuai indikasi.
e. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain terkait pemberian analgesik dan obat
lainnya sesuai indikasi.
4.4.3 Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik, pemasukan
terbatas dan pengeluaran yang berlebihan melalui feses
a. Mengkaji tanda kekurangan cairan, seperti kulit dan membran mukosa kering.
b. Mengobservasi masukan dan haluaran,
c. Menganjurkan klien untuk banyak minum.
d. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain terkait pemberian obat diare sesuai indikasi.
4.4.4 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya intake
dan absorbsi makanan serta cairan.
a. Menilai status nutrisi klien dilihat dari sebelum sakit dan berat badan sekarang
b. Mengkaji keluhan rasa mual klien
c. Memberikan makanan dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi
d. Menganjurkan orang tua untuk memberikan makan dengan teknik persi kecil tapi sering
4.5 Evaluasi
1. Klien tidak diare lagi
2. Konsistensi feses berbentuk dan tidak cair
3. Klien tidak merasa mual dan nyeri
4. Menunjukkan pemenuhan cairan yang adekuat ditandai dengan tanda-tanda vital normal,
turgor kulit baik, ubun-ubun tidak cekung, membran mukosa lembab, dan mata tidak cekung.
5. Nutrisi klien adekut dan ditandai dengan peningkatan berat badan sesuai dengan usianya.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengertian di atas kelompok dapat menyimpulkan bahwa diare adalah
suatu infeksi yang menyerang membrane mukosa lambung dan usus halus yang ditandai
dengan frekuensi buang air besar lebih dari empat kali dalam konsistensi cair yang
mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit serta konsep tumbuh kembang pada anak
infant.
5.2 Saran
Saran dari beberapa kesimpulan diatas dengan melaksanakan asuhan keperawatan
pada anak dengan diare, maka perlu adanya saran untuk memperbaiki dan meingkatkan mutu
asuhan keperawatan, adapun saran sebagai berikut :
1. Untuk mahasiswa keperawatan diharapkan untuk lebih memahami tentang asuhan
keperawatan anak dengan diare sehingga dalam melakukan asuhan keperawatan lebih
komprehensif.
2. Untuk perawata diharapkan untuk meningkatkan konsep keperawatan anak dengan cara
diskusi, seminar dan pembacaan buku-buku yang berkaitan dengan masalah-masalah
keperawatan anak sehingga dalam melakukan proses keperawatan di rumah sakit lebih
komprehensif.
3. Untuk keluarga diharapkan dapat menjaga pola hidpu sehat salah satunya dengan
melakukan cuci tangan sebelmu dan seudah makan.

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi


Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika
Budiarti, S. 1997. Pendekatan pada Sel Hep-2 dan Keragaman Serotipe O
Escherichia Coli Enteropatogenik Isolat Indonesia. J. Berkala Ilmu
Kedokteran 29:105-110
Daldiyono, dkk., 1990. Kanker Kolon dan Peran Diit Tinggi Serat, Kejadian
di Negeri Barat. Gizi Indonesia. Vol. 15
DEPKES RI 2002, Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Dyumadias. dkk.1990. Aplikasi Antropometri Sebagai Alat Ukur Status Gizi di
Indonesia, Jakarta.
Herlman, T. Heather.2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan :
Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.
Hidayat, A. A. A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep
dan Proses Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika
Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik. Edisi 3.
Jakarta: EGC.
Netty Febriyanti Sugiarto. 2008. Uji Antidiare Jamu dan pada Mencit Putih
Jantan. Universitas Indonesia Jakarta., lontar.ui.ac.id:
http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/green/detail.jsp?id=126141&lokasi=lokal.,
29 Mei 2014.
Priyanto, Agus dan Lestari, Sri. 2009. Endoskopi Gastrointestinal. Jakarta
Salemba Medika.
Simatupang M., 2004. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Diare Pada Balita Di Kota Sibolga Tahun 2003. Program
Pascasarjana, Medan: Universitas Sumatera Utara
Sudoyo, Aru W, Setiyohadi, Alwi, Simadibrata, dkk, 2006, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
Suharyono,dkk. 2003. Gastrologi Anak Praktis Cetakan Keempat. Balai Penerbit
FK UI Gaya Baru. Jakarta Departemen Kesehatan RI, 2003. Indikator
Indonesia Sehat 2010,Jakarta.
WHO. 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit: Pedoman
bagi Rumah Sakit Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota. Jakarta: WHO dan

You might also like