You are on page 1of 16

AFTER CARE PATIENT

TUBERKULOSIS PARU PENGOBATAN BULAN VII DENGAN


EFUSI PLEURA DUPLEX
GIZI BAIK

Andhitya WP Teibang
1620221216

Pembimbing :
dr. Endang Prasetyowati, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA
RSUD AMBARAWA
2018
PENGESAHAN

Laporan After Care Patient diajukan oleh


Nama : Andhitya WP Teibang
NRP : 1620221216
Program studi : Kedokteran Umum
Judul skripsi : Tuberkulosis Paru Pengobatan Bulan VII dengan Efusi Pleura
Duplex serta Gizi Baik
Telah berhasil dipertahankan di hadapan pembimbing dan diterima sebagai syarat
yang diperlukan untuk ujian kepaniteraan klinik anak Program Studi Profesi
Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jakarta.

Pembimbing

dr. Endang Prasetyowati, Sp.A

Ditetapkan di : Ambarawa
Tanggal : 27 Februari 2018

2
BAB I
IDENTITAS DAN RESUME PASIEN

1.1 Identitas Pasien dan Keluarga


1.1.1 Identitas Pasien
Nama : An. M
Umur : 3 tahun 1 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 6 Desember 2014
Alamat : Desa Wirogomo Dusun Krajan Kidul RT 01 RW 04
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : Belum sekolah
Tanggal Kontrol ke RS : 8 Januari 2018

1.1.2 Identitas Kepala Keluarga


Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 27 tahun
Alamat : Cileungsi Bogor Jawa Barat
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa

1.2 Resume Penyakit dan Perkembangan Pasien


1.2.1 Resume Saat Kontrol Ke Rumah Sakit (8 Januari 2017)
Pasien merupakan pasien TB yang sedang dalam tahap pengobatan bulan
ke 7 dan rutin kontrol setiap bulannya ke Poliklinik Anak RSUD Ambarawa.
Sejak 7 bulan SMRS pasien mengeluhkan demam sumer selama sekitar 3
minggu. Demam dirasakan terutama lebih tinggi pada malam hari
dibandingkan dengan siang hari. Keluhan disertai batuk grok-grok dan pilek
sekitar 3 minggu. Pasien juga sering keringat dingin pada malam hari. Ibu

3
pasien sudah memberikan obat penurun panas pada pasien namun sering
kambuh lagi bila sudah tidak minum penurun panas. Demam tidak disertai
menggigil dan tidak sampai mengalami kejang. Selain itu ibu pasien juga
mengeluhkan berat badan anaknya beberapa bulan ini sulit naik. Kalaupun
naik tidak secara signifikan. Nafsu makan anaknya dirasa kurang
dibandingkan sebelumnya. Sehari makan 3 kali. Sekali makan pasien hanya
memakan sekitar 2-3 sendok saja.
2 hari SMRS, Ibu pasien menjelaskan bahwa pasien sering batuk grok grok
disertai pilek. Menurut ibu pasien sekarang nafsu makan pasien sudah
membaik sehingga berat badan pasien terus naik setiap bulannya, keluhan
keringat dingin di malam hari sudah tidak ada, demam juga tidak ada. Pasien
sehari makan 3 kali setiap kali makan 1 piring nasi habis.
Ibu pasien menjelaskan jika kakek pasien sering batuk dan diagnosis
penyakit flek paru oleh dokter dan sudah dinyatakan sembuh sekitar satu
tahun yang lalu.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik pada thoraks pasien ditemukan bunyi
pekakdi basal kedua lapang paru pada saat perkusi. Pada saat auskultasi
terdengar bunyi ronkhi pada kedua lapang paru. Pemeriksaan penunjang yaitu
pemeriksaan darah rutin didapatkan leukositosis (leukosit 13.800). Selain itu,
ditemukan gambaran efusi pleura dextra et sinistra pada foto thorak AP.

4
BAB II
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH

2.1 Profil Keluarga Pasien


2.1.1 Tabel Daftar Anggota Keluarga
No Nama Kedudukan Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan
Kelamin (tahun)
1. Tn. K Kakek Laki-Laki 54 SD Buruh Pabrik
2. Ny. M Nenek Perempuan 50 SD Beternak
3. Tn. A Ayah Laki Laki 28 SMP Pedagang
4. Ny.S Ibu Perempuan 27 SMP Ibu rumah
tangga
5. Nn.E Tante Perempuan 22 SMA Belum Bekerja

2.1.2 Genogram Keluarga

Keterangan :
Yang dilingkari merupakan keluarga yang tinggal serumah dengan pasien

5
2.2 Denah Rumah

Kolam Ikan WC Kandang Ayam

Pintu Belakang

Dapur Cuci
Pirin
g
Kamar
Tidur III
Kayu
Bakar

Meja Makan

Kandang
Sapi dan Kamar
Kambing Tidur II

Ruang Tamu dan


Ruang Keluarga

Kamar
Tidur I

Pintu Depan

6
2.3 Edukasi Saat Kunjungan
 Menjelaskan mengenai tuberkulosis paru
 Edukasi tentang komplikasi yang dapat terjadi pada pasien
 Edukasi kepada keluarga pasien agar selalu menjaga kesehatan lingkungan
rumah dan sekitar.
 Menjauhi faktor-faktor yang memicu sesak dan batuk seperti asap rokok,
bulu-bulu boneka atau selimut, asap pembakaran, dan hewan peliharaan
seperti sapi, kambing, ayam, dan ikan untuk mencegah penyakit infeksi pada
saluran pernapasan pasien.

2.4 Faktor Pendukung Keberhasilan After Care Patient


 Keluarga bersedia untuk kunjungan dokter muda dan menyambut kedatangan
dengan ramah
 Keluarga memperhatikan dengan baik ketika diberikan penjelasan mengenai
keadaan pasien
 Keluarga berusaha untuk selalu mengontrol dan mengawasi perkembangan
kesehatan pasien terutama ibu pasien
 Keluarga berkeinginan dan berusaha untuk melakukan hidup sehat

2.5 Identifikasi Fungsi Keluarga


2.5.1 Fungsi Biologis
 An. M laki-laki berusia 3 tahun 1 bulan sedang dalam tahap pengobatan TB
Bulan ke 7. Sejak 7 bulan yang lalu, pasien datang dengan keluhan batuk
grok-grok, pilek, demam, keringat dingin di malam hari, nafsu makan
menurun dan berat badan sulit naik. Saat ini pasien tidak ada keluhan, nafsu
makan membaik dan berat badan terus menerus naik. Keadaan umum : baik,
kesadaran compos mentis.
 Tanda-tanda vital :
 HR : 100 x/menit
 TD : 90/60 mmHg
 RR : 26 x/menit
 T : 36,60C
 BB : 13 Kg

7
 TB : 96 cm
Pemeriksaan Fisik :
 Kepala : Normochepal, distribusi rambut merata, warna hitam, tidak
mudah dicabut dan kulit kepala sehat.
 Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat, isokor,
3 mm/3 mm, refleks cahaya langsung (+/+), refleks cahaya tidak
langsung (+/+).
 Hidung : Bentuk dan posisi normal, napas cuping hidung tidak ada, tidak
ada deviasi septum nasi, tidak ada sekret, mukosa tidak hiperemis
 Telinga : Bentuk normal, tidak ada sekret, tidak ada nyeri tekan tragus,
tidak ada tanda-tanda peradangan
 Mulut : Mukosa bibir tidak kering, bibir tidak sianotik, lidah tidak kotor,
 Leher : Tidak ada kelainan bentuk leher, kelenjar getah bening tidak
membesar
 Thoraks : Bentuk normal, pergerakan napas simetris kanan dan kiri saat
statis dan dinamis
 Paru:
- Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri dan dinamis,
tidak ada retraksi dada, tidak ada otot bantu napas tambahan
serta tidak terdapat sela iga melebar
- Palpasi : Tidak dapat dilakukan
- Perkusi : Pekak di basal kedua lapang paru
- Auskultasi:Suara napas vesikuler, ronkhi +/+ (minimal) dan tidak ada
wheezing
 Jantung :
- Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak
- Palpasi :lIctus kordis teraba 1 jari ke arah lateral di ICS V linea
midclavicula sinistra
- Perkusi : Tidak dapat dilakukan
- Auskultasi: Bunyi jantung I-II reguler, murmur dan gallop tidak ada.
 Abdomen :
- Inspeksi : Datar

8
- Auskultasi: Bising usus normal
- Perkusi : Timpani di 4 kuadran abdomen
- Palpasi : Perabaan supel, tidak ada nyeri tekan, asites (-), hepar dan lien
tidak teraba
 Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada sianosis, tonus baik, CRT < 2 detik

2.5.2 Fungsi Psikologis


Pasien merupakan anak tunggal yang memiliki riwayat kelahiran cukup baik,
Pasien lahir spontan dengan berat badan lahir 2800 gram, cukup bulan dan
langsung menangis, tidak pucat dan kuning. Ayah pasien bekerja sebagai
pedagang dan ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga. Ayah pasien berjualan ayam
di Pasar Cileungsi Bogor dan bertempat tinggal di Cileungsi. Ayah pasien pulang
ke Ambarawa hanya setiap lebaran atau acara keluarga yang besar.

2.5.3 Fungsi Ekonomi


Ayah pasien bekerja sebagai pedagang ayam di Pasar Cileungsi Bogor
dengan total pendapatan bersih sekitar 750.000-1000.000 per bulan sedangkan
ibu pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Kakek pasien bekerja sebagai buruh
pabrik dengan total pendapatan per hari sekitar 20.000. Nenek pasien setiap hari
merawat dan mengambil rumput untuk makanan sapi dan kambing. Sebagai
penghasilan tambahan ibu dan nenek pasien membuat gula aren dan di jual ke
warung-warung di dekat rumahnya. Penghasilan dari berjualan aren sekitar
20.000-30.000 per hari nya.

2.5.4 Fungsi Religius


Ayah dan ibu pasien beragama islam. Keluarga pasien rutin mengikuti
pengajian yang dilakukan di lingkungan tempat tinggal pasien setiap hari minggu
dan kamis. Pasien setiap sore hari belajar mengaji dengan ustad di masjid dekat
rumahnya.

2.5.5 Fungsi Sosial Budaya


Kedudukan keluarga pasien di tengah lingkungan sosial adalah warga biasa.

9
2.6 Pola Konsumsi Pasien
Pasien mengonsumsi nasi putih dengan lauk bervariasi seperti ayam, ikan,
tahu ataupun tempe serta rutin minum susu SGM. Pasien makan 3 kali sehari
dimana setiap kali makan pasien habis satu piring dan pasien minum susu SGM 1
kali sehari yaitu saat siang hari.

2.7 Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan


2.7.1 Faktor Perilaku
Terdapat perilaku pada pasien yang mempengaruhi penyakit yang diderita
pasien yaitu pasien sebelum tidur harus memeluk dan mencium boneka berbulu
yang kotor dan penuh debu serta sering bermain dengan kucing liar yang
berkeliaran di dalam rumah.
2.7.2 Faktor Non Perilaku
Sarana pelayanan kesehatan yaitu Puskesmas dan Rumah Sakit jauh dari
rumah pasien. Jarak pelayanan kesehatan terdekat dari rumah pasien yaitu sekitar
15 km dengan jarak tempuh kurang lebih 1 jam dengan motor ataupun angkutan
desa. Terdapat sarana pelayanan kesehatan yang dekat dengan rumah pasien yaitu
bidan desa namun hanya buka senin sampai kamis pukul 07.00-12.00 WIB saja.
2.8 Identifikasi Lingkungan Rumah
Rumah pasien terletak di Puncak Gunung Wirogomo dan bersebelahan
dengan Masjid Krajan Kidul. Di depan rumah pasien terdapat kebun sayur-
sayuran dan belakang rumah pasien berbatasan langsung dengan tebing sehingga
rawan longsor. Rumah pasien berukuran 6 meter x 8 meter. Lantai rumah masih
tanah belum dilapisi keramik. Atap rumah langsung genteng tanpa adanya plafon.
Dinding rumah masih kayu. Rumah pasien terdiri dari ruang tamu yang digabung
dengan ruang keluarga, tiga kamar tidur, ruang makan, dapur, kamar mandi,
kandang sapi dan kambing, kandang ayam dan kolam ikan.
Ventilasi udara dan pencahayaan kurang di rumah pasien. Udara hanya masuk
melalui pintu apabila dibuka di ruang tamu dan ruang keluarga. Sirkulasi udara di
ruang tidur pasien kurang baik sehingga terasa lembab. Dinding kamar banyak
jamur nya. Di atas tempat tidur banyak terdapat boneka dan selimut berbulu yang
jarang di cuci. Di kolong tempat tidur pasien banyak debu yang dikarenakan ibu
pasien jarang membersihkan kolong tempat tidur. Kamar mandi di rumah pasien

10
hanya untuk mandi dan BAK sementara BAB biasanya menggunakan WC yang
berada di dekat rumahnya. Kamar mandi letaknya berdekatan dengan kolam ikan
dan kandang ayam yang hanya dibatasi oleh pagar kayu saja dan kamar mandi
pasien terbuka tidak ditutupi atap dan tembok. Air kamar mandi berasal dari air
mata pegunungan. Keluarga pasien memasak menggunakan kayu bakar bukan
kompor gas sehingga asap nya memasuki seluruh ruangan. Dapur serta ruang
makan pasien bersebelahan dengan kandang sapi dan kambing dimana hanya
dibatasi oleh pagar bambu. Air yang digunakan untuk masak dan mandi dari air
mata pegunungan, sumber listrik dari PLN, sampah dibuang ke tempat sampah
yang terletak di samping rumah. Di rumah pasien terdapat 1 ekor kucing liar yang
bebas berkeliaran di dalam rumah.
2.9 Tabel Permasalahan

Permasalahan Penyelesaaian

Kurangnya pengetahuan - Edukasi mengenai penyakit dan komplikasi


keluarga mengenai penyakit yang dapat terjadi
pasien - Edukasi mengenai pentingnya mengontrol
kesehatan pasien
Kondisi rumah berantakan dan - Edukasi mengenai pentingnya menjaga
kotor kebersihan lingkungan dan diri
Terdapat hewan di dalam - Menjauhkan hewan peliharaan dari pasien
rumah yang kurang terawat atau memberi kandang pada hewan
kebersihannya peliharaan agar tidak berkeliaran bebas
- Menjaga kebersihan hewan peliharaan agar
tidak menjadi sumber penyakit
Terdapat kandang hewan yang - Edukasi keluarga agar memindahkan
bersebelahan dengan tempat kandang agak jauh dari rumah agar tidak
tinggal pasien menjadi sumber penyakit
- Menjaga kebersihan kandang hewan.
Memasak menggunakan kayu - Memasak menggunakan kompor gas agar
bakar tidak memperparah kondisi pasien ataupun
menimbulkan penyakit baru bagi keluarga.

11
BAB III

KESIMPULAN KUNJUNGAN KELUARGA

Hasil pembinaan keluarga dilakukan pada tanggal 21 Februari 2018. Dari


pembinaan keluarga tersebut didapatkan hasil sebagai berikut :
a. Tingkat Pemahaman
Orangtua dan keluarga pasien cukup paham mengenai penyuluhan yang
diberikan oleh dokter muda. Orangtua dan keluarga tampak kritis dalam hal
menanyakan mengenai kesehatan pasien dan akan berusaha sebaik mungkin
demi menjaga kesehatan keluarga.
b. Hasil Pemeriksaan
Keadaan pasien sudah membaik, saat dilakukan kunjungan tidak ada
keluhan pada pasien. Namun pada pemeriksaan fisik masih terdengar bunyi
pekak pada basal kedua lapang baru dan ronkhi pada kedua lapang paru.
c. Faktor Pendukung
 Keluarga bersedia untuk kunjungan dokter muda dan menyambut
kedatangan dengan ramah dan dengan antusias
 Keluarga memperhatikan dengan baik ketika diberikan penjelasan mengenai
keadaan pasien
 Keluarga berusaha untuk selalu mengontrol dan mengawasi perkembangan
kesehatan pasien terutama ibu pasien
 Keluarga berkeinginan dan berusaha untuk melakukan hidup sehat
d. Faktor Penyulit
 Kurangnya pemahaman orangtua pasien tentang faktor-faktor yang
memperburuk keadaan pasien seperti kayu bakar, kandang hewan, dan
hewan yang tidak terjaga kebersihannya berkeliaran di dalam rumah serta
kurang baiknya sirkulasi udara dan pencahayaan di dalam rumah.

12
LAMPIRAN FOTO KUNJUNGAN

Tampak depan rumah

Ruang Tamu dan Ruang Keluarga

Kamar I

13
Kamar 2 Dapur

Dapur Ruang Makan

Kandang Hewan Ternak Kamar Mandi

14
Kolam Ikan

15
DAFTAR PUSTAKA

Allen B 2014. Diagnosis of LTBI and IGRA Testing. Indianapolis: Mayo Clinic
Center for Tuberculosis. Hal 22-24.
Chandra K, Randall DC 2006. Neonatal pleural effusion. Arch Pathol Lab Med
edition 22. North of Portugal. Hal 130.
Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2009.
Panduan Ilmu Penyakit Dalam UI. Depok. Hal 99-102.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2013.
Petunjuk Teknis Manajemen TB Anak. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.
Hal 23-26.
Djojodibroto Darmanto 2007. Tuberkulosis Paru dalam : Respirologi Respiratory
Medicine. EGC. Jakarta. Hal 151-168
Kapita Selekta Kedokteran 2014. Essential medicine. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. Hal 214-218.
Mardjanis S., I. Budiman 2008. Imunisasi BCG pada Anak. Dalam : Nastiti N.R.,
Bambang S., Darmawan B.S., penyunting. Buku Ajar Respirologi Anak.
Jakarta : Badan Penerbit IDAI. Hal 252-258.
Miller FJW 2012. Tubeculosis in children, evolition, epidemiology, treatment,
prevention. New York; Churchill Livingstone. Hal 115-119.
Nastiti N.R., Darmawan B.S 2008. Diagnosis Tuberkulosis pada Anak. Dalam :
Nastiti N.R., Bambang S., Darmawan B.S., penyunting. Buku Ajar Respirologi
Anak. Jakarta : Badan Penerbit IDAI. Hal 68-70.
Price SA , Standridge MP 2006. Tuberkulosis Paru dalam: Patofisiologi Edisi VI.
EGC. Jakarta : Hal 852-862.

16

You might also like