ffektfitas, Kelebihan dan Kekurangan Obat.... (Muhamad Syeripuddin _—___
EFEKTIFITAS, KELEBIHAN DAN KEKURANGAN OBAT ANTITUBERKULOSIS (OAT) PARU-PARU : OAT-
FDC, OAT-KOMBIPAK DAN OAT-TERPISAH
Efficacy, advantage and disadvantage TE drugs: FOC-TB drugs, Combipack-TB drugs and Separated-TB
Drugs
Muhamad Syaripuddin
Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Naskah diterima tanggal 9 Maret 2013,
ABSTRACT
Tuberculosis (TB) has become a main infectious disease that causes high mortality rate in
many developing countries such as Indonesia. The government has been applying the DOTS
(Directly Observed Treatment Shortcourse) strategy in order to overcome TB. The anti TB
drugs which have been used in indonesia are FDC (fixed dose combination) anti TB, combipack
anti TB, and separated anti TB drugs. This article is almed to evaluate the efficacy as well as
the positive and negative side of those anti TB drugs based on erature review. Several domestic
and international references discussing on the efficacy of anti TB drugs have been analyzed
using qualitative method. The conclusion related with efficacy as well as positive and negative
side of those drugs then being described.
The result conclude that the FDC anti TB drugs showed better benefit in the treatment of TB
‘comparing to combipack and separated anti TB drugs. In addition, the FDC anti TB drugs
provides patient with more comfortable way to be taken comparing to separated-anti TB drugs.
The FDCs which are packed for one dose only are easier to be distributed and to be taken by
7B patients.
Keywords: efficacy, FDC-anti TB, Combipack-anti TB, separated-anti TB, lung tuberculosis,
ABSTRAK
‘Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakitinfeksi yang sering menimbulkan kematian
di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Pemerintah melakukan startegi DOTS.
(Directly Observed Treatment Shortcourse) sebagai upaya menanggulangi TB. Obat anti
tuberkulosis (OAT) yang digunakan di Indonesia dalam penanggulangan TB adalah OAT-FDC,
OAT-kombipak dan OAT-terpisah. Tulisan ini bertujuan untuk mengevaluasi efektifitas, kelebihan
dan kekurangan OAT berdasarkan literatur yang ditemukan, Beberapa literatur didapat baik
dari Indonesia dan luar negeri yang membahas efektiftas OAT-FDC, OAT-kombipak dan OAT-
terpisah. Hasil penelitian kemudian dianalisis secara kualitatif dan diambil kesimpulan yang
berkaitan dengan efektifitas, kelebinan dan kekurangan dari beberapa jenis OAT. Beberapa
kesimpulan yang dapat diambil dari kajian ini adalah : dalam pengobatan tuberkulosis OAT-
FDC memberikan keuntungan lebih besar dibandingkan OAT-kombipak dan juga memberikan
keuntungan lebih besar dibandingkan dengan OAT-terpisah. Berdasarkan literatur peneiitian
yang membandingkan efektiftas ketiga jenis OAT terbukti bahwa efektiftas OAT-FDC, OAT
kombipak dan OAT-terpisah relat sama, namun OAT-FDC lebih memberikan kemudahan
pasien. Dibandingkan OAT-terpisah, OAT yang dikemas dalam bentuk sekali minum akan let
‘memudahkan pasien untuk diminum dan lebih mudah untuk didisitribu
PENDAHULUAN baru TB berjumiah 250.000 yang menyerang pada usia
‘Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakitinfeksi
‘yang sering menimbulkan kematian yaitu sekitar 140,000
kematian setiap tahunnya. Pada tahun 2004 penderita
‘Alamat korespondensi: Pusat Teknologi Intervensi
Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
15-55 tahun (Departemen Kesehatan, 2005,
Departemen Kesehatan, 2011). Selain itu Kematian
wanita karena TB lebih besar dibandingkan karena
kehamilan, persalinan dan nifas(Kesehatan, 2011).
Sejak awal tahun 1990-an Pemerintah melakukan
startegi DOTS (Directly Observed Treatment
‘Shortcourse) sebagai upaya menanggulangi TB. Dua
dari lima komponen strategi DOTS adalah- FARMASAINS Vol 2 No. 2, Oktober 2013.
pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan
Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkulosis
(OAT)(Kesehatan, 2005, Kesehatan, 2011).
‘Tuberkulosis adalah penyakit menularlangsung
yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis, kuman ini termasuk basil gram posit
berbentuk batang dan tahan terhadap asam
Meningkatnya jumiah penderita TB disebabkan
beberapa faktor diantaranya kurangnya kepatuhan
Penderita untuk berobat dan minum obat, harga obat
yang mahal, timbuinya resistensi ganda, kurangnya
‘aya tahan tubuh terhadap mikobakteria, berkurangnya
daya bakterisid obat yang ada dan meningkatnya kasus
HIVIAIDS. Kondisi ini memertukan peran lintas sektor
dalam mengatasi penyakit TB(Departemen Kesehatan,
2005, Departemen Kesehatan, 2011)
Terapi atau Pengobatan penderita TB
dimaksudkan untuk; 1) menyembuhkan penderita
‘sampai sembuh, 2) mencegah kematian, 3) mencegah
kekambuhan, dan 4) menurunkan tingkat penularan.
‘Akitas obat TB didasarkan atas tiga mekanisme, yaitu
aktifitas membunuh bakteri, aktifitas steriisasi, dan
mencegah resistensi. Obat yang umum dipakai adalah
Isoniazid, Etambutol, Rifampisin, Pirazinamid, dan
Streptomisin. Kelompok obat ini disebut sebagai obat
primer. Isoniazid adalah obat TB yang paling poten
dalam hal membunuh bakter, sedangkan rifampisin dan
pirazinamid paling poten dalam mekanisme sterilisasi
(Departemen Kesehatan, 2005, Departemen Kesehatan,
2011).
Rejimen pengobatan TB mempunyai kode
standar yang menunjukkan tahap dan lama pengobatan,
jenis OAT, cara pemberian (harian atau selang) dan
kombinasi OAT dengan dosis tetap. Contoh : 2HRZE/
4H9R3 atau 2HRZES/SHRE. Kode huruf tersebut adalah
akronim dari nama obat yang dipakai, yakni : H =
Isoniazid, R = Rifampisin, Z = Pirazinamid, E =
Etambutol, S = Streptomisin. Sedangkan angka yang
ada dalam kode menunjukkan waktu atau frekwensi.
Angka 2 didepan seperti pada “2HRZE", artinya
digunakan selama 2 bulan, tiap hari satu kombinasi
tersebut, sedangkan untuk angka dibelakang huruf,
seperti pada “4H3R3" artinya dipakai 3 kali seminggu
(selama 4 bulan). Sebagai contoh, untuk TB kategori |
dipakai 2HRZE/4H3R3, artinya : Tahap awal/intensif
adalah 2HRZE : Lama pengobatan 2 bulan, masing
masing OAT (HRZE) diberikan setiap hari. Tahap
lanjutan adalah 4H3R3 : Lama pengobatan 4 bulan,
masing masing OAT (HR) diberikan 3. k
seminggu(Kesehatan, 2005, Kesehatan, 2011).
Paduan pengobatan yang digunakan oleh
Program Nasional Penanggulangan TB oleh
Pemerintah Indonesia terbagi dalam 3 kategori yaitu
kategori 1, 2 dan 3. Kategori 1 diberikan untuk
penderita baru TB paru BTA Positif, penderita baru TB
paru BTAnegatif Rontgen Positif yang “sakit berat” dan
Penderita TB Ekstra Paru berat. Kategori 2 diberikan
untuk penderita TB paru BTA(+) yang sebelumnya
Pernah diobati, yaitu: penderita kambuh (elaps),
Penderita gagal (failure), penderita dengan pengobatan
‘setelah lala (after default). Kategori 3 diberikan untuk:
Penderita baru BTA negatif dan rontgen positif sakit
ringan, penderita TB ekstra paru ringan. Obat dalam
kategori 1, 2 dan 3 dibuat untuk pasien dengan berat
badan 30-56 kg (Kesehatan, 2005, Kesehatan, 2011).
‘OAT-kombipak adalah OAT paket lepas yang
terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan
Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. OAT
ini disediakan program untuk digunakan dalam
pengobatan pasien yang mengalami efek samping
‘OAT-FDC. Disamping OAT-Kombipak saat initersedia
juga OAT yang disebut Fix Dose Combination (FDC)
atau kombinasi dosis tetap. Obat ini pada dasarnya
sama dengan obat kombipak, yaitu rejimen dalam
bentuk kombinasi, namun didalam tablet yang ada
sudah berisi 2, 3 atau 4 campuran OAT dalam satu
kesatuan. WHO sangat menganjurkan pemakaian OAT-
FDC karena beberapa keunggulan dan keuntungannya
dibandingkan dengan OAT dalam bentuk kombipak
apalagi dalam bentuk lepas (Kesehatan, 2005,
Kesehatan, 2011). OAT-terpisah adalah obat anti
tuberkulosis dalam bentuk sediaan terpisah tidak dalam,
satu blister atau dalam satu kemasan.
Kombinasi pengobatan OAT-FDC yang tersedia
saat ini di Indonesia terdiri dari : 2HRZE/4H3R3
digunakan untuk tuberkulosis kategori 1. Maksud dari
2HRZE/4H3R3 adalah pasien dengan tuberkulosis
kategori 1 pada 2 bulan pertama diberikan Isoniazid,
Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol setiap hari,
dilanjutkan 4 bulan dengan Isoniazid dan Rifampisin
diberikan 3 kali seminggu. Pada penderita tuberkulosis
kategori2 digunakan 2HRZES/1HRZE/SH3R3E3 dan
penderita tuberkulosis Kategori 3 digunakan 2HRZ/
Tabel |. Dosis Pengobatan Pasien TB dengan OAT-FDC
Berat badan Tahap intensit Tahap Larjuten
(Ka) ___(Tiap hari selama 2 bulan) _(3 kali seminggu selama 4 bulan)
30-37 2 tablet 4FDC 2 tablet 2FDC
38-54 3 tablet 4FDC. 3 tablet 2FDC
55-70 4 tablet 4FDC 4 tablet 2FDC
>70 5 tablet 4F OC S tablet 2FDC.
‘Tablet 4FDC terdiri dari: 75 mg INH, 150 mg Rifampisin, 400 mg Pirazinamid
dan 275 mg Etambutol
Tablet 2FDC terdiri dari : 150 mg INH dan 150 mg RifampisinEffektiitas, Kelebihan dan Kekurangan Obat ... (Muhamad Syoripuddin)
4H3R3. Pada tabel berikut ini disampaikan Dosis
Pengobatan Kategori -1 dan Kategori -3 (Kesehatan,
2008, Kesehatan, 2011):
EFEKTIFITAS, KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
OAT PARU : OAT-FDC, OAT-KOMBIPAK DAN OAT-
‘TERPISAH
Peneiiian tentang perbandingan efektiftas OAT-
FDC, OAT-kombipak dan OAT-terpisah pemah
ditakukan. Beberapa penelitian baik yang
dilakukan di Indonesia dan diluar negeri akan
disampaikan dibawah ini. Hasil penelitian
‘menunjukan bahwa OAT-FOC memberikan
kesembuhan yang lebih baik daripada OAT-
kombipak. Peneitian ini juga menyatakan bahwa
‘OAT-FDC memberikan angka konversi lebih besar
dibandingkan dengan OAT-kombipak
(Supriyaningsin, 2005).
Peneitian lain di Yogyakarta menyimpulkan
‘bahwa baik OAT-kombipak dengan OAT-FOC memifki
keberhasilan terapi yang tidak berbeda (Nurwana,
2008). Walaupun dalam jumiah pasien yang lebih
besar sekalipun keberhasilan terapi OAT-kombipak
tidak berbeda dengan OAT-FDC (Nur, 2008).
Peneltian di RSUP Persahabatan juga menunjukan
bahwa tidak ada perbedaan keberhasilan terapi antara
ODT-Kombipak dengan OAT-FDC (Soehardiman et
al., 2008).
Peneltian tentang efektiftas dan keamanan
kombinasi 4-OAT-FDC dibandingkan dengan OAT-
terpisah pernah dilakukan pada pengobatan
tuberkulosis, Hasiinya menunjukan bahwa kombinasi
4-OAT-FDC memberikan keuntungan yang lebih
besardibandingkan dengan OAT-terpisah (Lienhardt
et al., 2011). Penelitian di Brazil tentang OAT-FOC,
‘menunjukan bahwa dari 40 pasien yang ditelit rato
of cure pasien sebesar 67,5%. Sebanyak 47%
pasien mengalami efek samping namun tidak ada
pasien yang gagal terapi (Ferreira et al., 2013)
Penelitian di Pakistan menunjukan bahwa pasien
yang diberi OAT-FDC mencapai angka serum konversi
sebesar 98,9% dengan rata-rata waktu 32 hari
Pasien dengan OAT-terpisah mengalami efek
‘samping lebih besar dibandingkan OAT-FOC namun
tidak ada perbedaan efektiftas antara OAT terpisah
dengan OAT-FDC (Zaka-Ur-Rehman etal., 2008).
Setiap OAT program yang diberikan
pemerintah memiliki kelebihan dan kekurangan.
Beberapa kelebihan menggunakan OAT-FDC
diantaranya (Kesehatan, 2005) :
1. Mengurangikesalahan peresepan karena jenis
‘OAT sudah dalam satu kombinasi tetap dan dosis
OAT mudah disesuaikan dengan berat badan.
2. Jumiah tablet yang lebih sedikit maka akan lebih
mudah pemberiannya dan meningkatkan
penerimaan bagi penderita sehingga dapat
‘meningkatkan kepatuhan penderita,
3. Dengan kombinasi yang tetap, walaupun tanpa
diawasi, maka penderita tidak bisa memilhjenis
obat tertentu yang akan ditelan.
100
4, Dari aspek manajemen logistk, OAT-FDC akan lebin,
mudah pengelolaannya dan lebih murah
pembiayaannya.
Menurut Pedoman Nasional Penanggulangan
‘Tuberkulosis OAT-FDC memiliki beberapa keuntungan
lantaranya (Keon, 2011):
Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan
sehingga menjamin efektifitas obat dan mengurangi
efek samping.
2. Mencegah penggunaan obat tunggal sehingga
menurunkan resiko terjadinya resistensi obat ganda
dan mengurangi kesalahan penulisan resep.
3. Jumiah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga
pemberian obat menjadi sederhana dan meningkatian
kepatuhan pasien.
Disamping itu beberapa hal yang menjadi kelemahan
dan periu diantisipasi dalam pelaksanaan pemakaian
OAT-FOG (Kesehatan, 2008):
Petugas akan menganggap dengan OAT-FDC,
kepatuhan penderita dalam menelan obat akan terjadi
ssecara otomatis, karenanya pengawasan minum obat
tidak dipertukan lagi. Tanpa jaminan mutu obat, maka
bio-availability obat, khususnya Rifampisin akan
berkurang.
2. Jika kesalahan peresepan terjadi dalam OAT-FDC,
maka akan terjadi kelebihan dosis pada semua jenis
COAT dengan risiko toksisitas atau kekurangan dosis
(sub-inhibitory concentration) yang memudahkan
berkembangnya resistensi obat.
3. Bila terjadi efek samping sulit menentukan OAT mana
yang merupakan penyebabnya. Karena paduan OAT-
FDC untuk kategori-1 dan kategori-3 yang ada pada
saat ini tidak berbeda.
4, Pemakaian OAT-FDC tidak berarti mengganti atau
meniadakan tatalaksana standar dan pengawasan
menelan obat.
COAT-kombipak juga memilki beberapa kelebihan
dan kekurangan. Kelebinan OAT-kombipak dibandingkan
dengan OAT-FDC dartaranya (Kesehatan, 2005)
Bila terjadi efek samping pada obat akan lebih mudah
‘mendeteksinya dibandingkan dengan OAT-FDC.
2. OAT untuk pasien kategori 1 berbeda dengan OAT
untuk pasien kategori 3, hal ini akan lebih mudah
dalam menentukan obat mana yang sesuai dengan
kondisi pasien.
‘Sedangkan beberapa kelemahan OAT-kombipak
dibandingkan dengan OAT-FDC diantaranya adalah
(Kesehatan, 2005):
1. OAT-kombipak dibuat untuk berat badan 30-55 kg,
sedangkan OAT-FDC sudah membagi dosis obat
berdasarkan berat badan pendertta (lihat tabel 1.)
2. Jumlan tablet yang harus diminum lebih banyak
‘sehingga bisa mempengaruhi kepatuhan penderita
3. Diperlukan tempat / gudang obat yang lebih besar
dibandingkan OAT-FDC.
PEMBAHASAN
Berdasarkan studi literatur efektifitas OAT-
kombipak dengan OAT-FDC tidak berbeda, namun OAT-
FDC memberikan kenyamanan yang lebih besar