You are on page 1of 31

DRk

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. H Dengan INFARK MIOKARD


AKUT DI INSTALASI GAWAT DARURAT

RSUP. Dr. M. Djamil Padang

DISUSUN

O
L
E
H

YULI EVI, SY

INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP


DR. M. DJAMIL PADANG
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan karuniaNyalah sehingga
penyusunan makalah ini dapat diselesaikan dan tepat pada waktunya. Makalah ini berisikan
materi “Sistem Kardiovaskular” yang membahas tentang “Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Infark Miokardium Akut (IMA)”. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan
informasi terhadap kita semua tentang bagaimana IMA tersebut. Selesainya penyusunan ini
berkat bantuan dari berbagai pihak. Kami menyadari Makalah ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran sangat diharapkan oleh kami.

Akhirnya penulis berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang berkompeten.

01 Januari 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 1


DAFTAR ISI ........................................................................................................... .2

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................3
B. Tujuan Penulisan ...............................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Penyakit......................................................................................5
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan .................................................................11

BAB III. TINJAUAN KASUS


A.Pengkajian ............................................................................................................21
B.Diagnosis Keperawatan .................................................................................. .....21
C.Perencanaan ....................................................................................................... ..22
D.Implementasi.........................................................................................................25
E.Evaluasi.................................................................................................................25
F. Pembahasan..........................................................................................................28

BAB IV PENUTUP
A.Kesimpulan ...........................................................................................................29
B. Saran .....................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................30

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung merupakan
jaringan istimewa, karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan otot serat
lintang, tetapi cara kerjanya menyerupai otot polos, yaitu diluar kemauan kita (dipengaruhi
oleh susunan saraf otonom). Pekerjaan jantung adalah memompa darah keseluruh tubuh untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh setiap saat, baik saat istirahat maupun saat bekerja
atau menghadapi beban.Satu dari tiga penderita AMI meninggal karena gagal jantung.
Gagal jantung adalah suatu keadan yang serius, dimana jumlah darah yang dipompa
oleh jantung setiap menitnya (cardiac output, curah jantung) tidak mampu memenuhi
kebutuhan normal tubuh akan oksigen dan zat makanan. Insiden penyakit pada pria lebih tinggi
dibandingkan pada wanita dengan rata-rata mortalitas selama lima tahun untuk pria 60% dan
wanita 40%. Selain gagal jantung kebanyakan dari penderita AMI juga mengalami serangan
jantung. Serangan Jantung (infark miokardial) adalah suatu keadaan dimana secara tiba-tiba
terjadi pembatasan atau pemutusan aliran darah ke jantung, yang menyebabkan otot jantung
(miokardium) mati karena kekurangan oksigen.
Proses iskemik miokardium lama yang mengakibatkan kematian (nekrosis) jaringan
otot miokardium tiba-tiba.Infark miokard akut merupakan sindrom klinis dengan dua dari tiga
kombinasi karakteristik yaitu gejala tipikal infark miokard (nyeri maupun ketidaknyamanan
dada), peningkatan kadar enzim jantung, dan perubahan gambaran elektrokardiogram yang
mendeskripsikan suatu infark termasuk gambaran Q patologis. Semua karakteristik itu
menggambarkan daerah infark di jantung (miokard) akibat berkurangnya suplai darah ke area
tersebut. Akibatnya, akan terjadi kerusakan miokard secara progresif dan irreversible, yang
dapat menyebabkan gagal jantung hingga kematian. Infark Miokard Akut (IMA) adalah
nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu.
Penyakit yang satu ini adalah merupakan salah satu penyakit jantung yang banyak
menimbulkan kematian, bahkan seringkali menimbulkan kematian mendadak bila tidak segera
mendapatkan penanganan serta pengobatan yang tepat dan cepat. IMA ini atau disebut juga
dengan AMI (akut miokard infark) adalah sebuah kondisi kematian pada miokard (otot
jantung) akibat dari aliran darah ke bagian otot jantung terhambat atau juga terganggu. Infark
miokard akut ini disebabkan adanya penyempitan atau pun sumbatan pembuluh darah koroner.

4
Dan pembuluh darah koroner ini adalah pembuluh darah yang memberikan makan serta nutrisi
ke otot jantung untuk menjalankan fungsinya. Konsekuensi jangka panjang dari Acut Miocard
Infark(AMI) cacat fisik,psikologis, sosial, dan pekerjaan telah lama diabaikan, karena pasien
dengn AMI curah jantungnya tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen dan
nutrisi secara normal. Apabila pasien banyak beraktivitas, maka kebutuhan oksigen dan nutrisi
tubuh semakin meningkat, sedangkan curah jantung tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuh,
maka pesien dengan AMI intoleransi aktivitas. Komplikasi penyakit miocardium tak terbatas
hanya saat pasien dirawat di rumah sakit saja, demikian pula tanggung jawab para ahli
kesehatan agar pasien hidup sehat sejahtera, tidak berarti selesai dengan keluarnya pasien dari
rumah sakit.
Dalam bidang praktik keperawatan profesional, salah satu masalah keperawatan
penderita Acut Myocard Infark (AMI) adalah intoleransi aktivitas. Peran perawat sebagai
komunitas pelayanan profesional yaitu mengembangkan dan memberikan metode dan sistem
pemberian asuhan keperawatan yang profesional, tepat, akurat dan meningkatkan kualitas
layanan, salah satunya pemenuhan kebutuhan aktivitas yang tepat dan akurat dalam
mempertahankan fungsi optimal jantung sehingga dapat mencegah komplikasi lanjut dan
menurunkan angka mortalitas pada pasien dengan diagnosa Acut Myocard Infark (AMI).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran tentang pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien dengan Acut
Myocard Infark (AMI) serta dalam pemberian asuhankeperawatan yang benar supaya penderita
AMI tidak mengalami komplikasiyang semakin berat.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tentang penyakit Akut Miokard Infark (AMI)
b. Mengetahui bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan kepada penderita AMI dan
menentukan Intervensi keperawatan yang tepat untuk mencapai hasil yang optimal.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Infark miokard (IM) adalah kematian sel-sel miokardum yang terjadi akibat kekurangan
oksigen berkepanjangan. Hal ini adalah respons letal terakhir terhadap iskemia miokar yang
tidak teratasi. Sel-sel miokardum mulai mati seelah sekitar dua puluh menit megalami
kekurangan oksigen. Setelah periode ini, kemampuan sel untuk menghasilkan ATP secara
aerobik leyap, dan sel tidak dapat memenuhi kebutuhan energinya. Tanpa ATP, pompa natrium
kalium berhenti dan sell terisi ion natrium dan air yang akhirnya menyebabkan sel pecah (lisis).
Dengan lisis, sel melepaskan simpanan kalium intrasel dan enzim intrasel, yang mencederai
sel-sel disekitarnya.
Protein intrasel mulai mendapat akses kesirkulasi sistemik dan ruang interstisial dan
ikut menyebabkan edema dan pembengkakan interstisial disekitar sel miokardum. Akibat
kematian sel, percetus reaksi inflamasi. Ditempat inflamasi, terjadi penimbunan trombosit dan
pelepasan faktor pembekuan. Terjadi degranulasi sel masp yang menyebabkan pelepasan
histamin dan berbagai prostaglandin. Sebagian bersifat vasokonstriktif dan sebagian
merangsang pembekuan (tromboksan).
Apabila kebutuhan oksigen dari lebih banyak sel tidak dapat dipenuhi, maka terjadi
perluasan daerah (zona) sel yang cedera dan iskemik disekitar zona nekrotik (mati). Sel-sel
yang mengalami cedera dan iskemia ini beresiko ikut mati. Kemampuan mempompa jantung
semakin berkurang dan terjadi hipoksia semua jaringan dan organ,termasuk bagian jantung
yang masih sehat. Akhirnya karena darah dipompa secara tida efektif dan kacau maka darah
mulai mengalir secara lambat dalam pembuluh jantung. Hal ini, disertai akumulasi trombosit
dan faktor pembekuan lainnya yang meningkatkan resiko pembentukan bekuan darah.

2. Penyebab infark miokard


Terlepasnya suatu plak aterosklerotik dari salah satu arteri koroner, dan kemudian tersangkut
dibagian hilir yang menyumbat aliran darah keseluruh miokardum yang diperdarahi oleh
pembuluh tersebut, dapat menyebabkan infark miokard. Infark miokard juga dapat terjadi
apabila lesi trombosit yang melekat kesuatu arteri yang rusak menjadi cukup besar untuk
menyumbat secara total aliran kebagian hilir, atau apabila suatu ruang jantung mengalami
hipertropi berat sehingga kebutuhan oksigennya tidak dapat terpenuhi.

6
3. Gambaran klinis
Walaupun sebagian individu tidak memperlihatkan tanda infark miokard yang nyata
(suatu serangan jantung tersamar), biasanya timbul manifestasi klini yang bermakna:
1. Nyeri dengan awitan yang (biasanya) mendadak, sering gambarkan memiliki
sifat meremukkan dan parah. Nyeri dapat menyebar kebagian atas tubuh manasaja,
berarti sebagian besar menyebar ke lengan kiri, leher, atau rahang. Nitrat dan istirahat
dapat menghilangkan iskemia diluar zona nekrotik dengan menurunkan beban kerja
jantung.
2. Terjadi mal dan muntah yang mungkin berkaitan dengan nyeri hebat.
3. Perasaan lemas yang berkaitan dengan penurunan aliran darah ke otot rangka.
4. Kulit yang dingin, pucat akibat vasokonstriksi simpatis.
5. Pengeluaran urin berkuranng karena penurunan aliran darah ginjal serta
peningkatan aldosteron dan ADH.
6. Takikardia akibat peningkatan stimulasi simpatis jantung.
7. Keadaan mental berupa perasaan sangat cemas disertai perasaan mendekati
kematian sering terjadi, mungkin berhubungan dengan pelepasan hormon
stres dan ADH (vasopresin).

4. Tanda dan gejala


1. Riwayat dan pemeriksaan fisik yang baik, termasuk riwayat penyakit jantung dalam
keluarga, penting terutama untuk mendiagnosis IM pada pasien yang dianggap
berisiko rendah,seperti wanita pramenopause.
2. Tekanan darah mungkin berkurang atau normal bergantung pada luasnya kerusakan
miokardum dan keberhasilan refleks baroreseptor. Kecepatan denyut jantung biasanya
meningkat. Bunyi jantung keempat dapat terdengar.
3. EKG dapat memperlihatkan perubahan akut digelombang ST dan T seiring dengan
terjadinya infark. Dalam satu atau dua hari infark, terjadi pendalaman gelombang Q.
Walaupun perubahan gelombang ST dan T akan menghilang seiring dengan waktu,
perubahan gelombang Q menetap dan dapat digunakan untuk mendeteksi infark
sebelumnya.
4. Timbul gejala inflamasi sistemik, termasuk demam, peninhkatan jumlah leukosit, dan
peningkatan laju endap darah. Tanda-tanda ini dimulai sekitar dua4 jam setelah infark
dan menetap sampai dua minggu.
5. Kadar enzim-enzim jantung (kreatinin fosfokinase,glutamat oksaloasetat

7
transaminase serum,dan laktat dehidrogenase) didalam serum meningkat akibat
kematian sel miokardum. Peningkatan tersebut terjadi dalam suatu pola khas, yang
dimulai segera setelah infark dan berlanjut sampai sekitar seminggu.
6. Kadar troponin T dan troponin I dapat dideteksi dalam darah dalam 1-dua menit.
Mioglobin terdeteksi dalam 1 jam dan memuncak dalam 4-6 jamsetelah infark.

5.ANATOMI DAN FISIOLOGI

Secara fisiologi,jantung adalah salah satu organ tubuh yang paling vital fungsinya
dibandingkan dengan organ tubuh lainnya. Dengan kata lain,apabila fungsi jantung mengalami
gangguan maka besar pengaruhnya terhadap organ organ tubuh lainnya terutama ginjal dan
otak. Karna fungsi utama jantung adalah sebagai single pompa yang memompakan darah ke
seluruh tubuh untuk kepentingan metabolisme sel sel demi kelangsungan hidup

6.Komplikasi

1. Dapat terjadi tromboembolus akibat kontraktilitas miokard berkurang.Embolus tersebut


dapat menghambat aliran darah ke bagian jantung yang sebelumnya tidk rusak oleh

8
infark pertama. Embolus tersebut juga dapat mengalir ke organ lain, menghambat aliran
darahnya dan menyebabkan infark di organ tersebut.
2. Dapat terjadi gagal jantung kongesti apabila jantung tidak dapat memompa keluar semua
darah yag diterimanya. Gagal jantung dapat terjadi segera setelah infark apabila infark
awal berukuran sangat luas, atau setelah pengaktifan refleks baroreseptor. Dengan
diaktifkannya reflek baroreseptor terjadi peningkatan darah ya ng kembali ke jantung
yang rusak serta konstriksi arteri dan arteriol disebelah hilir. Hal ini menyebabkan darah
berkumpul dijantung dan menimbulkan peregangan berlebihan pada sel-sel otot jantung.
Aoabila peregangan tersebut cukup hebat, maka kontraktilitas jantung dapat berkurang
karena sel-sel otot tertinggal pada kurva panjang tegangan.
3. Disritmia adalah komplikasi tersering pada infark. Disritmia dapat terjadi akibat
perubahan keseimbangan elektrolitan penurunan pH. Daerah dijantung yang mudah
teriritasi dapat mulai melepaskan potensial aksi sehingga terjadi disritmia. Nodus SA dan
AV, atau jalur transduksi (seraput purkinje atau berkas his ), dapat metupakan bagian
dari zona sistemik atau nekrotik yang mempengaruhi pencetus atau penghantar sinyal.
Fibrilasi adalah sebab utama kematian pada infark miokardum diluar rumah sakit.
4. Dapat terjadi syok kardiogenik apabila curah jantung sangat berkurang dalam waktu lama.
Syok kardiogenik dapat fatal pada waktu infark, atau menyebabkan kematian atau
kelemahan beberapa hari atau minggu kemudian akibat gagal paru atau ginjal karena
organ-organ ini mengalami iskemia. Syok kardiogenik biasanya berkaitan dengan
kerusakan sebanyak 40% masa otot jantung.
5. Dapat terjadi ruptur miokardum selama atau segera setelah suatu infark besar.
6. Dapat terjadi perikarditis, peradangan selaput jantung, (biasanya beberapa hari setelah
infark). Perikarditis terjadi sebagai bagian dari reaksi inflamasi setelah cidera dan
kematian sel. Sebagian jenis perikarditis dapat terjadi beberapa minggu setelah infark,
dan mungkin mencerminkan suatu reaksi hipersesitifitas imun terhadap nekrosis jaringan

7.Penatalaksanaan

Pencegahan penyakit jantung adalah penting. Tindakan pencegahan antara lain :

9
1. Menurunkan atau mengurangi faktor resiko yang dapat diubah. Karena faktor resiko
kardiovaskular saling berkaitan ssatu sama lain, bahkan penurunan moderat beberapa
faktor resiko dapat lebih efektif dibandingkan dengan upaya penurunan mayor satu faktor
resiko. Sebagai contoh, penurunan faktor resiko serangan jantung yang bermakna terjadi
pada tingkat olahraga ringan (termasuk berjalan kaki), menghentikan kebiasaan
merokok, dan pembatasan sedang makanan berlemak. Panduan penatalaksanaan resiko
kardiovaskular yang memasukkan upaya penurunan resiko harus dlakukan secara rutin.
2. Individu yang mengalami stres, dan terutama mereka yang memiliki riwayat penyakit
jantung dalam keluarga, harus diajarkan untuk menurunkan resiko dan mencari pertolongan
medis segera jika terjadi infark miokard.

Untuk pasien yang mendapat serangan jantung, terapi dibawah iniharus


dilakukan:
1. Penghentian aktivitas fisikuntuk mengurangi beban kerja jantung membantu membatasi
luas kerusakan.
2. Resusitasi jantung-paru (cardiopulmonary resuscitation,CPR ) mungkin diperlukan apabila
terjadi fibrilasi jantung atau henti jantung. Defibrilasi listrik untuk memulihkan irama listrik
dalam beberapa menit pertama henti jantung sangat bermanfaat dalam menyelamatkan IM.
Upaya yang besar dari komunitas terkini yang berfokus pada pelatihan masyarakat yang
intensif mnegenai penggunaan defibrilator terbukti menggandakan angka bertahan hidup
pada penderita henti jantung.
3. Infus intra vena atau intrakoroner sgera dengan obattrombolitik (penghancur bekuan) akan
menghancurkan embolus penyebab penggunaa n obat ini secara dini (sebaiknya dalam satu
jam setelah infark) mnyebabkan peningkatan dramatis angka bertahan hidup dan
pembatasan luas cedera miokardum lebih lanjut. Obat-obat yang mencegah pembentukan
bekuan baru, misalnya heparin,juga diperlukan. Disamping menggunakan obat-obat
penghancur bekuan, angioplasti koroner mungkin digunakan untuk membuka arteri koroner.
4. Diberikan oksigen untuk meningkatkan oksigenasi darah sehingga beban atas jantung
berkurang dan perfusi sistemik meningkat.
5. Obat untuk menghilangkan nyeri (biasanya morfin dan meperidin{demerol}) digunakan
untuk menenangkan pasien dan karena nyeri akut menstimulasi saraf simpatis yang
menyebabkan peningkatan kecepatan denyut jantung dan resistensi vaskular. Selain itu, nyeri
meningkatkan stres mental dan rasa cemas. Morfin juga bersifat vasolidator yang bekerja
yangbekerja menurunkan preload dan afterload.

10
6. Diberikan nitrat untuk mengurangi aliran balik vena dan melemaskan ateriarterisehingga
preload dan afterload berkurang dan aliran darah koroner meningkat .
7. Diberikan diuretik untuk meningkatkan aliran darah ginjal. Hal ini mempertahankan fungsi
ginjal dan mencegah kelebihan volume serta terjadi gagal jantung kongesti. Peningkatan aliran
darah ginjal juga menurunkan pelepasan renin.
8. Obat inetropik positif (digitalis) digunakan untuk meningkatkan kontraktilitas jantung.
9. Bypass arteri koroner mungkin dipertimbangkan jika infark yang terjadi akibat sumbatan
trombotik.

Setelah infark miokard, pertimbangan tambahan antara lain:


1. Rehabilitasi jantung, termasuk keseimbangan antara istirahat dan aktivitasserta modifikasi
gaya hidup untuk menurunkan resiko ateros klerosis dan hipertensi. Tindakan ABCDE untuk
sindrom koroner akut adalah penting. Kebutuhan keluarga harus dipertimbangkan dan
dilibatkan.
2. Penelitian terakhir memperlihatkan bahwa jantung mengandung sel benih (stem cell) yang
dapat meregenerasi sel otot jantung, sehingga mampu memperbaiki dirinya sendiri. Temuan
ini memberi harapan untuk pasien infark miokard.

11
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas klien dan keluaurga adalah langkah awal dari proses keperawatan yang
meliputi : nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan,
alamat, agama, suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit, no register/MR, serta
penanggung jawab.
b. Primeri Survey
1) Airway
Hal pertama yang dinilai meliputi pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas
apabila terjadi penurunan kesadaran, kepatenan jalan nafas dan bunyi nafas
tambahan.
2) Brething dan Ventilation
Jalan nafas yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik, pertukaran gas yang
terjadi dan pengeluaran karbondioksida dari tubuh. Ventilasi yang baik meliputi
: fungsi yang baik paru, dinding dada dan diafragma adakah distress pernafasan,
adakah hipoksemia berat, adakah redraksi otot interkosta, dipsnea, sesak nafas,
apakah ada wheezing dan lain-lain.
3) Circulation
Tekanan darah tidak normal, peningkatan nadi, capillary reptile, keluaran urine
dan sianosis.
4) Dissability
Penilaian neurologis secara cepat yaitu tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi
pupil.
5) Expossure
Dilakukan pemeriksaan heat to toe untuk pemeriksaan jejas, membuka pakaian
klien untuk mengetahui adanya luka.

c. Secondarry Surfey
1) Focus assessment
Anamnesis harus lengkap karena akan menimbulkan gambaran mengenai cidera
yang meungkin diderita.

12
2) Head to toe assessment
Meliputi pemeriksaan inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi

2. Pengkajian fokus
a. Aktifitas
Gejala:
 Kelemahan
 Kelelahan
 tidak dapat tidur
 pola hidup menetap
 jadwal olahraga tidak teratur
Tanda :
 takikardi
 dispnea pada istirahat atau aktifitas
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat IMA sebelumnya ,penyakit arteri koroner,masalah tekanan
darah,diabetes mellitus.
Tanda :
 tekanan darah Dapat normal /naik/turun
 Perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri
 Nadi
Dapat normal,penuhatau tidak kuat atau lemah/kuat kualitasnya dengan
pengisian kapiler lambat,tidak teratus(disritmia).
 Bunyi jantung
Bunyi jantung ektra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal jantung
atau penurunan kontraktilitas komplain ventrikel.
 Murmur
Bila ada menunjukkan gagal kutup atau disfungsi otot jantung
 Friksi : dicurigai perikarditis
 Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
 Edema
 Distensi vena jugeler ,edema dependent,perifer,edema umum,krekles
mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel.
 Warna

13
Pucat atau sianosis ,kuku datar,pada membran mukkosa atau bibir.

c. Integritas Ego
Gejala :menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati,perasaan ajal
sudah dekat,marah pada penyekit atau perawatan,khawatir tentang
keuangan,kerja,keluarga.
Tanda : menoleh,menyangkal,cemas,kurang kontak
mata,gelisah,marah,perilaku menyerang,focus pada diri sendiri,koma nyeri.
d. Eliminasi
Tanda : normal,bunyi,usus menurun
e. Makanan atau cairan
Gejala : mual,anoreksia,bersendawa,nyeri ulu hati,atau terbakar
Tanda : penurunan turgor kulit,kulit kering,berkeringat,muntah,perubahan berat
badan.
f. Hygiene
Gejala atau tanda : kesulitab melakukan tugas perawatan
g. Neurosensori
Gejala : pusing,berdenyut selama tidur atau saat bangun( duduk atau istirahat)
Tanda : perubahan mental,kelemahan
h. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala :
 Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan
dengan aktifitas),tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin
(meskipun kebanyakan nyeri dalam dan viseral)
 Lokasi :
Tipikal pada dada anterior,substernal,prekordial,dapat menyebar ke
tangan,rahang,wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti
epigastrium,siku,rahang,abdomen,punggung,leher.
 Kualitas:
“crishing”,menyempit,berat,menetap,tertekan,seperti dapat dilihat.

 Intensitas :
Biasanya 10(pada skala 1-10), mungkin pengalaman nyeri paling buruk
yang pernah dialami .

14
 Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi ,diabetes
mellitus,hipertensi,lansia.
i. Pernafasan
Gejala :
-dispnea tanpa atau dengan kerja
-dispnea nocturnal
-batuk dengan atau tanpa produksi sputum
-riwayat merokok ,penyakit pernafasan kronis.
Tanda :
-peningkatan frekuensi pernafasan
-nafas sesak/kuat
-pucat ,sianosis
-bunyi nafas (bersih,krekles,mengi),sputum
j. Interaksi sosial
Gejala :
-stress
-kesulitan koping dengan stressor yang ada misal : penyakit,perawatan di RS
Tanda :
-kesulitan istirahat dengan tenang
-respon terlalu emosi (marah terus menerus ,akut)
-menarik diri

3. Diagnosa keperawatan
 Nyeri akut berhubungan dengan penurunan aliran darah koroner,iskemia
jaringan jantung
 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan suolai oksigen
ditandai dengan sesak nafas
 Penurunan curah jantung berhubungan dengan hilangnya kontraktilitas miokard

15
4. Intervensi keperawatan (NANDA NIC NOC jilid 2, 2013)

NO DIAGNOSA TUJUAN(NOC) INTERVENSI(NIC)


KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri
dengan penurunan keperawatan selama ....kali a.kaji nyeri secara
aliran darah 24 jam klien dapat komprehensif,meliputi
koroner,iskemia 1.Mengontrol nyeri,dengan lokasi,karakteristik dan
jaringan jantung kriteria : awitan,durasi,frekuensi,ku
a.mengenal faktor penyebab alitas,intensitas dan
dan tindakan untuk beratnya nyeri.
mencegah nyeri . b.observasi isyarat non
b.menunjukkan teknik verbal dari
relaksasi yang efektif untuk ketidaknyamanan
meningkatkan kenyamanan. ,khususnya dalam
c.menggunakan tindakan ketidakmampuan ubtuk
mengurangi rasa nyeri komunikasi secara efektif.
dengan anelgesik dan c.berikan analgetik sesuai
nonanalgesik secara tepat. dengan anjuran
d.mengenal tanda pencetus d.gunakan komunikasi
nyeri untuk mencari terapeutik agar klien dalam
pertolongan. mengekspresikan nyeri.
e.melaporkan gejala kepada e.kaji latar belakang
tenaga kesehatan budaya klien .
(perawat/dokter) f.tentukan dampak nyeri
2.Menunjukkan tingkat terhadap terhadap kulitas
nyeri ,dengan kriteria : hidup ,seperti pola
a.melaporkan nyeri tidur,nafsu makan ,aktifitas
berkurang kognisi,mood,hubungan
b.klien tidak menunjukkan ,pekerjaan ,tenggung jawab
posisi tubuh melindungi peran.
c.tidak ada kegelisahan dan g.kaji pengalaman individu
ketegangan otot terhadap nyeri .

16
d.klien tidak menunjukkan h.evaluasi efektifitas
perubahan dalam kecepatan tindakan mengontrol nyeri
pernafasan,denyut jantung yang telah digunakan.
atau tekanan darah. i.berikan dukungan
terhadap klien dan keluarga
.
j.berikan pendidikan
kesehatan tentang nyeri
,seperti penyebab,berapa
lama terjadi,dan tindakan
pencegahan.
k.kontrol faktor lingkungan
yang dapat memengaruhi
respons pasien terhadap
ketidaknyamanan
(mis,temperatur
ruangan,penyinaran,dll)

Pemberian Analgetik
a.tentukan lokasi
nyeri,karakteristik,kualitas
,dan keparahan sebelum
pengobatan .
b.berikan obat dengan
prinsip 5 benar.
c.cek riwayat alergi obat.
d.libatkan klien dalam
pemilihan analgetik yang
akan digunakan .
e.pilih analgetik secara
tepat/kombinasi lebih dari
satu analgetik jika telah
diresepkan.

17
2. Gangguan pertukaran Setelah dilakukan asuhan Manajemen jalan nafas
gas berhubungan keperawatan selama .... kali a.atur posisi klien untuk
dengan penurunan 24 jam klien menunjukkan memaksimalkan ventilasi
suplai oksigen ditandai pertukaran gas adekuat dan mengurangi dispnea
dengan sesak nafas ,dengan kriteria : b.lakukan fisioterapi dada
a.status mental dalam sesuai kebutuhan.
rentang normal c.anjurkan klien untuk
b.klien bernafas dengan bernafaspelan dan dalam
mudah d.auskultasi bunyi nafas
c.tidak ada dispnea ,area penurunan ventilasi
d.tidak ada kegelisahan atau tidak adanya ventilasi
e.tidak ada sianosis dan adanya bunyi napas
f.tidak ada somnolen tembahan.
g.PaO²dalam batas normal e.observasi status respirasi
h.PaCO² dalam batas normal dan oksigenasi sesuai
i.ph arteri dalam batas kebutuhan.
normal
j.saturasi O² dalam batas Terapi oksigen
normal. a.pertahankan kepatenan
k.ventilasi perfusi seimbang jalan nafas
b.observasi aliran oksigen
c.berikan oksigen sesuai
kebutuhan .

observasi respirasi
a.observasi
kecepatan,irama,kedalam
respirasi .
b.catat pergerakan
dada,kesimetrisan,penggun
aan oto nafas tambahan dan
adanya retraksi otot
interkosta

18
c.observasi pola
nafas,seperti
bradipnea,takipnea,heperv
entilasi ,pernafasan
kusmaul ,cheynes
stroke,biot dan apnea.
d.palpasi ekspansi paru
e.perkusi toraks anterior
dan posterior bagian apeks
dan dasar kedua paru
f.auskultasi bunyi paru
stelah pemberian
pengobatan
g.observasi peningkatan
kegelisahan dan
kecemasan .
h.observasi kemampuan
klien untuk batuk efektif
i.observasi hasil
pemeriksaan foto toraks
3. Penurunan curah Setelah dilakukan asuhan Perawatan jantung
jantung berhubungan keperawatan selama ... kali a.evaluasi adanya nyeri
dengan hilangnya 24 jam dada(intensitas,lokasi
kontraktilisasi miokard. Klien me nunjukkan curah ,radiasi,durasi,dan faktor
jantung adekuat dengan prncetus nyeri)
kriteria : b.lakukan penilaian
a.tekanan darah dalam sirkulasi perifer
rentang normal komprehensif(mis,cek nadi
b.toleransi terhadap aktivis perifer,edema,pengisian
c.nadi perifer kuat kapiler,dan suhu
d.ukuran jantung normal ekstrimitas).
e.tidak ada distensi vena c.dokumentasikan adanya
jugularis. disritmia jantung.

19
f.tidak ada disritmia d.catat tanda gejala
g.tidak ada bunyi jantung penurunan curah jantung
abnormal e.observasi tanda-tanda
h.tidak ada angina vital
i.tidak ada edema perifer f.observasistatus
j.tidak ada edema pulmonal kardiovaskuler
k.tidak ada diaporesis g.observasidisritmia
l.tidak ada mual jantung termasuk
m.tidak ada kelelahan gangguan irama dan
konduksi
h.observasi status respirasi
terhadap gejala gagal
jantung
i.observasi
keseimbangancairan cairan
(asupan-haluaran dan berat
badan harian)
j.kenali adanya perubahan
tekanan darah
k.kenali pengaruh
psikologisyang mendasari
kondisi klien
l.evaluasi respons klien
terhadap disritmia .
m.kolaborasi dalam
pemberian terapi
antiaritmia sesuai
kebutuhan
n.observasi klien terhadap
pemberian terapi anti
aritmia.

20
o.anjurkan klien untuk
melaporkan adanya
ketidaknyamanan dada
p.tawarkan dukungan
spiritual untuk klien dan
keluarganya.

5. Implementasi
Implementasi keperawatan dilaksanakan berdasarkan keadaan dan kebutuhan pasien
yang meliputi tindakan mandiri keperawatan dan tindakan kolaboratif. Semua
implementasi yang dilakukan harus di dokumentasikan dalam catatan keperawatan
klien.

6. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan klien (hasil
yang diamati) dengan tujuan dan criteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
Evaluasi tindakan keperawatan gawat darurat pada pasien jantung berbeda-beda.
Namun yang terpenting adalah bagaimana usaha untuk mempertahankan jalan nafas,
saluran mulut dan nasal ahrus bersih dari semua benda asing. Selanjutnya adalah
bagaimana upaya mempertahankan pola nafas dan sirkulasi klien dapat adekuat. Untuk
memudahkan perawat mengevaluasi atau memantau perkembangan klien digunakan
komponen SOAP ( subjektif, objektif, analisa, perencanaan ).

21
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

1. Nama : Tn. H
2. Umur : 53 Tahun
3. Alamat: pariaman
4. Diagnosa : Infark Miokadr Akut
5. Keluhan Utama

Rasa tertimpa beban berat pada dada kiri.

P : nyeri bertambah ketika bergerak

Q : seperti tertimpa beban berat

R : nyeri dada sebelah kiri

S:5

T : Tiba tiba dan terus menerus dan lama durasi > 20 mnt

1. Pengkajian Primer

 Airway
Tidak ada sumbatan jalan napas, secret (-), jalan napas paten, tak ada
wheezing

 Breathing
Napas pendek 30 x/I, HR 96x/i, Hr 96x/I, Td 110/79mmHg, crt > 2dt,

 Circulation
GCS 15 E4 M6 V5

 Expossure
Ekg : St Elevasi lead II, III, Avf

22
B.Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut bd Penurunan aliran darah koroner, ischemia jaringan jantung


2. Gangguan pertukaran gas bd Penurunan suplay oksigen ditandai dengan sesak
napas

3. Penurunan curah jantung bd hilangnya kontraklitas miokard

d. Analisa Data

a. Nyeri akut bd penurunan aliran darah koroner, iskemia jaringan jantung

KH :
 Pasien mengatakan nyeri berkurang,
Wajah rileks atau nyeri hilang

Intervensi Rasional

 Pantau TTV  Mengetahui perkembangan pasien


 Pantau Nyeri  Mengetahui tingkat nyeri
 Anjurkan Teknik Distraksi Relaksasi  Mengurangi rasa nyeri
 Kolab Pemberian Obat Analgenik  Proses penyembuhan

2. Resiko terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan konstriksi


fungsi ventrikel, degenerasi otot jantung.

Kriteria hasil: Menurunkan episode dispnea, angina dan disritmia. Mengidentifikassi


perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.

Intervensi :

Intervensi Rasional
Mandiri

1. Pantau irama dan frekuensi jantung 1. Takikardia dan disritmia dapat


terjadi saat jantung berupaya untuk
meningkatkan curahnya berespon
terhadap demam. Hipoksia, dan
asidosis karena iskemia.
2. Memberikan deteksi dini dari
2. Auskultasi bunyi jantung. terjadinya komplikasi misalnya
Perhatikan jarak / tonus jantung, GJK, tamponade jantung.
murmur, gallop S3 dan S4. 3. Menurunkan beban kerja jantung,
3. Dorong tirah baring dalam posisi memaksimalkan curah jantung
semi fowler

23
4. Berikan tindakan kenyamanan 4. Meningkatkan relaksasi dan
misalnya perubahan posisi dan mengarahkan kembali perhatian
gosokan punggung, dan aktivitas
hiburan dalam toleransi jantung
5. Dorong penggunaan teknik
menejemen stress misalnya latihan 1. Perilaku ini dapat mengontrol
pernapasan dan bimbingan imajinasi ansietas, meningkatkan relaksasi
6. Evaluasi keluhan lelah, dispnea, dan menurunkan kerja jantung
palpitasi, nyeri dada kontinyu.
Perhatikan adanya bunyi napas
adventisius, demam
1. Manifestasi klinis dari GJK yang
dapat menyertai endokarditis atau
miokarditis

Kolaboratif

1. Berikan oksigen komplemen 1. Meningkatkan keseterdian oksigen


2. Berikan obat – obatan sesuai dengan untuk fungsi miokard dan
indikasi misalnya digitalis, diuretik menurunkan efek metabolism
3. Antibiotic/ anti microbial IV anaerob,yang terjadi sebagai akibat
4. Bantu dalam periokardiosintesis dari hipoksia dan asidosis.
darurat 2. Dapat diberikan untuk
5. Siapkan pasien untuk pembedahan meningkatkan kontraktilitas
bila diindikasikan miokard dan menurunkan beban
kerja jantung pada adanya GJK (
miocarditis)
3. Diberikan untuk mengatasi
pathogen yang teridentifikasi,
mencegah kerusakan jantung lebih
lanjut.
4. prosedur dapat dilakuan di tempat
tidur untuk menurunkan tekanan
cairan di sekitar jantung.
5. Penggantian katup mungkin
diperlukan untuk memperbaiki
curah jantung

3.Gangguan pertukaran gas b.d menurunya suplai oksegen ke otot.

Kriteria hasil:

mempertahankan atau mendemonstrasikan perfusi jaringan adekuat secara


individual misalnya mental normal, tanda vital stabil, kulit hangat dan kering, nadi
perifer`ada atau kuat, masukan/ haluaran seimbang.

24
Intervensi:

Intervensi Rasional
Mandiri

1. Evaluasi status mental. Perhatikikan 1. Indicator yang menunjukkan embolisasi


terjadinya hemiparalisis, afasia, sistemik pada otak.
kejang, muntah, peningkatan TD.
2. Selidiki nyeri dada, dispnea tiba-
tiba yang disertai dengan takipnea,
nyeri pleuritik, sianosis, pucat 2. Emboli arteri, mempengaruhi jantung
3. Tingkatkan tirah baring dengan dan / atau organ vital lain, dapat terjadi
tepat sebagai akibat dari penyakit katup, dan/
4. Dorong latihan aktif/ bantu dengan atau disritmia kronis
rentang gerak sesuai toleransi.
3. Dapat mencegah pembentukan atau
migrasi emboli pada pasien endokarditis.
Tirah baring lama, membawa resikonya
sendiri tentang terjadinya fenomena
tromboembolic.

4. Meningkatkan sirkulasi perifer dan


aliran balik vena karenanya menurunkan
resiko pembentukan thrombus.
Kolaborasi Heparin dapat digunakan secara profilaksis
bila pasien memerlukan tirah baring lama,
Berikan antikoagulan, contoh heparin, mengalami sepsis atau GJK, dan/atau
warfarin (coumadin) sebelum/sesudah bedah penggantian katup.

Catatan : Heparin kontraindikasi pada


perikarditis dan tamponade jantung.
Coumadin adalah obat pilihan untuk terapi
setelah penggantian katup jangka panjang,
atau adanya thrombus perifer.
Kolaborasi:

Berikan tambahan oksigen dengan kanul Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru


atau masker, sesuai indikasi untuk kebutuhan sirkulasi khususnya pada
adanya gangguan ventilasi

25
D.Implementasi dan Evaluasi

Implementasi Evaluasi

Manajemen nyeri S : pasien mengatakan nyeri berkurang


a.Mengkaji nyeri secara
komprehensif,meliputi O : Pasien tanpak rileks, terpasang siringe
lokasi,karakteristik dan pum morphin 0,02 mg/kg/jm
durasi,frekuensi,kualitas,intensitas dan
beratnya nyeri. P : jalannya penyakit
b.Mengobservasi isyarat non verbal dari
Q : seperti ditindih
ketidaknyamanan ,khususnya dalam
ketidakmampuan ubtuk komunikasi R : didada
secara efektif.
c.Memberikan analgetik sesuai dengan S:3
anjuran
d.Menggunakan komunikasi terapeutik T : hilang timbul
agar klien dalam mengekspresikan
nyeri. A : Masalah belum teratasi
e.Mengkaji latar belakang budaya klien .
f.Menentukan dampak nyeri terhadap P : Intervensi dilanjutkan, os pindah cvcu
terhadap kulitas hidup ,seperti pola
tidur,nafsu makan ,aktifitas
kognisi,mood,hubungan ,pekerjaan
,tenggung jawab peran.
g.Mengkaji pengalaman individu terhadap
nyeri .
h.Mengevaluasi efektifitas tindakan
mengontrol nyeri yang telah digunakan.
i.Memberikan dukungan terhadap klien
dan keluarga .
j.Memberikan pendidikan kesehatan
tentang nyeri ,seperti penyebab,berapa
lama terjadi,dan tindakan pencegahan.

Manajemen jalan nafas S : pasien mengatakan masih sesak


a.Mengatur posisi klien untuk
memaksimalkan ventilasi dan O : terpasang O2 3 liter, diposisikan
mengurangi dispnea semifowler tekanan darah 112/67
b.Melakukan fisioterapi dada sesuai mmHg, HR 78x/I, RR 28x/i
kebutuhan.
A : Masalah belum teratasi
c.Menganjurkan klien untuk
bernafaspelan dan dalam
P : Interpensi dilanjutkan

26
d.observasi status respirasi dan oksigenasi
sesuai kebutuhan.
Terapi oksigen
a.pertahankan kepatenan jalan nafas
b.observasi aliran oksigen
c.berikan oksigen sesuai kebutuhan .

observasi respirasi
a.observasi kecepatan,irama,kedalam
respirasi .
b.catat pergerakan
dada,kesimetrisan,penggunaan oto nafas
tambahan dan adanya retraksi otot interkosta

Perawatan jantung S : os mengatakan nyeri dada berkurang


a.evaluasi adanya nyeri
dada(intensitas,lokasi ,radiasi,durasi,dan O : O2 3 liter, RR 28 x/i, irama napas
faktor prncetus nyeri) teratur
b.lakukan penilaian sirkulasi perifer
komprehensif(mis,cek nadi A : Masalah teratasi sebagian
perifer,edema,pengisian kapiler,dan suhu
P : Intervensi dilanjutkan os pindah cvcu
ekstrimitas).
c.dokumentasikan adanya disritmia
jantung.
d.catat tanda gejala penurunan curah
jantung
e.observasi tanda-tanda vital
f.observasistatus kardiovaskuler
g.observasidisritmia jantung termasuk
gangguan irama dan konduksi
h.observasi status respirasi terhadap gejala
gagal jantung
i.observasi keseimbangancairan cairan
(asupan-haluaran dan berat badan harian)
j.kenali adanya perubahan tekanan darah
k.kenali pengaruh psikologisyang
mendasari kondisi klien
l.evaluasi respons klien terhadap disritmia .
m.kolaborasi dalam pemberian terapi
antiaritmia sesuai kebutuhan
n.observasi klien terhadap pemberian terapi
anti aritmia.
o.anjurkan klien untuk melaporkan adanya
ketidaknyamanan dada
p.tawarkan dukungan spiritual untuk klien
dan keluarganya.

27
2. Pengkajian Sekunders

a. Riwayat Kesehatan

 Alasan Utama
Pasien masuk ROI. M. Djamil Padang jam 15.00 wib dengan keluhan napas sesak dan
dada terasa nyeri dan seperti dihimpit beban berat
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Didapatkan GCS 15 <E4V6M5, TD113/69 mmHg, Nadi 95x/I, RR 32x/I, terpasang
O2 5l dan suhu 37,6 c
 Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien post PTCA 1mgg yll di Rsup. Dr. M. Djamil Padang
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama maupun penyakit o lainnya

b. Pengkajian head to toe

Kesadaran : GCS 15
TTV : TD 113/69 mmHg
HR : 95x/i
RR : 32x/i
1. Dada :
I : Simetris kiri dan kanan, adanya penarikan dinding dada, pernapasan
menggunakan otot bantu pernapasan
P : Fremitus kiri dan kanan
Per : Sonor
A : Paten

2. Jantung

I : ictus tidak terlihat


P : Tidak teraba massa
Per : Pekak
A : S1 –S2 mur mur ada, Gallop tidak ada

3. Ekstremitas

28
Atas : Akral teraba dingin crt > 2 mnt

F. PEMBAHASAN

PenyakitAMI ( InfarkMiokardAkut ) merupakan salah satu penyakit jantung yang


banyak menimbulkankematian, bahkan sering kali menimbulkan kematian mendadak bila tidak
segera mendapatkan penanganan serta pengobatan yang tepat dan cepat.Infarkmiokard akut ini
atau disebut juga dengan AMI (akut miokard infark) adalah sebuah kondisi kematian pada
miokard ( otot jantung ) akibat dari aliran darah kebagian otot jantung terhambat atau juga
terganggu. Infarkmiokard akut disebabkan penyempitan atau pun sumbatan pembuluh darah
koroner. Dan pembuluh darah koroner adalah pembuluh darah yang memberikan makan serta
nutrisi ke otot jantung untuk menjalankan fungsinya.
Dalam asuhan keperawatan Tn. H diatas evaluasi formatif mengajarkan nafas dalam
klien mengatakan nyaman dilakukan nafas dalam dan pada saat dilakukan pemberian pelatihan
personal hygiene klien mengatakan dapat melakukan kegiatan toileting sendiri. Jadi evaluasi
formatif dapat dilatakan berhasil karena klien mengalami perubahan yang membaik bagi
dirinya. Dalam asuhan keperawatan sumatif klien mengatakan masih nyeri pada dada sebelah
kiri dan nyeri yang dirasakan menjalar sampai lengan tangan sebelah kiri. Klien juga
mengatakan merasa sesak nafas. Klien selalu memegang pada area nyeri yang dirasakan,
kelemahan ekstremitas tidak ada dan penurunan curah jantung yang berhubungan dengan
sekuncup belum teratasi. Karena dalam asuhan keperawatan pada saat implementasi
didapatkan beberapa evaluasi yang belum teratasi maka dapat dilakukan rencana keperawatan
yang lain seperti mengajarkan teknik distraksi relaksasi untuk dapat mengurangi nyeri yang
dirasakan klien.

29
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Infark Miokard Akut (IMA) merupakan suatu keadaan dimana terjadi kerusakan atau
kematian otot jantung yang disebabkan oleh karena berkurangnya atau terhambatnya aliran
darah koroner secara tiba-tiba atau secara tiba-tiba kebutuhan oksigen meningkat tanpa disertai
perfusi arteri koroner yang cukup.
Terjadinya infark miokard akut karena adanya penurunan supply oksigen ke dalam miokard
yang membuat meningkatkannya curah jantung. Penyakit ini ditandai dengan nyeri yang
menyebar di bagian dada dan di ikuti kesulitan dalam bernapas.

B. SARAN

Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan
tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan Infark Miokard Akut (IMA). Kami selaku
penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca agar makalah selanjutnya
dapat lebih baik lagi.

30
DAFTAR PUSTAKA

Aminda H Nurarif , Hardhi K. 2015. Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosan medis

dan Nanda NIC NOC jilid 3. Jogyakarta : EKG

Aspiani, R.Y. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular. Jakarta : ECG

Brunner & Suddarth. (2005). Keperawatan Medikal Bedah.(edisi 8). Jakarta : EGC

Pearce. E.C. 2010. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Para Medis. Jakarta : Gramedia

Putri, Y.M. dan Wijaya A.S. 2013. Keperawatan Medikal Bedah I. Yogyakarta : Nuha Medika

31

You might also like