You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asuhan keperawatan berlaku sejak terjadi pembuahan pada ibu, hingga manusia
lahir, tumbuh dan berkembang, memasuki usia remaja, dewasa, menua bahkan hingga
terminal dan menjelang ajal. Tidak hanya ketika manusia itu sakit, juga dalam
keadaan sehatnya. Perawat mendampingi, bahkan dengan setia memberikan yang
terbaik bagi kliennya dengan tujuan hanya demi kebaikan.
Proses menua, adalah wajar dan terjadi pada semua manusia yang hidup. Tidak
ada yang dapat lolos dan menghindarinya. Selama ia tidak sakit ataupun meninggal
pada usia muda. Secara wajar proses ini akan berlangsung, tidak ada satupun manusia
yang dapat awet muda, ataupun lebih sakral lagi dengan hidup abadi.
Menjadi tua, dengan pasti akan diikuti oleh perubahan fisik dan psikis. Faktor
lingkungan, personal, kehilangan pasangan, ditinggal anak, tidak sekuat ketika muda
dan penyakit menjadi hal yang paling ditakuti lansia. Sehingga, melakukan persiapan
ataupun mengetahui hal apa yang akan terjadi di usia tua menjadi suatu yang sangat
harus diketahui oleh seorang manusia menjelang usia tuanya. Termasuk perawat,
yang memberikan asuhan keperawatan pada semua manusia dan usia.
Penyakit, tidak hanya menjadi masalah bagi lansia. Selain karena faktor fisik
yang mulai lemah, bahkan kehilangan sel-sel nya yang semakin berkurang setiap hari.
Maka pasti waktu-waktu ini akan selalu dekat dengan yang namanya sakit atau
penyakit.

1.2 Tujuan Penulisan


Bagi seorang perawat untuk mengetahui keadaan fisik ataupun psikososial pada
usia lansia, dan bagaimana terjadinya proses penuaan. Sebagai suatu fase yang pasti
akan dilewati oleh setiap manusia.

1.3 Rumusan Masalah


· Bagaimana kondisi fisik dan psikis dewasa akhir dan lansia?
· Bagaimana proses penuaan dapat terjadi pada seorang manusia?
· Penyakit apa saja yang rentan terjadi pada manusia pada saat lansia sebagai
bagian dari proses penuaan?

1.4 Metoda Penulisan


· Studi pustaka
Metode penulisan yang kami lakukan dalam pembuatan makalah ini adalah dengan
mengambil dan mempelajari dari sumber browsing di internet maupun dari draft
pembelajaran pada mata kuliah patologi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Terjadinya Proses Penuaan


Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi tua)
adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Constantindes, 1994).
Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap
hidup manusia, yaitu; bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia. Orang mati
bukan karena lanjut usia tetapi karena suatu penyakit, atau juga suatu kecacatan.
Akan tetapi proses menua dapat menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Walaupun demikian,
memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum
lanjut usia.
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa.
Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan
lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit.
Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seseorang mulai
menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda.

2.2 Teori-Teori Proses Penuaan


A. Teori Biologi
1. Teori Seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan
kebanyakan sel-sel tubuh “diprogram” untuk membelah 50 kali. Jika sebuah
sel pada lansia dilepas dari tubuh dan dibiakkan di laboratorium, lalu
diobservasi, jumlah sel yang akan membelah akan terlihat sedikit. (Spence &
Masson dalam Waton, 1992). Hal ini akan memberikan beberapa pengertian
terhadap proses penuaan biologis dan menunjukkan bahwa pembelahan sel
lebih lanjut mungkin terjadi untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan,
sesuai dengan berkurangnya umur.
Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf, sistem muskuloskeletal dan
jantung, sel pada jaringan dan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti jika
sel tersebut dibuang karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut
beresiko mengalami proses penuaan dan mempunyai kemampuan yang
sedikit atau tidak sama sekali untuk tumbuh dan memperbaiki diri. Ternyata
sepanjang kehidupan ini, sel pada sistem ditubuh kita cenderung mangalami
kerusakan dan akhirnya sel akan mati, dengan konsekuensi yang buruk
karena sistem sel tidak dapat diganti.
2. Teori “Genetik Clock”
Menurut teori ini menua telah diprogram secara genetik untuk
species-species tertentu. Tiap species mempunyai didalam nuclei (inti
selnya) suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi
tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi
sel bila tidak berputar, jadi menurut konsep ini bila jam kita berhenti kita
akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan
atau penyakit akhir.
Konsep genetik clock didukung oleh kenyataan bahwa ini
merupakan cara menerangkan mengapa pada beberapa species terlihat
adanya perbedaan harapan hidup yang nyata. (misalnya manusia; 116
tahun, beruang; 47 tahun, kucing 40 tahun, anjing 27 tahun, sapi 20
tahun)
Secara teoritis dapat dimungkinkan memutar jam ini lagi meski
hanya untuk beberapa waktu dengan pangaruh-pengaruh dari luar,
berupa peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit atau tindakan-
tindakan tertentu.
Usia harapan hidup tertinggi di dunia terdapat dijepang yaitu pria76
tahun
dan wanita 82 tahun (WHO, 1995)
Pengontrolan genetik umur rupanya dikontrol dalam tingkat seluler,
mengenai hal ini Hayflck (1980) melakukan penelitian melalaui kultur
sel ini vitro yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara kamampuan
membelah sel dalam kultur dengan umur spesies.
Untuk membuktikan apakan yang mengontrol replikasi tersebut nucleus
atau sitoplasma, maka dilakukan trasplantasi silang dari nukleus.
Dari hasil penelitian tersebut jelas bahwa nukleuslah yang menentukan
Jumlah replikasi, kemudian menua, dan mati, bukan sitoplasmanya
(Suhana, 1994)

3. Sintesis Protein (Kolagen Dan Elastin)


Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada
lansia. Proses kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya
perubahan kimia pada komponen protein dalam jaringan tersebut. Pada
lansia beberapa protein (kolagen dan kartilago, dan elastin pada kulit)
dibuat olehtubuh dengan bentuk dan struktrur yang berbeda dari protein
yang lebih muda. Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan elastin
pada klulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal,
seiring dengan bertambahnya usia. (Tortora & anagnostakos, 1990) hal
ini dapat lebih mudah dihubungkan dengan perubahan permukaan kulit
yang kehilangan elastisitasnya dan cenderung berkerut, juga terjadinya
penurunan mobilitas dan kecepatan pada sistem muskuloskeletal.
4. Keracunan Oksigen
Teori tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel didalam
tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat
racun dengan kadar yang tinggi, tanpa mekanisme pertahan diri tertentu.
Ketidakmampuan mempertahankan diri dari toksik tersebut
membuat struktur membran sel mangalami perubahan dari rigid, serta
terjadi kesalahan genetik. (Tortora & anagnostakos, 1990)
Membran sel tersebut merupakan alat untuk memfasilitasi sel dalam
berkomunikasi dengan lingkungannya yang juga mengontrol proses
pengambilan nutrien dengan proses ekskresi zat toksik didalam tubuh.
Fungsi komponen protein pada membran sel yang sangat penting bagi
proses diatas, dipengaruhi oleh rigiditas membran tersebut. Konsekuensi
dari kesalahan genetik adalah adanya penurunan reproduksi sel oleh
mitosis yang mengakibatkan jumlah sel anak di semua jaringan dan
organ berkurang. Hal ini akan menyebabkan peningkatan kerusakan
sistem tubuh.

5. Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa
penuaan. Walaupun demikian, kemunduran kamampuan sistem yang
terdiri dari sistem limfatik dan khususnya sel darah putih, juga
merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses penuaan.
Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca translasi, dapat
menyebabkan berkurangnya kamampuan sistem imun tubuh mengenali
dirinya sendiri (self recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan
terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini akan dapat
menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel yang megalami
perubahan tersebut sebagi sel asing dan menghancurkannya. Perubahan
inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun (Goldstein,
1989)
Hasilnya dapat pula berupa reaksi antigen antibody yang luas
mengenai jaringan-jaringan beraneka ragam, efek menua jadi akan
menyebabkan reaksi histoinkomtabilitas pada banyak jaringan.
Salah satu bukti yang ditemukan ialah bertambahnya prevalensi auto
antibodi bermacam-macam pada orang lanjut usia (Brocklehurst, 1987)
Disisi lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami
penurunan pada proses menua, daya serangnya terhadap sel kanker
menjadi menurun, sehingga sel kanker leluasa membelah-belah. Inilah
yang menyebabkan kanker yang meningkat sesuai dengan meningkatnya
umur (Suhana, 1994)
Teori atau kombinasi teori apapun untuk penuaan biologis dan hasil akhir penuaan,
dalam pengertian biologis yang murni adalah benar. Terdapat perubahan yang
progresif dalam kemampuan tubuh untuk merespons secara adaptif (homeostatis),
untuk beradaptasi terhadap stres biologis.
Macam-macam stres dapat mencakup dehidrasi, hipotermi, dan proses penyakit.
(kronik dan akut)

2.3.Teori-Teori Psikologis
1. Teori Pelepasan
Teori pelepasan memberikan pandangan bahwa penyesuaian diri lansia
merupakan suatu proses yang secara berangsur-angsur sengaja dilakukan oleh
mereka, untuk melepaskan diri dari masyarakat.

2. Teori Aktivitas
Teori aktivitas berpandangan bahwa walaupun lansia pasti terbebas dari
aktivitas, tetapi mereka secara bertahap mengisi waktu luangnya dengan
melakukan aktivitas lain sebagai kompensasi dan penyusuauian.
III. Aspek Psikologis Akibat Lanjut Usia
Aspek psikologis pada lansia tidak dapat berlangsung tampak. Salah satu pengertian yang umum
tentang lansia adalah bahwa mereka mempunyai kemampuan memori dan kecerdasan mental yang
kurang.
Penelitian tentang kemampuan aspek kognitif dan kemampuan memori pada lansia dalam
kelompok dan kemampuan mereka untuk memcahkan masalah, ternyata tidak mendukung
gambaran diatas. Adalah benar bahwa banyak lansia mempunyai cara berbeda dalam memecahkan
masalah, bahkan mereka dapat melakukannya dengan baik walaupun kondisinya menurun. Akan
tetapi, juga terdapat bukti bahwa lansia mengalami kemunduran mental yang substansil atau luas.
IV. Keperibadian, Intelegensia, Dan Sikap
Meskipon sulit untuk mendefenisikan dan mengukur keperibadian, namun upaya ini tetap
dilakukan untuk mengubah sedikit pemikiran tentang lansia. Walaupun mengalami kontroversi, tes
intelegensia dengan jelas memperlihatkan adanya penurunan kecerdasan pada lansia (Cockburn &
Smith, 1991). Hal ini tidak diungkapkan secara signifikan dan bahkan mungkin tidak berpengaruh
secara nyata terhadap kehidupan lansia. Sikapnya tentu berbeda dengan sering bertentangan
dengan sikap generasi yang lebih muda. Semua kelompok lansia sering kali mempertahankan
sikap yang kuat, sehingga sikapnya lebih stabil dan sedikit sulit untuk berubah. Satu hal pada
lansia yang diketahui sedikit berbeda dari orang yang lebih muda yaitu sikap mereka terhadap
kematian. Hal ini menunjukkan bahwa lansia cenderung tidak terlalu takut terhadap konsep dan
realitas kematian. Hal ini mungkin merupakan suatu gambaran adaptif pada penuaan.
2.2 Batasan Tua Atau Lanjut Usia
Beberapa pendapat mengenai batasan umur lansia.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
Lanjut usia meliputi:
· Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
· Lanjut usia (elderly) = antara 60 dan 74 tahun
· Lanjut usia tua (old) = antara 75 dan 90 tahun
· Usia sangat tua (very old) = diatas 90 tahun
Menurut Prof. Dr. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad
Membagi periodisasi biologis perkembangan manusia sebagai berikut:
· 0-1 tahun = masa bayi
· 1-6 tahun = masa prasekolah
· 6-10 tahun = masa sekolah
· 10-20 tahun = masa pubertas
· 40-65 tahun = masa setengah umur (prasenium)
· 65 tahun keatas = masa lanjut usia ( senium)
Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (Psikolog Ui)
Lanut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat
bagian
· Fase iuventus, antara 25 sampai 40 tahun
· Fase vertilitas, antara 40 sampai 50 tahun
· Fase prasenium, antara 55 sampai 65 tahun
· Fase senium, 65 tahun hingga tutup usia
Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro
Pengelompokan lanjut usia sebagai berikut;
· Usia dewasa muda (elderly adulhood), 18 atau 29-25 tahun.
· Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25-60 tahun atau 65 tahun
· Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun
ü 70-75 tahun (yaoung old)
ü 75-80 tahun (old)
ü Lebih dari 80 (very old)
Menurut UU No. 4 Tahun 1965
Dalam pasal 1 dinyatakan sebagai berikut: seorang dapat dikatakan sebagai jompo atau lanjut usia
setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari
nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain
(sekarang tidak relevan lagi)
Menurut UU No. 13/Th.1998 tentang kesejahteraan lanjut usia yang berbunyi sebagai berikut;
BAB 1 Pasal 1 Ayat 2 yang berbunyi:
Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas.

Birren and Jenner (1997) membedakan usia menjadi tiga;


· Usia biologis;
Yang menunjuk kepada jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada dalam keadaan hidup dan
mati
· Usia psikologis
Yang menunjuk pada kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian kepada
situasi yang dihadapinya.
· Usia sosial
Yang menunjuk kepada peran-peran yang diharapkan atau diberikan masyarakat kepada seseorang
sebungan dengan usianya.

2.3 Kondisi Fisiologis Dan Patologis Pada Lanjut Usia


Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia
Perubahan-perubahan fisik
1. Sel
2. Lebih sedikit jumlahnya
3. Lebih besar ukurannya
4. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler
5. Menurunnya proporsi protein di otak, otot, darah, dan hati.
6. Jumlah sel otak menurun.
7. Terganggunya mekanisme perbaikan sel
8. Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%

2. Sistem persarafan
1. Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel otaknya dalam setiap harinya)
2. Cepatnyan menurun hubungan persarafan
3. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres.
4. Mengecilnya saraf panca indra. Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran,
mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya
dengan ketahanan terhadap dingin.
5. Kurang sensitif terhadap sentuhan

3. Sistem pendengaran
1. Presbiakusis (gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran
pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak
jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun
2. Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
3. Terjadi pengumpulan serumen dapat mengeras karena menginkatnya keratin.
4. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa/stres.

4. Sistem penglihatan
1. Sfingter pupil timbul skelerosis dan hilangnya tespon terhadap sinar.
2. Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
3. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan
penglihatan.
4. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat,
dan susah melihat dalam cahaya gelap
5. Hilangny daya akomodasi
6. Menurunnya lapangan pandang; berkurang luas pandangannya.
7. Berkurangnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.

5. Sistem kardiovaskuler
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung untuk memompa menurun 1% setiap tahun sesudah berumut 20 tahun,
hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elatisitas pembuluh darah; kurang efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenisasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan
darah menurun menjadi 65 mmHg (menyebabkan pusing mendadak)
5. Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah
perifer; sistolis normal 170 mmHg, diastolis normal 90 mmHg.

6. Sistem pengtaturan temperatur tubuh


Pada sistem pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu termostat, yaitu
menetapkan suatu suhu tertntu, kemunduran terjadi sebagai faktor yang mempengaruhinya. Yang
sering ditemui antara lain;
1) Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik ± 35o ini akibat metabolisme yang
menurun
2) Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga
terjadi rendahnya aktivitas otot.

7. Sistem respirasi
1) Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku
2) Menurunnya aktivitas dari silia
3) Paru-paru kehilangan aktivitas; kapasitas residu meningkat, menarik nafas menjadi berat,
kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun
4) Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
5) O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
6) CO2 pada arteri tidak berganti
7) Kemampuan untuk batuk berkurang
8) Kemampuan pegas, dinding, dada, dan kekuatan otot pernapasan akan menurun seiring
degan bertambahnya usia.
8. Sistem gastrointestinal
1) Kehilangan gigi; penyebab utama adalah Periodental disease yang bisa terjadi setelah umur
30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
2) Indera pengecap menurun; adanya iritasi yang kronis, dari selaput lendir, atropi indera
pengecap (±80%), hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap di lidah terutama rasa tentang rasa
asin, asam, dan pahit.
3) Eofagus melebar
4) Lambung, rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam labung menurun, waktu
mengosongkan menurun.
5) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
6) Fungsi absobsi melemah (daya absobsi terganggu)
7) Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran
darah.
9. Sistem reproduksi
1) Menciutnya ovari dan uterus
2) Atrofi payudara
3) Pada laku-laki testis masih dapat memproduksi spermatosoa, meskipun adanya penurunan
secara beransur-ansur
A. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun (asal kondisi keksehatan
baik), yaitu;
· Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia
· Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan kemampuan seksual
· Tidak perlu cemas karena merupakan perubahan alami
B. Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang,
reaksi sifatnya menjadi alkali, dan terjadi perubahan-perubahan warna.
10. Sistem genito urinaria
1) Ginjal, merupaan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, melalui urine darah yang
masuk ke ginjal, disaring oleh satuan unit terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di
glumerulus, kemudia mengecil dan nefron menjadi atrofi. Aliran darah ke ginjal menurun sampai
50%. Fungsi tubulus berkurang akibatnya; kurang kemapuan mengkonsentrasi urine, berat jenis
urine menurun, proten uria.
2) Vesika urinaria (kandung kemih); otot-ototnya menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai
200ml atau menyebabkan frekuensi buang air kecil meningkat. Vesika urinari susah dikosongkan
sehingga meningkatkan retensi urine.
3) Pembesaran prostat kurang lebih 75% dialami oleh pria usia di atas 65 tahun
4) Atrofi vulva
11. Sistem endokrin
1) Produksi hampir semua hormon menurun
2) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah
3) Pituitari; hormon pertumbuhan ada tetapi lebih rendah tetapi rendah dan hanya dalam
pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH, LH.
4) Menurunnya aktifitas tiroid, BMR menurun.
12. Sistem kulit
1) Kulit mengerut atau keriput akibat kahilangan jaringan lemak
2) Kulit kasar dan bersisik,
3) Mekanisme proteksi kulit menurun
· Produksi serum menurun
· Gangguan pigmentasi kulit
4) Kulit kepala dan rambut menipis
5) Kelenjar keringat berkurang jumlahnya
13. Sistem muskuloskeletal
1) Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh
2) Kifosis
3) Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek
4) Persendian membesar dan menjadi pendek
5) Tendon mengerut dan mengalami skelrosis
14. Perubahan mental
Faktor yang mempengaruhi perubahan mental
1) Perubahan fisik, organ perasa
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan
5) Lingkungan
1. Momory: jangka panjang (*berhari-hari yang lalu) mencakup beberapa perubahan.
Kenangan jangka pendek (0-10 menit) kenangan buruk
2. Intelegency; tidak berubah dengan informasi matematik dan perkataan verbal.
3. Berkurangnya keterampilan psikomotor.
5.2 Terjadinya Penuaan Dini Pada Sebagian Manusia
Penuaan dini adalah proses dari penuaan kulit yang lebih cepat dari seharusnya. Banyak orang
yang mulai melihat timbulnya kerutan kulit wajah pada usia yang relatif muda, bahkan pada usia
awal 20-an. Hal ini biasanya disebabkan berbagai faktor baik internal maupun eksternal.
Faktor internal ini biasanya disebabkan oleh adanya gangguan dari dalam tubuh. Misalnya sakit
yang berkepanjangan, serta kurangnya asupan gizi. Sedangkan faktor eksternal bisa terjadi karena
sinar matahari, polusi, asap rokok, makanan yang tidak sehat dan lain sebagainya.

Struktur Kulit
Fakta Ilmiah Tentang Kulit
1. Pada usia muda, kulit baru akan muncul ke lapisan epidermis setiap 28 – 30 hari. Dengan
bertambahnya usia, proses regenerasi berkurang secara cepat. Dan setelah usia di atas 50 tahun
prosesnya menjadi sekitar 37 hari.
2. Lapisan dermis kulit adalah lapisan kulit yang bertanggung jawab terhadap sifat elastisitas,
dan kehalusan kulit. Berfungsi mensuplai makanan untuk lapisan epidermis, dan sebagai fondasi
bagi kolagen serta serat elastin.
3. Vitamin C merangsang dan meningkatkan produksi kolagen kulit dengan cara meningkatkan
kemampuan perkembangbiakan sel fibroblast tua dermis.

Struktur Kolagen
Kolagen adalah komponen utama lapisan kulit dermis (bagian bawah epidermis) yang dibuat oleh
sel fibroblast. Pada dasarnya kolagen adalah senyawa protein rantai panjang yang tersusun lagi
atas asam amino alanin, arginin, lisin, glisin, prolin, serta hiroksiproline. Sebelum menjadi
kolagen, terlebih dahulu terbentuk pro kolagen.

Bilamana produksi kolagen menurun seiring dengan bertambahnya usia, dampaknya adalah
meningkatnya proses “kulit kering” serta sifat elastisitasnya. Lapisan dermis inilah yang
bertanggung jawab akan sifat elastisitas dan kehalusan kulit (skin smoothness) yang merupakan
kunci utama untuk disebut “awet muda” serta memiliki kulit indah (beautiful skin).
Proses Penuaan Kulit

Proses Penuaan pada Kulit


Penuaan kulit pada dasarnya terbagi atas 2 proses besar, yaitu penuaan kronologi (chronological
aging) dan 'photo aging'. Penuaan kronologi ditunjukkan dari adanya perubahan struktur, dan
fungsi serta metabolik kulit seiring berlanjutnya usia. Proses ini termasuk, kulit menjadi kering
dan tipis; munculnya kerutan halus, adanya pigmentasi kulit (age spot).
Sedangkan proses 'photo aging' adalah proses yang menyangkut berkurangnya kolagen serta serat
elastin kulit akibat dari paparan sinar UV matahari. Paparan sinar sinar UV yang berlebihan, dapat
menyebabkan kerusakan kulit akibat munculnya enzim proteolisis dari radikal bebas yang
terbentuk. Enzim ini selanjutnya memecahkan kolagen serta jaringan penghubung di bawah kulit
dermis.
Sehingga dari pengetahuan kita mengenai fakta dan proses penuaan kulit yang merupakan
penyebab penuaan dini, kita perlu melakukan tindakan yang tepat untuk menangani penuaan dini.
Salah satu tindakan yang tepat untuk menangani penuaan dini adalah memakai produk antiaging
yang tepat.
Ser–C, serum vitamin C adalah produk perawatan kulit yang tepat, berguna memperlambat proses
penuaan dini dan menyamarkan keriput (atau kerutan) kulit wajah.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Proses penuaan dapat ditinjau dari aspek biologis, sosial dan psikologik. Teori-teori biologik sosial
dan fungsional telah ditemukan untuk menjelaskan dan mendukung berbagai definisi mengenai
proses menua.
Dan pendekatan multi disiplin mengenai teori penuaan, perawat harus memiliki kemampuan untuk
mensintesa berbagai teori tersebut dan menerapkannya secara total pada lingkungan perawatan
klien usia lanjut termasuk aspek fisik, mental/emosional dan aspek-aspek sosial. Dengan demikian
pendekatan eklektik akan menghasilkan dasar yang baik saat merencanakan suatu asuhan
keperawatan berkualitas pada klien lansia.

3.2 Saran
Masa tua adalah sesuatu yang akan dan harus dihadapi oleh setiap manusia, untuk menjalani
proses kehidupan mereka. Tidak ada satupun orang yang dapat menghindarinya dan berusaha agar
tetap dapat terlihat awet muda.
Berbagai proses harus dilewati, namun beberapa orang ada yang dapat melalui prosesnya dengan
baik, namun ada pula yang tidak cukup lancar. Ditinjau dari berbagai aspek dan sudut pandang,
dari segi fisik dan kejiwaan.
Maka, perawat yang melakukan tindakan asuhan keperawatan pada berbagai tingkatan usia harus
dan wajib tahu bagaimana konidisi fisiologis pasiennya. Termasuk pada usia lanjut. Semoga
makalah ini dapat menjadi salah satu referensinya. Baik sebagai acuan dalam pembelajaran,
ataupun sebagai pedoman dalam tindakan asuhan keperawatan pada klien usia lanjut

DAFTAR PUSTAKA
Pringgoutumo, dkk. 2002. Buku Ajar Patologi 1 (umum), Edisi 1. Jakarta. Sagung Seto.
Sutisna Hilawan (1992), Patologi, Jakarta, Bagian Patologi Anatomi FKUI.
Gunawan S, Nardho, Dr, MPH, 1995, Upaya Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Dep Kes R.I.

You might also like